Walikota dan Wakil Walikota tempatnya berada adalah pribumi. Gubernur dan Wakil Gubernur tempat ia tinggal adalah pribumi. Bahkan Presiden dan Wakil Presiden di tempat ia berada saat ini juga Pri-bu-mi. Nah lo. Sakit nggak tuh!?. Pergi kemana-mana juga ketemunya sama pribumi ya?. Enek pasti dia. Kecuali ketemu yang profesinya sebagai Lonte. Demen dia. Sampe ngiler.
Kalau mau pindah kembali ke tempat asalnya ya silahkan saja, malahan bagus, nggak bakalan ada juga yang berusaha menahan dirinya. Tapi aku nggak yakin dia bakal sadar diri seperti itu.
Waktu kecil dulu. Aku sering bermain game RPG Fantasi dimana kami bisa memilih menjadi apa saja. Elf, Dwarf, Orc, Demon, Human(manusia) dan banyak lagi macamnya. Itu adalah beberapa ras yang bisa dipilih.
Yang paling sering sih, kami hanya diberikan satu opsi ras. Bisa custom penampilan. Namun apapun warna kulitmu, apapun warna rambutmu, juga warna matamu. Disana tetap dikategorikan menjadi ras yang sama, yaitu manusia. Kamu tetap dipanggil manusia. Human race.
Aku?. Tentu saja aku berbeda. Aku bukan ras manusia, aku adalah Angkara, sudah menjadi jenis yang berbeda. Boleh dibilang evolusi dari manusia itu sendiri. Mantan manusia. Masa Jeruk makan Jeruk.
Jadi saat ini justru aneh saja bagiku kalau menurut manusia sendiri mengategorikan jenis mereka sendiri menjadi ras-ras yang berbeda. Melanesia, Melayu, Bule dll.
Padahal bagi kami, kalian itukan sama. Manusia.
Toying.. aku memang tahu segala hal tentang dirinya. Kalau hanya untuk membunuhnya sih sangat mudah. Namun untuk apa?. Waste, sayang. Ia berguna bila dijadikan makanan. Namun akan lebih berguna lagi bagi kami bila dia bisa dijadikan alas. Ia lebih dari sekedar "ternak".
Maka dari itu aku mempelajari dirinya lebih dalam.
Lucunya setelah ia tahu, dirinya berusaha menghindar dariku.
Bahkan mencari tahu mengenai pagar gaib. Nah lo.. itukan ilmunya pri-bu-mi. Set dah, kurang ajar. Memangnya aku ini Jurig!?.
Lagipula aku berbeda dengan dirinya. Aku punya etika. Aku nggak bakalan lihat saat ia buang hajat. Nggak bakal lihat berapa rupiah yang dimasukkannya ke kotak amal. Nggak penting.
Ilmuku ini sangat tinggi. Aku bisa mengontrolnya, hanya bisa dan hanya akan melihat hal-hal seru dari dirinya saja. Yang bisa jadi bahan. Hehehe.
Ya.. mungkin karena gengsi ia pun akhirnya mencari pagar gaib lewat cara lain, yaitu lewat Al-Quran.
Hahahaha!. Baru aja belajar ngaji kemarin sore di usia senjanya aja sok-sok an mau bikin pagar gaib!?. Lucu kan?. Nggak bakalan mempan. Hahaha!. Lucu banget.
Tapi nggak papalah. Biarkan saja dia mencoba nya terlebih dahulu. Bukankah namanya usaha tidak akan mengkhianati hasil?. Minimal sampai mulutnya berbusa.
Goblok banget kalo sampai dia mikir bakalan berhasil.
Mau nyoba bayar orang Soleh/Kiai untuk memagari buat dirinya juga boleh kok. Pasti hal ini bakal kepikiran juga, karena ia tahu betul kualitas dirinya. Tapi tetap nggak bakal ngefek. Karena ini bukan masalah siapa yang memagari. Melainkan objek dirinya sebagai target penglihatanku. Dia itu cuma makhluk rendahan!. Semakin pendosa dirinya, semakin mudah aku menembus pertahanannya.
Kenapa nggak kepikiran pakai cara dari bangsanya sendiri?. Nggak pede ya?. Nggak yakin bisa berhasil?.
Coba dia pakai cara dari bangsanya itu. Nulis mantra ke jidatnya pasti aku nggak bakalan tahu tentang dia lagi. Ups.. duh keceplosan.
Tapi untung saja ini aku bicara sendiri. Dia nggak bakalan tahu kalau cara itu justru bisa berhasil.
Nempelin kertas mantra ke jidatnya. Kemanapun dia pergi. Dijamin aku nggak bakalan bisa tahu dia lagi. Untung saja dia nggak tahu cara ini.
Nempelin kertas mantra di jidat.
Aku memang Angkara, namun aku bukan pendusta!. Aku bukan munafik seperti dirinya!. Aku mengatakan hal tersebut sungguh-sungguh!. Aku tidak berbohong!. Hal itu beneran bisa memblok ilmu ku.
Lha terus mantranya seperti apa Ki?. Aksara dan gambar yang dipakai dalam kertas mantera tersebut harus seperti apa?. Aksara dan gambar yang dipakai boleh berupa apa saja. Tidak mengikat kok. Mau ditulisin "I Love You" atau ditulisi "Jancok!" juga boleh. Sesuai selera. Begitu juga dengan gambarnya, mau digambari Hello Kitty atau digambari Teletubbies juga boleh. Terserah, disesuaikan dengan selera. Warna kertasnya juga boleh warna-warni, tapi tidak boleh pakai warna hitam, ntar nggak kelihatan. Kecuali dia ketombean baru boleh. Lebih disarankan memakai warna pink.
Lalu yang jelas, warna mantra yang dipakai tidak boleh senada dengan warna latar kertas mantra itu sendiri. Harus kontras. Masa kertasnya warna kuning, tulisan mantranya pakai tinta warna kuning juga. Nggak kelihatan dong. Dan yang mutlak adalah.. harus ditempel di jidat. Lalu ukurannya juga tidak boleh kurang dari 20 cm X 6 cm, biar kelihatan. Jangan lupa ditempel pakai lem Alteco atau lem Korea, biar nggak lepas lepas. Yang bersangkutan juga pasti nggak nyaman kan kalau dikit-dikit lepas, dikit-dikit lepas.
Aku nggak bakalan bisa tahu tentang dia, kalau saja dia kemana-mana sambil memakai kertas mantra yang tertempel di jidatnya. Bukan ditempel di rumah atau di mobilnya lho ya. Nggak bakal ngefek itu. Harus ditempel di jidat yang bersangkutan.
Tapi untung dia nggak tahu mengenai hal ini. Nempelin mantra di jidatnya. Aku nggak bisa tahu tentang dia lagi dong. Untung dia nggak tahu, dan jangan sampai tahu!.
Soal nempelin kertas mantra di jidatnya kemanapun dia pergi, bisa membuatku tidak bisa lagi melihatnya.
***
Lha wes edan.