Aku tidak takut pada siapapun. Hahaha. Apalagi cuma Dena. Huh, apa dia itu. Kekayaan Dena itu masih ada dibawahku. Nggak ada apa-apanya. Tak perlu kutakuti. Toying memasang mimik meremehkan.
Begitulah pandangan Toying pada kawannya sendiri, juga kepada semua orang.
"Kalau begitu permintaan maafmu waktu itu tidak ada artinya?."
"Terserah!"
'Buktinya dia takut aku aku ancam. Sama saja. Takut kehilangan semua yang harta yang ia punya saat ini dariku. Tapi sebenarnya ia takut pada ancaman non materiku. Aku si Tua Cabul ini jelas berani melakukan hal itu pada puterinya. Muhehehe.'
'Jangan kira aku tak tega. Apalagi dia bukan anakku. Sama anakku saja aku tega. Aku berani!. Muhehehe'.
"Cukup patuhi saja perintahku. Ingat kemarin kamu baru saja berterima kasih kepadaku bahwa berkatkulah kamu bisa membeli rumah dalam waktu singkat."
'Kenyataannya ia tidak berani melakukannya. Dan memilih melaksanakan perintahku. Dasar pribumi. Katanya menganggap anaknya sendiri, katanya dan katanya, ternyata sama saja. Cuma dimulut.'
'Rasis tapi saat lihat anakku matanya langsung melotot. Menjijikkan. Sudah tua kok nggak ingat umur'.
Barusan saja berlagak pemberani yang tak takut siapapun. Tapi saat ini begitu bertemu mantan besan dan mantan menantunya kok malah jadi ayam sayur?.
Kita kembali ke sepuluh tahun yang lalu saat dimana Toying bertemu dengan Darmawan, orang yang dianggapnya setara karena selain seagama, juga berasal dari bangsa yang sama. Tentu itu adalah hal yang langka.
Secara umum golongan mereka berganti agama agar bisa menikah dengan perempuan pribumi yang bukan berasal dari keluarga miskin tentunya.
"Jadi sekarang kita tentukan hari baiknya"
Mereka tertawa-tawa penuh makna.
Waktupun berjalan...
Nah gimana ini?. Anakmu lho yang minta cerai.
Gono-gini
Hari pengadaan tender
Mantan besannya yang bernama Darmawan ini tanpa tedeng aling-aling langsung mencibir Toying. Darmawan dan Toying dulunya mempunyai kedekatan emosional karena merasa sama-sama pengusaha. Daripada menjadi rival bukankah lebih baik menjadi kawan. Apalagi Toying selain menganggapnya sederajat, ia juga menganggap Darmawan masih satu "bangsa" dengannya.
"Kamu mau mengancamku apa!?. Mau mengancam menceraikan istrimu!?. Diiringi oleh tawa keduanya.
Ayo ceraikan, aku tantang kamu!. Jangan cuma bermulut besar!."
Toying diam seribu bahasa. Cuma bisa nunduk aja kayak curut kena gebyur air.
'Bodo amat kamu menganggap aku menjual anakku. Anakku ini laki-laki, beda sama anakmu yang...'
"Kita ini satu jenis, ingat bahkan kita ini satu bangsa, jadi bersikaplah lebih baik padaku."
"Kamu dan aku itu sama, cuma beda nama doang. Aku Darmawan dan kamu Toying(dibaca Toyeng e-nya seperti pada kata yowes ben). Coba tanyakan pada diri kamu sendiri. Jujur!. Kalau kamu ada diposisiku pasti akan melakukan hal yang sama. Ya to?. Dan kalau aku ada diposisimu pasti juga akan memakluminya seperti yang kamu lakukan sekarang ini. Ya kan?."
"Ngomong-ngomong apa kamu nggak penasaran atas jawaban dari enak yang mana?"
"Woh nggak usah!. Aku sudah tahu jawabannya kok!" Ujar Toying ngegas.
"Soal moral, soal akhlak, kita itu sama.
Sama-sama nggak punya." Diikuti tawa terbahak-bahak yang membuana.
"Ha ha ha ha." Toying ikut tertawa namun terlihat dipaksakan. Karena merasa dipihak yang dirugikan. Andai saja posisinya berbeda dipihak yang merasa diuntungkan.
'Cuma ngelepas tiga perusahaan kecil saja. Sebagai kompensasi, namanya juga perusahaan joinan. Ga papa toh mereka sebangsa denganku. Toh tidak jatuh ke tangan pribumi menjijikkan.'
Ada penggunaan dua kata menjijikkan dalam dua dialog cerita diatas. Menurut kalian mana menjijikkan yang sejati, yang sungguh sangat-sangat menjijikkan dalam penggunaan kedua kata di dua dialog yang berbeda. Bukan hanya opini seorang namun malah sifatnya universal, semua orang berpendapat sama.
Toying akhirnya meninggalkan tempat itu sambil terdiam menunduk. Tak ada kekehan yang menghiasi mulutnya seperti sebelumnya.
"Sampai sekarang dia masih sendiri pak. Mantan menantu kesayangannya cuma bisa sinis menanggapi kabar dari Toying.
"Mau punya cucu di surga saja katanya"
Keduanya sudah sering menertawakan Toying. Dan kini mereka hanya mengulanginya lagi. Tidak ada yang spesial.
Dia juga menyebarkan sayapnya membuka Rumah Makan Padang di luar negeri, sudah ada di London Inggris, juga beberapa kota Inggris, sama Tokyo Jepang, juga kota-kota Jepang lainnya. Dubai menyusul. Dan berusaha agar kita tidak mengetahuinya. Huh ia mau berusaha lebih kaya dari aku. Tidak tahu dia.
"Kenapa RM Padang? Padahal itukan khasnya kaum Minang. Kenapa bukan Babi guling?."
"Haram pak."
"Oh iya".
"Toying juga membuka warung Gudeg dinegara-negara tersebut".
"Lho kok Gudeg!?. Itukan makanannya orang Jawa. Kenapa bukan Babi guling?."
"Haaram paaak."
"Oh, iya ya".
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).