Masih ingat kasus Jis 2014 lalu?
Saat itu media santer memberitakan dengan isi berita yang sama. Penilaian secara subjektif, yang menggiring opini publik. Menghakimi bahkan sebelum hukum menetapkan bersalah. Padahal opini publik cenderung mempengaruhi keputusan hakim akan sebuah kasus. Dan sayangnya mereka (media/para wartawan waktu itu) hanya mengikuti arus, hanya menulis kembali apa yang disuguhkan pada mereka di konferensi pers.
Padahal... bukankah tugas wartawan adalah mencari kebenaran? (referensi film "Pinocchio" yg sudah pernah saya review). Syarat menjadi wartawan Indonesia itu harus punya ijasah S1 lho.
Ternyata masalah itu belum selesai.
Kisah yang kebetulan saya baca di kaskus membuat saya trenyuh.
Disitu dipaparkan akan kejanggalan kasus , memandang dari sisi lain. Kisah kriminalisasi dengan twist yang... pantas untuk difilmkan.
Karena terlalu panjang saya kasih linknya untuk langsung dibaca. Dan saya beritahukan sebelumnya isi trit tersebut mengandung konten dewasa; kekerasan dan hal vulgar.
http://www.kaskus.co.id/thread/5714b6a594786844608b4567/hot-news-investigasi-kurawa-quotkriminalisasi-kasus-jisquot/
Hayoo siapa yang waktu itu hanya melihat dari media dan marah-marah mengutuk pelaku yang 6 orang cleaning service(tinggal 5 orang, karena 1 orang meninggal dunia) dan pelaku tambahan 2 orang guru ? Bahkan menandatangani petisi online-nya untuk menghukum mati para cleaning dan guru tersebut?
Setelah melihat dari kedua sisi. Versi media, penyidik waktu itu dan versi Investigasi independen. Silahkan anda membuat penilaian sendiri.
Petisi online;
https://www.change.org/p/usut-tuntas-kriminalisasi-kasus-jis-jakarta-international-school
Langganan:
Postingan (Atom)