"Hahahaha!" Toying tertawa terbahak-bahak dalam sebuah rumah yang besar dan mewah, namun terlihat sepi tanpa orang lain selain dirinya.
"Oh mulai berlagak sekarang. Dia mau coba pergi meninggalkanku!?".
"Memangnya dia bisa hidup tanpaku!?". Padahal aku ini adalah satu-satunya lelaki dalam kehidupannya."
"Tapi tak apa-apa, aku akan tetap kirim uang bulanan untuk menunjukkan kebesaran hatiku, sekalipun dia mencoba menentangku."
Nominal tujuh digit angka digital yang bagi Toying kecil nilainya, yang ia dapatkan tanpa mengeluarkan peluh sedikitpun.
"Biar dia bisa lihat bahwa aku adalah suami yang baik, yang tetap bertanggungjawab akan pemenuhan kebutuhannya."
"Huh, dia mau bekerja?. Sudah tua, nggak ada perusahaan yang mau menerimanya" ucap Toying terkekeh-kekeh. Mendengar hal itu baginya seperti mendengar sebuah lelucon, meskipun bagi istrinya sendiri itu adalah suatu kesungguhan. Jangankan orang lain, istrinya sendiri saja direndahkan.
Baru's POV
'Akhirnya aku menemukannya dalang utama dibalik semua kejadian didesa.
Bedebah yang bermain-main dengan hidup para penduduk desa.'
Aku tak menyangka menjejakkan kaki di sebuah kota besar dimana banyak sekali dihuni oleh manusia.
Banyak bangunan tinggi yang tidak pernah kutemui, benda-benda asing yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Nampaknya aku sudah tertidur terlalu lama.
Awalnya aku merasa kaget dengan wujud yang dimilikinya. Tapi orang-orang disekelilingnya menanggapi biasa saja. Seolah ia sama dengan mereka. Pasti siluman dengan ilmu panglimun tingkat tinggi. Atau mungkin Jin yang menyebrang mewujud kedunia ini, namun wujud penyamarannya tidak sempurna. Namun kalau bukan itu juga...
Akupun mencari tahu dari berbagai literatur. Akhirnya menemukan jawaban bahwa ia adalah pendatang dari negeri lain, negri seberang yang jauh dari sini.
Padahal cuma pendatang, tapi kenapa arogan sekali?. Tidak menghormati para pribuminya.
"Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung". Tidak berlaku baginya. Bisa jadi ini hasil didikan orangtuanya. Orangtuanya gagal dalam mendidiknya atau orangtua nya tidak bisa mendidiknya. Karena keluarga adalah lingkup pertama dalam bermasyarakat. Tapi bisa jadi juga dia sendirilah yang "Rebel". Sudah tua tinggal nunggu ajal kok masih rebel -_-".
Ia seperti menganggap orang lain cuma NPC(makhluk program tanpa perasaan) dan ialah tokoh utama dalam kehidupan dunia ini.
Semua orang harus menuruti semua keinginannya. Tidak penting baginya akan pendapat dan keinginan orang lain. Baginya semua yang diinginkannya harus tercapai sekalipun dengan paksaan dan ancaman. Karena menurutnya semesta akan berantakan bila dirinya tidak mengaturnya(Sindrom Thanos Halu).
Lelaki Berpenampilan formal yang mengenakan kemeja batik lengan panjang, celana panjang hitam, lengkap dengan sepatu pantofel mengkilap disebelahnya menuturkan.
"Semula Toying masih bisa hidup dengan tenang karena semua kebutuhannya terpenuhi. Dari perut kebawah. Sehingga ia masih bisa terkekeh-kekeh bersikap seenak perutnya sendiri.
Tapi saat istrinya yang selalu diam walaupun ditindas, yang selalu menuruti semua keinginannya setelah sekian lama mulai sadar dan bertindak.
Istrinya sudah tidak peduli lagi terhadap ancaman Toying akan menceraikan dirinya. Kalimat yang sudah tak terhitung lagi dikeluarkan dari mulut Toying.
Ancaman yang merendahkan status nya sebagai istri. Ancaman yang menghinakan ikrar ikatan perkawinan mereka yang diucapkan dihadapan Yang Maha Kuasa.
Dirinya mulai terusik.
Ancamannya sudah tidak mempan lagi.
Kau tahu sebetulnya ini adalah ancaman yang menggelikan. Terlihat bodoh menggunakan ancaman semacam ini.
"Akan aku ceraikan istriku/ibumu".
Seolah si wanita tak punya arti lagi bila berpisah dengan lelaki macam Toying.
Tantang balik aja, kalau memang bukan mulut besar doang.
Kalau aku ya langsung aku ambil. Gono-gini, seluruh harta bagi dua. Cari lelaki lain yang akhlaknya bagus, brondong gak masalah. Lah Toyingnya paling entar jadiannya juga sama lonte yang sesuai dengan selera dirinya. Kalau bukan pelacur ya minimal cewek nakal yang gitu deh. Yang mau sama diakan cuma sekelas itu. Pas banget sama kebutuhan mereka. Saling menguntungkan.
Tapi diatas itu semua adalah harga diri. Harga diri sebagai seorang istri, ibu dan perempuan. Kok mau-maunya diperlakukan seperti itu.
Perkawinan keduanya sudah tak ada artinya lagi bila tidak lagi diperjuangkan oleh dua orang.
Sampai saat itu sang istrilah yang berjuang sendirian. Sekalipun diinjak-injak, direndahkan dan harus makan hati setiap waktu. Namun ketika sudah tak ada artinya lagi mempertahankan bahtera yang harus selalu ia tanggung bebannya sendirian. Sang istri membuat keputusan yang tepat, sesuatu yang patut diapresiasi.
Si Toying mah enjoy aja, karena sampai akhir ialah yang jadi pihak penindas, bukan korban.
Karena hanya perutnya yang terpenuhi. Mau nyewa PSK tapi takut kalau saat ngamar tiba-tiba kena azab serangan jantung. Bukan hanya dirinya mati dalam keadaan dihinakan, tapi juga menyusahkan PSK yang disewanya itu. Lha kok dia malah mikirin nasib PSKnya?."
Ibunya pasti bangga kepadanya.
Tidak semua bahasan tersebut dimengerti oleh Baru. Ia akan mencari tahu dilain hari.
Gitu kok marah saat kelakuan aslinya yang doyan Lonte ketahuan sama lingkungannya. Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga. Sepandai-pandainya tupai melompat, sekali waktu jatuh juga. Jaman sekarang batu, besi, dan tembok punya mata dan telinga.
Makanya harusnya dulu waktu ngamar tuh minimal pake topeng stocking, biar nggak ketahuan mukanya kek gimana. Walaupun hasil akhirnya nggak jauh beda, tapi setidaknya itu sudah cukup menyamarkan.
Kalau malu sih aku yakin enggak. Dah biasa kok telanjang bulat didepan Lonte. Toying mana punya rasa malu.
Wah nggak bisa maksimal dong nyosornya kalau pake topeng lanjut pria tersebut seakan menirukan sangkalan Toying.
Masa disuruh mandi pake jas hujan" ujar pria itu lagi, masih memerankan Toying.
Hal ini juga masih belum dimengerti oleh Baru.
Orang seperti Toying ini disebut sebagai Toxic/racun. Seseorang berkepribadian negatif dan mengganggu. Kepribadian yang senang menyusahkan orang lain.
Aku jadi teringat saat ia selalu berucap bahwa bila ia tidak menyukai seseorang, ia tidak hanya akan memecat orang tersebut, tapi juga menelpon semua koleganya untuk tidak menerima mereka bekerja di tempat mereka. Mempersulit hidup mereka. Sebisa mungkin berusaha menutup pintu rezeki mereka. Bermain sebagai Tuhan.
Sudah menjadi watak setan untuk tidak menyukai mereka yang berakhlak. Juga sudah menjadi wataknya tertarik kepada sesamanya.
Berusaha mengontrol dan memanipulasi orang lain demi keegoisannya itu. Menghasut hanyalah bagian dari itu.
Walaupun yang mau menuruti hanyalah dari sebangsa dirinya sendiri. Tidak banyak dari mereka mau melakukan itu kepada saudara mereka sendiri, bangsa sendiri. Jadi silahkan lakukan hal itu bila kamu adalah seorang pengkhianat bangsa.
Seperti saat ia melarang HRDnya untuk menerima lulusan beberapa SMU negeri tertentu kedalam perusahaannya. Karena ia takut akan suatu hal. Tapi ia tak bisa mempengaruhi perusahaan lain untuk melakukan hal serupa, sekalipun perusahaan tersebut adalah rekannya. Memangnya dia siapa ngatur-ngatur. Padahal cuma pendatang. Sinis semua orang yang mendengar mengenai hal itu. Padahal ia itu numpang hidup di negeri ini.
Tidak memiliki empati dan simpati adalah salah satu dari ciri Si Toxic. Nuraninya mati.
Untuk bermacam alasan, makhluk-makhluk dengan karakter toxic memang sebaiknya dihindari. Berada di sekitar makhluk-makhluk semacam ini bisa mengganggu ketenangan hidup. Sebab, si toxic ini adalah salah satu pemicu perasaan insecure.
Makhluk seperti Toying ini tidak akan bisa mendukung dan memberikan kontribusi positif untuk hidup kita.
Hanya membawa efek negatif dalam kehidupan. Keberadaannya sering membuat kita stres dan makan hati, menjadi racun yang merusak kebahagiaan dan kesehatan mental. Orang semacam ini memang harus dihindari karena tidak bermanfaat. Sungguh menderita luar biasa orang yang mau menjadi pasangan hidupnya. Pasti ketabahannya sangat luar biasa. Karena si Toxic tak akan pernah meminta maaf kepada dirinya. Juga takkan pernah mau mengakui kesalahannya. Apalagi sampai legowo mengabulkan keinginan yang menjadi sumber masalah.
Paling cuma ngomong semua itu fitnah(lawak coy).
Ia hanya akan mencoba untuk memperoleh simpati dan perhatian dengan cara berpura-pura sebagai korban(play victim). Korban apa? Diperkaos?. Njijik-i.
***
Makhluk semacam ini... memang bagusnya mati saja ujar Baru dengan lugas.