Saat ini Toying lebih nyaman mengembangkan usahanya dalam mengeksploitasi kekayaan budaya bangsa pribumi (kuliner dll) ketimbang perusahaannya sendiri yang ia rintis pertama kali .
Bukan hanya karena dirinya mengakui bahwa keuntungan dari eksploitasi kebudayaan bangsa pribumi melebihi perusahaan rintisannya, tapi juga faktor kenyamanan dirinya disana. Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, tetap akan tercium juga. Ia menyadari para pegawainya sudah mengetahui watak sejati dirinya.
Karena itu di usaha barunya ini ia berusaha menutup rapat-rapat sifat aslinya. Dengan memakai topeng yang sangat tebal. Berakting seolah membumi. Sampai sering-sering memakai bahasa daerah, sampai segitunya.
Kelihatan banget palsunya.
Perlihatkan saja sifat aslimu, jadi kamu nggak perlu berpura-pura lagi bersikap manis semacam itu. Menjijikkan tahu.
Toying berpikir nggak apa-apa di perusahaan eksploitasi SDA nya semua orang tahu kelakuan sejati dirinya. Yang penting di usaha ritel sumber daya budaya pribumi Nusantara yang ini dirinya bisa membungklon kembali. Semua omongan kasak kusuk di tempat lama nggak akan sampai disini. Ia tidak tahu bahwa nama baik itu berhembus walaupun menentang angin. Lagipula kalau semuanya tahu juga nggak berpengaruh apa-apa sama omset usahanya kok. Toh yang dijual adalah SDB(Sumber Daya Budaya) pribumi Nusantara kualitas nomer satu. Toh ia juga nggak perlu tahu kalau semua pegawai tahu sifat sejatinya.
Syarat kesuksesan sebagai seorang boss adalah merekrut pegawai yang kalau bisa pintarnya melebihi dirinya untuk bekerja dibawahnya. Dan memang semua pegawai di perusahaannya lebih pintar dari dirinya. Suatu kewajaran.
Toying sudah berikrar bahwa ia akan langsung memecat siapapun dari pegawainya yang mengucapkan kata "Toying" dengan sepengetahuannya, karena itu berarti si pengucap terang-terangan menantang dengan mengatakan bahwa dirinya mengetahui bahwa sejatinya Toying adalah makhluk busuk.
Tentunya karena mereka lebih pintar bahkan dari diri Toying itu sendiri, mereka tidak akan pernah ketahuan oleh Toying. Apalagi tidak ada satupun dari mereka yang mempunyai motif kesumat terhadapnya. Saat pertama kalinya mereka tahu hal itu juga hanya mengatakan.. oh ternyata dia seperti itu, sudah kuduga. Udah kelihatan sih.
Ya cuma sebatas itu doang. Toh tidak ada seorangpun dari mereka yang dirugikan oleh kebejatan Toying. Kecuali Toying mulai mengincar mereka atau kerabat mereka. Ya itu sudah beda cerita.
Begitulah sifat seorang munafik. Disatu sisi memandang rendah bangsa pribumi Nusantara, menganggap derajat dirinya jauh diatas mereka, lebih superior. Tapi disisi lain ia justru mencari makan/cuan dari menjual apapun milik bangsa pribumi. Dari eksploitasi tambang batubara, hingga menjual kuliner dan barang-barang kebudayaannya sampai keluar negeri.
Definisi dari tidak tahu malu.
Yah keuntungan jualannya kan bisa buat membiayai kembali dirinya operasi bedah plastik sedot lemak. Padahal ada bagian lain dari dirinya yang jauh lebih perlu untuk dioperasi plastik. Untuk penampilan juga kok.
Diakan takut mati, ia pikir kalau tanpa lemak, jantung sehat maka kematian akan jauh. Padahal selalu orang meninggal penyebabnya pasti tertulis gagal jantung, keadaan dimana jantung berhenti berfungsi, ya itu sudah pasti menyebabkan kematian. Kenapa nggak beli jantung mesin seperti milik Tony Stark saja?. Kan bisa mompa terus tuh, kecuali bila tiba-tiba energinya habis.
Semakin mengenalnya, aku justru semakin menemukan banyak perbedaan diantara kami.
Aku?. Aku tak pernah menganggap secara spesifik bahwa para pribumi itu rendah. Istriku sendiri saja keturunan pribumi. Meskipun Angkara, aku bukan seorang munafik seperti dirinya.
Toying itu tidak berani rasis secara terang-terangan. Karena ia seorang pengecut.
Aku berbeda, aku tak perlu melakukannya, buat apa?. Toh kenyataan sudah berbicara, fakta-fakta mulai terkuak. Bahkan bukti nyatanya sudah terlihat. Toying aja nggak berani jualan budaya bangsanya sendiri, malah milih jualan budaya bangsa pribumi, sekalipun pangsa pasarnya adalah orang asing.
Kuliner itu budaya lho. Makanya orang-orang Korea marah saat China mengklaim Kimchi asalnya dari China. Begitu juga sekalipun satu rumpun, netizen kita sering ribut sama netizen negara tetangga gara-gara Rendang.
Toying hanya memperkecil bahkan meniadakan resiko akan kegagalan dengan menjual sesuatu yang adi luhung dan sudah diakui oleh dunia. Kekayaan budaya Nusantara.
Jadi pengen makan nasi Padang nih
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).