Bila kedatangmu hanya demi mengusir bosan dan penasaran, enyahlah. Aku tak butuh itu.
Aku sadar aku adalah anak pertama.
Adik-adikku ibarat orang yang berada satu antrian dibelakang kita saat kita mengantri. Sesungguhnya mereka sangat ingin kita segera dapat giliran. Mereka tak mau melangkahiku.
Aku membuka mataku. Saat ini aku berada di tengah kota.. sendirian. Tidak ada seorangpun yang terlihat disini. Sangat sunyi. Tanpa angin bahkan burung-burung di angkasa. Sungguh aneh. Ini seperti berada di dimensi antara. Dimensi antara adalah dimensi diantara dimensi nyata dan dimensi gaib. Dimensi yang digunakan para Angkara untuk berburu mangsa sekaligus dimensi yang aku gunakan untuk meringkus mereka. Kerusakan apapun yang terjadi disini, tidak akan berpengaruh pada dimensi nyata.
Aku berjalan.. kutatap bayangan diriku yang terpantul dari kaca sebuah gedung. Mungkinkah ini adalah sosok yang aku takuti?. Karena dalam wujud ini aku kehilangan kontrol akan diriku. Tidak bisa mengingat apa yang selanjutnya kulakukan. Wujud Tiwikrama diriku dengan zirah bersudut tajam. Sklera mata berwarna merah dan iris mata berwarna kuning. Bagian kepalaku terlihat berbeda, ia mempunyai surai-surai tajam yang tertarik kebelakang bagaikan landak. Kain sarung yang kukenakan bermotif batik tambal. Tubuh dengan aura yang penuh kegelapan. Aku akan menyebut wujud ini Mode Liar (Wild Mode).
Namun saat ini pikiranku begitu jernih. Aku coba menggerakkan bagian-bagian tubuhku secara utuh. Memukul-mukul kecil, melakukan beberapa tendangan depan hingga hingga tendangan berputar. Tubuhku terasa lebih ringan. Lebih lincah. Perbedaan besarnya adalah aku menguasai kontrol atas tubuh ini secara penuh.
Aku berlari di trotoar, melesat diantara mobil-mobil yang diparkir di pinggir jalan. Lebih cepat dari biasanya. Terus aku terabas apa yang ada didepanku. Melompati Pagar tanaman, memijak bangku-bangku taman, terus menerabas hingga keluar dari taman kota berlari menuju mobil yang diparkirkan didepanku. Aku melompat, menjadikan atapnya sebagai pijakan lompatanku yang berikutnya. Dan.. aku melompat sangat tinggi. Jauh melewati tinggi tiang lampu jalanan disamping mobil. Lalu hinggap di atas lampu kota berikutnya.
Ini pasti di dalam mimpi.
Beberapa orang berpikir bahwa mimpi adalah respon emosional pada kenyataan.
Menurut pendapatku. Mimpi adalah suatu realitas dalam alam bawah sadar kita.
Tubuhku dipenuhi oleh aliran kekuatan. Dadaku sesak oleh kemarahan. Kenapa aku bisa berada disini dengan wujud seperti ini, aku mengetahui penyebabnya.
Sudah beberapa tahun ini pendapatanku menurun drastis. Beberapa pelanggan tetap baik besar maupun kecil. Satu-persatu tidak pernah menghubungiku kembali. Bahkan beberapa minggu ini aku sama sekali tidak ada pemasukan.
Satu saja pelanggan besar hilang, akan sangat berdampak terhadap pemasukanku. Dan semua itu terjadi secara tidak langsung oleh sebab yang sama. Pesan berantai yang saling getok tular.
Saat ini semua pelanggan awal yang mendukung usahaku semua sudah menghilang dan tergantikan oleh yang baru. Penyebab dari semua itu.. beberapa adalah hal yang sama. Karena rumor tersebut mereka bisa menjadikannya sebagai "alasan mulia" untuk membagikan rezeki kepada yang "lebih membutuhkan". Sayangnya yang mereka pakai adalah pegawai dari perusahaan dengan gaji yang tidak seberapa. Yang mereka lakukan hanyalah memperkaya Boss dari perusahaan tersebut.
Ketahuilah faktanya, bukan katanya.
Setelah
beberapa tahun berlalu dan aku kembali melakukan penawaran kesana.
Mereka terlihat terkejut dan setelah ku berlalu, hanya bisa mengatakan
"Lho katanya..."
Apa mereka butuh "alasan mulia" yang senada untuk memutuskan jasa suplier sebelumnya dan memakai kembali jasaku?.
Tentu saja rumor ini terus berlanjut karena antara satu kantor dengan yang lain saling terhubung. Satu pegawai keluar, pindah ke perusahaan lainnya. Lalu ada mereka yang berbelanja di tempat yang sama denganku yang juga mengetahui rumor tersebut. Mereka turut membantu melestarikan omong kosong yang beredar.
Apa aku yang harus repot-repot membersihkan semua kotoran yang disebabkan oleh mereka!?.
Mempermalukanku
dua kali dan yang satunya ini secara terang-terangan?!. Sedangkan
mereka sendiri membicarakan hal itu hanya dibelakangku.
Untunglah salah satu pelanggan penting baruku
mempunyai pengambil keputusan yang bijaksana. Tidak terpengaruh oleh
rumor tersebut. Dan hanya melakukan berdasarkan profesionalisme.
Bukan pelanggan saja kok. Bahkan salah satu rekananku berbuat hal senada dengan caranya sendiri. Pak Kartono, aku berbeda dengannya, aku adalah teknisi paling ujung, bukanlah grosir yang menerima rujukan dari banyak teknisi. Aku juga tahu pendapatannya sehari saja kisaran Rp400rb, karena ialah yang bercerita sendiri kepadaku. Tapi kok dia tega ya?. Ia sering menelponku untuk meminjam toner(meminta, karena itu adalah barang habis pakai). Ia ada pekerjaan sedangkan tonernya saat itu habis. Ya karena aku masih ada toner ya aku kasih. Tapi itu terjadi sampai berkali-kali. Pernah suatu kali aku tidak mengambil tonerku karena belum sempat. Dia kok juga nggak ada inisiatif untuk mengembalikannya. Aku masih ingat kantong toner milikku masih lumayan banyak, masih ada lebih dari setengah kantong. Tapi setelah empat hari aku tinggalkan ditempatnya, karena aku sibuk memberi penawaran dan belum ada pekerjaan menyangkut hal itu. Begitu aku ambil kok tinggal sedikit. Padahal awalnya cuma mengaku untuk mengisi satu cartridge saja. Ternyata keterusan dan menunda-nunda membeli toner karena toh masih ada punyaku ditempatnya. Ia sudah tahu hari-hariku kini tidak seramai dulu. Bahkan tonerku sampai nganggur dan bisa digunakan olehnya. Kesempatan berikutnya itu masih berlanjut dan tidak aku tolak karena kenyataannya tonerku masih ada/nganggur. Dengan alasan yang sama, ia belum beli toner. Mungkin lebih tepatnya ia memang malas membelinya toh bisa dapat untung lebih besar dengan memakai toner milikku. Ia lakukan disaat dirinya tahu aku sepi job. Kalau sekali ngisi saja Rp100rb dan katakanlah keuntungannya berupa jasa adalah setidaknya 50% dari harganya. Aku tahu semua orang punya kebutuhan. Siapa yang enggak?. Tapi kalau ia punya pikiran, hasil sisanya kenapa dimasukkan semuanya kekantongnya sendiri?. Dan aku hanya diceritani bahwa ia dapat pekerjaan mengisi beberapa buah. Tak ada sumbangsih kepadaku sepeserpun. Kalau begitu aku cuma disuruh rugi dong. Dikasih Rp20rb-30rb hitung-hitung untuk mengganti toner aku juga sudah senang kok. Sampai hal itu aku utarakan kepadanya. Padahal saat memakai jasanya aku selalu membayar penuh. Ada pekerjaan ngisi cartride yang tonernya aku tidak punya karena bukan cartridge umum. Aku ambil jasanya untuk mengisi, aku untung dikit nggak papa. Pelanggan baru jangan sampai kecewa. Dan aku mewanti-wanti agar ia mengisinya dengan penuh. Ternyata ia ngisinya nggak penuh. Pelanggan komplain kok hasilnya hilang. Aku yang jadi malu karenanya. Memang sih bisa saja itu ada part yang bermasalah. Tapi aku lebih meragukan dari sisi pengisian karena waktunya yang begitu singkat. Walaupun ngakunya diisi penuh. Dan sudah bisa ditebak. Pelanggan itu cuma memanggilku saat itu saja. Sekalipun aku ada pekerjaan ngisi cartridge, tonerku habis, dan kebetulan aku tidak ada modal untuk membeli toner baru. Aku tidak mau "meminjam" toner milik orang lain. Malu aku, lebih baik aku hutang uang adikku untuk membeli toner. Padahal ia tahu, aku bercerita kepadanya bahwa pekerjaan sepi. Cih, aku curiga ia sengaja melakukan hal itu karena "aku toh sebentar lagi menjadi orang kaya". Rumor itu juga sudah sampai ketelinganya. Biar aku tebak alurnya. Mulut busuk si Boby bercerita kepada toko langganan para teknisi. Pihak mereka bercerita kepada teknisi yang kebetulan mengenalku dan kebetulan juga mengenal pak Kartono. Getuk tular. Diperlukan suatu ikatan kepercayaan untuk menceritakan hal yang sebenarnya. Aku ambil kesimpulan mereka semua bukanlah teman. Hanya sebatas kenalan.
Dunia ini kecil. Tidak heran hal itu juga bisa sampai ketelinganya. Masih ingat si Asmuni?. Istri yang diceraikannya adalah teman satu sekolahku waktu SMP, aku mengetahui dirinya walaupun tidak pernah satu kelas.
Aku bukan Tuhan. Pikir pakai otak dong. Aku bisa mengetahui suatu hal, karena mereka sendirilah yang mengungkapkannya. Pertama-tama, racun yang bernama gunjingan itu sudah tersebar secara getok tular di lingkungan rumahku.
Satu contoh saja. Keluargaku mempunyai langganan penyuplai sembako bernama bu Davin. Aku sebenarnya muak kepadanya. Tapi karena keputusan yang menjadikannya penyuplai adalah ibuku, ya aku diam saja. Dia pernah mengatakan keluar dari mulutnya dari jarak berapa meter tuh dariku?. Hanya terhalang oleh pintu. "Kasihan, gagal menjadi orang kaya".
'Hah?!'
Aku mengerti kemana maksud arah perkataannya itu.
Apa aku bangga dengan rumor omong kosong semacam itu?. Apa aku yang merencanakannya!?. Aku yang menyebarkannya?. Bukannya kalian yang terus memupuk rumor tersebut dan membumbuinya!?. Kalianlah yang terus mengembangkan imajinasi liar kalian!. Andai saja mereka tidak pernah hadir kembali dalam hidupku juga pasti kehidupanku sudah bahagia.
Rumor getok tular yang menyatakan bahwa aku akan menikahi teman masa SMAku, anak semata wayang seorang Triliuner dan secara tidak langsung juga membuatku menjadi orang kaya.
Berkat rumor inilah seluruh kehidupanku berubah ke arah yang buruk. Dari awal aku coba bersabar menunggu niat baik darinya. Aku bahkan sudah mencoba mengubungi apa maunya. Nihil.
Dan sekarang semua sudah sangat terlambat. Sang waktu terus berjalan dan takkan pernah berhenti.
Tinggallah aku dengan semua sampah kotoran yang ditaburkannya itu.
Kalau tidak bisa membuat kebahagiaan kepada seseorang, setidaknya janganlah membuat ia menderita.
Aku tak pernah mau memfollow-up pelanggan yang mempunyai hubungan dengan tetanggaku. Karena aku mengetahui sifat busuk mereka. Salah satunya ya ini. Sekalipun tidak secara langsung. Nggak perlu sama mereka, masih banyak kok rezeki lain diluar sana.
Mereka semua memuaskan nafsu bergunjingnya. Tidak peduli akan dampak yang ditimbulkannya. Betapa mulut busuk mereka sudah banyak merusak kehidupanku!.
Setelah sadar arahan mereka berakibat fatal ke arah yang buruk. Mereka justru melontarkan
perkataan dengan nada sinis yang seolah menyalahkan keputusanku "Tidak dapat keduanya". Atau kalimat "Diiming-imingi susu" aku juga pernah mendengarnya kok. Beberapa kali malahan. Dan aku hanya bisa diam mendengarkan perkataan para wanita jalang yang ada dilingkungan rumahku itu.
Aku curiga kejadian tempo hari juga disebabkan oleh pematik yang sama.
Aku melompat dari tiang lampu kota, mendarat di depan sebuah mobil lalu menghempaskan cakarku dari bawah ke atas ke arahnya. Mobil itu terhempas di udara, berputar lalu mendarat terbalik beberapa meter didepanku. Begitu ringan namun begitu kuatnya. Aku lanjutkan dengan menghempaskan mobil-mobil disekitarnya dengan cara yang sama. Tiang listrik didepanku sekarang menjadi incaranku. Aku tendang sekuat tenaga menggunakan bagian tulang kering kakiku kananku. Tiang listrik itu bengkok. Bengkok yang teramat sangat. Kekuatanku juga meningkat drastis.
Aku seharusnya sudah berkeluarga sekarang.
Siapa yang paling bertanggungjawab akan hal ini?. Tentu saja sumber dari semua ini.
Hai kau calon ahli kubur, calon penghuni surga! .
Sampai detik inipun aku bisa makan, sepeserpun bukan darimu.
Aku tak butuh uangmu. Simpanlah untuk dirimu
sendiri, bukankah kau sangatlah membutuhkannya?. Butuh.. tapi kenapa kau menghibahkan begitu saja perusahaan milikmu itu kepada orang lain yang pernah jadi menantumu itu?. Apa karena kau takut kepada ayahnya?. Ternyata kau memang takut pada mantan besanmu itu. Wah untung besar dong mereka ๐. Lucky Devil. Aku yakin mereka akan menggunakan pemberian cuma-cuma darimu itu dengan "semaksimal mungkin". Misalnya untuk membeli pahala, sama sepertimu, atau bahkan cuma buat uang belanja istrinya, makin cinta dong itu istrinya ๐. Jadi karena itu kau sampai tidak mau melawan mereka dan malahan memberikan beberapa perusahaan milikmu begitu saja, dan kau sebut itu sebagai kompensasi?. Ternyata kau lemah.
Oke aku nggak tahu harus menamakan itu lemah, bodoh atau pengecut. Mana yang lebih tepat?.
Jadi kau menganggap pihak lelakilah yang dirugikan dalam perceraian?. Aku bisa membayangkan mereka pasti puas, terbahak-bahak menertawakan "kejeniusanmu" itu.
Dan sebagai penghibur keputusanmu itu pasti kau menambahkan.. tidak apa-apa toh mereka juga "sejenis" denganmu.
Kesampingkan dulu impianmu
membangun istana di surga, sementara masalah yang kau perbuat didunia ini saja kau tidak bisa memperbaikinya.
Apa yang hendak kau lakukan mengenai hal ini?.
Saat ini kau justru tertawa-tawa atas kemalangan diriku hasil dari perbuatanmu. Tanpa rasa bersalah ya?. Sungguh "manusiawi" pemikiranmu itu.
Menurutmu semua itu bukanlah masalah bila aku adalah orang kaya?.
Apa kau menyamakan standartku dengan
mantan menantu pilihanmu itu!?. Yang saat ini sudah mempunyai istri berkat
berkenalan di klub malam!?. Lelaki yang dengan sepengetahuanmu hendak membeli keperawanan teman SMA-ku seharga Rp2 juta!. Dan saat itu juga ayah temanku itu langsung memutuskan kabel telpon yang secara tidak langsung adalah pemberianmu. Satu hal lagi(satu aja dah, kepanjangan ntar), dia juga secara terang-terangan meminta izin kepada istrinya waktu itu untuk pergi ke rumah bordil menyewa jasa pelacur disana untuk "perbandingan rasa", enak yang mana. Mungkin kau juga dipamiti sama dia. Untuk yang satu ini ia sungguh gentle, beda denganmu. Seleramu benar-benar menjijikkan.
Tapi ya kembali lagi ke awal. Yang penting mereka "sejenis" denganmu. Bukan begitu?.
Apa semua kertasmu itu bisa
mengembalikan waktuku yang hilang?. Mengembalikan kesempatanku untuk beribadah. Mengembalikan semua yang harusnya
menjadi kebahagiaanku, kebahagiaan ibu dan adik-adikku, juga kebahagiaan
dia?. Tidak perlu menarik 10 tahun kebelakang, karena putaran waktu sudah
membuktikannya. Membiarkanmu menunggu tanpa alasan, maka tak perlu
membiarkannya kembali dengan sebuah penjelasan. Dia cukup berani
melakukannya tanpa alasan. Dia cukup tega melakukan hal itu.
Aku hanya butuh 5 tahun kebelakang saja. Bisakah?.
Bila kau diam saja. Tidak menganggap hal ini. Berarti kau menyepelekanku dan masalah yang sudah
kalian perbuat ini. Teruskan saja membangun istana surgamu itu. Kerahkan
semua kertasmu. Pertaruhkan segalanya. Kau bahkan boleh bertanya
kepada para ustad hiburan atau ustad-ustad yang bisa kau bayar untuk
memberikan jawaban yang menyenangkan hatimu. Tapi kau pasti tahu bukan.
Kalau saja kalian tidak pernah mencampuri kehidupanku. Sekarang aku
sudah mempunyai keluarga yang bahagia, sudah punya istri dan mertua yang
sempurna. Kalianlah yang sudah merusak hidupku!. Namun saat ini bersikap seolah hal itu tidak pernah terjadi. Tidak mempedulikan racun yang sudah kalian sebarkan. Kau hancurkan hidupku, lalu kau minta aku merendahkan diri dihadapanmu!. Brengsek!. Dan sekarang kau bermimpi tentang istana di surga?!. Boleh
saja kok, kan cuma mimpi. Karena aku tidak rela akan hal itu. Aku yang akan menjadi penghalangmu. Aku akan
pastikan amalanmu tidak akan diterima!.
Aku tahu kau pasti meremehkan kata-kataku ini dan menganggap bahwa hal ini tidak akan berarti karena kau akan fokus kepada shalatmu. Kau pasti tak menyangka aku mengetahuinyakan?. Kau bermaksud mengakalinya?. Lakukan saja. Itu tidak akan mengubah fakta yang ada.
Tak ada artinya berumur panjang, bila kau mengisinya dengan kebusukan. Apa hatimu tenang?. Bila tidak maka kau masih mempunyai bagian manusia. Namun bila sebaliknya, kau senang dan justru semakin menjadi, maka berhati-hatilah. Jahanam menunggumu. Kau bukan makhluk abadi bukan?. Sekalipun kau berusaha mengakalinya dengan obat-obatan atau makanan pembersih usus, atau koyo penyedot racun yang kau pakai di telapak kakimu itu saat kau tidur. Kau tetap menjadi semakin tua. Umurmu di dunia tetap semakin berkurang. Itu semua tidak akan bisa menghentikan Izrail untuk melaksanakan tugasnya. Kau suka mengulur-ulur urusankan?.
Semua sepeda motor diparkiran ini sekarang sudah hancur berkeping-keping. Setelah sebelumnya tubuhku mengingat kembali gerakan bertarung wujudku ini. Aku menamakannya "Dust Eater". Karena kuda-kudanya yang menundukkan diri ke tanah sembari mengembangkan satu lengan kebelakang. Layaknya manusia Harimau. Ini mengingatkanku akan gerakan silat Harimau.
Aku sebenarnya muak dengan lingkunganku ini.
Aku anak SMP yang mempunyai daya tangkap yang normal. Aku bukan anak idiot ataupun mempunyai keterbelakangan mental. Tentu saja aku mengerti apa yang kalian semua katakan. Setiap hari, setiap saat.
Rumahku berada di pertigaan. Tusuk sate orang menyebutnya. Dari satu garis lurus itu saja, aku bisa mendengar semua perkataan kalian yang terus diulang. Semuanya!. Setiap hari, setiap saat.
Sampai sekarang aku masih ingat kelakuan para wanita bejat itu. Padahal mereka masih punya suami bahkan sudah punya anak. Rumor itu bahkan sudah menyebar ke tingkatan sekolahku SMP. Mereka bukan hanya ingin merusak kehidupanku di rumah, namun juga kehidupan sekolahku.
Bagaimana dengan suami mereka?. Sama saja, mereka juga tidak becus melakukan tugasnya. Mereka sangat tahu hal itu, hanya saja melakukan pembiaran. Kepala Keluarga yang tidak bisa mendidik keluarganya.
Yang kalian rencanakan waktu menjengukku di RS waktu itu, aku juga tahu lho. Untung saja otak kalian masih bisa digunakan ya, menimbang resiko terburuk yang akan kalian terima ๐.
Aku sempat mengatakan hal ini kepada ayahku. Beliau mengatakan "Jangan dipikirkan. Jangan pernah dipikirkan. Apalagi sampai dimasukkan ke hati. Itu semua adalah kentut. Biarkan kalangan mereka sendiri yang menikmatinya."
Mungkin seharusnya aku mengatakannya secara lebih detail lagi. Sangat mendetail, bukan kumpulan kata belepotan anak SMP.
Aku kumpulkan energi dalam genggaman tanganku. Lalu melemparkannya ke sebuah gedung di samping sana. Sebuah ledakan besar terjadi. Bangunan itu sekarang tinggal puing reruntuhan.
Dua tahun anak SMP ini hanya bisa bersabar.
Cowok itu harus kuat. Kuat menahan tangis dan sakit hati.
Jadi karena itu mereka sengaja melakukannya kepadaku?. Cih, aku tak
butuh ujian dari kalian, Bastard!.
Disini, saat ini sebenarnya aku hanya ingin hidup tenang. Sekalipun muak, aku tak perlu memperlihatkannya pada kalian bukan?. Tapi lagi-lagi kalian melakukan polah tingkah yang sama. Bangsat Keparat!.
Kalian pikir aku suka apa. Terpaksa hadir dalam pertemuan warga. Aku sebenarnya muak. Sayangnya ini adalah suatu kewajiban sebagai warga, Adik-adikku bahkan tidak ada satupun yang mau menggantikanku, sekalipun mereka luang. Sungguh egois. Sudahlah, lagipula itu tugasku sebagai anak tertua.
Perkataanku ini pasti tersampaikan kepada kalian semua. Semoga otak kalian bisa digunakan untuk berpikir bukan hanya untuk bergunjing. Mengenai hal ini paling juga kalian tidak bisa membersihkan kotoran yang sudah kalian perbuat. Bersikap layaknya tidak ada yang terjadi.
Lingkungan para Bajingan!
Seringkali memaafkan adalah cara lain memberinya kesempatan untuk menyakiti lagi.
Energi dalam tubuhku meledak keluar tanpa bisa kutahan. Semakin membesar dan menghancurkan semua yang disentuhnya. Bahkan sekarang aku tidak bisa merasakan tanah pijakanku. Semuanya semakin memutih.
***
Aku merasakan energi gelap yang sangat pekat. Setelah ratusan tahun tertidur dan hanya bisa menunggu suatu kejadian besar terjadi. Peranku dibutuhkan kembali.
Kalian manusia menyebutku dengan nama...
Demon Magician
Diposting oleh
tutorial
13.20
Aku merasakan hawa busuk yang tajam. Berasal dari sebuah gedung pertunjukan. Ada baliho didepannya yang menyambut sang pesulap. Entah itu dirinya atau orang yang berada disekitarnya.
Saat hendak masuk kedalam. Penjaga menghadangku untuk terlebih dahulu memperlihatkan tiket masuk. Aku tak punya persiapan, tentu saja aku tak punya tiket seperti itu. Seorang calo didepan menawarkanku tiket masuk dengan harga Rp220 ribu. Aku buka dompetku dan hanya ada Rp20rb.
Aku akan cari jalan lain untuk bisa masuk kesana.
Kuputuskan menggunakan kekuatan istimewaku. Membuka gerbang dimensi antara. Aku melenggang melewati pintu depan tanpa penjaga. Kurasa ruangan tengah inilah yang menjadi panggung pertunjukannya.
Aku kembali ke dimensi nyata. Menemukan kehadiranku di keramaian orang. Kulihat lirikan sang pesulap ke arahku. Nampak bagiku ialah sumber masalah.
Tak ada hal yang bisa kulakukan kecuali menunggu pertunjukan ini selesai.
Aku merasa pertunjukan ilusi yang dihadirkannya bukanlah sebuah trik. Sungguh diluar nalar. Seharusnya aku tak perlu heran mengenai itu.
Akhirnya usai. Sang pesulap langsung kebelakang panggung. Aku mengikutinya sembari mengaktifkan kembali dimensi antara. Ia tidak terkejut. Berbalik kearahku lalu merubah wujudnya menjadi sesosok monster bertubuh langsing. Tipe kecepatan.
"Tiwikrama!"
Tanpa ragu aku menyerangnya. Ia berhasil menghindari semua kombinasi seranganku. Dirinya melompat tinggi ke lantai atas sembari melontarkan ejekan.
"Ternyata kau lemah".
"Menghindar melulu gitu!. Pantasnya kau boleh mengatakan itu kalau sudah terkena serangan dariku."
"Sungguh menarik. Namaku Dema. Tapi aku tak bisa meladenimu saat ini. Pertemuan kita yang berikutnya akan menjadi akhir darimu".
'Begitu pula denganku. Akan berbahaya bila informasi keberadaanku terkuak diantara mereka'.
"No one alive to say the tale!" Aku melompat ke arahnya dan melemparkan cakaran terkuatku.
Lagi-lagi ia berhasil menghindar. Melemparkan bola ke tanah, sehingga asap memenuhi ruangan.
Ia menghilang, aku tak bisa lagi mendeteksinya. Pasti ia sudah melompat ke alam fana dan berlari sejauh mungkin.
Ini tidak bagus. Aku sudah melepaskan dua Angkara. Aku hanya bisa berharap semoga saja keduanya adalah cecunguk.
Saat hendak masuk kedalam. Penjaga menghadangku untuk terlebih dahulu memperlihatkan tiket masuk. Aku tak punya persiapan, tentu saja aku tak punya tiket seperti itu. Seorang calo didepan menawarkanku tiket masuk dengan harga Rp220 ribu. Aku buka dompetku dan hanya ada Rp20rb.
Aku akan cari jalan lain untuk bisa masuk kesana.
Kuputuskan menggunakan kekuatan istimewaku. Membuka gerbang dimensi antara. Aku melenggang melewati pintu depan tanpa penjaga. Kurasa ruangan tengah inilah yang menjadi panggung pertunjukannya.
Aku kembali ke dimensi nyata. Menemukan kehadiranku di keramaian orang. Kulihat lirikan sang pesulap ke arahku. Nampak bagiku ialah sumber masalah.
Tak ada hal yang bisa kulakukan kecuali menunggu pertunjukan ini selesai.
Aku merasa pertunjukan ilusi yang dihadirkannya bukanlah sebuah trik. Sungguh diluar nalar. Seharusnya aku tak perlu heran mengenai itu.
Akhirnya usai. Sang pesulap langsung kebelakang panggung. Aku mengikutinya sembari mengaktifkan kembali dimensi antara. Ia tidak terkejut. Berbalik kearahku lalu merubah wujudnya menjadi sesosok monster bertubuh langsing. Tipe kecepatan.
"Tiwikrama!"
Tanpa ragu aku menyerangnya. Ia berhasil menghindari semua kombinasi seranganku. Dirinya melompat tinggi ke lantai atas sembari melontarkan ejekan.
"Ternyata kau lemah".
"Menghindar melulu gitu!. Pantasnya kau boleh mengatakan itu kalau sudah terkena serangan dariku."
"Sungguh menarik. Namaku Dema. Tapi aku tak bisa meladenimu saat ini. Pertemuan kita yang berikutnya akan menjadi akhir darimu".
'Begitu pula denganku. Akan berbahaya bila informasi keberadaanku terkuak diantara mereka'.
"No one alive to say the tale!" Aku melompat ke arahnya dan melemparkan cakaran terkuatku.
Lagi-lagi ia berhasil menghindar. Melemparkan bola ke tanah, sehingga asap memenuhi ruangan.
Ia menghilang, aku tak bisa lagi mendeteksinya. Pasti ia sudah melompat ke alam fana dan berlari sejauh mungkin.
Ini tidak bagus. Aku sudah melepaskan dua Angkara. Aku hanya bisa berharap semoga saja keduanya adalah cecunguk.
Sang Master
Diposting oleh
tutorial
22.57
Sudah beberapa bulan ini pekerjaan kami terancam oleh kehadirannya. Pendatang baru yang mempunyai trik sulap yang mengagumkan. Entah bagaimana cara dia melakukan segala hal tersebut.
Aku akui dirinya sangat cerdas, bisa melakukan pertunjukan yang tidak bisa kami bayangkan bagaimana cara trik tersebut bisa dieksekusi. Muda, tampan dan berbakat. Kenapa ia tidak menjadi artis saja?.
Dia sampai mendominasi pertunjukan banyak event bahkan berhasil menjadi pengisi tetap beberapa acara televisi. Menggulung mata pencaharian kami. Awalnya aku dan beberapa teman asosiasi pesulap tidak terlalu memperhitungkannya. Tapi ternyata dia sungguh berbahaya. Dia sangat sombong, bahkan menolak undangan dari kami untuk bergabung dengan asosiasi sulap. Sangat tamak. Tidak memberi kesempatan kami untuk tampil dan mengais rezeki.
Beberapa dari kami bahkan sudah membicarakannya baik-baik kepada dirinya. Jawaban darinya adalah dirinya hanya melakukan persaingan secara sehat. Siapa yang terbaiklah yang akan menguasai panggung. Lagipula dirinya tidak punya waktu untuk bermain-main dengan organisasi hobi semacam itu.
Ini membuat aku dan kawan-kawan lainnya geram dan frustasi. Sedangkan sulap adalah satu-satunya hal yang bisa kami lakukan dengan baik. Memang masih ada sih pekerjaan mengisi panggung-panggung kecil. Seperti acara ulang tahun anak bahkan acara pernikahan. Tapi tetap saja penghasilan dari itu tidaklah terlalu besar. Dengan adanya dirinya yang mendominasi pasar, penghasilan kami menurun drastis.
Hingga akupun punya pikiran nekat. Aku ajak beberapa kawan asosiasi yang keberadaannya juga turut terancam untuk ikut dalam rencanaku. Merekayasa pertunjukannya. Beberapa rencana rekayasa untuk membuatnya malu diatas panggung semuanya gagal total. Dari menukar beberapa perkakas sulap miliknya dengan peralatan biasa. Sampai menyabotasi pintu tersembunyi panggung agar tidak bisa terbuka. Ia tetap menjalankan aksinya seperti biasa. Secara cemerlang. Sungguh aneh, bagaimana caranya dia mengatasi semua itu?. Padahal aku yakin kami melakukannya dengan benar. Apa jangan-jangan ada diantara kami yang memihak kepadanya?. Seorang pengkhianat?.
Kurasa dengki sudah menguasai diriku. Semua kegagalan itu membuatku geram. Aku benar-benar benci kepadanya. Hingga akhirnya datang suatu kesempatan dia melakukan sebuah pertunjukan berbahaya. "Menangkap peluru". Semua orang juga tahu semua senapan itu berisi peluru hampa.
Tapi aku akan membuatnya merasakan peluru yang sesungguhnya. Hahahaha. Biar tahu rasa itu orang. Kali ini aku akan melakukannya dengan tanganku sendiri.
Hari H pertunjukan dimulai. Aku berhasil menyusup ke properties miliknya dan menukar peluru hampa dengan peluru asli. Aksiku ini memang kebangetan sih. Tapi luka tembakan di perut belum tentu akan membuatmu mati. Semoga dia terluka cukup parah hingga membuatnya kapok dan pensiun dari dunia hiburan. Hahahaha.
Beberapa trik disajikannya. Sungguh dia illusionist yang berbakat. Tapi hal seperti itu, aku juga bisa melakukannya.
Akhirnya tiba aksi utama dirinya di panggung besar yang ditayangkan oleh televisi secara live. Asisten mencoba mempraktekkan senapan tersebut dengan menembakkannya ke sebuah botol yang telah disediakan. Botolpun hancur. Berikutnya sang asisten bersiap menembakkannya ke arah sang pertunjukan utama. Ia memajukkan kepalanya. Menunjuk ke arah dahinya. Tunggu, apakah dia menyuruh asistennya untuk mengarahkan ke arah kepalanya? bukan keperutnya?. Ini diluar dugaan. Ah sudahlah. Toh kalau dia mati hasilnya juga tetap sama saja.
"Dor!"
Kepalanya berbelok seolah menghindari tembakan tersebut. Ia membuang sesuatu dari mulutnya ke lantai. Sebuah selongsong peluru. Para penonton bertepuk tangan meriah.
"Dor!" tembakan kedua dilakukan. Sekerjap terlihat percikan darah dari dahi sang pesulap. Ia terjatuh dengan wajah membelakangi panggung.
'Hahaha. Ini pasti akan menjadi berita besar dan akan terukir dalam sejarah' aku tak bisa menutupi senyum kemenanganku. Para penonton beserta kru menjadi panik. Apa yang gerangan terjadi. Apakah ini benar-benar kecelakaan?.
Saat para kru memutuskan untuk mendekatinya. Tiba-tiba sosoknya berdiri sambil mengusap lubang didahinya. Dan luka tersebut hilang sama sekali. Para penonton bertepuk tangan lebih meriah dari sebelumnya.
Dari atas panggung dirinya menatap tajam diriku. Bulu kudukku berdiri. Aku benar-benar merinding. Firasatku buruk. Akupun segera meninggalkan tempat itu.
Padahal kejadian tadi benar-benar terlihat nyata. Trik macam apa yang ia gunakan?. Mungkin superioritasnya dalam bidang inilah yang membuatnya sombong.
Dalam perjalanan pulang. Saat aku memasuki gang kecil. Bulu kudukku kembali berdiri. Seperti ada seseorang yang mengikutiku. Aku menoleh kebelakang, namun tak kutemukan siapapun. Saat aku membalikkan badan. Dirinya ada didepanku. Ia menjilat bibirnya. Layaknya orang penuh selera.
Aku terjatuh karena kaget.
"Jadi kau yang selama ini menyabotase pertunjukanku?."
"Apa yang kau katakan?. Memangnya kau punya bukti!?" aku hendak berlalu melewatinya saat tangannya menghalangi merintangi jalanku. Ia menyapukan tangannya ke dahinya dan dahinya terlihat berlubang.
Aku tersentak mundur beberapa langkah. "Dasar monster!. Bagaimana kau bisa melakukan semua trik itu?". Aku mulai ketakutan.
"Hahaha. Kau pikir semua yang kulakukan adalah tipuan murahan?. Aku tidak pernah melakukan trik-trik penipu semacam itu. Semua yang kulakukan adalah nyata".
Aku semakin ketakutan.
"Selamat makan" Ia memperlihatkan deretan giginya kepadaku dan membuka mulutnya.
Aku akui dirinya sangat cerdas, bisa melakukan pertunjukan yang tidak bisa kami bayangkan bagaimana cara trik tersebut bisa dieksekusi. Muda, tampan dan berbakat. Kenapa ia tidak menjadi artis saja?.
Dia sampai mendominasi pertunjukan banyak event bahkan berhasil menjadi pengisi tetap beberapa acara televisi. Menggulung mata pencaharian kami. Awalnya aku dan beberapa teman asosiasi pesulap tidak terlalu memperhitungkannya. Tapi ternyata dia sungguh berbahaya. Dia sangat sombong, bahkan menolak undangan dari kami untuk bergabung dengan asosiasi sulap. Sangat tamak. Tidak memberi kesempatan kami untuk tampil dan mengais rezeki.
Beberapa dari kami bahkan sudah membicarakannya baik-baik kepada dirinya. Jawaban darinya adalah dirinya hanya melakukan persaingan secara sehat. Siapa yang terbaiklah yang akan menguasai panggung. Lagipula dirinya tidak punya waktu untuk bermain-main dengan organisasi hobi semacam itu.
Ini membuat aku dan kawan-kawan lainnya geram dan frustasi. Sedangkan sulap adalah satu-satunya hal yang bisa kami lakukan dengan baik. Memang masih ada sih pekerjaan mengisi panggung-panggung kecil. Seperti acara ulang tahun anak bahkan acara pernikahan. Tapi tetap saja penghasilan dari itu tidaklah terlalu besar. Dengan adanya dirinya yang mendominasi pasar, penghasilan kami menurun drastis.
Hingga akupun punya pikiran nekat. Aku ajak beberapa kawan asosiasi yang keberadaannya juga turut terancam untuk ikut dalam rencanaku. Merekayasa pertunjukannya. Beberapa rencana rekayasa untuk membuatnya malu diatas panggung semuanya gagal total. Dari menukar beberapa perkakas sulap miliknya dengan peralatan biasa. Sampai menyabotasi pintu tersembunyi panggung agar tidak bisa terbuka. Ia tetap menjalankan aksinya seperti biasa. Secara cemerlang. Sungguh aneh, bagaimana caranya dia mengatasi semua itu?. Padahal aku yakin kami melakukannya dengan benar. Apa jangan-jangan ada diantara kami yang memihak kepadanya?. Seorang pengkhianat?.
Kurasa dengki sudah menguasai diriku. Semua kegagalan itu membuatku geram. Aku benar-benar benci kepadanya. Hingga akhirnya datang suatu kesempatan dia melakukan sebuah pertunjukan berbahaya. "Menangkap peluru". Semua orang juga tahu semua senapan itu berisi peluru hampa.
Tapi aku akan membuatnya merasakan peluru yang sesungguhnya. Hahahaha. Biar tahu rasa itu orang. Kali ini aku akan melakukannya dengan tanganku sendiri.
Hari H pertunjukan dimulai. Aku berhasil menyusup ke properties miliknya dan menukar peluru hampa dengan peluru asli. Aksiku ini memang kebangetan sih. Tapi luka tembakan di perut belum tentu akan membuatmu mati. Semoga dia terluka cukup parah hingga membuatnya kapok dan pensiun dari dunia hiburan. Hahahaha.
Beberapa trik disajikannya. Sungguh dia illusionist yang berbakat. Tapi hal seperti itu, aku juga bisa melakukannya.
Akhirnya tiba aksi utama dirinya di panggung besar yang ditayangkan oleh televisi secara live. Asisten mencoba mempraktekkan senapan tersebut dengan menembakkannya ke sebuah botol yang telah disediakan. Botolpun hancur. Berikutnya sang asisten bersiap menembakkannya ke arah sang pertunjukan utama. Ia memajukkan kepalanya. Menunjuk ke arah dahinya. Tunggu, apakah dia menyuruh asistennya untuk mengarahkan ke arah kepalanya? bukan keperutnya?. Ini diluar dugaan. Ah sudahlah. Toh kalau dia mati hasilnya juga tetap sama saja.
"Dor!"
Kepalanya berbelok seolah menghindari tembakan tersebut. Ia membuang sesuatu dari mulutnya ke lantai. Sebuah selongsong peluru. Para penonton bertepuk tangan meriah.
"Dor!" tembakan kedua dilakukan. Sekerjap terlihat percikan darah dari dahi sang pesulap. Ia terjatuh dengan wajah membelakangi panggung.
'Hahaha. Ini pasti akan menjadi berita besar dan akan terukir dalam sejarah' aku tak bisa menutupi senyum kemenanganku. Para penonton beserta kru menjadi panik. Apa yang gerangan terjadi. Apakah ini benar-benar kecelakaan?.
Saat para kru memutuskan untuk mendekatinya. Tiba-tiba sosoknya berdiri sambil mengusap lubang didahinya. Dan luka tersebut hilang sama sekali. Para penonton bertepuk tangan lebih meriah dari sebelumnya.
Dari atas panggung dirinya menatap tajam diriku. Bulu kudukku berdiri. Aku benar-benar merinding. Firasatku buruk. Akupun segera meninggalkan tempat itu.
Padahal kejadian tadi benar-benar terlihat nyata. Trik macam apa yang ia gunakan?. Mungkin superioritasnya dalam bidang inilah yang membuatnya sombong.
Dalam perjalanan pulang. Saat aku memasuki gang kecil. Bulu kudukku kembali berdiri. Seperti ada seseorang yang mengikutiku. Aku menoleh kebelakang, namun tak kutemukan siapapun. Saat aku membalikkan badan. Dirinya ada didepanku. Ia menjilat bibirnya. Layaknya orang penuh selera.
Aku terjatuh karena kaget.
"Jadi kau yang selama ini menyabotase pertunjukanku?."
"Apa yang kau katakan?. Memangnya kau punya bukti!?" aku hendak berlalu melewatinya saat tangannya menghalangi merintangi jalanku. Ia menyapukan tangannya ke dahinya dan dahinya terlihat berlubang.
Aku tersentak mundur beberapa langkah. "Dasar monster!. Bagaimana kau bisa melakukan semua trik itu?". Aku mulai ketakutan.
"Hahaha. Kau pikir semua yang kulakukan adalah tipuan murahan?. Aku tidak pernah melakukan trik-trik penipu semacam itu. Semua yang kulakukan adalah nyata".
Aku semakin ketakutan.
"Selamat makan" Ia memperlihatkan deretan giginya kepadaku dan membuka mulutnya.
Cinta yang takkan pernah terkatakan
Diposting oleh
tutorial
13.17
Sudah lama aku tidak kemari. Suasananya sekarang sudah jauh berbeda dengan dulu.
Bangunannya sudah banyak berkembang. Kawasannya juga lebih ramai.
Aku masuk ke resepsionis kantor dan mengatakan tujuanku untuk memperbaiki printer kantor. Mbak didepanku ini segera menelpon untuk menghubungkanku dengan mbak Tatik yang menghubungiku untuk kesini.
Mbak Tatik datang dan mengantarkanku kebagian belakang gedung dimana banyak tukang-tukang bangunan bersliweran. Rupanya mereka sedang membangun bagian ini.
Suara pekerjaan bangunan saling menumpuk. Ada suara desingan alat kayu. Ada pula suara pukulan palu.
Mbak Tatik menemaniku di dalam.Aku mulai mengerjakan keluhan pada komputer.
Dibalik ruangan ini, aku melihat dirinya. Setelah sekian lama, aku melihatnya lagi. Zara sedang mengarahkan, menuntun beberapa lelaki yang membawa tangga dan beberapa peralatan lainnya.
Dia terlihat lebih cantik dari terakhir kali aku melihatnya. Dia sudah pandai berdandan sekarang. Dia memakai make up. Aku jadi teringat saat pertama kali bertemu dengannya. Seorang gadis lugu tanpa riasan sama sekali di wajahnya. Aku tersenyum mengenangnya. Memang dasarnya cantik, tanpa make up sekalipun tetap saja menarik. Dan itu berlanjut dengan pertemuan-pertemuan berikutnya.
Ada perasaan senang bisa melihatnya kembali. Namun juga terasa perih, memenuhi sanubariku. Mengenai kenyatan yang sudah terjadi. Sakit, hanya saja tidak berdarah.
Beberapa lama kemudian. Suara ketukan pintu terdengar. Zara muncul memberitahukan ada tamu yang harus ditemui oleh mbak Tatik.
Dia melihatku. Aku sekilas melihatnya, lalu melanjutkan kembali pekerjaanku dilayar komputer. Zara masih mematung didepanku, menatapku dengan sayu.
'Aku tahu kau juga merasakan hal yang sama.'
Mbak Tatik keluar dari ruangan ini untuk menemui pekerjaannya yang lain.
Beberapa saat kemudian Zara mengikutinya lalu berbelok ke arah yang lain.
"Andai saja lima tahun yang lalu bisa terulang Mas. Aku pasti akan menolak perjodohan dari ibuku dan sabar menunggumu. Andai saja keadaan kita terbalik. Kamu yang sudah menikah dan aku yang belum. Aku akan memintamu sekalipun dengan izin istrimu." Suara itu terdengar begitu lirih. Suara kecil yang mungkin tidak akan terdengar oleh pendengaran manusia biasa.
Aku bukan manusia biasa.
Bukan hanya kamu. Andai saja kesempatan kedua itu ada. Aku tak akan ragu untuk memilihmu.
Kita tidak tahu pilihan kita itu benar atau salah, sampai kita menjalaninya.
Dan aku sudah menjalani pilihanku itu.
Aku meneruskan tugasku sambil berharap proses loading cepat berakhir. Aku terus menguatkan hatiku.
Berharap pekerjaan ini cepat selesai.
Dalam perjalanan kembali untuk menemaniku. Terdengar suara gojek salah seorang bapak tukang bangunan. Dan mbak Tatik tertawa-tawa terbahak-bahak.
"Makanya kalau nyari suami nanti yang seperti aku Nduk. Setiap hari kamu bakalan bisa tertawa.
"Ada-ada saja bapak ini. Udahan ah gojeknya. Nggak kerja-kerja nanti."
Mbak Tatik masih tersenyum saat masuk kedalam ruangan. Lalu duduk kembali disebelahku.
Sambil mengerjakan.
"Tapi memang benar kok mbak. Tertariklah kepada seseorang yang bisa membuatmu tersenyum. Karena hanya senyum yang bisa membuat hari-hari yang gelap.. menjadi cerah."
Mbak Tatik kembali tersenyum. Dia lalu tertawa sambil menutupi mulutnya dengan tangan.
"Sekarang makin rame ya mbak. Dulu padahal kantornya cuma sampai disana."
"Mas dulu bisa tahu sini darimana?"
"Pak Sulaiman yang manggil saya mbak. Tapi sekarang sudah nggak pernah ngurusi ini ya?."
"Oh. Iya pak Sulaiman sudah jarang di terlihat disini Mas."
"Dulu pak Sulaiman, terus istrinya yang manggil saya."
"Dari waktu kantornya yang bagian depan itu ya Mas?."
"Dulunya kantornya satu ruangan diatas itu mbak. Yang di lantai dua. Masih pak Sulaiman sendirian. Terus nambah kantor yang dibawah ini. Mulai ada pegawainya. Terus kantornya nambah lebih luas. Lalu sampai ada gudangnya juga. Pegawainya tambah banyak. Lalu sekarang nambah perluasan dibagian belakang sini buat dijadikan bangunan kantor juga. Nggak nyangka sampai rame seperti sekarang gini mbak." Aku tersenyum.
Mbak Tatik terlihat terkejut. Bahwa aku ternyata sudah lebih lama mengetahui tempat ini daripada dirinya yang masih baru. Semua pegawai disini adalah perempuan dan berhijab, kecuali bagian keamanan dan sopir kantor.
"Tadi itu barusan mbak Zara ya?". Aku mencoba memastikan.
"Iya, tadi itu mbak Zara Mas."
'Tentu saja itu dia.' aku menghela nafas.
'Andai saja itu orang lain. Saudara atau kembarannya misalnya. Aku pasti tanpa ragu akan melakukan hal yang seharusnya dari dulu aku lakukan'.
"Mbak Zara, mbak Endang, .. " aku mulai mengingat.
"Mbak Weda, mbak Nia, mbak Rina". Mbak Tatik melanjutkan
"Iya, yang awal-awal saya ngingatnya mbak".
Ada banyak pegawai perempuan disini, aku tidak pernah berkenalan secara spesifik. Hanya mengenal karena berhubungan dengan pekerjaan. Khusus Zara. Aku bisa mengetahui namanya itu menggunakan modus pekerjaan kepada seorang rekan kerjanya. Sebenarnya aku sudah punya niat untuk menjadikannya istriku. Perempuan berkualitas sepertinya, tidak bisa ditemukan setiap saat.
Hanya saja.. takdir berbicara lain.
'Kalau saja kamu mau menungguku.. sebentar saja.'
Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum masam. Melupakan.. suatu kata yang mudah diucapkan namun sangat sulit untuk dilakukan. Rasa kecewa itu akan terus membekas dalam ingatan. Terus membayangi seumur hidup. Aku melepaskan perempuan yang istimewa demi pepesan kosong.
Setelah merasa komputer telah terintegrasi dengan baik, printernyapun telah berhasil terhubung dengan baik. Dan mbak Tatik belum kembali kesini.
Aku keluar ruangan dan masuk keruangan tengah menemui Office Lady yang terlihat disana.
Ada Zara ada didepan sana. Aku nyaringkan suaraku.
"Bu mbak Tatik kan nggak ada, saya titip ruangannya. Itu Komputernya masih nyala, printernya juga masih nyala. Sudah bisa. Nggak ada pembayaran kok. Trial sebulan. Pembayarannya terakhir. Saya tinggal ya bu."
"Oh iya, nanti biar saya kunci mas".
Seperti yang kuduga, Zara segera masuk kesalah satu bilik ruangan. Dia tidak mau berdiam di jalur yang aku lewati untuk keluar.
'Aku ingin kau tetap seperti itu. Tetaplah menjadi perempuan baik-baik.. sampai akhir.'
Tidak lupa aku lewat sambil memberi salam kepada bagian front office bahwa pekerjaanku sudah selesai.
Diluar aku berjalan ke arah tempat motorku kuparkirkan, sembari mengambil kedua sarung tangan model putungan(half gloves) milikku yang aku simpan dikantong pinggang jaket, lalu memakainya. Aku masih bisa mendengar suara Zara yang berada di dalam sana.
"Semoga saat besar nanti, anakku bisa seganteng kamu Mas."
Kuambil motorku yang aku parkirkan. Kupakai helm full face-ku. Mengarahkannya kejalan raya.
'Tetaplah menjadi wanita baik-baik Zar. Jangan sampai kamu salah jalan.
Tetaplah menjadi perempuan baik-baik.. sampai akhir. Sekalipun bukan untuk dirimu sendiri. Lakukan demi aku.'
Karena kau adalah kebangganku. Kau adalah salah satu percabangan hidupku yang tidak aku lalui.
Aku geber gas sepeda motorku, meninggalkan gedung penuh kenangan itu.
Bangunannya sudah banyak berkembang. Kawasannya juga lebih ramai.
Aku masuk ke resepsionis kantor dan mengatakan tujuanku untuk memperbaiki printer kantor. Mbak didepanku ini segera menelpon untuk menghubungkanku dengan mbak Tatik yang menghubungiku untuk kesini.
Mbak Tatik datang dan mengantarkanku kebagian belakang gedung dimana banyak tukang-tukang bangunan bersliweran. Rupanya mereka sedang membangun bagian ini.
Suara pekerjaan bangunan saling menumpuk. Ada suara desingan alat kayu. Ada pula suara pukulan palu.
Mbak Tatik menemaniku di dalam.Aku mulai mengerjakan keluhan pada komputer.
Dibalik ruangan ini, aku melihat dirinya. Setelah sekian lama, aku melihatnya lagi. Zara sedang mengarahkan, menuntun beberapa lelaki yang membawa tangga dan beberapa peralatan lainnya.
Dia terlihat lebih cantik dari terakhir kali aku melihatnya. Dia sudah pandai berdandan sekarang. Dia memakai make up. Aku jadi teringat saat pertama kali bertemu dengannya. Seorang gadis lugu tanpa riasan sama sekali di wajahnya. Aku tersenyum mengenangnya. Memang dasarnya cantik, tanpa make up sekalipun tetap saja menarik. Dan itu berlanjut dengan pertemuan-pertemuan berikutnya.
Ada perasaan senang bisa melihatnya kembali. Namun juga terasa perih, memenuhi sanubariku. Mengenai kenyatan yang sudah terjadi. Sakit, hanya saja tidak berdarah.
Beberapa lama kemudian. Suara ketukan pintu terdengar. Zara muncul memberitahukan ada tamu yang harus ditemui oleh mbak Tatik.
Dia melihatku. Aku sekilas melihatnya, lalu melanjutkan kembali pekerjaanku dilayar komputer. Zara masih mematung didepanku, menatapku dengan sayu.
'Aku tahu kau juga merasakan hal yang sama.'
Mbak Tatik keluar dari ruangan ini untuk menemui pekerjaannya yang lain.
Beberapa saat kemudian Zara mengikutinya lalu berbelok ke arah yang lain.
"Andai saja lima tahun yang lalu bisa terulang Mas. Aku pasti akan menolak perjodohan dari ibuku dan sabar menunggumu. Andai saja keadaan kita terbalik. Kamu yang sudah menikah dan aku yang belum. Aku akan memintamu sekalipun dengan izin istrimu." Suara itu terdengar begitu lirih. Suara kecil yang mungkin tidak akan terdengar oleh pendengaran manusia biasa.
Aku bukan manusia biasa.
Bukan hanya kamu. Andai saja kesempatan kedua itu ada. Aku tak akan ragu untuk memilihmu.
Kita tidak tahu pilihan kita itu benar atau salah, sampai kita menjalaninya.
Dan aku sudah menjalani pilihanku itu.
Aku meneruskan tugasku sambil berharap proses loading cepat berakhir. Aku terus menguatkan hatiku.
Berharap pekerjaan ini cepat selesai.
Dalam perjalanan kembali untuk menemaniku. Terdengar suara gojek salah seorang bapak tukang bangunan. Dan mbak Tatik tertawa-tawa terbahak-bahak.
"Makanya kalau nyari suami nanti yang seperti aku Nduk. Setiap hari kamu bakalan bisa tertawa.
"Ada-ada saja bapak ini. Udahan ah gojeknya. Nggak kerja-kerja nanti."
Mbak Tatik masih tersenyum saat masuk kedalam ruangan. Lalu duduk kembali disebelahku.
Sambil mengerjakan.
"Tapi memang benar kok mbak. Tertariklah kepada seseorang yang bisa membuatmu tersenyum. Karena hanya senyum yang bisa membuat hari-hari yang gelap.. menjadi cerah."
Mbak Tatik kembali tersenyum. Dia lalu tertawa sambil menutupi mulutnya dengan tangan.
"Sekarang makin rame ya mbak. Dulu padahal kantornya cuma sampai disana."
"Mas dulu bisa tahu sini darimana?"
"Pak Sulaiman yang manggil saya mbak. Tapi sekarang sudah nggak pernah ngurusi ini ya?."
"Oh. Iya pak Sulaiman sudah jarang di terlihat disini Mas."
"Dulu pak Sulaiman, terus istrinya yang manggil saya."
"Dari waktu kantornya yang bagian depan itu ya Mas?."
"Dulunya kantornya satu ruangan diatas itu mbak. Yang di lantai dua. Masih pak Sulaiman sendirian. Terus nambah kantor yang dibawah ini. Mulai ada pegawainya. Terus kantornya nambah lebih luas. Lalu sampai ada gudangnya juga. Pegawainya tambah banyak. Lalu sekarang nambah perluasan dibagian belakang sini buat dijadikan bangunan kantor juga. Nggak nyangka sampai rame seperti sekarang gini mbak." Aku tersenyum.
Mbak Tatik terlihat terkejut. Bahwa aku ternyata sudah lebih lama mengetahui tempat ini daripada dirinya yang masih baru. Semua pegawai disini adalah perempuan dan berhijab, kecuali bagian keamanan dan sopir kantor.
"Tadi itu barusan mbak Zara ya?". Aku mencoba memastikan.
"Iya, tadi itu mbak Zara Mas."
'Tentu saja itu dia.' aku menghela nafas.
'Andai saja itu orang lain. Saudara atau kembarannya misalnya. Aku pasti tanpa ragu akan melakukan hal yang seharusnya dari dulu aku lakukan'.
"Mbak Zara, mbak Endang, .. " aku mulai mengingat.
"Mbak Weda, mbak Nia, mbak Rina". Mbak Tatik melanjutkan
"Iya, yang awal-awal saya ngingatnya mbak".
Ada banyak pegawai perempuan disini, aku tidak pernah berkenalan secara spesifik. Hanya mengenal karena berhubungan dengan pekerjaan. Khusus Zara. Aku bisa mengetahui namanya itu menggunakan modus pekerjaan kepada seorang rekan kerjanya. Sebenarnya aku sudah punya niat untuk menjadikannya istriku. Perempuan berkualitas sepertinya, tidak bisa ditemukan setiap saat.
Hanya saja.. takdir berbicara lain.
'Kalau saja kamu mau menungguku.. sebentar saja.'
Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum masam. Melupakan.. suatu kata yang mudah diucapkan namun sangat sulit untuk dilakukan. Rasa kecewa itu akan terus membekas dalam ingatan. Terus membayangi seumur hidup. Aku melepaskan perempuan yang istimewa demi pepesan kosong.
Setelah merasa komputer telah terintegrasi dengan baik, printernyapun telah berhasil terhubung dengan baik. Dan mbak Tatik belum kembali kesini.
Aku keluar ruangan dan masuk keruangan tengah menemui Office Lady yang terlihat disana.
Ada Zara ada didepan sana. Aku nyaringkan suaraku.
"Bu mbak Tatik kan nggak ada, saya titip ruangannya. Itu Komputernya masih nyala, printernya juga masih nyala. Sudah bisa. Nggak ada pembayaran kok. Trial sebulan. Pembayarannya terakhir. Saya tinggal ya bu."
"Oh iya, nanti biar saya kunci mas".
Seperti yang kuduga, Zara segera masuk kesalah satu bilik ruangan. Dia tidak mau berdiam di jalur yang aku lewati untuk keluar.
'Aku ingin kau tetap seperti itu. Tetaplah menjadi perempuan baik-baik.. sampai akhir.'
Tidak lupa aku lewat sambil memberi salam kepada bagian front office bahwa pekerjaanku sudah selesai.
Diluar aku berjalan ke arah tempat motorku kuparkirkan, sembari mengambil kedua sarung tangan model putungan(half gloves) milikku yang aku simpan dikantong pinggang jaket, lalu memakainya. Aku masih bisa mendengar suara Zara yang berada di dalam sana.
"Semoga saat besar nanti, anakku bisa seganteng kamu Mas."
Kuambil motorku yang aku parkirkan. Kupakai helm full face-ku. Mengarahkannya kejalan raya.
'Tetaplah menjadi wanita baik-baik Zar. Jangan sampai kamu salah jalan.
Tetaplah menjadi perempuan baik-baik.. sampai akhir. Sekalipun bukan untuk dirimu sendiri. Lakukan demi aku.'
Karena kau adalah kebangganku. Kau adalah salah satu percabangan hidupku yang tidak aku lalui.
Aku geber gas sepeda motorku, meninggalkan gedung penuh kenangan itu.
Rasa Takut
Diposting oleh
tutorial
13.09
Disuatu malam disebuah ruas jalan alternatif pertokoan.
"Jalan bareng yuk mbak. Kita pasti bisa mbahagiain mbak deh." Seorang anak perempuan terpojok menyandarkan tubuhnya di sebuah pintu besi lipat bangunan ruko yang tutup. Beberapa pemuda mengerumuni anak perempuan tersebut ditengah keramaian malam. Lebih tepatnya ada empat orang pemuda.
"Kita yang traktir. Nanti juga kami antar pulang deh. Walaupun nggak tahu kapan bakal pulangnya.
Serempak mereka terkekeh.
'Gerombolan lelaki brengsek. Mereka mabuk ya?.'
'Ada apa dengan semua orang disini?. Mereka melihat hal ini bukan?.
Yah, aku tahu orang-orang yang lewat bukannya tidak punya hati.'
"Napa lihat-lihat!" salah satu dari mereka yang ada dibelakang menggertak seorang pemuda lewat yang memperhatikan kelakuan mereka.
'Meskipun mereka datang menolongpun. Belum tentu mereka bisa melakukan apa-apa. Mereka hanya akan terluka. Setiap orang ingin melindungi diri mereka sendiri. Mereka juga pasti punya orang-orang terkasih yang menunggu kepulangan mereka. Itu suatu hal yang wajar.'
'Jika ada orang mau menolong orang asing. Mungkin dia hanyalah orang bodoh.'
"Ah ternyata kamu nungguin disana. Pantas nggak ketemu-ketemu. Permisi-permisi, saya kakaknya." Sambil menggandeng anak perempuan tersebut."
"Permisi mas-mas, kami duluan." Lanjutnya sembari melewati gerombolan mereka.
"Kamu siapa?"
Mematung..
"Kamu bego ya!? beraktinglah sedikit. Aku ini sedang mbantuin kamu buat lepas dari mereka!."
"Aku tidak butuh bantuanmu."
"Jadi kau bukan siapa-siapanya ya?."
"Apa kalian nggak punya malu?. Gangguin cewek yang pulang sendirian. Ditambah lagi. Dia masih anak dibawah umur!."
"Ngajak berantem!?. Mau jadi pahlawan kesiangan ternyata."
"Apa boleh buat..." pemuda tersebut membuat sebuah kuda-kuda.
"Ayo lari!" pemuda asing itu menggandeng sang anak perempuan untuk berlari meninggalkan gerombolan.
"Lari yang cepat, jangan nyusahin aku!".
"Hoi berhenti!. Jangan lari kau!"
'Mana ada yang mau nurutin?'
Mereka terpojok disuatu gang buntu.
"Aku tidak mau memakai jalan ini sebisa mungkin. Tapi kalian memaksanya."
Pemuda penolong tersebut memasang kuda-kuda bertarung.
Perlahan para pemabuk yang memblokir jalan mereka mulai mundur. Lalu mereka serempak melarikan diri sekalipun sempoyongan.
Sang pemuda tersenyum. "Tahu saja mereka, aku mantan Karateka sabuk biru."
Anak perempuan dibelakangnya masih dalam posisi memamerkan lencana polisi. Sang pemuda menengok kebelakang tapi tidak jadi melanjutkan pembicaraannya.
Mimiknya meminta penjelasan.
"Itu asli?"
"Saya Polwan dalam penyamaran. Anda sudah mengganggu tugas penyamaran saya. Tapi terimakasih." sambil terseyum manis.
"Hahaha. Nggak mungkin anak seimut kamu Polisi. Yuk aku antar pulang."
"Saya anggap itu pujian. Tapi saya tidak bohong."
Gadis itu menengadahkan tangannya. "Saya pinjam HP anda sebentar."
"Buat apa?". Sambil menyerahkan HPnya.
Sang gadis memasukkan nomer dan melakukan misscall.
"Itu nomer saya".
Gadis tersebut berlalu meninggalkan tempat itu. Setelah beberapa langkah dia berbalik untuk bertanya.
"Kenapa berhenti di sabuk biru?"
"Tentu saja karena aku suka warna itu" Sang pemuda tersenyum.
***
'Syukurlah. Masalah ini bisa selesai tanpa harus melalui jalan kekerasan. Diantara mereka juga tidak ada yang Angkara.'
'Akhir-akhir ini aku takut kepada diriku sendiri. Takut untuk berubah wujud menjadi Wara. Dan kemarin bukan yang pertama kalinya. Sudah beberapa kali ini aku tidak bisa mengingat peristiwa yang sudah terjadi saat aku berubah wujud. Aku takut sampai keluar kontrol dan mengacaukan segalanya.
Aku memandang pantulan diriku di sebuah cermin di sebuah kios penjual cermin yang sedang bersiap tutup, membongkar dagangannya dan memasukkannya ke gerobak miliknya.
Itu memang wajahku. Namun berbeda dengan wajah yang kukenal. Pancaran wajah yang biasanya bercahaya, kini terlihat redup. Aku tak tahu apa ada yang salah dengan diriku. Selain beban permasalahan pribadi yang terus menumpuk.
Saatnya untuk pulang dan tidur.
Ini adalah waktu yang aku tunggu-tunggu. Aku suka tidur bukan karena aku pemalas, tapi karena seringkali mimpiku lebih indah dari kenyataan. Itu yang memberikanku kekuatan agar bisa kembali menghadapi pertarungan di dunia nyata.
"Jalan bareng yuk mbak. Kita pasti bisa mbahagiain mbak deh." Seorang anak perempuan terpojok menyandarkan tubuhnya di sebuah pintu besi lipat bangunan ruko yang tutup. Beberapa pemuda mengerumuni anak perempuan tersebut ditengah keramaian malam. Lebih tepatnya ada empat orang pemuda.
"Kita yang traktir. Nanti juga kami antar pulang deh. Walaupun nggak tahu kapan bakal pulangnya.
Serempak mereka terkekeh.
'Gerombolan lelaki brengsek. Mereka mabuk ya?.'
'Ada apa dengan semua orang disini?. Mereka melihat hal ini bukan?.
Yah, aku tahu orang-orang yang lewat bukannya tidak punya hati.'
"Napa lihat-lihat!" salah satu dari mereka yang ada dibelakang menggertak seorang pemuda lewat yang memperhatikan kelakuan mereka.
'Meskipun mereka datang menolongpun. Belum tentu mereka bisa melakukan apa-apa. Mereka hanya akan terluka. Setiap orang ingin melindungi diri mereka sendiri. Mereka juga pasti punya orang-orang terkasih yang menunggu kepulangan mereka. Itu suatu hal yang wajar.'
'Jika ada orang mau menolong orang asing. Mungkin dia hanyalah orang bodoh.'
"Ah ternyata kamu nungguin disana. Pantas nggak ketemu-ketemu. Permisi-permisi, saya kakaknya." Sambil menggandeng anak perempuan tersebut."
"Permisi mas-mas, kami duluan." Lanjutnya sembari melewati gerombolan mereka.
"Kamu siapa?"
Mematung..
"Kamu bego ya!? beraktinglah sedikit. Aku ini sedang mbantuin kamu buat lepas dari mereka!."
"Aku tidak butuh bantuanmu."
"Jadi kau bukan siapa-siapanya ya?."
"Apa kalian nggak punya malu?. Gangguin cewek yang pulang sendirian. Ditambah lagi. Dia masih anak dibawah umur!."
"Ngajak berantem!?. Mau jadi pahlawan kesiangan ternyata."
"Apa boleh buat..." pemuda tersebut membuat sebuah kuda-kuda.
"Ayo lari!" pemuda asing itu menggandeng sang anak perempuan untuk berlari meninggalkan gerombolan.
"Lari yang cepat, jangan nyusahin aku!".
"Hoi berhenti!. Jangan lari kau!"
'Mana ada yang mau nurutin?'
Mereka terpojok disuatu gang buntu.
"Aku tidak mau memakai jalan ini sebisa mungkin. Tapi kalian memaksanya."
Pemuda penolong tersebut memasang kuda-kuda bertarung.
Perlahan para pemabuk yang memblokir jalan mereka mulai mundur. Lalu mereka serempak melarikan diri sekalipun sempoyongan.
Sang pemuda tersenyum. "Tahu saja mereka, aku mantan Karateka sabuk biru."
Anak perempuan dibelakangnya masih dalam posisi memamerkan lencana polisi. Sang pemuda menengok kebelakang tapi tidak jadi melanjutkan pembicaraannya.
Mimiknya meminta penjelasan.
"Itu asli?"
"Saya Polwan dalam penyamaran. Anda sudah mengganggu tugas penyamaran saya. Tapi terimakasih." sambil terseyum manis.
"Hahaha. Nggak mungkin anak seimut kamu Polisi. Yuk aku antar pulang."
"Saya anggap itu pujian. Tapi saya tidak bohong."
Gadis itu menengadahkan tangannya. "Saya pinjam HP anda sebentar."
"Buat apa?". Sambil menyerahkan HPnya.
Sang gadis memasukkan nomer dan melakukan misscall.
"Itu nomer saya".
Gadis tersebut berlalu meninggalkan tempat itu. Setelah beberapa langkah dia berbalik untuk bertanya.
"Kenapa berhenti di sabuk biru?"
"Tentu saja karena aku suka warna itu" Sang pemuda tersenyum.
***
'Syukurlah. Masalah ini bisa selesai tanpa harus melalui jalan kekerasan. Diantara mereka juga tidak ada yang Angkara.'
'Akhir-akhir ini aku takut kepada diriku sendiri. Takut untuk berubah wujud menjadi Wara. Dan kemarin bukan yang pertama kalinya. Sudah beberapa kali ini aku tidak bisa mengingat peristiwa yang sudah terjadi saat aku berubah wujud. Aku takut sampai keluar kontrol dan mengacaukan segalanya.
Aku memandang pantulan diriku di sebuah cermin di sebuah kios penjual cermin yang sedang bersiap tutup, membongkar dagangannya dan memasukkannya ke gerobak miliknya.
Itu memang wajahku. Namun berbeda dengan wajah yang kukenal. Pancaran wajah yang biasanya bercahaya, kini terlihat redup. Aku tak tahu apa ada yang salah dengan diriku. Selain beban permasalahan pribadi yang terus menumpuk.
Saatnya untuk pulang dan tidur.
Ini adalah waktu yang aku tunggu-tunggu. Aku suka tidur bukan karena aku pemalas, tapi karena seringkali mimpiku lebih indah dari kenyataan. Itu yang memberikanku kekuatan agar bisa kembali menghadapi pertarungan di dunia nyata.
Pecinta Dunia
Diposting oleh
tutorial
09.10
"Ayahanda, Bapa, Om saya suka sama anak Om. Saya nggak pengen lama-lama, saya pengen ibadah. Kalau saya cuma pacaran-pacaran itu bukan ibadah. Saya pengen ibadah. Tapi maaf beginilah saya apa adanya."
"Terus buat orang tua jangan sungkan-sungkan nerima mantu yang pengangguran Bu. Karena hidup itu bukan dilihat yang sekarang. Apa yang dilihat sekarang belum jadi jaminan. Itu yang paling penting."
"Enak saja!. Dia sendiri saja yang jalanin kalo mau nerima menantu yang seperti itu!." ujar Toying setelah mem-pause video yang disaksikannya dari share teman media sosialnya melalui Smartphone miliknya.
Karena penasaran, ia melanjutkan kembali video tersebut.
"Bahwasanya manusia tidak bisa dilihat pada hari itu. Allah punya hak untuk merubah manusia. Jadi kalau kita melihat manusia pada saat dia datang, meminta anak kita, dia pengangguran.
"Ditolak!. Picik pandangan orang itu!!!." Toying kembali mem-pause video tersebut.
"Kurang ajar si Dodi ini!. Jangan-jangan dia sengaja menyindirku!. Besok biar aku sudahi masa kontrak kerjanya!." Muka Toying memerah menahan marah.
Toying menjalankan video tersebut kembali. Sayang kalau berhenti ditengah-tengah katanya.
"Mohon maaf lahir batin. Karena hanya melihat hari itu. Berarti seperti tidak punya Allah. Bahwa hidup yang akan datang milik Allah. Kita punya kewajiban untuk support anak kita memberikan semangat buat mereka bahwa hidup kamu tidak dilihat dari yang sekarang. Sekarang kamu boleh bahagia karena orangtua kamu kaya. Tapi besok kalau orangtua kamu dicabut nyawanya. Itu harta bukan harta kamu. Kalaupun kau punya itu bukan milik kamu. Kamu tidak menikmati mencarinya. Kamu hanya menikmati nikmat warisan yang tidak lebih daripada itu." Itulah akhir dari video.
"Pinter ngomong!. Dia sendiri saja yang jalanin. Nggak usah ngajak-ngajak!. Aku itu lebih kaya daripada kamu!. Dasar orang susah!" Toying marah, mondar-mandir kesana kemari.
'Tapi tetep. Standart menantuku nanti tidak boleh orang susah. Harus orang kaya raya juga, minimal sekaya aku. Baru aku yakin ia bisa ngasih makan anakku. Aku nggak mau anakku mati kelaparan!' ujar Toying dengan mantap.
Cih, pake ada yang bilang uang bukan segalanya. Memangnya kalau tidak punya uang itu segalanya?!. Harta itu penting!. Kunci dari kebahagiaan. Menjaga agar kita tetap dihormati didunia. Bukan hanya bisa untuk membahagiakan diri kita didunia namun juga di Akherat kelak. Dan menjadi kaya bukanlah dosa. Justru dengan itu kita bisa beramal sebanyak-banyaknya. Kalau orang susah, apa yang mau diamalkan!?. Buat makan sendiri aja susah!. Keberadaan mereka hanyalah sebagai obyek yang menerima amal dari orang kaya raya sepertiku ini'.
'Enak aja mau numpang kaya. Kalau sampai terjadi, bukan hanya dirinya saja. Kalau dia juga punya saudara?. Bagaimanapun juga aku harus tetap minterke saudaranya itu. Minimal harus mbayarin biaya kuliahnya sampai lulus. Itu kalau cuma punya satu. Gimana kalau dia punya banyak saudara!?. Dikalikan saja. Aku juga yang nguliahin!?. Buang-buang uang!. Mending buat nyumbang ke Masjid, buat nyumbang ke anak yatim piatu.'
"Pak nggak Tarawih?." putrinya bersiap untuk ke masjid bersama ibunya.
"Kamu sendiri saja. Bapak sudah tua. Kalau sampai kecapekan, terus sakit gara-gara Tarawih gimana?. Kalau kecapekan, terus jantung bapak sakit, terus bapak kena serangan jantung, lalu meninggal dunia gimana?. Biar harta bapak saja yang maju. Yang penting bapak tetap shalat lima waktu."
'Yang penting aku memang sudah tobat nasuha. Sudah tidak lagi seperti dulu lagi. Pasti segala amalan ku bakalan diterima.'
Entah Toying sadar atau tidak. Apa yang telah dibelanjakannya untuk beramal, bahkan masihlah belum sebanding dengan harga mobil Ferari limited edition yang ada di garasi rumahnya beserta pajaknya setiap tahun. Belum lagi koleksi mobil-mobil mewahnya yang lain.
Kalaupun dia menelan mentah-mentah perkataan bahwa dunia dan akherat itu harus seimbang. Katakan saja, sekalipun nanti amalannya seharga 12M sudah menyamai harga Ferari miliknya itu.
Apakah itu benar bisa disamakan?. Dianggap seimbang dengan besaran yang sama?. Sama besarnya, sama beratnya?.
Sedangkan kita tahu bahwa Akherat adalah kekal, selamanya nanti kita berada disana, mau dibandingkan dengan dunia fana ini yang hanya "mampir minum"?.
"Terus buat orang tua jangan sungkan-sungkan nerima mantu yang pengangguran Bu. Karena hidup itu bukan dilihat yang sekarang. Apa yang dilihat sekarang belum jadi jaminan. Itu yang paling penting."
"Enak saja!. Dia sendiri saja yang jalanin kalo mau nerima menantu yang seperti itu!." ujar Toying setelah mem-pause video yang disaksikannya dari share teman media sosialnya melalui Smartphone miliknya.
Karena penasaran, ia melanjutkan kembali video tersebut.
"Bahwasanya manusia tidak bisa dilihat pada hari itu. Allah punya hak untuk merubah manusia. Jadi kalau kita melihat manusia pada saat dia datang, meminta anak kita, dia pengangguran.
"Ditolak!. Picik pandangan orang itu!!!." Toying kembali mem-pause video tersebut.
"Kurang ajar si Dodi ini!. Jangan-jangan dia sengaja menyindirku!. Besok biar aku sudahi masa kontrak kerjanya!." Muka Toying memerah menahan marah.
Toying menjalankan video tersebut kembali. Sayang kalau berhenti ditengah-tengah katanya.
"Mohon maaf lahir batin. Karena hanya melihat hari itu. Berarti seperti tidak punya Allah. Bahwa hidup yang akan datang milik Allah. Kita punya kewajiban untuk support anak kita memberikan semangat buat mereka bahwa hidup kamu tidak dilihat dari yang sekarang. Sekarang kamu boleh bahagia karena orangtua kamu kaya. Tapi besok kalau orangtua kamu dicabut nyawanya. Itu harta bukan harta kamu. Kalaupun kau punya itu bukan milik kamu. Kamu tidak menikmati mencarinya. Kamu hanya menikmati nikmat warisan yang tidak lebih daripada itu." Itulah akhir dari video.
"Pinter ngomong!. Dia sendiri saja yang jalanin. Nggak usah ngajak-ngajak!. Aku itu lebih kaya daripada kamu!. Dasar orang susah!" Toying marah, mondar-mandir kesana kemari.
'Tapi tetep. Standart menantuku nanti tidak boleh orang susah. Harus orang kaya raya juga, minimal sekaya aku. Baru aku yakin ia bisa ngasih makan anakku. Aku nggak mau anakku mati kelaparan!' ujar Toying dengan mantap.
Cih, pake ada yang bilang uang bukan segalanya. Memangnya kalau tidak punya uang itu segalanya?!. Harta itu penting!. Kunci dari kebahagiaan. Menjaga agar kita tetap dihormati didunia. Bukan hanya bisa untuk membahagiakan diri kita didunia namun juga di Akherat kelak. Dan menjadi kaya bukanlah dosa. Justru dengan itu kita bisa beramal sebanyak-banyaknya. Kalau orang susah, apa yang mau diamalkan!?. Buat makan sendiri aja susah!. Keberadaan mereka hanyalah sebagai obyek yang menerima amal dari orang kaya raya sepertiku ini'.
'Enak aja mau numpang kaya. Kalau sampai terjadi, bukan hanya dirinya saja. Kalau dia juga punya saudara?. Bagaimanapun juga aku harus tetap minterke saudaranya itu. Minimal harus mbayarin biaya kuliahnya sampai lulus. Itu kalau cuma punya satu. Gimana kalau dia punya banyak saudara!?. Dikalikan saja. Aku juga yang nguliahin!?. Buang-buang uang!. Mending buat nyumbang ke Masjid, buat nyumbang ke anak yatim piatu.'
"Pak nggak Tarawih?." putrinya bersiap untuk ke masjid bersama ibunya.
"Kamu sendiri saja. Bapak sudah tua. Kalau sampai kecapekan, terus sakit gara-gara Tarawih gimana?. Kalau kecapekan, terus jantung bapak sakit, terus bapak kena serangan jantung, lalu meninggal dunia gimana?. Biar harta bapak saja yang maju. Yang penting bapak tetap shalat lima waktu."
'Yang penting aku memang sudah tobat nasuha. Sudah tidak lagi seperti dulu lagi. Pasti segala amalan ku bakalan diterima.'
Entah Toying sadar atau tidak. Apa yang telah dibelanjakannya untuk beramal, bahkan masihlah belum sebanding dengan harga mobil Ferari limited edition yang ada di garasi rumahnya beserta pajaknya setiap tahun. Belum lagi koleksi mobil-mobil mewahnya yang lain.
Kalaupun dia menelan mentah-mentah perkataan bahwa dunia dan akherat itu harus seimbang. Katakan saja, sekalipun nanti amalannya seharga 12M sudah menyamai harga Ferari miliknya itu.
Apakah itu benar bisa disamakan?. Dianggap seimbang dengan besaran yang sama?. Sama besarnya, sama beratnya?.
Sedangkan kita tahu bahwa Akherat adalah kekal, selamanya nanti kita berada disana, mau dibandingkan dengan dunia fana ini yang hanya "mampir minum"?.
Tanggung Jawab
Diposting oleh
tutorial
00.48
Hari ini aku lelah sekali. Aku mampir ke tempat pak Kartono, rekanan printerku. Ada printer yang sparepartnya rusak.
Sesampainya disana. Seperti biasa, ada teknisi lain yang sedang menunggu pekerjaan servisannya selesai. Dia bercakap-cakap dengan Pak Karto, sepertinya mengenai beban hidupnya.
Sampai disuatu bagian dia mengarahkan pandangan kepadaku dan berkata.
"Kamu sih enak, belum berkeluarga. Aku sudah punya anak dan istri. Sudah punya beban tanggungan!.
"Tapi kalau aku sih tetap ingin berkeluarga mas"
"Oh ya jelas. Itu pasti" sepertinya dia kehilangan kata-kata.
Akhir bulan kemarin aku mendapatkan telpon dari pelanggan. Namun kali ini mereka meminta bantuanku untuk membantu pekerjaan musiman mereka, memasukkan data dan menggepak dokumen. Aku mengiyakan penawaran tersebut, bersyukur ada pemasukan untuk sebulan kedepan. Karena memang sudah beberapa hari ini hampir tidak ada pemasukan. Beberapa tahun ini pemasukanku menurun tidak seperti dulu. Inflasi terus meninggi, sementara biaya jasaku masih sama, tidak bisa dinaikkan setinggi itu untuk mengimbangi lajunya.
Sebulan itu aku sudah seperti orang kantoran saja. Masuk pagi pulang sore. Jadwalnya teratur.
Aku kira aku akan mendapatkan upah yang sepadan.
Karena ada suatu hari, pekerjaan aku sambi untuk menjawab WA/SMS dilanjutkan dengan menyetel video iklan dari game yang aku mainkan agar dapat Gem gratis. Mbak pelanggan terlihat marah dan menyuruhku fokus tentang deadlinenya. Aku simpulkan, pasti mereka akan memberikanku upah yang sepadan juga. Apalagi memang biasanya pekerja kontrak/serabutan/musiman mendapatkan upah yang sedikit lebih tinggi daripada pegawai tetapnya. UMR saat ini adalah Rp2.500.000. Gaji dari para pelangganku itu selaku pegawai tetap. Andai tidak dapat segitu, Rp2.000.000 saja juga aku tetap bersyukur. Baiklah aku akan bekerja keras dengan rajin.
Aku kira aku akan mendapatkan upah yang sepadan.
Ternyata di kwitansi yang ditujukan kepadaku untuk aku tandatangani, tertulis nominal Rp 400.000. Aku bekerja secara penuh dari pagi sampai sore sebulan penuh di tempat itu. Hanya keluar beberapa jam untuk mengurus pelanggan lainnya lalu secepatnya kembali kesana. Itupun berapa kalinya masih bisa dihitung karena sebagian besar pekerjaan aku serahkan ke rekan-rekanku yang lain. Aku dapat sedikit nggak papa yang penting bisa buat bensin, dan pelanggan tidak kecewa. Ternyata Zonk. Aku kecewa.
Padahal mereka juga pasti tahukan. Kalau pekerjaan itu tidak akan bisa selesai sebelum deadline bila aku tidak mengerjakannya secara seharian penuh. Berbeda dengan mereka yang bekerja dengan santai. Mereka sendiri juga pasti bisa menilai, pasti bisa mengatakan siapa yang bekerja paling nggetu(giat) disana.
Pekerjaan labor manual yang membosankan dan monoton diserahkan kepadaku.
Upah atau gaji adalah penghargaan terhadap profesi. Dan kerja kerasku menguras konsentrasi dan pikiran selama sebulan penuh, enam hari dalam seminggu dari pagi sampai sore hanya dihargai Rp400rb. Dari UMR yang saat ini Rp2.500.000. Kecewa itu pasti.
#Tepuk tangan#HidupAkalSehat#
Sore harinya suaminya datang menjemput istrinya itu dikantor. Si istri bercerita mengenai hal itu. Dia juga pasti tahu aku kecewa. Semua orang yang punya nalar, juga pasti tahu kok.
Dan jawaban dari suaminya.
"Untung dia belum punya istri. Kalau sudah pasti dimarahin sama istrinya itu." Aku mendengar hal tersebut.
"Untung" katanya!?. Sang suami melanjutkan bahwa dia mau menambahi Rp300rb dan meminta istrinya dan nanti juga rekan kerja istrinya untuk menambahkan juga Rp300rb agar aku tidak terlalu kecewa, namun sang istri mengatakan tidak usah.
Aku sudah mengorbankan banyak waktuku disana. Padahal untuk freelance sepertiku. Bila tidak ada pekerjaan, aku harus mencari cara agar ada pekerjaan masuk. Dengan leha-leha atau berdiam diri di satu tempat tanpa melakukan apa-apa mengenai usahaku itu ya sama saja pasti tidak ada pemasukan.
Mindset yang mereka gunakan. Daripada aku tidak ada pekerjaan dirumah. Lebih baik aku membantu mengerjakan tugas mereka. Dengan imbalan penuhnya berupa makan siang!?.
Ya kalau tidak ada telpon masuk, lebih baik aku mencari pelanggan dengan mengirimkan penawaran. Siapa tahu bisa dapat Whale/ikan besar dan bisa menutup pemasukan sampai beberapa hari.
Cuma menguntungkan satu pihak dan justru merugikan pihak lain.
Aku adalah pihak yang jelas-jelas dirugikan.
Namanya kerjasama itu take and give. Sama-sama untung, nggak seperti ini.
Mulanya aku menerima tawaran mereka karena selama ini mereka adalah pelanggan yang menghargai kerja kerasku. Tahun lalu aku juga diminta membantu mereka mengurus pekerjaan deadline selama seminggu dan itu masih bisa aku sambi, kebetulan saat itu juga agak sepi. Aku dapat bayaran Rp300rb. Aku bersyukur dan menerimanya. Makanya waktu aku mendapat tawaran sebulan. Aku tidak menanyakan secara detail aku dapat berapa. Karena mereka pasti punya pikiran dan bisa menilai sendiri. Karena sudah keblondrok satu kali, bila ada berikutnya, jelas aku akan menanyakan hitam putihnya. Karena kepercayaanku sudah hilang. Mereka tidak menghargai kerja kerasku.
Aku tahu mereka cuma pegawai. Kebijakan berasal dari "atas". Tapi harusnya mereka bisa berpikir dong. Dari mana pemasukanku sementara tujuanku memang mencari nafkah. Sedangkan waktu yang sudah kugunakan tidak bisa kembali.
Nggak perlu sampai ke "atasannya" yang cuma bisa pamer ngomongin pemasukannya yang wah. Dan mereka cuma bisa senyam-senyum waktu menghadapinya. Kalau seperti itu ya tidak pantaslah memberikan tekanan kepadaku.
Heh
Waktu masih jadi pegawai outlet juga gitu. Ada rekan-rekan yang sudah berumahtangga seolah menyepelekanku yang masih bujang.
Contoh dulu ada rekanku bernama Asmuni. Lelaki berumur berkulit sawo matang, bentuk wajahnya bulat, rambutnya cepak, klimis tanpa kumis dan janggut, dengan badan tambun karena sifatnya yang gembul. Dia setiap hari selalu datang telat karena mengantarkan istrinya bekerja. Dan catatan angka spedometer dimasukkan sedari mengantarkan istrinya ketempat kerja. Di tempat kerja kami waktu itu, uang bensin diganti berdasarkan catatan spedometer.
Kalau kilometer kendaraannya dirinya banyak karena hal itu. Kilometernya kendaraanku banyak karena aku mengerjakan pekerjaan dia. Dia tidak mau mengerjakan pekerjaannya untuk mengantar barang keluar selain karena pemalas, merasa capek karena harus panas-panasan, juga karena ia ingin melihat proses pengerjaan service komputer/printer yang dilakukan oleh teknisi. Teknisi kami pada waktu itu adalah Boby.
Tapi untuk mengamankan pekerjaannya. Dia selalu mengatakan kepada pak Boss bahwa akulah yang sering datang terlambat. Menjilat adalah spesialisnya.
Padahal aku tidak pernah mengungkapkan fakta buruknya itu kepada Boss.
Tahukah apa alasan dia setelah itu. "Aku sudah punya anak istri, dia kan belum."
Lagi-lagi alasan pengecut yang mau enaknya saja dan menganggap kewajibannya sebagai sebuah beban.
Lalu kenapa mereka menikah?. Daripada berlindung dibalik alasan tersebut dan menjadi pecundang. Ah, jangan-jangan memang agar bisa berlindung dibalik alasan tersebut ya?. Hanya mau enaknya, tapi soal kewajiban mengeluh, menganggapnya sebagai beban. Masih belum terlambat kok kalau ingin bercerai.
Demi keluarga hanyalah alasan bullshit!. Terbukti setelah Asmuni mendapatkan promosi dari Boss dan menjadi sales garam pertama dari usaha Boss yang baru dirintis di wilayah ini. Bisnis utama si Boss adalah berdagang garam, tapi diluar kota. Lalu sekarang dirinya sudah menjadi Manager Area dan mempunyai penghasilan yang besar. Istrinya diceraikan dan dirinya menikah lagi dengan perempuan lain yang dia rasa mempunyai fisik yang lebih menarik. Sekarang yang tinggal serumah dengan mantan mertuanya hanyalah mantan istri dan anaknya. Kok istri mudanya mau sama ia?, padahal Asmuni sudah punya anak istri, apalagi "bentuknya" dia seperti itu. Sudah jelas, itu karena Asmuni yang sekarang sudah berpenghasilan besar. Kalau ia yang sebelumnya pasti diguyur ember dan disuruh ngaca. Kalau saat ini Asmuni dipecat. Habis sudah dia. Istrinya saat ini pasti bakalan menunjukkan sifatnya yang sebenarnya.
Aku tidak terlalu kaget dengan hal itu. Dulu saja matanya jelalatan waktu melihat Gelis, pegawai butik sebelah. Aku tahu ia naksir kepada gadis itu. Tapi cuma bisa sampai disitu. Terhalang kenyataan bahwa dia sudah punya anak istri, apalagi dirinya masih tinggal di "Pondok Mertua Indah". Begitu juga aku melihat kesedihan dan ekspresi patah hati pada masa-masa Gelis dinikahi oleh Pandot, Ia merasa sakit hati kepada Pandot, mantan pegawai percetakan ruko sebelah yang beritanya sekarang sudah menjadi Pegawai Negeri. Tidak hanya itu, waktu itu kami juga sering mendengar cerita darinya bahwa waktu jadi sales dia pernah ditaksir oleh gadis penjaga toko. Kalau keadaannya waktu itu belum berkeluarga pasti sudah disikatnya. Terlihat keinginannya yang sangat akan hal itu.
Sekarang aku bisa melihat, bahwasanya ada satu unsur yang belum terpenuhi saat itu terjadi. Uang. Setelah satu unsur itu terpenuhi, sekarang ia telah menampakkan sifat aslinya. Si Asmuni tega menceraikan istrinya, meninggalkan anaknya yang masih balita dengan istrinya demi perempuan lain yang lebih muda dan dirasa dirinya mempunyai tampilan fisik lebih menarik. Demi memenuhi syahwat hawa nafsunya, ia tega menyakiti orang-orang disekitarnya. Istri yang sedari awal bersamanya, mantan mertua yang menerima keadaannya dan selalu mendukungnya dari awal ia menyunting putri mereka. Sebenarnya hal ini sungguh tidak bisa dicerna dengan akal sehat. Tapi ya begitulah tabiat asli dirinya. Ia nekat melanggar semua itu.
Menjilat memang spesialisnya. Itu yang membuat Boby geram dan keinginan keluar untuk berwiraswasta semakin kuat. Karena Boss dirasanya tidak adil, bukannya mensejahterakan pegawai lamanya terlebih dahulu, tapi malah memberikan promosi/peningkatan kepada si Asmuni yang merupakan pegawainya yang paling baru, yang baru saja bekerja untuknya. Tidak memberi kesempatan kepada pegawai lamanya terlebih dahulu. Mungkin karena pengalaman kerja Asmuni sebelumnya sebagai seorang sales, jadi dia mengetahui banyak lokasi pabrik. Padahal di jaman itu sudah ada Google dan GPS.
Kurasa hal ini juga yang membuat Boby menjadi sentimentil kepada Toko. Ia tanpa ragu langsung mengenakan harga end user saat kami menyerviskan barang kepadanya, misal ia mengecas harga jasa Rp25.000 waktu itu kepada kami, sedangkan pada umumnya saat itu Rp25rb adalah harga yang diterapkan kepada pelanggan akhir. Sehingga kami harus menaikkannya menjadi Rp35rb kepada pelanggan, demi bisa untung Rp10rb. Ia juga langsung terang-terangan menutupi trik yang ia gunakan, saat Asmuni pada yang saat itu menjadi teknisi baru menggantikannya mendekat hendak melihatnya menservis reset. Padahal barang yang ia servis saat itu adalah piranti lama milik pelanggan setia toko yang sebelumnya selalu ditangani oleh Boby. Mungkin yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana agar kami tidak bisa mengetahui caranya, sehingga ia bisa mendapatkan untung sebesar-besarnya dari kami pihak toko. Nampaknya ia merasa tidak punya kewajiban untuk menurunkan ilmunya kepada Asmuni demi keberlangsungan hidup toko.
Padahal saat hendak keluar dari pekerjaan. Ia yang seorang teknisi pergi keluar "mencuri start" saat jam kerja untuk mendapatkan pelanggan bagi dirinya sendiri. Bilangnya mau ngirimin penawaran. Ya.. demi Toko masa aku ngelarang. Dan ia juga tidak menerima perkataan tidak, karena bilang hal tersebut saat berada diambang pintu, lalu ngeloyor. Aku bisa menyimpulkannya saat ia membawakan barang untuk diisi toko tapi merahasiakan(tidak menjawab saat ditanya walaupun sudah diulang-ulang) alamat pelanggan tersebut lalu mengantarkannya sendiri. Kalau dibilang nakalan, ya memang nakal. Aku tidak bisa memaksanya. Ya sudah, yang penting toko ada pemasukan. Istilahnya, ia menitipkan pelanggannya sementara kepada toko kami, sebelum ia keluar dari pekerjaannya di tempat kami secara resmi.
Aku, sekalipun hendak keluar dari toko setelahnya. Aku tak mau seperti itu, "mencuri start(garis mulai)". Keluar mencari pelanggan saat masih ada ikatan dengan toko. Hari-hari terakhir sebelum dia resmi risen, ia terang-terangan menyarankan kepadaku untuk melakukan hal seperti dirinya. Mencuri Start. Mencari pelanggan, dititipkan ke toko, lalu nanti diambil kembali. Sepertinya ia lupa untuk menyarankan buat ngambil pelanggan toner walaupun cuma satu pelanggan, jadi tidak terlalu mencolok.
Berbeda dengan Boby. Diriku malahan baru mendatangi para pelanggan lama Toko setelah Toko memang benar-benar sudah tidak lagi beroperasi. Dan ketika saya mendatangi mereka, mereka sudah mempunyai rekanan baru. Ada beberapa dari mereka akhirnya kembali mempercayakan urusan servis kepadaku.
Kita bahas hal yang lain.
Bukan hanya pendapat satu atau dua orang saja. Semua orang yang mengenal istri Boby juga Boby dengan segala latar belakang mereka akan mengatakan hal yang sama. Iin atau Indari, istri dari Boby adalah perempuan bodoh!. Kok mau maunya sama Boby hanya karena Boby melamarnya waktu dalam keadaan kosong. Hanya karena tampang Boby yang bisa dibilang lumayan. Cuma lumayan lho ya. Sedangkan saat itu saja dirinya hanyalah seorang pengangguran. Dan Boby benar-benar orang asing bagi mereka. Waktu lihat Iin dijalan, Boby langsung naksir, terus diuntit sampai ke rumahnya. Tanya tetangganya Iin mengenai statusnya sudah menikah atau belum. Esoknya langsung memberanikan diri untuk melamarnya dengan modal nekat.
Tidak ingatkah Boby saat ayah mertuanya meluluskan niatan dia untuk melamar istrinya hanya dengan bekal kepercayaan bisa membaca Al-Quran?. Bagi sebagian kalian pasti heran dengan syarat ini. Aku yang anak kota saja sudah khatam Al-Quran sejak SD. Apalagi Boby adalah anak desa, yang budaya mengajinya masih kental.
Ini adalah contoh bagi kalian yang nantinya menjadi orangtua. Bisa mengaji bagi orang Islam adalah sesuatu hal yang sangat wajar. Bila menilai anaknya memang berharga. Harusnya menguji tidak sekedar itu. Bahkan ayah mertuanya tidak mengetahui Boby baru saja keluar dari pekerjaan lamanya sebagai tukang Fotocopy dan saat ini sedang menganggur. Bukankah salah satu persyaratan untuk menikah adalah punya penghasilan?. Bagaimanapun juga, beliau adalah orang baik, yang menilai seseorang bukan berdasarkan materi. Jarang ada orang seperti beliau.
"Yah, kita sebagai orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak. Biar anaknya sendiri yang memutuskan mau menerima atau menolak". Jawab beliau bijak.
Iin sendiri punya potensi. Ayahnya itu orang kajen. PNS yang disegani baik di lingkungan rumah maupun di tempat kerjanya. Yang paling vital adalah dirinya mempunyai Kakak ipar yang seorang dosen. Yang bila ada suatu kesempatan, selalu dibangga-banggakan oleh Boby dengan mengaku-aku sebagai adik dari kakak(padahal ipar)nya yang seorang dosen perguruan tinggi negeri ternama itu, agar dirinya dipandang orang lebih tinggi. Padahal kalau dipikir-pikir. Sebenarnya itukan kakak ipar dari istrinya, bukan dirinya. Dirinya sendiri bukanlah siapa-siapa.
Iin itu cantik. Kalau dia mau bersabar barang sebentar saja. Pasti ada banyak mahasiswa cerdas berakhlak lagi tampan rupawan yang melamarnya. Yang sudah pasti bakal disaring terlebih dahulu oleh kakak dan iparnya. Hidupnya bakalan lebih baik. Tidak seperti sekarang, jadi sama Boby . Rumah saja warisan peninggalan orangtuanya Iin. Kekurangan kebutuhan untuk bulanan dapat hutangan dari iparnya itu dan tidak perlu nyaur. Boby juga sadar, dia bahkan sampai pernah mengatakan bahwa dia tidak perlu memikirkan biaya kuliah anak-anaknya nanti karena mempunyai ipar yang kaya, yang peduli kepada adiknya. Boby benar-benar "Lucky Devil".
Sudah begitu ia masih saja serakah berusaha mendapatkan keuntungan dengan segala cara. Termasuk merusak hidupku. Padahal dia sudah mempunyai segalanya.
Kalau alasannya malu karena tidak bisa mencukupi semua kebutuhan keluarganya karena dia adalah pekerja tunggal. Jadi apa dengan cara itu dia bisa kaya?. Lalu kenapa dari awal berani melamar istrinya itu hanya dengan modalKNTL (maaf) alat kelamin saja, karena pada saat itu dirinya hanyalah pengangguran. Darimana aku bisa tahu hal itu?. Ya dari Boby sendiri yang selalu mengulang-ulang kisahnya itu kepada kami dengan penuh kebanggaan.
Aku benci mengatakan ini. Aku tidak pernah mau membenci seseorang, karena sejatinya membenci dan mencintai mempunyai kesamaan, hanya dengan cara yang berbeda. Sama-sama terus mengingat tapi dengan sudut pandang yang berbeda. Ini bukan masalah move on atau kejadian lama. Rasa sakit akan pengkhianatan tidak akan pernah hilang begitu saja. Kita akan terus mengingatnya. Ia sudah pernah merenggut kesempatanku untuk mendapatkan banyak pahala. Dan pasti menganggap pahala dirinya jauh lebih besar daripada aku karena dia sudah mempunyai amalan-amalan yang bisa didapatkan dari berumahtangga. Sementara Boby sendiri saat ini bersikap seperti biasa dalam melanjutkan kehidupannya, melenggang bebas tanpa pernah memikirkan hal ini pernah terjadi.
Benar-benar bajingan.
Ini juga berlaku kepada mereka yang juga melakukan hal yang sama kepadaku. Ada yang sudah punya anak, bahkan ada yang sudah punya cucu. Kalau mereka tidak merasa sih aku juga maklum. Mungkin karena mereka telmi.
Pergilah kalian ke Neraka.
Dulu Boby adalah teknisi yang selalu bertugas didalam outlet, dalam ruangan ber-AC.
Pernah dulu aku sambat kepadanya bahwa pinggangku sakit. Padahal aku masih muda. Bukannya memberikan saran, dia malah mengatakan dengan lantang bahwa aku yang masih bujangan saja mengeluh. Pantasnya itu dia yang mengatakan seperti itu, karena berapa hari sekali harus melakukan kewajiban sebagai seorang suami untuk memenuhi kebutuhan biologis istrinya. WHAT!.
Aku ini masih perjaka dan dia malah pamer hal yang aku tidak perlu untuk mendengarnya!. Dia menganggap hal tersebut adalah suatu beban!?. Kepada aku yang masih perjaka ting-ting!?. Itu sudah jauh diluar konteks.
Apa dia tidak bisa menjawabnya secara normal?. Saat aku mengeluhkan aku sakit pinggang kepada dokter. Dokter menjawab, dalam bekerja aku pasti terlalu lama duduk. Ya memang, aku berkendara dilapangan bisa sampai enam jam sehari. Dan menyuruhku memperbanyak minum air putih. Jawabannya sungguh berbeda ya?.
Waktu itu penilaianku terhadap dirinya sudah jauh berkurang. Aku sudah nggak respek lagi sama dia.
Makhluk yang ternyata benar-benar busuk. Aku bahkan menceritakan hal pribadi saat diriku kecewa oleh sikap "penggemarku dari masa lalu" karena kukira dia bisa membantuku. Karena dia juga pasti tahu sesuatu. Bodohnya aku.
Dari awal dia memang berlagak pilon. Dari tempat pertama memang tidak pernah menganggapku sebagai teman. Ia hanya memikirkan apa yang menguntungkan bagi dirinya.
Frenemy, berhati-hatilah dengan orang semacam ini yang mungkin ada disekitar kita.
Tidak sampai disitu. Boby bahkan sampai menggunakan alasan sudah berkeluarga untuk mengikat para pelanggannya. Dan namanya manusia pasti mempunyai rasa iba. Disitulah celah tersebut digunakan oleh Boby. Pelanggannya memang menyadari ini. Tapi tidak keberatan. Jadi nggak apa-apa ya, mengalahkan supplier yang belum menikah demi supplier yang sudah mempunyai anak dan istri.
Dengan alasan mainstream. Kasihan, membantu.
Jadi tidak apa-apa tidak membantu mereka yang belum menikah?, tidak kasihan?. Malahan mereka yang seharusnya lebih dikasihani. Mereka juga butuh modal lho.
Beberapa personalia, pengambil kebijakan dalam merekruit pegawai menilai mereka lebih suka mengambil yang sudah berkeluarga. Karena mereka mempunyai beban tanggungjawab yang lebih. Daripada yang masih sendiri. Jadi kerjanya juga lebih rajin. Alasan tersebut tidak bisa disalahkan. Tapi juga tidak bisa dianggap sepenuhnya benar.
Kalau seperti itu.. mereka sama saja tidak memberikan kesempatan bagi yang belum berkeluarga untuk berkeluarga dong. Dan terus memupuk yang sudah berkeluarga.
Padahal diluar ada banyak orang semacam Boby dan Asmuni.
Disinilah Tuhan memberikan kita akal untuk berpikir.
Aku benar-benar muak dengan orang-orang seperti mereka.
Perlahan segel itu mulai terbuka.
"Apa kau ingin kekuatan?. Temukan kegelapanmu dan lampauilah."
Sesampainya disana. Seperti biasa, ada teknisi lain yang sedang menunggu pekerjaan servisannya selesai. Dia bercakap-cakap dengan Pak Karto, sepertinya mengenai beban hidupnya.
Sampai disuatu bagian dia mengarahkan pandangan kepadaku dan berkata.
"Kamu sih enak, belum berkeluarga. Aku sudah punya anak dan istri. Sudah punya beban tanggungan!.
"Tapi kalau aku sih tetap ingin berkeluarga mas"
"Oh ya jelas. Itu pasti" sepertinya dia kehilangan kata-kata.
Akhir bulan kemarin aku mendapatkan telpon dari pelanggan. Namun kali ini mereka meminta bantuanku untuk membantu pekerjaan musiman mereka, memasukkan data dan menggepak dokumen. Aku mengiyakan penawaran tersebut, bersyukur ada pemasukan untuk sebulan kedepan. Karena memang sudah beberapa hari ini hampir tidak ada pemasukan. Beberapa tahun ini pemasukanku menurun tidak seperti dulu. Inflasi terus meninggi, sementara biaya jasaku masih sama, tidak bisa dinaikkan setinggi itu untuk mengimbangi lajunya.
Sebulan itu aku sudah seperti orang kantoran saja. Masuk pagi pulang sore. Jadwalnya teratur.
Aku kira aku akan mendapatkan upah yang sepadan.
Karena ada suatu hari, pekerjaan aku sambi untuk menjawab WA/SMS dilanjutkan dengan menyetel video iklan dari game yang aku mainkan agar dapat Gem gratis. Mbak pelanggan terlihat marah dan menyuruhku fokus tentang deadlinenya. Aku simpulkan, pasti mereka akan memberikanku upah yang sepadan juga. Apalagi memang biasanya pekerja kontrak/serabutan/musiman mendapatkan upah yang sedikit lebih tinggi daripada pegawai tetapnya. UMR saat ini adalah Rp2.500.000. Gaji dari para pelangganku itu selaku pegawai tetap. Andai tidak dapat segitu, Rp2.000.000 saja juga aku tetap bersyukur. Baiklah aku akan bekerja keras dengan rajin.
Aku kira aku akan mendapatkan upah yang sepadan.
Ternyata di kwitansi yang ditujukan kepadaku untuk aku tandatangani, tertulis nominal Rp 400.000. Aku bekerja secara penuh dari pagi sampai sore sebulan penuh di tempat itu. Hanya keluar beberapa jam untuk mengurus pelanggan lainnya lalu secepatnya kembali kesana. Itupun berapa kalinya masih bisa dihitung karena sebagian besar pekerjaan aku serahkan ke rekan-rekanku yang lain. Aku dapat sedikit nggak papa yang penting bisa buat bensin, dan pelanggan tidak kecewa. Ternyata Zonk. Aku kecewa.
Padahal mereka juga pasti tahukan. Kalau pekerjaan itu tidak akan bisa selesai sebelum deadline bila aku tidak mengerjakannya secara seharian penuh. Berbeda dengan mereka yang bekerja dengan santai. Mereka sendiri juga pasti bisa menilai, pasti bisa mengatakan siapa yang bekerja paling nggetu(giat) disana.
Pekerjaan labor manual yang membosankan dan monoton diserahkan kepadaku.
Upah atau gaji adalah penghargaan terhadap profesi. Dan kerja kerasku menguras konsentrasi dan pikiran selama sebulan penuh, enam hari dalam seminggu dari pagi sampai sore hanya dihargai Rp400rb. Dari UMR yang saat ini Rp2.500.000. Kecewa itu pasti.
#Tepuk tangan#HidupAkalSehat#
Sore harinya suaminya datang menjemput istrinya itu dikantor. Si istri bercerita mengenai hal itu. Dia juga pasti tahu aku kecewa. Semua orang yang punya nalar, juga pasti tahu kok.
Dan jawaban dari suaminya.
"Untung dia belum punya istri. Kalau sudah pasti dimarahin sama istrinya itu." Aku mendengar hal tersebut.
"Untung" katanya!?. Sang suami melanjutkan bahwa dia mau menambahi Rp300rb dan meminta istrinya dan nanti juga rekan kerja istrinya untuk menambahkan juga Rp300rb agar aku tidak terlalu kecewa, namun sang istri mengatakan tidak usah.
Aku sudah mengorbankan banyak waktuku disana. Padahal untuk freelance sepertiku. Bila tidak ada pekerjaan, aku harus mencari cara agar ada pekerjaan masuk. Dengan leha-leha atau berdiam diri di satu tempat tanpa melakukan apa-apa mengenai usahaku itu ya sama saja pasti tidak ada pemasukan.
Mindset yang mereka gunakan. Daripada aku tidak ada pekerjaan dirumah. Lebih baik aku membantu mengerjakan tugas mereka. Dengan imbalan penuhnya berupa makan siang!?.
Ya kalau tidak ada telpon masuk, lebih baik aku mencari pelanggan dengan mengirimkan penawaran. Siapa tahu bisa dapat Whale/ikan besar dan bisa menutup pemasukan sampai beberapa hari.
Cuma menguntungkan satu pihak dan justru merugikan pihak lain.
Aku adalah pihak yang jelas-jelas dirugikan.
Namanya kerjasama itu take and give. Sama-sama untung, nggak seperti ini.
Mulanya aku menerima tawaran mereka karena selama ini mereka adalah pelanggan yang menghargai kerja kerasku. Tahun lalu aku juga diminta membantu mereka mengurus pekerjaan deadline selama seminggu dan itu masih bisa aku sambi, kebetulan saat itu juga agak sepi. Aku dapat bayaran Rp300rb. Aku bersyukur dan menerimanya. Makanya waktu aku mendapat tawaran sebulan. Aku tidak menanyakan secara detail aku dapat berapa. Karena mereka pasti punya pikiran dan bisa menilai sendiri. Karena sudah keblondrok satu kali, bila ada berikutnya, jelas aku akan menanyakan hitam putihnya. Karena kepercayaanku sudah hilang. Mereka tidak menghargai kerja kerasku.
Aku tahu mereka cuma pegawai. Kebijakan berasal dari "atas". Tapi harusnya mereka bisa berpikir dong. Dari mana pemasukanku sementara tujuanku memang mencari nafkah. Sedangkan waktu yang sudah kugunakan tidak bisa kembali.
Nggak perlu sampai ke "atasannya" yang cuma bisa pamer ngomongin pemasukannya yang wah. Dan mereka cuma bisa senyam-senyum waktu menghadapinya. Kalau seperti itu ya tidak pantaslah memberikan tekanan kepadaku.
Heh
Waktu masih jadi pegawai outlet juga gitu. Ada rekan-rekan yang sudah berumahtangga seolah menyepelekanku yang masih bujang.
Contoh dulu ada rekanku bernama Asmuni. Lelaki berumur berkulit sawo matang, bentuk wajahnya bulat, rambutnya cepak, klimis tanpa kumis dan janggut, dengan badan tambun karena sifatnya yang gembul. Dia setiap hari selalu datang telat karena mengantarkan istrinya bekerja. Dan catatan angka spedometer dimasukkan sedari mengantarkan istrinya ketempat kerja. Di tempat kerja kami waktu itu, uang bensin diganti berdasarkan catatan spedometer.
Kalau kilometer kendaraannya dirinya banyak karena hal itu. Kilometernya kendaraanku banyak karena aku mengerjakan pekerjaan dia. Dia tidak mau mengerjakan pekerjaannya untuk mengantar barang keluar selain karena pemalas, merasa capek karena harus panas-panasan, juga karena ia ingin melihat proses pengerjaan service komputer/printer yang dilakukan oleh teknisi. Teknisi kami pada waktu itu adalah Boby.
Tapi untuk mengamankan pekerjaannya. Dia selalu mengatakan kepada pak Boss bahwa akulah yang sering datang terlambat. Menjilat adalah spesialisnya.
Padahal aku tidak pernah mengungkapkan fakta buruknya itu kepada Boss.
Tahukah apa alasan dia setelah itu. "Aku sudah punya anak istri, dia kan belum."
Lagi-lagi alasan pengecut yang mau enaknya saja dan menganggap kewajibannya sebagai sebuah beban.
Lalu kenapa mereka menikah?. Daripada berlindung dibalik alasan tersebut dan menjadi pecundang. Ah, jangan-jangan memang agar bisa berlindung dibalik alasan tersebut ya?. Hanya mau enaknya, tapi soal kewajiban mengeluh, menganggapnya sebagai beban. Masih belum terlambat kok kalau ingin bercerai.
Demi keluarga hanyalah alasan bullshit!. Terbukti setelah Asmuni mendapatkan promosi dari Boss dan menjadi sales garam pertama dari usaha Boss yang baru dirintis di wilayah ini. Bisnis utama si Boss adalah berdagang garam, tapi diluar kota. Lalu sekarang dirinya sudah menjadi Manager Area dan mempunyai penghasilan yang besar. Istrinya diceraikan dan dirinya menikah lagi dengan perempuan lain yang dia rasa mempunyai fisik yang lebih menarik. Sekarang yang tinggal serumah dengan mantan mertuanya hanyalah mantan istri dan anaknya. Kok istri mudanya mau sama ia?, padahal Asmuni sudah punya anak istri, apalagi "bentuknya" dia seperti itu. Sudah jelas, itu karena Asmuni yang sekarang sudah berpenghasilan besar. Kalau ia yang sebelumnya pasti diguyur ember dan disuruh ngaca. Kalau saat ini Asmuni dipecat. Habis sudah dia. Istrinya saat ini pasti bakalan menunjukkan sifatnya yang sebenarnya.
Aku tidak terlalu kaget dengan hal itu. Dulu saja matanya jelalatan waktu melihat Gelis, pegawai butik sebelah. Aku tahu ia naksir kepada gadis itu. Tapi cuma bisa sampai disitu. Terhalang kenyataan bahwa dia sudah punya anak istri, apalagi dirinya masih tinggal di "Pondok Mertua Indah". Begitu juga aku melihat kesedihan dan ekspresi patah hati pada masa-masa Gelis dinikahi oleh Pandot, Ia merasa sakit hati kepada Pandot, mantan pegawai percetakan ruko sebelah yang beritanya sekarang sudah menjadi Pegawai Negeri. Tidak hanya itu, waktu itu kami juga sering mendengar cerita darinya bahwa waktu jadi sales dia pernah ditaksir oleh gadis penjaga toko. Kalau keadaannya waktu itu belum berkeluarga pasti sudah disikatnya. Terlihat keinginannya yang sangat akan hal itu.
Sekarang aku bisa melihat, bahwasanya ada satu unsur yang belum terpenuhi saat itu terjadi. Uang. Setelah satu unsur itu terpenuhi, sekarang ia telah menampakkan sifat aslinya. Si Asmuni tega menceraikan istrinya, meninggalkan anaknya yang masih balita dengan istrinya demi perempuan lain yang lebih muda dan dirasa dirinya mempunyai tampilan fisik lebih menarik. Demi memenuhi syahwat hawa nafsunya, ia tega menyakiti orang-orang disekitarnya. Istri yang sedari awal bersamanya, mantan mertua yang menerima keadaannya dan selalu mendukungnya dari awal ia menyunting putri mereka. Sebenarnya hal ini sungguh tidak bisa dicerna dengan akal sehat. Tapi ya begitulah tabiat asli dirinya. Ia nekat melanggar semua itu.
Menjilat memang spesialisnya. Itu yang membuat Boby geram dan keinginan keluar untuk berwiraswasta semakin kuat. Karena Boss dirasanya tidak adil, bukannya mensejahterakan pegawai lamanya terlebih dahulu, tapi malah memberikan promosi/peningkatan kepada si Asmuni yang merupakan pegawainya yang paling baru, yang baru saja bekerja untuknya. Tidak memberi kesempatan kepada pegawai lamanya terlebih dahulu. Mungkin karena pengalaman kerja Asmuni sebelumnya sebagai seorang sales, jadi dia mengetahui banyak lokasi pabrik. Padahal di jaman itu sudah ada Google dan GPS.
Kurasa hal ini juga yang membuat Boby menjadi sentimentil kepada Toko. Ia tanpa ragu langsung mengenakan harga end user saat kami menyerviskan barang kepadanya, misal ia mengecas harga jasa Rp25.000 waktu itu kepada kami, sedangkan pada umumnya saat itu Rp25rb adalah harga yang diterapkan kepada pelanggan akhir. Sehingga kami harus menaikkannya menjadi Rp35rb kepada pelanggan, demi bisa untung Rp10rb. Ia juga langsung terang-terangan menutupi trik yang ia gunakan, saat Asmuni pada yang saat itu menjadi teknisi baru menggantikannya mendekat hendak melihatnya menservis reset. Padahal barang yang ia servis saat itu adalah piranti lama milik pelanggan setia toko yang sebelumnya selalu ditangani oleh Boby. Mungkin yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana agar kami tidak bisa mengetahui caranya, sehingga ia bisa mendapatkan untung sebesar-besarnya dari kami pihak toko. Nampaknya ia merasa tidak punya kewajiban untuk menurunkan ilmunya kepada Asmuni demi keberlangsungan hidup toko.
Padahal saat hendak keluar dari pekerjaan. Ia yang seorang teknisi pergi keluar "mencuri start" saat jam kerja untuk mendapatkan pelanggan bagi dirinya sendiri. Bilangnya mau ngirimin penawaran. Ya.. demi Toko masa aku ngelarang. Dan ia juga tidak menerima perkataan tidak, karena bilang hal tersebut saat berada diambang pintu, lalu ngeloyor. Aku bisa menyimpulkannya saat ia membawakan barang untuk diisi toko tapi merahasiakan(tidak menjawab saat ditanya walaupun sudah diulang-ulang) alamat pelanggan tersebut lalu mengantarkannya sendiri. Kalau dibilang nakalan, ya memang nakal. Aku tidak bisa memaksanya. Ya sudah, yang penting toko ada pemasukan. Istilahnya, ia menitipkan pelanggannya sementara kepada toko kami, sebelum ia keluar dari pekerjaannya di tempat kami secara resmi.
Aku, sekalipun hendak keluar dari toko setelahnya. Aku tak mau seperti itu, "mencuri start(garis mulai)". Keluar mencari pelanggan saat masih ada ikatan dengan toko. Hari-hari terakhir sebelum dia resmi risen, ia terang-terangan menyarankan kepadaku untuk melakukan hal seperti dirinya. Mencuri Start. Mencari pelanggan, dititipkan ke toko, lalu nanti diambil kembali. Sepertinya ia lupa untuk menyarankan buat ngambil pelanggan toner walaupun cuma satu pelanggan, jadi tidak terlalu mencolok.
Berbeda dengan Boby. Diriku malahan baru mendatangi para pelanggan lama Toko setelah Toko memang benar-benar sudah tidak lagi beroperasi. Dan ketika saya mendatangi mereka, mereka sudah mempunyai rekanan baru. Ada beberapa dari mereka akhirnya kembali mempercayakan urusan servis kepadaku.
Kita bahas hal yang lain.
Bukan hanya pendapat satu atau dua orang saja. Semua orang yang mengenal istri Boby juga Boby dengan segala latar belakang mereka akan mengatakan hal yang sama. Iin atau Indari, istri dari Boby adalah perempuan bodoh!. Kok mau maunya sama Boby hanya karena Boby melamarnya waktu dalam keadaan kosong. Hanya karena tampang Boby yang bisa dibilang lumayan. Cuma lumayan lho ya. Sedangkan saat itu saja dirinya hanyalah seorang pengangguran. Dan Boby benar-benar orang asing bagi mereka. Waktu lihat Iin dijalan, Boby langsung naksir, terus diuntit sampai ke rumahnya. Tanya tetangganya Iin mengenai statusnya sudah menikah atau belum. Esoknya langsung memberanikan diri untuk melamarnya dengan modal nekat.
Tidak ingatkah Boby saat ayah mertuanya meluluskan niatan dia untuk melamar istrinya hanya dengan bekal kepercayaan bisa membaca Al-Quran?. Bagi sebagian kalian pasti heran dengan syarat ini. Aku yang anak kota saja sudah khatam Al-Quran sejak SD. Apalagi Boby adalah anak desa, yang budaya mengajinya masih kental.
Ini adalah contoh bagi kalian yang nantinya menjadi orangtua. Bisa mengaji bagi orang Islam adalah sesuatu hal yang sangat wajar. Bila menilai anaknya memang berharga. Harusnya menguji tidak sekedar itu. Bahkan ayah mertuanya tidak mengetahui Boby baru saja keluar dari pekerjaan lamanya sebagai tukang Fotocopy dan saat ini sedang menganggur. Bukankah salah satu persyaratan untuk menikah adalah punya penghasilan?. Bagaimanapun juga, beliau adalah orang baik, yang menilai seseorang bukan berdasarkan materi. Jarang ada orang seperti beliau.
"Yah, kita sebagai orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak. Biar anaknya sendiri yang memutuskan mau menerima atau menolak". Jawab beliau bijak.
Iin sendiri punya potensi. Ayahnya itu orang kajen. PNS yang disegani baik di lingkungan rumah maupun di tempat kerjanya. Yang paling vital adalah dirinya mempunyai Kakak ipar yang seorang dosen. Yang bila ada suatu kesempatan, selalu dibangga-banggakan oleh Boby dengan mengaku-aku sebagai adik dari kakak(padahal ipar)nya yang seorang dosen perguruan tinggi negeri ternama itu, agar dirinya dipandang orang lebih tinggi. Padahal kalau dipikir-pikir. Sebenarnya itukan kakak ipar dari istrinya, bukan dirinya. Dirinya sendiri bukanlah siapa-siapa.
Iin itu cantik. Kalau dia mau bersabar barang sebentar saja. Pasti ada banyak mahasiswa cerdas berakhlak lagi tampan rupawan yang melamarnya. Yang sudah pasti bakal disaring terlebih dahulu oleh kakak dan iparnya. Hidupnya bakalan lebih baik. Tidak seperti sekarang, jadi sama Boby . Rumah saja warisan peninggalan orangtuanya Iin. Kekurangan kebutuhan untuk bulanan dapat hutangan dari iparnya itu dan tidak perlu nyaur. Boby juga sadar, dia bahkan sampai pernah mengatakan bahwa dia tidak perlu memikirkan biaya kuliah anak-anaknya nanti karena mempunyai ipar yang kaya, yang peduli kepada adiknya. Boby benar-benar "Lucky Devil".
Sudah begitu ia masih saja serakah berusaha mendapatkan keuntungan dengan segala cara. Termasuk merusak hidupku. Padahal dia sudah mempunyai segalanya.
Kalau alasannya malu karena tidak bisa mencukupi semua kebutuhan keluarganya karena dia adalah pekerja tunggal. Jadi apa dengan cara itu dia bisa kaya?. Lalu kenapa dari awal berani melamar istrinya itu hanya dengan modal
Aku benci mengatakan ini. Aku tidak pernah mau membenci seseorang, karena sejatinya membenci dan mencintai mempunyai kesamaan, hanya dengan cara yang berbeda. Sama-sama terus mengingat tapi dengan sudut pandang yang berbeda. Ini bukan masalah move on atau kejadian lama. Rasa sakit akan pengkhianatan tidak akan pernah hilang begitu saja. Kita akan terus mengingatnya. Ia sudah pernah merenggut kesempatanku untuk mendapatkan banyak pahala. Dan pasti menganggap pahala dirinya jauh lebih besar daripada aku karena dia sudah mempunyai amalan-amalan yang bisa didapatkan dari berumahtangga. Sementara Boby sendiri saat ini bersikap seperti biasa dalam melanjutkan kehidupannya, melenggang bebas tanpa pernah memikirkan hal ini pernah terjadi.
Benar-benar bajingan.
Ini juga berlaku kepada mereka yang juga melakukan hal yang sama kepadaku. Ada yang sudah punya anak, bahkan ada yang sudah punya cucu. Kalau mereka tidak merasa sih aku juga maklum. Mungkin karena mereka telmi.
Pergilah kalian ke Neraka.
Dulu Boby adalah teknisi yang selalu bertugas didalam outlet, dalam ruangan ber-AC.
Pernah dulu aku sambat kepadanya bahwa pinggangku sakit. Padahal aku masih muda. Bukannya memberikan saran, dia malah mengatakan dengan lantang bahwa aku yang masih bujangan saja mengeluh. Pantasnya itu dia yang mengatakan seperti itu, karena berapa hari sekali harus melakukan kewajiban sebagai seorang suami untuk memenuhi kebutuhan biologis istrinya. WHAT!.
Aku ini masih perjaka dan dia malah pamer hal yang aku tidak perlu untuk mendengarnya!. Dia menganggap hal tersebut adalah suatu beban!?. Kepada aku yang masih perjaka ting-ting!?. Itu sudah jauh diluar konteks.
Apa dia tidak bisa menjawabnya secara normal?. Saat aku mengeluhkan aku sakit pinggang kepada dokter. Dokter menjawab, dalam bekerja aku pasti terlalu lama duduk. Ya memang, aku berkendara dilapangan bisa sampai enam jam sehari. Dan menyuruhku memperbanyak minum air putih. Jawabannya sungguh berbeda ya?.
Waktu itu penilaianku terhadap dirinya sudah jauh berkurang. Aku sudah nggak respek lagi sama dia.
Makhluk yang ternyata benar-benar busuk. Aku bahkan menceritakan hal pribadi saat diriku kecewa oleh sikap "penggemarku dari masa lalu" karena kukira dia bisa membantuku. Karena dia juga pasti tahu sesuatu. Bodohnya aku.
Dari awal dia memang berlagak pilon. Dari tempat pertama memang tidak pernah menganggapku sebagai teman. Ia hanya memikirkan apa yang menguntungkan bagi dirinya.
Frenemy, berhati-hatilah dengan orang semacam ini yang mungkin ada disekitar kita.
Tidak sampai disitu. Boby bahkan sampai menggunakan alasan sudah berkeluarga untuk mengikat para pelanggannya. Dan namanya manusia pasti mempunyai rasa iba. Disitulah celah tersebut digunakan oleh Boby. Pelanggannya memang menyadari ini. Tapi tidak keberatan. Jadi nggak apa-apa ya, mengalahkan supplier yang belum menikah demi supplier yang sudah mempunyai anak dan istri.
Dengan alasan mainstream. Kasihan, membantu.
Jadi tidak apa-apa tidak membantu mereka yang belum menikah?, tidak kasihan?. Malahan mereka yang seharusnya lebih dikasihani. Mereka juga butuh modal lho.
Beberapa personalia, pengambil kebijakan dalam merekruit pegawai menilai mereka lebih suka mengambil yang sudah berkeluarga. Karena mereka mempunyai beban tanggungjawab yang lebih. Daripada yang masih sendiri. Jadi kerjanya juga lebih rajin. Alasan tersebut tidak bisa disalahkan. Tapi juga tidak bisa dianggap sepenuhnya benar.
Kalau seperti itu.. mereka sama saja tidak memberikan kesempatan bagi yang belum berkeluarga untuk berkeluarga dong. Dan terus memupuk yang sudah berkeluarga.
Padahal diluar ada banyak orang semacam Boby dan Asmuni.
Disinilah Tuhan memberikan kita akal untuk berpikir.
Aku benar-benar muak dengan orang-orang seperti mereka.
Perlahan segel itu mulai terbuka.
"Apa kau ingin kekuatan?. Temukan kegelapanmu dan lampauilah."
Markas Rahasia
Diposting oleh
tutorial
21.35
"Apa kau ingin kekuatan?. Temukan kegelapanmu dan lampauilah."
Akhir-akhir ini Angkara yang kuhadapi serasa lebih kuat. Atau apa hanya aku saja yang kurang berlatih lebih keras untuk menghadapi mereka?. Wujud mereka juga sedikit berbeda dari yang biasanya aku hadapi. Memang tidak bisa dianggap signifikan sih, tapi tetap saja beberapa dari mereka itu merepotkan. Seperti yang barusan kukalahkan beberapa waktu lalu.
Beberapa jam sebelumnya.
Aku mencurigai tempat didepanku ini. Sebuah kompleks bangunan perusahaan dengan akses penjagaan yang tidak biasa. Sebuah plang bertuliskan "Restricted Area" berada didepannya. Membuat orang seperti aku ini pekewuh(ragu, malu) untuk melanggarnya. Berdasarkan penyelidikanku beberapa bulan ini. Aku sudah menandainya. Disinilah lalu lintas para Angkara yang paling mencolok.
Baiklah aku akan coba masuk begitu saja dengan masa bodoh. Bila dihentikan, aku cukup bilang mencari alamat yang ada di daerah sini.
Baru saja masuk beberapa meter aku sudah dihentikan.
"Mas bisa baca tulisan rambu didepan!?"
"Tapi saya nyari alamat ini pak?". Sambil aku kasih lihat sms yang sudah kurekayasa sebelumnya.
Catat KTP orang ini. Dia memasuki kawasan terbatas kita ini. Entah apa tujuannya. Jawaban yang tidak bersahabat.
Saya minta KTP anda
Masa kayak gini saja minta KTP mas?. kami berjalan memasuki pos satpam.
Ada dua orang satpam didepanku saat ini. Dan mereka berdua adalah Angkara. Kecurigaanku semakin kuat.
Aku sudah memeriksa dengan seluruh indera perasaku. Dan menemukan perimeter penjagaan disini hanya diisi oleh mereka berdua. Harusnya bukan hal yang sulit bagiku untuk melenyapkan mereka berdua dengan serangan kejutan. Seorang masuk ke ruang dalam. Dan seorang lagi yang berada di ruang depan ini sedang mencatat KTP milikku sambil memunggungiku. Tangan kiriku yang telah berubah wujud menembus punggungnya hingga keluar dari sisi dadanya. Aku mendengar derapan langkah lari temannya yang ada diruangan sebelah kearahku. Ah.. aku tidak menyangka bakal kecolongan. Darimana dia bisa mengetahuinya?. Kukira aku sudah melakukannya secara senyap seperti biasa.
"Dasar bodoh!. Sudah kubilang untuk selalu waspada.
Dia merubah wujudnya didepanku. Sepertinya aku pernah melihat wujud dengan bentuk senada semacam ini. Bukan wujud Angkara yang umumnya aku hadapi.
Tangan kiriku melepaskan tubuh temannya yang seketika itu juga berubah menjadi asap.
Aku ucapkan pelan sebuah kata "Tiwikrama" yang membuatku berubah wujud secara penuh.
Aku harus segera membereskannya. Jangan sampai dia lolos dari sini. Untung saja kami berada di pos satpam yang tidak begitu luas ukurannya. Sedangkan pertarungan jarak dekat adalah keahlianku. Aku sangat yakin akan kemampuanku ini.
Kami saling bertukar serangan. Secara teknik aku lebih unggul darinya. Namun yang kurasakan tentang kekuatan serangan dan daya tahan tubuhnya, tidak bisa dianggap remeh. Ini adalah pertempuran jarak dekat, bahkan terlalu dekat sehingga aku bisa mempraktekkan gerakan bantingan dan kuncian yang aku latih.
Hanya masalah waktu sebelum aku mengakhirinya dengan serangan kuncian mautku. Dan itu cukup untuk menguras tenagaku. Untung saja aku tidak menghadapi dua Angkara dengan level kekuatan yang sama dalam satu waktu. Dan aku juga tidak yakin bisa menghadapinya dengan seimbang bila harus bertarung seperti biasa.
Aku menyobek kertas dihalaman buku tamu yang menuliskan identitasku. Untuk sebuah kawasan Restricted, aku tidak menemukan CCTV. Apa mungkin karena hal itu justru bisa membuatnya menjadi senjata makan tuan?.
Setelah menyembunyikan motorku ditempat yang aman. Aku kembali untuk mencari tahu lebih lanjut sambil terus menyiagakan seluruh panca inderaku. Tempat ini kosong. Apa aku bisa disebut beruntung karena kebetulan masuk saat tidak ada pegawai lain selain dua orang Satpam didepan. Entah apa penyebabnya. Aku beruntung mengunjunginya saat point ini masih sepi. Kutemukan komputer dalam sebuah ruangan. Aku copy semua data didalamnya ke dalam hardisk external milikku yang selalu aku bawa bekerja, karena flashdisk tidak bisa memindahkan data dalam jumlah besar dengan cepat. Ceroboh sekali mereka. Jangankan data-data yang ter-enkripsi. Masuk administrasi komputernya saja tanpa password. Apa tidak ada diantara mereka yang menguasai IT?. Atau mereka hanya meremehkan segala sesuatu dan tidak mengantisipasi bakalan ada sesuatu semacam ini terjadi?. Mungkin mereka hanya berpikir tempat mereka ini cukup aman, dengan penjaga yang kuat. Koordinasi mereka cukup buruk. Aku curiga mereka semua rekrutan baru, karena aku yakin aku selalu mengurangi jumlah mereka di kota ini secara signifikan.
Akhir-akhir ini Angkara yang kuhadapi serasa lebih kuat. Atau apa hanya aku saja yang kurang berlatih lebih keras untuk menghadapi mereka?. Wujud mereka juga sedikit berbeda dari yang biasanya aku hadapi. Memang tidak bisa dianggap signifikan sih, tapi tetap saja beberapa dari mereka itu merepotkan. Seperti yang barusan kukalahkan beberapa waktu lalu.
Beberapa jam sebelumnya.
Aku mencurigai tempat didepanku ini. Sebuah kompleks bangunan perusahaan dengan akses penjagaan yang tidak biasa. Sebuah plang bertuliskan "Restricted Area" berada didepannya. Membuat orang seperti aku ini pekewuh(ragu, malu) untuk melanggarnya. Berdasarkan penyelidikanku beberapa bulan ini. Aku sudah menandainya. Disinilah lalu lintas para Angkara yang paling mencolok.
Baiklah aku akan coba masuk begitu saja dengan masa bodoh. Bila dihentikan, aku cukup bilang mencari alamat yang ada di daerah sini.
Baru saja masuk beberapa meter aku sudah dihentikan.
"Mas bisa baca tulisan rambu didepan!?"
"Tapi saya nyari alamat ini pak?". Sambil aku kasih lihat sms yang sudah kurekayasa sebelumnya.
Catat KTP orang ini. Dia memasuki kawasan terbatas kita ini. Entah apa tujuannya. Jawaban yang tidak bersahabat.
Saya minta KTP anda
Masa kayak gini saja minta KTP mas?. kami berjalan memasuki pos satpam.
Ada dua orang satpam didepanku saat ini. Dan mereka berdua adalah Angkara. Kecurigaanku semakin kuat.
Aku sudah memeriksa dengan seluruh indera perasaku. Dan menemukan perimeter penjagaan disini hanya diisi oleh mereka berdua. Harusnya bukan hal yang sulit bagiku untuk melenyapkan mereka berdua dengan serangan kejutan. Seorang masuk ke ruang dalam. Dan seorang lagi yang berada di ruang depan ini sedang mencatat KTP milikku sambil memunggungiku. Tangan kiriku yang telah berubah wujud menembus punggungnya hingga keluar dari sisi dadanya. Aku mendengar derapan langkah lari temannya yang ada diruangan sebelah kearahku. Ah.. aku tidak menyangka bakal kecolongan. Darimana dia bisa mengetahuinya?. Kukira aku sudah melakukannya secara senyap seperti biasa.
"Dasar bodoh!. Sudah kubilang untuk selalu waspada.
Dia merubah wujudnya didepanku. Sepertinya aku pernah melihat wujud dengan bentuk senada semacam ini. Bukan wujud Angkara yang umumnya aku hadapi.
Tangan kiriku melepaskan tubuh temannya yang seketika itu juga berubah menjadi asap.
Aku ucapkan pelan sebuah kata "Tiwikrama" yang membuatku berubah wujud secara penuh.
Aku harus segera membereskannya. Jangan sampai dia lolos dari sini. Untung saja kami berada di pos satpam yang tidak begitu luas ukurannya. Sedangkan pertarungan jarak dekat adalah keahlianku. Aku sangat yakin akan kemampuanku ini.
Kami saling bertukar serangan. Secara teknik aku lebih unggul darinya. Namun yang kurasakan tentang kekuatan serangan dan daya tahan tubuhnya, tidak bisa dianggap remeh. Ini adalah pertempuran jarak dekat, bahkan terlalu dekat sehingga aku bisa mempraktekkan gerakan bantingan dan kuncian yang aku latih.
Hanya masalah waktu sebelum aku mengakhirinya dengan serangan kuncian mautku. Dan itu cukup untuk menguras tenagaku. Untung saja aku tidak menghadapi dua Angkara dengan level kekuatan yang sama dalam satu waktu. Dan aku juga tidak yakin bisa menghadapinya dengan seimbang bila harus bertarung seperti biasa.
Aku menyobek kertas dihalaman buku tamu yang menuliskan identitasku. Untuk sebuah kawasan Restricted, aku tidak menemukan CCTV. Apa mungkin karena hal itu justru bisa membuatnya menjadi senjata makan tuan?.
Setelah menyembunyikan motorku ditempat yang aman. Aku kembali untuk mencari tahu lebih lanjut sambil terus menyiagakan seluruh panca inderaku. Tempat ini kosong. Apa aku bisa disebut beruntung karena kebetulan masuk saat tidak ada pegawai lain selain dua orang Satpam didepan. Entah apa penyebabnya. Aku beruntung mengunjunginya saat point ini masih sepi. Kutemukan komputer dalam sebuah ruangan. Aku copy semua data didalamnya ke dalam hardisk external milikku yang selalu aku bawa bekerja, karena flashdisk tidak bisa memindahkan data dalam jumlah besar dengan cepat. Ceroboh sekali mereka. Jangankan data-data yang ter-enkripsi. Masuk administrasi komputernya saja tanpa password. Apa tidak ada diantara mereka yang menguasai IT?. Atau mereka hanya meremehkan segala sesuatu dan tidak mengantisipasi bakalan ada sesuatu semacam ini terjadi?. Mungkin mereka hanya berpikir tempat mereka ini cukup aman, dengan penjaga yang kuat. Koordinasi mereka cukup buruk. Aku curiga mereka semua rekrutan baru, karena aku yakin aku selalu mengurangi jumlah mereka di kota ini secara signifikan.
Konsep Satria Wayang
Diposting oleh
tutorial
13.18
Kata baku yang benar adalah Kesatria, bukan Satria atau Ksatria. Tapi lebih enak dan nyaman menggunakan kata Satria. Jadi saya pilih memakai Satria.
Mau saya bikin semacam kamen rider saja. Yang penting action.
Kostumnya juga macam Metal Hero/Kamen Rider.
Alat perubahan : Kelat Bahu dengan ujung Kotak yang bisa digunakan untuk menyimpan dan memasukkan kartu.
Musuh : Monster berwujud Buto
*Satria Wayang Pandhawa
1)Plain Mode
Mode awal berubah. Kosongan. Mode ini tidak lemah, namun kekuatan dan kelincahan tubuhnya standart.
Bisa memasukkan kartu bergambar wayang masing2 karakter kedalam asesoris lengan(Kelat bahu)
2)Puntadewa(Puntodewo)
Senjata: Kalimasada berupa kitab lontar yang daunnya satu sama lain dihubungkan sehingga membentuk seperti kertas A4. Jadi bisa ditekuk sampai ukuran perlembar lontar. Waktu dilemparkan kelawan, berubah menjadi tombak.
Ahli tombak.
Tiwikrama: Berubah wujud ke tingkat yang lebih kuat. Mode Brahala putih.
3)Werkudara(Werkudoro)
Wujudnya lebih besar, tinggi dan kekar. Jauh lebih kuat dari standart, namun juga lebih lambat.
4)Janaka(Janoko)
Pemanah ulung. Indera pendengar dan penglihat menjadi jauh lebih tajam. Jago ngeles.
5)Nakula(Nakulo) Sadewa(Sadewo)
Membelah diri dan mahir menggunakan senjata pedang. Bila membelah diri menjadi dua. Nakulo menggenggam pedang memakai tangan kanan, sedangkan Sadewo memakai tangan kiri.
*Satria Wayang Putra
1)Plain Mode
Mode awal berubah. Kosongan. Mode ini tidak lemah, namun kekuatan dan kelincahan tubuhnya standart.
Bisa memasukkan kartu bergambar wayang masing2 karakter kedalam asesoris lengan(Kelat bahu)
2)Antareja(Antarejo) {Bumi}
Ambles Bumi: Masuk kedalam tanah. Dalam keadaan ini dia juga bisa mengaktifkan skill Mangkubumi; memulihkan diri sendiri secara maksimal. Jadi dia unggul di dalam tanah.
Tubuh Napakawaca yang keras. Tiwikrama menjadi mode Nagarupa, wujud yang lebih kuat membuat tubuhnya semakin keras dan serangannya semakin dahsyat.
Ajian Upas Anta: Logampun bisa meleleh terkena semburannya.
Kendali Bumi: Mengendalikan apapun yang berasal dari bumi seperti tanah, batu, bahkan logam.
Paling lincah bergerak didalam bumi.
3)Gatotkaca(Gatotkoco) {Air dan cahaya}
Terbang tinggi dan bisa melesat dengan cepat.
Pukulan maut ajian Narantaka
Basunanda: Anti air dan api.
Brajamusti; Semacam Kaio Ken atau Super Saiyan. Memperkuat serangan dan ketahanan tubuh sampai berkali-kali lipat. Sebenarnya malah Brajamusti sudah ada duluan jauh sebelum ada Kaio Ken atau Super Saiyan.
4)Antasena(Antaseno) {Air}
Kendali Apas: Mengendalikan elemen air.
Sebenarnya juga bisa ambles bumi dan terbang. Tapi spesialisnya adalah menyelam di air. Di air dia tidak terkalahkan.
Cupu Manduseno : Heal dengan elemen air
5)Wisanggeni {Api}
Mengendalikan elemen api.
Melempar api, pukulan api. Jurus serba Agni.
Api hanya akan membuat tubuh dan ketahanannya menjadi lebih kuat.
*Satria Wayang Punakawan
1)Plain Mode
Mode awal berubah. Kosongan. Mode ini tidak lemah, namun kekuatan dan kelincahan tubuhnya standart.
Bisa memasukkan kartu bergambar wayang masing2 karakter kedalam asesoris lengan(Kelat bahu)
2)Gareng
Kuat tapi lambat
3)Petruk
Cepat, lincah, tidak terlalu kuat
4)Bagong
Keras tapi lambat
5)Semar
Ultimate form.
Senjata pamungkasnya tidak mematikan namun bisa dibilang mematikan dalam artian lain. Aura gas bau. Bila lawan menutup indera penciumannya, tetap saja gas tersebut mengenai indera penglihat dan membuatnya perih. Yang akhirnya mengganggu konsentrasi dan menyebabkan indera penciuman terbuka dan.. menyebabkan Aura tersebut berhasil menghantam tepat kesasaran.
Mau saya bikin semacam kamen rider saja. Yang penting action.
Kostumnya juga macam Metal Hero/Kamen Rider.
Alat perubahan : Kelat Bahu dengan ujung Kotak yang bisa digunakan untuk menyimpan dan memasukkan kartu.
Musuh : Monster berwujud Buto
*Satria Wayang Pandhawa
1)Plain Mode
Mode awal berubah. Kosongan. Mode ini tidak lemah, namun kekuatan dan kelincahan tubuhnya standart.
Bisa memasukkan kartu bergambar wayang masing2 karakter kedalam asesoris lengan(Kelat bahu)
2)Puntadewa(Puntodewo)
Senjata: Kalimasada berupa kitab lontar yang daunnya satu sama lain dihubungkan sehingga membentuk seperti kertas A4. Jadi bisa ditekuk sampai ukuran perlembar lontar. Waktu dilemparkan kelawan, berubah menjadi tombak.
Ahli tombak.
Tiwikrama: Berubah wujud ke tingkat yang lebih kuat. Mode Brahala putih.
3)Werkudara(Werkudoro)
Wujudnya lebih besar, tinggi dan kekar. Jauh lebih kuat dari standart, namun juga lebih lambat.
4)Janaka(Janoko)
Pemanah ulung. Indera pendengar dan penglihat menjadi jauh lebih tajam. Jago ngeles.
5)Nakula(Nakulo) Sadewa(Sadewo)
Membelah diri dan mahir menggunakan senjata pedang. Bila membelah diri menjadi dua. Nakulo menggenggam pedang memakai tangan kanan, sedangkan Sadewo memakai tangan kiri.
*Satria Wayang Putra
1)Plain Mode
Mode awal berubah. Kosongan. Mode ini tidak lemah, namun kekuatan dan kelincahan tubuhnya standart.
Bisa memasukkan kartu bergambar wayang masing2 karakter kedalam asesoris lengan(Kelat bahu)
2)Antareja(Antarejo) {Bumi}
Ambles Bumi: Masuk kedalam tanah. Dalam keadaan ini dia juga bisa mengaktifkan skill Mangkubumi; memulihkan diri sendiri secara maksimal. Jadi dia unggul di dalam tanah.
Tubuh Napakawaca yang keras. Tiwikrama menjadi mode Nagarupa, wujud yang lebih kuat membuat tubuhnya semakin keras dan serangannya semakin dahsyat.
Ajian Upas Anta: Logampun bisa meleleh terkena semburannya.
Kendali Bumi: Mengendalikan apapun yang berasal dari bumi seperti tanah, batu, bahkan logam.
Paling lincah bergerak didalam bumi.
3)Gatotkaca(Gatotkoco) {Air dan cahaya}
Terbang tinggi dan bisa melesat dengan cepat.
Pukulan maut ajian Narantaka
Basunanda: Anti air dan api.
Brajamusti; Semacam Kaio Ken atau Super Saiyan. Memperkuat serangan dan ketahanan tubuh sampai berkali-kali lipat. Sebenarnya malah Brajamusti sudah ada duluan jauh sebelum ada Kaio Ken atau Super Saiyan.
4)Antasena(Antaseno) {Air}
Kendali Apas: Mengendalikan elemen air.
Sebenarnya juga bisa ambles bumi dan terbang. Tapi spesialisnya adalah menyelam di air. Di air dia tidak terkalahkan.
Cupu Manduseno : Heal dengan elemen air
5)Wisanggeni {Api}
Mengendalikan elemen api.
Melempar api, pukulan api. Jurus serba Agni.
Api hanya akan membuat tubuh dan ketahanannya menjadi lebih kuat.
*Satria Wayang Punakawan
1)Plain Mode
Mode awal berubah. Kosongan. Mode ini tidak lemah, namun kekuatan dan kelincahan tubuhnya standart.
Bisa memasukkan kartu bergambar wayang masing2 karakter kedalam asesoris lengan(Kelat bahu)
2)Gareng
Kuat tapi lambat
3)Petruk
Cepat, lincah, tidak terlalu kuat
4)Bagong
Keras tapi lambat
5)Semar
Ultimate form.
Senjata pamungkasnya tidak mematikan namun bisa dibilang mematikan dalam artian lain. Aura gas bau. Bila lawan menutup indera penciumannya, tetap saja gas tersebut mengenai indera penglihat dan membuatnya perih. Yang akhirnya mengganggu konsentrasi dan menyebabkan indera penciuman terbuka dan.. menyebabkan Aura tersebut berhasil menghantam tepat kesasaran.
Langganan:
Postingan (Atom)