"Apa kau ingin kekuatan?. Temukan kegelapanmu dan lampauilah."
Akhir-akhir ini Angkara yang kuhadapi serasa lebih kuat. Atau apa hanya aku saja yang kurang berlatih lebih keras untuk menghadapi mereka?. Wujud mereka juga sedikit berbeda dari yang biasanya aku hadapi. Memang tidak bisa dianggap signifikan sih, tapi tetap saja beberapa dari mereka itu merepotkan. Seperti yang barusan kukalahkan beberapa waktu lalu.
Beberapa jam sebelumnya.
Aku mencurigai tempat didepanku ini. Sebuah kompleks bangunan perusahaan dengan akses penjagaan yang tidak biasa. Sebuah plang bertuliskan "Restricted Area" berada didepannya. Membuat orang seperti aku ini pekewuh(ragu, malu) untuk melanggarnya. Berdasarkan penyelidikanku beberapa bulan ini. Aku sudah menandainya. Disinilah lalu lintas para Angkara yang paling mencolok.
Baiklah aku akan coba masuk begitu saja dengan masa bodoh. Bila dihentikan, aku cukup bilang mencari alamat yang ada di daerah sini.
Baru saja masuk beberapa meter aku sudah dihentikan.
"Mas bisa baca tulisan rambu didepan!?"
"Tapi saya nyari alamat ini pak?". Sambil aku kasih lihat sms yang sudah kurekayasa sebelumnya.
Catat KTP orang ini. Dia memasuki kawasan terbatas kita ini. Entah apa tujuannya. Jawaban yang tidak bersahabat.
Saya minta KTP anda
Masa kayak gini saja minta KTP mas?. kami berjalan memasuki pos satpam.
Ada dua orang satpam didepanku saat ini. Dan mereka berdua adalah Angkara. Kecurigaanku semakin kuat.
Aku sudah memeriksa dengan seluruh indera perasaku. Dan menemukan perimeter penjagaan disini hanya diisi oleh mereka berdua. Harusnya bukan hal yang sulit bagiku untuk melenyapkan mereka berdua dengan serangan kejutan. Seorang masuk ke ruang dalam. Dan seorang lagi yang berada di ruang depan ini sedang mencatat KTP milikku sambil memunggungiku. Tangan kiriku yang telah berubah wujud menembus punggungnya hingga keluar dari sisi dadanya. Aku mendengar derapan langkah lari temannya yang ada diruangan sebelah kearahku. Ah.. aku tidak menyangka bakal kecolongan. Darimana dia bisa mengetahuinya?. Kukira aku sudah melakukannya secara senyap seperti biasa.
"Dasar bodoh!. Sudah kubilang untuk selalu waspada.
Dia merubah wujudnya didepanku. Sepertinya aku pernah melihat wujud dengan bentuk senada semacam ini. Bukan wujud Angkara yang umumnya aku hadapi.
Tangan kiriku melepaskan tubuh temannya yang seketika itu juga berubah menjadi asap.
Aku ucapkan pelan sebuah kata "Tiwikrama" yang membuatku berubah wujud secara penuh.
Aku harus segera membereskannya. Jangan sampai dia lolos dari sini. Untung saja kami berada di pos satpam yang tidak begitu luas ukurannya. Sedangkan pertarungan jarak dekat adalah keahlianku. Aku sangat yakin akan kemampuanku ini.
Kami saling bertukar serangan. Secara teknik aku lebih unggul darinya. Namun yang kurasakan tentang kekuatan serangan dan daya tahan tubuhnya, tidak bisa dianggap remeh. Ini adalah pertempuran jarak dekat, bahkan terlalu dekat sehingga aku bisa mempraktekkan gerakan bantingan dan kuncian yang aku latih.
Hanya masalah waktu sebelum aku mengakhirinya dengan serangan kuncian mautku. Dan itu cukup untuk menguras tenagaku. Untung saja aku tidak menghadapi dua Angkara dengan level kekuatan yang sama dalam satu waktu. Dan aku juga tidak yakin bisa menghadapinya dengan seimbang bila harus bertarung seperti biasa.
Aku menyobek kertas dihalaman buku tamu yang menuliskan identitasku. Untuk sebuah kawasan Restricted, aku tidak menemukan CCTV. Apa mungkin karena hal itu justru bisa membuatnya menjadi senjata makan tuan?.
Setelah menyembunyikan motorku ditempat yang aman. Aku kembali untuk mencari tahu lebih lanjut sambil terus menyiagakan seluruh panca inderaku. Tempat ini kosong. Apa aku bisa disebut beruntung karena kebetulan masuk saat tidak ada pegawai lain selain dua orang Satpam didepan. Entah apa penyebabnya. Aku beruntung mengunjunginya saat point ini masih sepi. Kutemukan komputer dalam sebuah ruangan. Aku copy semua data didalamnya ke dalam hardisk external milikku yang selalu aku bawa bekerja, karena flashdisk tidak bisa memindahkan data dalam jumlah besar dengan cepat. Ceroboh sekali mereka. Jangankan data-data yang ter-enkripsi. Masuk administrasi komputernya saja tanpa password. Apa tidak ada diantara mereka yang menguasai IT?. Atau mereka hanya meremehkan segala sesuatu dan tidak mengantisipasi bakalan ada sesuatu semacam ini terjadi?. Mungkin mereka hanya berpikir tempat mereka ini cukup aman, dengan penjaga yang kuat. Koordinasi mereka cukup buruk. Aku curiga mereka semua rekrutan baru, karena aku yakin aku selalu mengurangi jumlah mereka di kota ini secara signifikan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).