Bila kedatangmu hanya demi mengusir bosan dan penasaran, enyahlah. Aku tak butuh itu.
Aku sadar aku adalah anak pertama.
Adik-adikku ibarat orang yang berada satu antrian dibelakang kita saat kita mengantri. Sesungguhnya mereka sangat ingin kita segera dapat giliran. Mereka tak mau melangkahiku.
Aku membuka mataku. Saat ini aku berada di tengah kota.. sendirian. Tidak ada seorangpun yang terlihat disini. Sangat sunyi. Tanpa angin bahkan burung-burung di angkasa. Sungguh aneh. Ini seperti berada di dimensi antara. Dimensi antara adalah dimensi diantara dimensi nyata dan dimensi gaib. Dimensi yang digunakan para Angkara untuk berburu mangsa sekaligus dimensi yang aku gunakan untuk meringkus mereka. Kerusakan apapun yang terjadi disini, tidak akan berpengaruh pada dimensi nyata.
Aku berjalan.. kutatap bayangan diriku yang terpantul dari kaca sebuah gedung. Mungkinkah ini adalah sosok yang aku takuti?. Karena dalam wujud ini aku kehilangan kontrol akan diriku. Tidak bisa mengingat apa yang selanjutnya kulakukan. Wujud Tiwikrama diriku dengan zirah bersudut tajam. Sklera mata berwarna merah dan iris mata berwarna kuning. Bagian kepalaku terlihat berbeda, ia mempunyai surai-surai tajam yang tertarik kebelakang bagaikan landak. Kain sarung yang kukenakan bermotif batik tambal. Tubuh dengan aura yang penuh kegelapan. Aku akan menyebut wujud ini Mode Liar (Wild Mode).
Namun saat ini pikiranku begitu jernih. Aku coba menggerakkan bagian-bagian tubuhku secara utuh. Memukul-mukul kecil, melakukan beberapa tendangan depan hingga hingga tendangan berputar. Tubuhku terasa lebih ringan. Lebih lincah. Perbedaan besarnya adalah aku menguasai kontrol atas tubuh ini secara penuh.
Aku berlari di trotoar, melesat diantara mobil-mobil yang diparkir di pinggir jalan. Lebih cepat dari biasanya. Terus aku terabas apa yang ada didepanku. Melompati Pagar tanaman, memijak bangku-bangku taman, terus menerabas hingga keluar dari taman kota berlari menuju mobil yang diparkirkan didepanku. Aku melompat, menjadikan atapnya sebagai pijakan lompatanku yang berikutnya. Dan.. aku melompat sangat tinggi. Jauh melewati tinggi tiang lampu jalanan disamping mobil. Lalu hinggap di atas lampu kota berikutnya.
Ini pasti di dalam mimpi.
Beberapa orang berpikir bahwa mimpi adalah respon emosional pada kenyataan.
Menurut pendapatku. Mimpi adalah suatu realitas dalam alam bawah sadar kita.
Tubuhku dipenuhi oleh aliran kekuatan. Dadaku sesak oleh kemarahan. Kenapa aku bisa berada disini dengan wujud seperti ini, aku mengetahui penyebabnya.
Sudah beberapa tahun ini pendapatanku menurun drastis. Beberapa pelanggan tetap baik besar maupun kecil. Satu-persatu tidak pernah menghubungiku kembali. Bahkan beberapa minggu ini aku sama sekali tidak ada pemasukan.
Satu saja pelanggan besar hilang, akan sangat berdampak terhadap pemasukanku. Dan semua itu terjadi secara tidak langsung oleh sebab yang sama. Pesan berantai yang saling getok tular.
Saat ini semua pelanggan awal yang mendukung usahaku semua sudah menghilang dan tergantikan oleh yang baru. Penyebab dari semua itu.. beberapa adalah hal yang sama. Karena rumor tersebut mereka bisa menjadikannya sebagai "alasan mulia" untuk membagikan rezeki kepada yang "lebih membutuhkan". Sayangnya yang mereka pakai adalah pegawai dari perusahaan dengan gaji yang tidak seberapa. Yang mereka lakukan hanyalah memperkaya Boss dari perusahaan tersebut.
Ketahuilah faktanya, bukan katanya.
Setelah
beberapa tahun berlalu dan aku kembali melakukan penawaran kesana.
Mereka terlihat terkejut dan setelah ku berlalu, hanya bisa mengatakan
"Lho katanya..."
Apa mereka butuh "alasan mulia" yang senada untuk memutuskan jasa suplier sebelumnya dan memakai kembali jasaku?.
Tentu saja rumor ini terus berlanjut karena antara satu kantor dengan yang lain saling terhubung. Satu pegawai keluar, pindah ke perusahaan lainnya. Lalu ada mereka yang berbelanja di tempat yang sama denganku yang juga mengetahui rumor tersebut. Mereka turut membantu melestarikan omong kosong yang beredar.
Apa aku yang harus repot-repot membersihkan semua kotoran yang disebabkan oleh mereka!?.
Mempermalukanku
dua kali dan yang satunya ini secara terang-terangan?!. Sedangkan
mereka sendiri membicarakan hal itu hanya dibelakangku.
Untunglah salah satu pelanggan penting baruku
mempunyai pengambil keputusan yang bijaksana. Tidak terpengaruh oleh
rumor tersebut. Dan hanya melakukan berdasarkan profesionalisme.
Bukan pelanggan saja kok. Bahkan salah satu rekananku berbuat hal senada dengan caranya sendiri. Pak Kartono, aku berbeda dengannya, aku adalah teknisi paling ujung, bukanlah grosir yang menerima rujukan dari banyak teknisi. Aku juga tahu pendapatannya sehari saja kisaran Rp400rb, karena ialah yang bercerita sendiri kepadaku. Tapi kok dia tega ya?. Ia sering menelponku untuk meminjam toner(meminta, karena itu adalah barang habis pakai). Ia ada pekerjaan sedangkan tonernya saat itu habis. Ya karena aku masih ada toner ya aku kasih. Tapi itu terjadi sampai berkali-kali. Pernah suatu kali aku tidak mengambil tonerku karena belum sempat. Dia kok juga nggak ada inisiatif untuk mengembalikannya. Aku masih ingat kantong toner milikku masih lumayan banyak, masih ada lebih dari setengah kantong. Tapi setelah empat hari aku tinggalkan ditempatnya, karena aku sibuk memberi penawaran dan belum ada pekerjaan menyangkut hal itu. Begitu aku ambil kok tinggal sedikit. Padahal awalnya cuma mengaku untuk mengisi satu cartridge saja. Ternyata keterusan dan menunda-nunda membeli toner karena toh masih ada punyaku ditempatnya. Ia sudah tahu hari-hariku kini tidak seramai dulu. Bahkan tonerku sampai nganggur dan bisa digunakan olehnya. Kesempatan berikutnya itu masih berlanjut dan tidak aku tolak karena kenyataannya tonerku masih ada/nganggur. Dengan alasan yang sama, ia belum beli toner. Mungkin lebih tepatnya ia memang malas membelinya toh bisa dapat untung lebih besar dengan memakai toner milikku. Ia lakukan disaat dirinya tahu aku sepi job. Kalau sekali ngisi saja Rp100rb dan katakanlah keuntungannya berupa jasa adalah setidaknya 50% dari harganya. Aku tahu semua orang punya kebutuhan. Siapa yang enggak?. Tapi kalau ia punya pikiran, hasil sisanya kenapa dimasukkan semuanya kekantongnya sendiri?. Dan aku hanya diceritani bahwa ia dapat pekerjaan mengisi beberapa buah. Tak ada sumbangsih kepadaku sepeserpun. Kalau begitu aku cuma disuruh rugi dong. Dikasih Rp20rb-30rb hitung-hitung untuk mengganti toner aku juga sudah senang kok. Sampai hal itu aku utarakan kepadanya. Padahal saat memakai jasanya aku selalu membayar penuh. Ada pekerjaan ngisi cartride yang tonernya aku tidak punya karena bukan cartridge umum. Aku ambil jasanya untuk mengisi, aku untung dikit nggak papa. Pelanggan baru jangan sampai kecewa. Dan aku mewanti-wanti agar ia mengisinya dengan penuh. Ternyata ia ngisinya nggak penuh. Pelanggan komplain kok hasilnya hilang. Aku yang jadi malu karenanya. Memang sih bisa saja itu ada part yang bermasalah. Tapi aku lebih meragukan dari sisi pengisian karena waktunya yang begitu singkat. Walaupun ngakunya diisi penuh. Dan sudah bisa ditebak. Pelanggan itu cuma memanggilku saat itu saja. Sekalipun aku ada pekerjaan ngisi cartridge, tonerku habis, dan kebetulan aku tidak ada modal untuk membeli toner baru. Aku tidak mau "meminjam" toner milik orang lain. Malu aku, lebih baik aku hutang uang adikku untuk membeli toner. Padahal ia tahu, aku bercerita kepadanya bahwa pekerjaan sepi. Cih, aku curiga ia sengaja melakukan hal itu karena "aku toh sebentar lagi menjadi orang kaya". Rumor itu juga sudah sampai ketelinganya. Biar aku tebak alurnya. Mulut busuk si Boby bercerita kepada toko langganan para teknisi. Pihak mereka bercerita kepada teknisi yang kebetulan mengenalku dan kebetulan juga mengenal pak Kartono. Getuk tular. Diperlukan suatu ikatan kepercayaan untuk menceritakan hal yang sebenarnya. Aku ambil kesimpulan mereka semua bukanlah teman. Hanya sebatas kenalan.
Dunia ini kecil. Tidak heran hal itu juga bisa sampai ketelinganya. Masih ingat si Asmuni?. Istri yang diceraikannya adalah teman satu sekolahku waktu SMP, aku mengetahui dirinya walaupun tidak pernah satu kelas.
Aku bukan Tuhan. Pikir pakai otak dong. Aku bisa mengetahui suatu hal, karena mereka sendirilah yang mengungkapkannya. Pertama-tama, racun yang bernama gunjingan itu sudah tersebar secara getok tular di lingkungan rumahku.
Satu contoh saja. Keluargaku mempunyai langganan penyuplai sembako bernama bu Davin. Aku sebenarnya muak kepadanya. Tapi karena keputusan yang menjadikannya penyuplai adalah ibuku, ya aku diam saja. Dia pernah mengatakan keluar dari mulutnya dari jarak berapa meter tuh dariku?. Hanya terhalang oleh pintu. "Kasihan, gagal menjadi orang kaya".
'Hah?!'
Aku mengerti kemana maksud arah perkataannya itu.
Apa aku bangga dengan rumor omong kosong semacam itu?. Apa aku yang merencanakannya!?. Aku yang menyebarkannya?. Bukannya kalian yang terus memupuk rumor tersebut dan membumbuinya!?. Kalianlah yang terus mengembangkan imajinasi liar kalian!. Andai saja mereka tidak pernah hadir kembali dalam hidupku juga pasti kehidupanku sudah bahagia.
Rumor getok tular yang menyatakan bahwa aku akan menikahi teman masa SMAku, anak semata wayang seorang Triliuner dan secara tidak langsung juga membuatku menjadi orang kaya.
Berkat rumor inilah seluruh kehidupanku berubah ke arah yang buruk. Dari awal aku coba bersabar menunggu niat baik darinya. Aku bahkan sudah mencoba mengubungi apa maunya. Nihil.
Dan sekarang semua sudah sangat terlambat. Sang waktu terus berjalan dan takkan pernah berhenti.
Tinggallah aku dengan semua sampah kotoran yang ditaburkannya itu.
Kalau tidak bisa membuat kebahagiaan kepada seseorang, setidaknya janganlah membuat ia menderita.
Aku tak pernah mau memfollow-up pelanggan yang mempunyai hubungan dengan tetanggaku. Karena aku mengetahui sifat busuk mereka. Salah satunya ya ini. Sekalipun tidak secara langsung. Nggak perlu sama mereka, masih banyak kok rezeki lain diluar sana.
Mereka semua memuaskan nafsu bergunjingnya. Tidak peduli akan dampak yang ditimbulkannya. Betapa mulut busuk mereka sudah banyak merusak kehidupanku!.
Setelah sadar arahan mereka berakibat fatal ke arah yang buruk. Mereka justru melontarkan
perkataan dengan nada sinis yang seolah menyalahkan keputusanku "Tidak dapat keduanya". Atau kalimat "Diiming-imingi susu" aku juga pernah mendengarnya kok. Beberapa kali malahan. Dan aku hanya bisa diam mendengarkan perkataan para wanita jalang yang ada dilingkungan rumahku itu.
Aku curiga kejadian tempo hari juga disebabkan oleh pematik yang sama.
Aku melompat dari tiang lampu kota, mendarat di depan sebuah mobil lalu menghempaskan cakarku dari bawah ke atas ke arahnya. Mobil itu terhempas di udara, berputar lalu mendarat terbalik beberapa meter didepanku. Begitu ringan namun begitu kuatnya. Aku lanjutkan dengan menghempaskan mobil-mobil disekitarnya dengan cara yang sama. Tiang listrik didepanku sekarang menjadi incaranku. Aku tendang sekuat tenaga menggunakan bagian tulang kering kakiku kananku. Tiang listrik itu bengkok. Bengkok yang teramat sangat. Kekuatanku juga meningkat drastis.
Aku seharusnya sudah berkeluarga sekarang.
Siapa yang paling bertanggungjawab akan hal ini?. Tentu saja sumber dari semua ini.
Hai kau calon ahli kubur, calon penghuni surga! .
Sampai detik inipun aku bisa makan, sepeserpun bukan darimu.
Aku tak butuh uangmu. Simpanlah untuk dirimu
sendiri, bukankah kau sangatlah membutuhkannya?. Butuh.. tapi kenapa kau menghibahkan begitu saja perusahaan milikmu itu kepada orang lain yang pernah jadi menantumu itu?. Apa karena kau takut kepada ayahnya?. Ternyata kau memang takut pada mantan besanmu itu. Wah untung besar dong mereka ๐. Lucky Devil. Aku yakin mereka akan menggunakan pemberian cuma-cuma darimu itu dengan "semaksimal mungkin". Misalnya untuk membeli pahala, sama sepertimu, atau bahkan cuma buat uang belanja istrinya, makin cinta dong itu istrinya ๐. Jadi karena itu kau sampai tidak mau melawan mereka dan malahan memberikan beberapa perusahaan milikmu begitu saja, dan kau sebut itu sebagai kompensasi?. Ternyata kau lemah.
Oke aku nggak tahu harus menamakan itu lemah, bodoh atau pengecut. Mana yang lebih tepat?.
Jadi kau menganggap pihak lelakilah yang dirugikan dalam perceraian?. Aku bisa membayangkan mereka pasti puas, terbahak-bahak menertawakan "kejeniusanmu" itu.
Dan sebagai penghibur keputusanmu itu pasti kau menambahkan.. tidak apa-apa toh mereka juga "sejenis" denganmu.
Kesampingkan dulu impianmu
membangun istana di surga, sementara masalah yang kau perbuat didunia ini saja kau tidak bisa memperbaikinya.
Apa yang hendak kau lakukan mengenai hal ini?.
Saat ini kau justru tertawa-tawa atas kemalangan diriku hasil dari perbuatanmu. Tanpa rasa bersalah ya?. Sungguh "manusiawi" pemikiranmu itu.
Menurutmu semua itu bukanlah masalah bila aku adalah orang kaya?.
Apa kau menyamakan standartku dengan
mantan menantu pilihanmu itu!?. Yang saat ini sudah mempunyai istri berkat
berkenalan di klub malam!?. Lelaki yang dengan sepengetahuanmu hendak membeli keperawanan teman SMA-ku seharga Rp2 juta!. Dan saat itu juga ayah temanku itu langsung memutuskan kabel telpon yang secara tidak langsung adalah pemberianmu. Satu hal lagi(satu aja dah, kepanjangan ntar), dia juga secara terang-terangan meminta izin kepada istrinya waktu itu untuk pergi ke rumah bordil menyewa jasa pelacur disana untuk "perbandingan rasa", enak yang mana. Mungkin kau juga dipamiti sama dia. Untuk yang satu ini ia sungguh gentle, beda denganmu. Seleramu benar-benar menjijikkan.
Tapi ya kembali lagi ke awal. Yang penting mereka "sejenis" denganmu. Bukan begitu?.
Apa semua kertasmu itu bisa
mengembalikan waktuku yang hilang?. Mengembalikan kesempatanku untuk beribadah. Mengembalikan semua yang harusnya
menjadi kebahagiaanku, kebahagiaan ibu dan adik-adikku, juga kebahagiaan
dia?. Tidak perlu menarik 10 tahun kebelakang, karena putaran waktu sudah
membuktikannya. Membiarkanmu menunggu tanpa alasan, maka tak perlu
membiarkannya kembali dengan sebuah penjelasan. Dia cukup berani
melakukannya tanpa alasan. Dia cukup tega melakukan hal itu.
Aku hanya butuh 5 tahun kebelakang saja. Bisakah?.
Bila kau diam saja. Tidak menganggap hal ini. Berarti kau menyepelekanku dan masalah yang sudah
kalian perbuat ini. Teruskan saja membangun istana surgamu itu. Kerahkan
semua kertasmu. Pertaruhkan segalanya. Kau bahkan boleh bertanya
kepada para ustad hiburan atau ustad-ustad yang bisa kau bayar untuk
memberikan jawaban yang menyenangkan hatimu. Tapi kau pasti tahu bukan.
Kalau saja kalian tidak pernah mencampuri kehidupanku. Sekarang aku
sudah mempunyai keluarga yang bahagia, sudah punya istri dan mertua yang
sempurna. Kalianlah yang sudah merusak hidupku!. Namun saat ini bersikap seolah hal itu tidak pernah terjadi. Tidak mempedulikan racun yang sudah kalian sebarkan. Kau hancurkan hidupku, lalu kau minta aku merendahkan diri dihadapanmu!. Brengsek!. Dan sekarang kau bermimpi tentang istana di surga?!. Boleh
saja kok, kan cuma mimpi. Karena aku tidak rela akan hal itu. Aku yang akan menjadi penghalangmu. Aku akan
pastikan amalanmu tidak akan diterima!.
Aku tahu kau pasti meremehkan kata-kataku ini dan menganggap bahwa hal ini tidak akan berarti karena kau akan fokus kepada shalatmu. Kau pasti tak menyangka aku mengetahuinyakan?. Kau bermaksud mengakalinya?. Lakukan saja. Itu tidak akan mengubah fakta yang ada.
Tak ada artinya berumur panjang, bila kau mengisinya dengan kebusukan. Apa hatimu tenang?. Bila tidak maka kau masih mempunyai bagian manusia. Namun bila sebaliknya, kau senang dan justru semakin menjadi, maka berhati-hatilah. Jahanam menunggumu. Kau bukan makhluk abadi bukan?. Sekalipun kau berusaha mengakalinya dengan obat-obatan atau makanan pembersih usus, atau koyo penyedot racun yang kau pakai di telapak kakimu itu saat kau tidur. Kau tetap menjadi semakin tua. Umurmu di dunia tetap semakin berkurang. Itu semua tidak akan bisa menghentikan Izrail untuk melaksanakan tugasnya. Kau suka mengulur-ulur urusankan?.
Semua sepeda motor diparkiran ini sekarang sudah hancur berkeping-keping. Setelah sebelumnya tubuhku mengingat kembali gerakan bertarung wujudku ini. Aku menamakannya "Dust Eater". Karena kuda-kudanya yang menundukkan diri ke tanah sembari mengembangkan satu lengan kebelakang. Layaknya manusia Harimau. Ini mengingatkanku akan gerakan silat Harimau.
Aku sebenarnya muak dengan lingkunganku ini.
Aku anak SMP yang mempunyai daya tangkap yang normal. Aku bukan anak idiot ataupun mempunyai keterbelakangan mental. Tentu saja aku mengerti apa yang kalian semua katakan. Setiap hari, setiap saat.
Rumahku berada di pertigaan. Tusuk sate orang menyebutnya. Dari satu garis lurus itu saja, aku bisa mendengar semua perkataan kalian yang terus diulang. Semuanya!. Setiap hari, setiap saat.
Sampai sekarang aku masih ingat kelakuan para wanita bejat itu. Padahal mereka masih punya suami bahkan sudah punya anak. Rumor itu bahkan sudah menyebar ke tingkatan sekolahku SMP. Mereka bukan hanya ingin merusak kehidupanku di rumah, namun juga kehidupan sekolahku.
Bagaimana dengan suami mereka?. Sama saja, mereka juga tidak becus melakukan tugasnya. Mereka sangat tahu hal itu, hanya saja melakukan pembiaran. Kepala Keluarga yang tidak bisa mendidik keluarganya.
Yang kalian rencanakan waktu menjengukku di RS waktu itu, aku juga tahu lho. Untung saja otak kalian masih bisa digunakan ya, menimbang resiko terburuk yang akan kalian terima ๐.
Aku sempat mengatakan hal ini kepada ayahku. Beliau mengatakan "Jangan dipikirkan. Jangan pernah dipikirkan. Apalagi sampai dimasukkan ke hati. Itu semua adalah kentut. Biarkan kalangan mereka sendiri yang menikmatinya."
Mungkin seharusnya aku mengatakannya secara lebih detail lagi. Sangat mendetail, bukan kumpulan kata belepotan anak SMP.
Aku kumpulkan energi dalam genggaman tanganku. Lalu melemparkannya ke sebuah gedung di samping sana. Sebuah ledakan besar terjadi. Bangunan itu sekarang tinggal puing reruntuhan.
Dua tahun anak SMP ini hanya bisa bersabar.
Cowok itu harus kuat. Kuat menahan tangis dan sakit hati.
Jadi karena itu mereka sengaja melakukannya kepadaku?. Cih, aku tak
butuh ujian dari kalian, Bastard!.
Disini, saat ini sebenarnya aku hanya ingin hidup tenang. Sekalipun muak, aku tak perlu memperlihatkannya pada kalian bukan?. Tapi lagi-lagi kalian melakukan polah tingkah yang sama. Bangsat Keparat!.
Kalian pikir aku suka apa. Terpaksa hadir dalam pertemuan warga. Aku sebenarnya muak. Sayangnya ini adalah suatu kewajiban sebagai warga, Adik-adikku bahkan tidak ada satupun yang mau menggantikanku, sekalipun mereka luang. Sungguh egois. Sudahlah, lagipula itu tugasku sebagai anak tertua.
Perkataanku ini pasti tersampaikan kepada kalian semua. Semoga otak kalian bisa digunakan untuk berpikir bukan hanya untuk bergunjing. Mengenai hal ini paling juga kalian tidak bisa membersihkan kotoran yang sudah kalian perbuat. Bersikap layaknya tidak ada yang terjadi.
Lingkungan para Bajingan!
Seringkali memaafkan adalah cara lain memberinya kesempatan untuk menyakiti lagi.
Energi dalam tubuhku meledak keluar tanpa bisa kutahan. Semakin membesar dan menghancurkan semua yang disentuhnya. Bahkan sekarang aku tidak bisa merasakan tanah pijakanku. Semuanya semakin memutih.
***
Aku merasakan energi gelap yang sangat pekat. Setelah ratusan tahun tertidur dan hanya bisa menunggu suatu kejadian besar terjadi. Peranku dibutuhkan kembali.
Kalian manusia menyebutku dengan nama...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).