Ruangan ini tiba-tiba menyala dengan terangnya.
Penyergapan.
Kupersembahkan. Ini adalah archenemy kaum kita!.
Dan saat ini kita akan menumpasnya untuk selamanya!.
Enam Angkara muncul dihadapanku, belum termasuk tiga Angkara yang menyaksikan dari atas sana. Sang Boss Angkara. Termasuk Dema.
Jangan berebut. Kalian sudah tahu rencananya bukan?. lanjutnya.
Level tiga. Begitulah aku menyebut tiga diantara mereka berenam. Tampilan mengkilat pada tubuh mereka membedakan penampilan mereka dari para Angkara level dua yang sering kuhadapi sebelumnya. Yang saat ini mendampingi mereka. Aku tak menyangka jumlahnya bisa ada sebanyak ini. Apa mereka semua ini adalah perbantuan dari luar?.
Menghadapi satu saja begitu sulit. Ini aku harus berhadapan dengan mereka sekaligus. Rasanya tidak mungkin.
Biar aku perkenalkan mereka kepadamu.
Seharusnya kau merasa terhormat karena ini sebagai pembuktian bahwa kami sama sekali tidak meremehkanmu.
"All out attack. Kami mengerahkan para prajurit terbaik kami untuk menghadapimu."
'Ini terlalu berlebihan untukku.'
Dalam sekejap mata, mereka sudah mengepungku, melakukan serangan demi serangan secara bergantian. Sudah bukan waktunya untuk menghemat energi. Saat ada suatu celah, segera aku masukkan serangan terkuatku. Slash!. Dua cakaran kuat milikku berhasil menghantam seorang Angkara lv 2. Ia jatuh mengaduh tapi itu belum cukup untuk melenyapkannya. Kurasa memang benar. Mereka yang ada disini adalah petarung pilihan. Tidak bisa. Jumlah mereka terlalu banyak. Saat aku fokus untuk menghajar mereka yang sudah terluka, selalu saja ada satu diantara mereka yang melindunginya dan menggantikan posisinya. Aku tak bisa mendaratkan serangan akhir. Saling melindungi. Apa mereka sudah berlatih demi hari ini?. Jadi inilah yang dirasakan oleh monster dalam kepungan para Super Sentai/Power Rangger. Hanya saja Sentai/Rangger yang mereka hadapi ini secara perorangan kekuatannya setara dengan diri mereka. Sungguh tidak berimbang.
Mereka terus mengepungku, tidak memberikanku celah untuk melarikan diri. Aku benar-benar salah mengambil keputusan. Aku sudah masuk perangkap. Benar-benar kecerobohan. Aku tak bisa menjebol tembok untuk keluar. Bagaimana caranya melarikan diri dari ruang bawah tanah?. Nyawaku diujung tanduk. Saat ini aku benar-benar berharap bisa keluar dari sini, walaupun kegelapan yang akan menggantikanku untuk bertempur. Tapi kenapa itu tidak terjadi?. Apakah ini yang dinamakan keputusasaan?.
Aku hanya bisa lebih banyak melakukan pertahanan daripada menyerang balik. Entah sudah berapa lama ini berlangsung. Mereka yang mengepungku sudah terlihat kelelahan. Harusnya aku yang lebih lelah. Tak ada cara lain yang bisa terpikirkan olehku. Aku akan menerjang diantara mereka yang terlemah untuk melarikan diri. Pergi keruang berikutnya dan bersembunyi. Langkah selanjutnya biar aku pikirkan nanti. Hanya inilah satu-satunya cara agar selamat dari kepungan ini.
Aku hentakkan kakiku untuk melompat kedepan, kearah seorang Angkara lv 2. Menabraknya, lalu mencengkramnya dan memutar tubuhku 180 derajat menyerupai gasing dan melemparkannya ke arah dua Angkara didekatnya. Mereka bertabrakan dan terjatuh. Kuharap itu memberikanku cukup waktu untuk memanjangkan jarak diantara kami. Aku bergegas untuk lari.
Tiba-tiba Dema turun dari langit dan menghadangku, ia masuk ke dalam arena pertempuran.
Ia mengangkat telapak tangannya kearahku. Terlihat olehku gambaran spiral menyerang penglihatanku. Membuat ku semakin pusing. Aku coba bertahan.
Dua Angkara sudah sampai dibelakangku, mereka segera mengunci kedua tanganku.
Tidak bisa aku, aku tidak boleh terpedaya oleh serangannya ini. Aku paksakan untuk membuka kedua mataku.
Aku hempaskan kedua angkara yang mengunci kedua tanganku dengan sekuat tenaga.
Gelombang resonansi bunyi yang sedari awal aku dengar saat masuk kesini semakin kuat mendengung di telingaku. Efeknya semakin menguasaiku. Jangan-jangan ini juga bagian dari serangannya yang sudah ia rencanakan kepadaku. Aku merasa pusing.
'Ultimate Illusion'
Dema sudah sampai didepanku dan menyentuhkan jari telunjuknya ke dahiku.
Rasa pusing yang kualami barusan tergantikan oleh sesuatu yang lain. Aku merasa sangat relax. Keadaan yang begitu nyaman.
Sepertinya aku terlalu lelah. Tenagaku sudah terkuras terlalu banyak. Aku tak lagi kuasa untuk menolak keadaan ini. Aku hanya bisa pasrah.
Semuanya menjadi gelap...
***
Kurasakan sebuah sentuhan halus membelai wajahku. Dilanjutkan dengan sentuhan lembut yang menyibakkan rambut di dahiku. Perlahan akupun membuka mataku.
Untuk pertama kalinya aku bisa melihat kembali wajah manismu dengan begitu dekat. Terlalu dekat. Aku mengerjap takjub. Sangat indah, lebih indah dari yang pernah kuingat. Aku serasa terhipnotis oleh keindahan ini. Tanpa sadar, aku kembali terjatuh ke dalam pesonamu.
'Tunggu dulu!'
Aku tersentak bangun dan menjauh darinya begitu sadar akan keadaan ini.
"Waaa!"
"Kenapa tidak memakai jilbab?!. Kenapa memakai gaun tidur?!."
"Dimana ini?! Kenapa kita ada disini?! Apa yang sudah kita lakukan?!" Nyaris terjatuh dari pojokan ranjang.
"Sttt. Pelan-pelan mas, ini masih belum pagi. Surya dan Dewi bisa bangun. Mas mimpi buruk?."
Perempuan didepanku ini meletakkan jari telunjuknya didepan bibir mungil miliknya.
'Surya dan Dewi? siapa mereka?'. Aku arahkan pandanganku ke seorang anak laki-laki mungil yang tertidur diantara kami berdua. Aku alihkan pandanganku ke seberang, tepat dibelakang Zara ada sebuah box bayi berwarna putih dengan tubuh mungil didalamnya.
Aku menatap Zara meminta penjelasan.
"Sebentar lagi Subuh. Aku hanya ingin membangunkan imamku yang sepertinya terlalu lelap tertidur" ucapnya sambil tersenyum manis.
Aku tahu ini semua hanyalah ilusi. Aku tahu itu.
Meski tahu ini semua hanyalah ilusi. Bagaimana bisa aku menghancurkannya demi keluar dari sini?.
Mempunyai istri impianku juga mempunyai dua orang anak, seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Begitu sempurna. Itu semua adalah kebahagiaan yang kuinginkan.
Aku tahu ini semua hanyalah ilusi. Meski begitu, aku merasa sangat bahagia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).