Rantai-rantai itu menyelimuti tubuh besarku. Membelit, mengencang, lalu membelengguku sedemikian rupa hingga aku tidak bisa bergerak. Keadaan diriku saat ini pastilah seperti kepompong.
"Dinginkan kepalamu. Redakanlah kemarahanmu."
"Aku tahu kau menyimpan semua luka dihatimu. Dan saat ini Bom itu meledak tanpa bisa ditahan lagi."
"Amarah hanya akan melukai dirimu sendiri daripada mereka yang menjadi obyek kemarahanmu"
"Kemarahan adalah hal yang wajar. Barangsiapa yang dibuat
marah namun ia tidak marah, maka ia adalah keledai. Rasa itu ada demi
melindungi diri kita dari rasa sakit dan kehancuran. Hanya saja jangan
sampai dirimu tenggelam oleh amarah tersebut.
Gunakan amarahmu itu secara bijaksana.."
"Payung tidak dapat menghentikan hujan. Tapi dengan payung
itu, kita bisa terus berjalan menembus derasnya hujan untuk mencapai
tujuan. Itulah perumpamaan yang terdekat."
"Mengenai segala hal yang terjadi dalam kehidupanmu..."
"Bersyukurlah selalu kepada Tuhan yang sudah merencanakan
kita akan bertemu dengan siapa-siapa saja. Tinggal bagaimana cara kita
menyikapinya."
"Ada orang yang sifatnya keras. Ia mengajarkan kita arti keberanian dan bersikap tegas.
Ada orang yang lembut tutur kata dan sifatnya. Ia mengajarkan kita tentang cinta dan kasih sayang.
Ada orang yang cuek dan masa bodoh. Membuat kita berpikir untuk tidak perlu mengurusi hal-hal yang tidak perlu.
Ada orang yang ceria dan penuh perhatian. Mengajarkan kita keindahan dari hal-hal kecil yang seringkali kita lewatkan.
Adapula makhluk-makhluk busuk seperti Boby atau para tetanggamu itu. Punya banyak sifat negatif. Bajingan tengik yang tidak segan mengorbankan orang lain demi perutnya sendiri, dan wanita-wanita sundal beserta lakinya yang hanya ingin memuaskan hasrat tengik diri mereka. Orang-orang yang tak berotak. Membuat kita untuk waspada dan menjaga diri dari orang-orang semacam mereka."
"Setiap karakter manusia semacam itu akan selalu ada dan memberikan pelajaran kepada kita.
Besi menajamkan besi dan manusia menajamkan sesamanya."
"Tanpa orang-orang semacam mereka, kita tidak akan pernah berkembang karena selalu berada di zona nyaman."
"Ambil positifnya. Mereka membuat kita semakin dewasa dan bijaksana."
"Ketika ada orang membicarakan kita dibelakang kita. Itu artinya kita sudah ada didepan mereka.
Ketika ada orang merendahkan kita. Itu artinya kita sudah berada lebih tinggi dari mereka.
Ketika ada orang iri hati kepada kita. Itu artinya kita mempunyai sesuatu yang tidak mereka punyai.
Bahkan ketika orang itu sampai melakukan perbuatan dengki kepada diri kita. Itulah tanda bahwa kehidupan mereka tidaklah seindah kehidupan kita."
Amarahku mulai mereda. Tidak seburuk sebelumnya. Tubuhku berangsur-angsur mengecil ke ukuran semula.
Aku mulai menjawab kalimat-kalimat dari suara asing yang terngiang dikepalaku.
"Hentikan nasehatmu itu!"
"Apa menurutmu terbang saat kakiku luka dan sayapku patah itu mudah?!.
Bangkitpun aku susah, Tapi kau menyuruhku untuk terbang kembali saat aku terjatuh. Apa langit bagimu hanya setinggi jempol kaki?!."
"Orang jahat yang berasal dari orang baik yang tersakiti. Aku tak mau kau berakhir seperti itu."
"Sadarilah. Bahkan saat hidup terasa tak adil kepadamu. Tuhan nggak akan
kasih sesuatu diluar batas kemampuanmu. Dan bukankah tingkatan cobaan yang ada padamu itu menandakan
bahwa kamu adalah makhluk yang istimewa?.
"Jangan takut akan bayangan. Karena tak jauh darinya, ada cahaya.
Tenang saja. Sekarang kau tak lagi sendirian. Aku harap kita bisa saling bekerjasama. Sekarang akulah yang bertugas untuk menjagamu. Ingatlah untuk tidak melebihi batas."
Untaian-untaian rantai yang membelenggu tubuhku sekarang terurai. Wujud Waraku bagian kepala saat ini berubah kembali seperti semula. Zirah yang kukenakan, selain mempunyai sudut-sudut yang tajam. Dipunggungku juga terdapat sulur-sulur rantai bagaikan ekor burung Phoenix. Rantai-rantai itu juga melilit erat di kedua tanganku. Secarik kain bawahan(saput) yang kupakai biasanya berwarna coklat bercorak batik parang rusak, sekarang menjadi bermotif kotak-kotak berwarna hitam dan putih layaknya papan catur. Motif yang dalam dunia pewayangan hanya dipakai oleh Semar, Sang Hyang Bayu, Bima dan Hanoman.
Perlahan wujud baruku itu memudar. Kembali ke wujud Wara yang biasanya. Lalu perlahan kembali ke wujud manusiaku.
Suara gaib itu lagi-lagi terdengar.
"Perkenalkan aku adalah senjata pusaka. Kalian manusia mengenalku dengan nama Cemeti Amarasuli. Wujudku sebagai benda pusaka bisa menyesuaikan diri dengan kebutuhan pemilikku. Saat ini aku berperan sebagai rantai penjaga. Ya.. kaulah pemilik baruku sekarang. Kaulah majikanku yang baru.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).