Kisah humanis, perjuangan dalam pengadilan dunia.
Yey ini saya pasang gambarnya yang pasti membuat kalian minat nontonnya (^-^ )
Perjalanan Seo Jin-woo demi membuktikan ayahnya tidak bersalah oleh tuduhan pembunuhan yang ditujukan kepadanya. Seo Jin memiliki ingatan Fotografis yang membuatnya mengingat semua hal layaknya melihat sebuah foto. Detail dan sempurna. Ironisnya disaat yang buruk ayahnya justru terkena Alzheimer yang membuatnya semakin terpuruk dan sulit membela diri dari tuduhan yang dituduhkan kepadanya.
Sudah lama saya tidak menikmati sebuah film seperti waktu saya melihat "Pinokio". Tidak ada fantasi di film ini. Benar-benar kisah dunia nyata dengan segala intriknya.
Kalau dipikirkan. Negara mereka berani ya mengangkat keterlibatan para oknum aparat dalam dunia gelap hukum di negara tersebut. India yang notabene bukan negara maju saja berani bikin film semacan ini. Sudah sejak jaman dulu lagi.
Itulah yang membuat saya gandrung dengan film-film buatan luar negeri dari Jepang sampai Korea.
Benar-benar bermanfaat untuk menambah wawasan kita. Penerapannya juga paling tidak jauh beda dengan tempat kita berada. Dimana-mana sama kok. Manusianya juga seperti itu-itu juga sifatnya.
Selama di negara kita tidak ada yang berani mengangkat kisah dunia aparatur negara dengan segala problematikanya(baca: kisah dunia nyata). Sudah bisa dipastikan film-film kita(baca: Sinetron kita) nggak bakal jauh-jauh dari kisah gonjang-ganjing rumah tangga dan gaya berpacaran alay anak muda. Yaa kayak gitu deh. Mungkin memang hal tersebut dilarang; dianggap mencemarkan nama institusi. Saya jadi inget beberapa tahun lalu ada orang memvideokan oknum pungli. Tapi dia malah dipidanakan. Bukannya justru oknum tersebut yang mencemarkan nama institusinya. Kok malah dibalik -_- (Makanya kalo mau upload gituan pakelah akun Anonim dan dari tempat umum, jangan terlalu polos dengan bangganya memakai akun asli -_- . Berbaik sangka mengharap penghargaan tidak sebanding dengan resiko bila hal itu justru berakhir sebaliknya).
Tahun 2015 tahun yang sama dengan pembuatan drama ini di Korea Selatan.
https://www.rappler.com/indonesia/107876-video-polisi-terima-suap-save-adlun
Yang terakhir tahun lalu ada supir truk yang melakukan hal yang sama. Kapoldanya sendiri saja dengan tenangnya sudah membuat pernyataan kepada media, didepan para wartawan. Akan mempidanakan abang supir truk tersebut. Untung saja pak Tito selaku pucuk pimpinan Polri mengapresiasi hal itu. Beliau mendukung dan meminta warga lainnya juga melakukan hal yang sama(merekam).
Warisan orde baru membuat aparat ditakuti. Itu juga yang membuat kejahatan orang-orang jahat yang memanfaatkan hal ini menjadi lancar. Dari penipuan berkedok semacam itu. Misalnya ngaku2 polisi bilang ke korban kalau anaknya diciduk, lalu minta uang dll. Sampai sogong-sogongan mamerin beking segala. Minimnya pendidikan akan hukum membuat orang awam menjadi korban. Sedangkan tayangan televisi kita... -_- . Tidak mencerdaskan kehidupan bangsa.
Makanya untuk tayangan dalam negeri saya lebih milih nonton berita dan program talkshow. Yang jelas-jelas bermanfaat(juga menghibur). Paling Net TV channel yang bisa saya acungkan jempol. Karena mereka anti mainstream; berusaha memberikan hiburan yang mendidik bukan hanya mengejar rating.
Dalam kisah ini Jaksa dibeli, polisi dibeli..
Nggak usah beli jaksa, nggak usah beli polisinya. Langsung saja beli saja Hakimnya(perwakilan tuhan didunia); masalah beres.
Langganan:
Postingan (Atom)