Sudah lebih dari sepuluh tahun ini Toying melarang putrinya Eliza
berhubungan dengan Andika apalagi menemuinya. Ia berharap dengan
seiringnya waktu berlalu putrinya akan melupakan tentang kekasihnya itu.
Eliza terpaksa mematuhinya, dia tidak bisa membiarkan ibunya mendapatkan status janda begitu saja. Seperti yang pernah dibahas di cerita sebelumnya, ancaman Toyinglah yang membuat Eliza bersikap demikian. Logika Toying memang rada-rada "ajaib", kenapa tidak langsung menggunakan itu untuk memaksa Eliza menikah dengan Hengky lelaki pilihannya?(Ide yang ini jangan sampai ketahuan Toying, kasihan Eliza-nya).
Eliza tahu Toying bersungguh-sungguh terhadap ancaman tersebut.
Kalian tidak tahu, kalian pikir berapa banyak hal kotor yang pernah dilakukannya demi mencapai puncak posisinya saat ini?. Orang-orang polos yang ada dibawah tidak pernah membayangkannya dan tidak perlu mengetahuinya. "Tega" merupakan kata yang lumrah dalam dunianya. Halalkan segala cara. Itu sudah menjadi bagian dari tarikan nafasnya. Tega dan memaksa itulah kunci "kesuksesannya".
Namun disisi yang lain Eliza juga tidak mau tunduk kepada keinginan bapaknya itu. Pada kenyataannya, dilebih dari sepuluh tahun itu setiap harinya
putrinya selalu membahas tentang Andika kepadanya. Tak satu haripun
luput terdengar nama Andika. Eliza berisikeras tidak mau dinikahkan
dengan laki-laki lain, sementara Toying juga tidak mau mengalah. Ia
berisikeras agar Eli menikah dengan lelaki pilihan dirinya, yang bukan orang
susah katanya. Sebagai orangtua Toying meminta anaknya itu untuk
berbakti kepadanya dengan menerima calon suami yang diajukan Toying
kepadanya. Dan pagi ini mereka mengulangi perdebatan yang sama.
"Bapak tahu nggak?. Sebenarnya Eli pinginnya kawin lari sama Andika".
"Bapak langsung laporin polisi. Andika bawa lari anak orang. Bahkan bisa diringkus sebelum kalian lari."
"Memangnya bisa melaporkan orang hilang sebelum 24 jam?."
"Bisa saja. Yang penting ada duwitnya!".
"Eli
pinginnya pakai wali pengganti tapi Andika nggak mau. Ia hanya mau
menikah kalau bapak merestui dan menjadi walinya. Ia bahkan tidak mau kami
bertemu sebelum hal itu bisa terlaksana. Dan mengikhlaskan bila
nanti Eli menikah dengan orang lain. Yang penting ada restu dari
orangtua, restu bapak sebagai wali."
"Andika itu kurang baik apa lagi pak?".
Raut wajah Toying langsung berubah sumringah. Tubuh Toying bergoyang-goyang saking senangnya.
"Kalo gitu kamu sama Hengky. Bapak merestuinya kalo kamu sama Hengky." masih sambil bergoyang-goyang.
"Sama Hengky". Sambil tersenyum lebar.
"Bapak!".
"Pokoknya, bapak maunya kamu sama Hengki". Toying merasa diuntungkan dengan pernyataan Andika tersebut.
"Eli sudah dewasa. Sudah berhak menentukan masa depan Eli sendiri".
Istri Toying, ibu dari Eliza juga berada disana mendengarkan perdebatan keduanya. Seperti hari-hari yang biasa mereka lalui. Namun dirinya hanya diam melihat keduanya.
Duluu sekali seperti layaknya keluarga semestinya. Ibunya pernah menyuarakan dukungan kepada putrinya untuk menjalin hubungan dengan Andika. "Ibu mendukungmu. Ya nggak papa. Bapakmu saja menikahi ibu yang "tidak sejenis dengannya". Wajar kalo kamu juga naksir Andika yang berasal dari suku yang sama dengan ibu". Percakapan yang disambut gelak tawa keduanya.
Namun Toying menghardiknya. Baginya perempuan tidak usah ikut campur dalam keputusan keluarga. Karena bagi Toying, istri itu cukup mengurusi hal dalam rumah tangga. Juga hanya sebagai pelampiasan syahwat saat dirinya berada di rumah. Tidak lebih. Itulah terakhir kalinya ibunya Eliza angkat bicara. Selanjutnya dirinya hanya diam. Diam demi menjaga keutuhan rumah tangganya.
"Kamu
mau mempermalukan bapak di depan kolega-kolega bapak?!. Kasta kita
berbeda!. Kasta keluarga kita itu jauh lebih tinggi dari dirinya!. Enak
aja, orang susah kok mimpi pingin jadi kaya."
"Bapak
kok bisa-bisanya berkata seperti itu?. Padahal bapak juga terlahir dari
orang kaya. Kakek walaupun bukan Trilyuner tapi tetap saja kaya. Kenapa
harus menikah dengan sesama orang kaya?. Tidak akan ada bedanya. Toh
sudah sama-sama kaya. Bukankah dengan menikah dengan orang yang tidak
kaya, akan membuat orang itu menjadi kaya juga?. Dengan begitu justru
bisa membantu keluarganya meningkatkan status ekonominya juga. Mengubah
mereka juga menjadi kaya."
"Enak saja!"
'Kalo Hengky sih nggak papa.'
"Suami
yang sukses adalah suami yang pendapatannya lebih besar dari belanja
istrinya". Ujar Toying meniru kalimat motivasi dari seorang motivator
ternama kala itu.
"Kamu mau makan sama garam!?."
"Terlahir miskin, itu bukan dosa kita. Tetapi jika meninggal dalam keadaan miskin, itu adalah dosa kita." Lanjutnya.
Eliza tidak menanggapi pernyataan bapaknya yang mengaitkan segala sesuatu dengan makan. Karena sudah bosan mengingatkan bapaknya itu bahwa semua makhluk di bumi sudah ada rezekinya masing-masing.
"Tapi Andika kan belum meninggal. Lalu miskin itu dosa?."
"Memangnya orang susah sepertinya bisa membangun masjid seperti bapak, bisa punya amal jariyah seperti itu!?. Hahaha, boro-boro menyumbang uang buat amal, buat makan saja susah!. Mimpi masuk surga padahal sendirinya nggak punya apa-apa!."
"Dan kamu mau diajak susah seperti itu!?."
"Oke,
kita bikin kesepakatan. Bapak sendiri yang bakalan datang melamar
Andika buat kamu kalo ia bisa membuktikan dirinya sukses. Bisa menjadi
kaya dengan usahanya sendiri!."
'Minimal harus sekaya aku'.
"Jadi itu syarat dari bapak?."
"Iya". Toying mengetahui bahwa mengharapkan seseorang bisa melampaui batas kemampuannya itu sama saja dengan berharap ia gagal.
"Eli
nggak setuju sama syarat bapak. Itu nggak berdasar. Bapak tahu
nggak kalau Eli sampai berzina. Maka bapak juga akan mendapatkan
dosanya."
"Bapak tinggal membangun masjid lebih banyak lagi. Menambah jatah menyantuni anak yatim lebih banyak lagi. Toying berkata dengan mimik bibir sinis.
"Aku
dan orang yang menanggung anak yatim adalah seperti ini di surga."
Toying berucap dengan senyuman lebar sambil mengacung-acungkan kedua
jari telunjuk dan jari tengahnya kedepan. Lalu menggerak-gerakkan engsel keempat jarinya itu menekuk kedepan dan keatas berkali-kali.
Menanggapi enteng semua hal tersebut.
Kali ini Eliza menampakkan kemarahannya setelah berusaha bersikap lembut.
"Tugas
terberat seorang suami bukanlah mencari nafkah untuk anak dan istrinya,
tetapi adalah menyelamatkan istri dan anaknya dari azab api neraka.
Seorang suami tidak akan masuk surga selagi belum ditanya tentang
kepemimpinannya dalam rumah tangga.
Untuk sesaat, Toying terdiam kehabisan kata-kata tidak bisa membalasnya.
. . .
"Cih, omongan itu pasti kamu dengar dari orang susah!".
Ucapan adalah Doa
Diposting oleh
tutorial
21.05
"Kalau aku nggak merestui mau apa!?. Bagaimanapun juga kamu butuh restu dari bapak. Pokoknya bapak nggak mau kamu sama Andika."
Sebelum Toying mengatakan kebiasaanya "Mau kasih makan kamu sama garam!".
Eliza mengatakan terlebih dahulu bahwa dia kan juga bekerja, jadi bisa membantu ekonomi mereka nanti.
"Enak aja!. Pokoknya bapak nggak setuju!". Woo orang susah!".
Eliza, putri semata wayangnya itu juga berisikeras. Tidak mau kalah, bahkan juga ikutan mengancam dirinya tidak akan pernah mau menikah kalau bukan dengan lelaki pilihannya. Jadi bapaknya nggak bakalan bisa nimang cucu kalau bukan dari pernikahan mereka.
"Memangnya apa bedanya sama nimang anak kecil biasa?"
"Nggak punya cucu juga nggak papa!. Di surga nanti aku juga bisa punya cucu sebanyak-banyaknya!." Toying telah bertitah.
Dinding bisa mendengar dan ucapan itu keluar dengan caranya sendiri.
"Aamiin. Aamiin ya rabbal 'alamin".
"Semoga dipercepat ke surganya. Kalau bisa sekarang juga". Diamini oleh Sugeharto bersama yang lain. Ia bersama beberapa temannya sedang kumpul-kumpul di Warung Kopi Pak Kumis. Kalau Ibu-ibu kompleks mempunyai kegiatan gosip, mereka mempunyai acara dengan istilah tersendiri yaitu berdiskusi.
"Apa istimewanya dia!?. Aku juga calon penghuni surga kok. Bukan cuma dia saja. Kita semua yang ada disini juga pada akhirnya tetap masuk surga."ucap Sugeharto remeh.
Beberapa saat kemudian Sugeharto kepikiran.
"Eh tapi kalau dia mati duluan enak dong, anaknya jadi bisa nikah tanpa dirinya sebagai wali. Ralat kalo gitu, semoga matinya jadi yang terakhir dalam keluarganya. Jadi sampai akhir biar ia bisa melihat istrinya ikutan tidak bisa nimang cucu, anaknya jadi perawan tua, dan pacarnya jadi jejaka tua. Dan dirinya cukup nimang cucunya orang lain saja.
Ia juga meralat perkataannya agar "ke surga" digantikan dengan "ke akhirat" dan dengan embel-embel mampir dulu ke neraka yang lamaa mampirnya, sebelum sampai surga.
"Kalo pacarnya itu ya jelas beda. Sudah pasti cari yang lain lah. Jumlah perempuan itu lebih banyak daripada lelaki. Ujar Parno seorang teman diskusinya menimpali.
Bukan tanpa alasan mereka mengucapkan hal tersebut. Bukankah ucapan adalah doa?. Apalagi ucapan untuk dirinya sendiri. Dan bukankah apabila banyak yang mendoakan akan bisa lebih mustajab lagi?. Banyak yang termakan oleh kata-kata mereka sendiri karena akhirnya apa yang mereka katakan itu menjadi kenyataan. Nah lho!
"Kalau Toying tahu kamu doain begitu gimana ya reaksinya?. Ya aku tahu dia nggak mungkin nongkrong disini. Maunya sekelas "Stormbolg Cafe" produknya bule sampe susah ngatainnya. Itu lho franchise warung kopi dari Amrik yang harga "kopi biasa" seduhannya seharga kopi luwak.".
"Yo nggak papa dong!. Toh itukan doa dia sendiri. Aku malah membantu mengamini biar tercapai. Harusnya dirinya justru berterimakasih kepadaku.
Memangnya kalau tahu dia mau apa!?. Mau matiin sumber rezekiku!?. Dengan cara apa!?.
Mau nyebarin rumor, ngirimin gosip ke media massa bahwa aku calon menantunya?. Sehingga orang-orang pada sungkan menggunakan jasaku?. Sungkan datang ke tempatku?. Calon mantu dari seorang Trilyuner. Hahahaha." Yang lain ikutan tertawa berbarengan.
"Ngarep banget jadi menantunya. Ra nyadar wes tuwek." Lagi-lagi diringi tawa mereka yang ada disana.
"Pantese jadi besan. Itu baru pas." Seloroh seorang diantaranya.
"Amit-amit!" sangkal Sugeharto.
"Eh tapi kan anak sama-sama cewek. Masa jeruk makan jeruk." Lagi-lagi suara tawa menggelegar.
"Sama-sama perawan tua". Ada yang menimpali secara blak-blakan.
Mendengar itu Sugerharto hanya bisa senyum kecut, bagaimanapun juga ia tidak boleh marah menyadari dirinya satu kapal dengan mereka. Yang penting ia sudah berhasil nimang cucu.
***
Kata-kata menjadi doa erat kaitannya dengan status pikiran. Ketika kesadaran seseorang dan gelombang otak bekerja menerima informasi dari kata-kata yang didengarnya baik dari orang lain maupun dari mulutnya sendiri. Di saat gelombang otak bekerja di frekuensi Alpha atau Theta, semua kata yang terucap atau yang terdengar akan langsung masuk dan tersimpan di pikiran bawah sadar dan segala bentuk sikap akan berdasarkan ingatan di pikiran bawah sadar ini. Kekuatan dari pikiran bawah sadar ini bahkan mencapai 88%.
Jika kamu berulang-ulang mengucapkan kata-kata itu, kamu akan dapat mewujudkan dalam kenyataan. Kata-kata itu dahsyat, kata-kata itu bibit, ketika engkau mengucapkan sesuatu, engkau telah memberikan kehidupan pada kata-kata itu.
Kata yang engkau ucapkan akan berpengaruh besar pada masa depanmu. Ketika kamu berucap dengan sebuah kata, seolah kamu membuat cita-citamu sendiri di masa yang akan datang.
Apalagi bila otaknya lebih banyak bekerja pada gelombang Alpha, informasi apapun akan langsung dengan mudah diserap oleh otaknya. Alpha berada pada 8 hz – 12 hz. Gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami relaksaksi atau mulai istirahat dengan tanda-tanda mata mulai menutup atau mulai mengantuk. Alpha adalah pikiran yang paling cocok untuk pemrograman bawah sadar. Seseorang yang berada pada posisi relax. Kondisi ini merupakan pintu masuk atau keluarnya potensi dari alam bawah sadar.
Beranikah dirimu mengucapkan itu setiap hari!?.
Beranikah dirimu mengucapkan itu setiap bangun tidur!?.
Beranikah dirimu mengucapkan itu setiap akan melakukan kegiatan!?.
Beranikah dirimu mengucapkan itu setiap akan tidur!?.
Niscaya itu akan menjadi kenyataan!.
Perhatikanlah pikiranmu maka itu akan menjadi ucapanmu.
Perhatikanlah ucapanmu maka itu akan menjadi tindakanmu.
Perhatikanlah tindakanmu maka itu akan menjadi karaktermu.
Perhatikanlah karaktermu maka itu akan menjadi nasibmu.
Sebelum Toying mengatakan kebiasaanya "Mau kasih makan kamu sama garam!".
Eliza mengatakan terlebih dahulu bahwa dia kan juga bekerja, jadi bisa membantu ekonomi mereka nanti.
"Enak aja!. Pokoknya bapak nggak setuju!". Woo orang susah!".
Eliza, putri semata wayangnya itu juga berisikeras. Tidak mau kalah, bahkan juga ikutan mengancam dirinya tidak akan pernah mau menikah kalau bukan dengan lelaki pilihannya. Jadi bapaknya nggak bakalan bisa nimang cucu kalau bukan dari pernikahan mereka.
"Memangnya apa bedanya sama nimang anak kecil biasa?"
"Nggak punya cucu juga nggak papa!. Di surga nanti aku juga bisa punya cucu sebanyak-banyaknya!." Toying telah bertitah.
Dinding bisa mendengar dan ucapan itu keluar dengan caranya sendiri.
"Aamiin. Aamiin ya rabbal 'alamin".
"Semoga dipercepat ke surganya. Kalau bisa sekarang juga". Diamini oleh Sugeharto bersama yang lain. Ia bersama beberapa temannya sedang kumpul-kumpul di Warung Kopi Pak Kumis. Kalau Ibu-ibu kompleks mempunyai kegiatan gosip, mereka mempunyai acara dengan istilah tersendiri yaitu berdiskusi.
"Apa istimewanya dia!?. Aku juga calon penghuni surga kok. Bukan cuma dia saja. Kita semua yang ada disini juga pada akhirnya tetap masuk surga."ucap Sugeharto remeh.
Beberapa saat kemudian Sugeharto kepikiran.
"Eh tapi kalau dia mati duluan enak dong, anaknya jadi bisa nikah tanpa dirinya sebagai wali. Ralat kalo gitu, semoga matinya jadi yang terakhir dalam keluarganya. Jadi sampai akhir biar ia bisa melihat istrinya ikutan tidak bisa nimang cucu, anaknya jadi perawan tua, dan pacarnya jadi jejaka tua. Dan dirinya cukup nimang cucunya orang lain saja.
Ia juga meralat perkataannya agar "ke surga" digantikan dengan "ke akhirat" dan dengan embel-embel mampir dulu ke neraka yang lamaa mampirnya, sebelum sampai surga.
"Kalo pacarnya itu ya jelas beda. Sudah pasti cari yang lain lah. Jumlah perempuan itu lebih banyak daripada lelaki. Ujar Parno seorang teman diskusinya menimpali.
Bukan tanpa alasan mereka mengucapkan hal tersebut. Bukankah ucapan adalah doa?. Apalagi ucapan untuk dirinya sendiri. Dan bukankah apabila banyak yang mendoakan akan bisa lebih mustajab lagi?. Banyak yang termakan oleh kata-kata mereka sendiri karena akhirnya apa yang mereka katakan itu menjadi kenyataan. Nah lho!
"Kalau Toying tahu kamu doain begitu gimana ya reaksinya?. Ya aku tahu dia nggak mungkin nongkrong disini. Maunya sekelas "Stormbolg Cafe" produknya bule sampe susah ngatainnya. Itu lho franchise warung kopi dari Amrik yang harga "kopi biasa" seduhannya seharga kopi luwak.".
"Yo nggak papa dong!. Toh itukan doa dia sendiri. Aku malah membantu mengamini biar tercapai. Harusnya dirinya justru berterimakasih kepadaku.
Memangnya kalau tahu dia mau apa!?. Mau matiin sumber rezekiku!?. Dengan cara apa!?.
Mau nyebarin rumor, ngirimin gosip ke media massa bahwa aku calon menantunya?. Sehingga orang-orang pada sungkan menggunakan jasaku?. Sungkan datang ke tempatku?. Calon mantu dari seorang Trilyuner. Hahahaha." Yang lain ikutan tertawa berbarengan.
"Ngarep banget jadi menantunya. Ra nyadar wes tuwek." Lagi-lagi diringi tawa mereka yang ada disana.
"Pantese jadi besan. Itu baru pas." Seloroh seorang diantaranya.
"Amit-amit!" sangkal Sugeharto.
"Eh tapi kan anak sama-sama cewek. Masa jeruk makan jeruk." Lagi-lagi suara tawa menggelegar.
"Sama-sama perawan tua". Ada yang menimpali secara blak-blakan.
Mendengar itu Sugerharto hanya bisa senyum kecut, bagaimanapun juga ia tidak boleh marah menyadari dirinya satu kapal dengan mereka. Yang penting ia sudah berhasil nimang cucu.
***
Kata-kata menjadi doa erat kaitannya dengan status pikiran. Ketika kesadaran seseorang dan gelombang otak bekerja menerima informasi dari kata-kata yang didengarnya baik dari orang lain maupun dari mulutnya sendiri. Di saat gelombang otak bekerja di frekuensi Alpha atau Theta, semua kata yang terucap atau yang terdengar akan langsung masuk dan tersimpan di pikiran bawah sadar dan segala bentuk sikap akan berdasarkan ingatan di pikiran bawah sadar ini. Kekuatan dari pikiran bawah sadar ini bahkan mencapai 88%.
Jika kamu berulang-ulang mengucapkan kata-kata itu, kamu akan dapat mewujudkan dalam kenyataan. Kata-kata itu dahsyat, kata-kata itu bibit, ketika engkau mengucapkan sesuatu, engkau telah memberikan kehidupan pada kata-kata itu.
Kata yang engkau ucapkan akan berpengaruh besar pada masa depanmu. Ketika kamu berucap dengan sebuah kata, seolah kamu membuat cita-citamu sendiri di masa yang akan datang.
Apalagi bila otaknya lebih banyak bekerja pada gelombang Alpha, informasi apapun akan langsung dengan mudah diserap oleh otaknya. Alpha berada pada 8 hz – 12 hz. Gelombang otak yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami relaksaksi atau mulai istirahat dengan tanda-tanda mata mulai menutup atau mulai mengantuk. Alpha adalah pikiran yang paling cocok untuk pemrograman bawah sadar. Seseorang yang berada pada posisi relax. Kondisi ini merupakan pintu masuk atau keluarnya potensi dari alam bawah sadar.
Beranikah dirimu mengucapkan itu setiap hari!?.
Beranikah dirimu mengucapkan itu setiap bangun tidur!?.
Beranikah dirimu mengucapkan itu setiap akan melakukan kegiatan!?.
Beranikah dirimu mengucapkan itu setiap akan tidur!?.
Niscaya itu akan menjadi kenyataan!.
Perhatikanlah pikiranmu maka itu akan menjadi ucapanmu.
Perhatikanlah ucapanmu maka itu akan menjadi tindakanmu.
Perhatikanlah tindakanmu maka itu akan menjadi karaktermu.
Perhatikanlah karaktermu maka itu akan menjadi nasibmu.
Talak
Diposting oleh
tutorial
21.01
"Pokoknya Eli maunya sama Andika."
"Bapak maunya kamu sama Hengky. Bapak suka sama Hengky."
"Bapak suka sama Hengky?"
"Suka"
"Bapak suka banget sama Hengky?"
"Suka banget. Bapak sreg sama dia."
"Kalo gitu bapak saja yang kawin sama Hengky."
Toying kaget mendengar jawaban tersebut. Iya juga ya. Nggak kepikiran. Untuk sesaat Toying merasa tercerahkan.
"Jangan kurang ajar kamu!." Begitu menyadari ia tidak bisa melakukannya. Karena dirinya sudah punya istri.
"Eli ini anak bapak atau bukan!.
Ini masalah hati pak. Nggak bisa dipaksakan. Eliza sudah menemukan tambatan hati Eliza. Bapak nggak pingin lihat Eliza bahagia?."
"Pokoknya bapak nggak suka sama Andika!. Suka kok sama orang susah!. Masih mending Hengky."
'Andaikan Hengky miskin sekalipun yang penting ia "sejenis" denganku. Toh aku bisa membuat ia kaya.'
"Pokoknya Eliza nggak mau!. Titik!.
Toying mengangkat jari telunjuk kanannya hendak mengarahkannya ke putrinya itu. Tapi hanya bisa mengambang. Dirinya bingung mau berkata apa lagi.
"Pokoknya kamu harus sudahi hubunganmu dengan orang susah itu!. Atau...
Bapak ceraikan ibumu!. Toying kepikiran kata cerai yang sering ia lontarkan untuk mengancam istrinya. Mungkin juga bisa efektif bila digunakan untuk memaksakan kehendaknya kepada anak semata wayangnya ini. Dirinya bersungguh-sungguh.
Eliza terdiam membeku. Dia tidak menyangka bapaknya sendiri tega berbuat sampai sejauh itu untuk urusan yang seharusnya menjadi pilihan hidupnya. Lagi-lagi perkataan itu terdengar kembali.
Sang istri yang duduk menyaksikan peristiwa itu hanya bisa menangis. Ternyata suaminya lagi-lagi menganggap dirinya seolah tidak ada harganya.
Toying perlu diberikan cermin yang besar untuk ia berkaca.
...
Terlalu sering mengucapkan kata cerai, mengancam cerai. Berapa banyak ikatan keluarga yang putus karena kata talak suaminya, sehingga istripun tercerai. Tanpa disadari mereka masih hidup bersama dalam keharaman. Entah karena fatwa orang bodoh yang tidak memahami fikih perceraian atau karena dirinya sendiri yang bodoh tidak memahami fikih perceraian. Meremehkan perkara ini merupakan kekeliruan yang berbahaya karena dampaknya besar. Wah pintu surganya semakin jauh tuh.
Istri akan terguncang ,takut ambil bicara atau mengerjakan sesuatu yang mengakibatkan ancaman suami. Dirinya pasti bimbang, takut bila ternyata sudah tercerai padahal masih hidup bersama suaminya. Ada berapa banyak dosa yang justru mereka lakukan akibat hal ini(dalam kaitannya dengan hubungan suami istri). Pikir dong, mengumbar kata cerai berkali-kali tapi masih saja menggaulinya. Sementara dia melihat, mereka melihat hal itu sepele di mata suaminya/bapaknya. Meremehkan ucapan-ucapan cerai yang diulang-ulang bukan pada tempat semestinya. Menjadi salah satu hancurnya rumah tangga dan keluarga.
Pada akhirnya Toyingpun mencari-cari fatwa yang meringankannya. Padahal bila ia seorang yang bertakwa tentu tidak membutuhkan itu.
Entah sadar atau memang disengaja ketika dirinya sering mengucapkan kata cerai didepan anaknya. Sang anak akan belajar akhlak tercela, phobia terhadap pernikahan atau terhadap laki-laki.
Jangankan disengaja, sekalipun kelepasan mengucapkan talak itu saja sudah mempunyai dampak buruk. Suami yang buruk menjadikan kata cerai sebagai sarana meneror dan mengancam. Padahal sesungguhnya syariat menjadikannya sebagai jalan keluar dari perselisihan antara suami istri yang sudah meruncing tidak berkesudahan. Bukan karena hal remeh.
Lafal itu hanya diucapkan ketika telah benar-benar terlaksana dan didaftarkan di KUA. Sehingga hak keduanya lebih terjamin.
***
Tak disangka kebiasaannya itu semakin terbawa dalam kesehariannya, termasuk dalam pekerjaan. Beberapa hari setelah itu di kantor. Ia menemukan seorang pegawainya yang kinerjanya menurun. Untuk yang berikutnya ia tak mau si pegawai ini hanya menjadi beban target perusahaan. Disuruhlah pegawainya itu menghadap dirinya.
"Pokoknya saya nggak mau dengar alasan kegagalan kamu lagi. Target harus terlampaui."
"Kalau ndelalah tidak tercapai Pak?" sang pegawai terlihat gemetar. Ia sudah mempersiapkan diri mendengar jawaban terburuk.
Toying terdiam beberapa saat. Dirinya berusaha memasang wajah seram, dengan mencoba melotot, namun sayangnya tidak berhasil.
"Kalau sampai kamu gagal lagi...
Akan aku ceraikan istriku!."
Kata talak itu sungguh efektif untuk mengancam seseorang, dan alam bawah sadar Toying memprosesnya.
Didalam ruangan ber-AC yang hanya ada mereka berdua.
Suasana mendadak hening.. sampai beberapa menit.
Toying merasa sepertinya ada yang salah terhadap ancamannya barusan.
"Bapak maunya kamu sama Hengky. Bapak suka sama Hengky."
"Bapak suka sama Hengky?"
"Suka"
"Bapak suka banget sama Hengky?"
"Suka banget. Bapak sreg sama dia."
"Kalo gitu bapak saja yang kawin sama Hengky."
Toying kaget mendengar jawaban tersebut. Iya juga ya. Nggak kepikiran. Untuk sesaat Toying merasa tercerahkan.
"Jangan kurang ajar kamu!." Begitu menyadari ia tidak bisa melakukannya. Karena dirinya sudah punya istri.
"Eli ini anak bapak atau bukan!.
Ini masalah hati pak. Nggak bisa dipaksakan. Eliza sudah menemukan tambatan hati Eliza. Bapak nggak pingin lihat Eliza bahagia?."
"Pokoknya bapak nggak suka sama Andika!. Suka kok sama orang susah!. Masih mending Hengky."
'Andaikan Hengky miskin sekalipun yang penting ia "sejenis" denganku. Toh aku bisa membuat ia kaya.'
"Pokoknya Eliza nggak mau!. Titik!.
Toying mengangkat jari telunjuk kanannya hendak mengarahkannya ke putrinya itu. Tapi hanya bisa mengambang. Dirinya bingung mau berkata apa lagi.
"Pokoknya kamu harus sudahi hubunganmu dengan orang susah itu!. Atau...
Bapak ceraikan ibumu!. Toying kepikiran kata cerai yang sering ia lontarkan untuk mengancam istrinya. Mungkin juga bisa efektif bila digunakan untuk memaksakan kehendaknya kepada anak semata wayangnya ini. Dirinya bersungguh-sungguh.
Eliza terdiam membeku. Dia tidak menyangka bapaknya sendiri tega berbuat sampai sejauh itu untuk urusan yang seharusnya menjadi pilihan hidupnya. Lagi-lagi perkataan itu terdengar kembali.
Sang istri yang duduk menyaksikan peristiwa itu hanya bisa menangis. Ternyata suaminya lagi-lagi menganggap dirinya seolah tidak ada harganya.
Toying perlu diberikan cermin yang besar untuk ia berkaca.
...
Terlalu sering mengucapkan kata cerai, mengancam cerai. Berapa banyak ikatan keluarga yang putus karena kata talak suaminya, sehingga istripun tercerai. Tanpa disadari mereka masih hidup bersama dalam keharaman. Entah karena fatwa orang bodoh yang tidak memahami fikih perceraian atau karena dirinya sendiri yang bodoh tidak memahami fikih perceraian. Meremehkan perkara ini merupakan kekeliruan yang berbahaya karena dampaknya besar. Wah pintu surganya semakin jauh tuh.
Istri akan terguncang ,takut ambil bicara atau mengerjakan sesuatu yang mengakibatkan ancaman suami. Dirinya pasti bimbang, takut bila ternyata sudah tercerai padahal masih hidup bersama suaminya. Ada berapa banyak dosa yang justru mereka lakukan akibat hal ini(dalam kaitannya dengan hubungan suami istri). Pikir dong, mengumbar kata cerai berkali-kali tapi masih saja menggaulinya. Sementara dia melihat, mereka melihat hal itu sepele di mata suaminya/bapaknya. Meremehkan ucapan-ucapan cerai yang diulang-ulang bukan pada tempat semestinya. Menjadi salah satu hancurnya rumah tangga dan keluarga.
Pada akhirnya Toyingpun mencari-cari fatwa yang meringankannya. Padahal bila ia seorang yang bertakwa tentu tidak membutuhkan itu.
Entah sadar atau memang disengaja ketika dirinya sering mengucapkan kata cerai didepan anaknya. Sang anak akan belajar akhlak tercela, phobia terhadap pernikahan atau terhadap laki-laki.
Jangankan disengaja, sekalipun kelepasan mengucapkan talak itu saja sudah mempunyai dampak buruk. Suami yang buruk menjadikan kata cerai sebagai sarana meneror dan mengancam. Padahal sesungguhnya syariat menjadikannya sebagai jalan keluar dari perselisihan antara suami istri yang sudah meruncing tidak berkesudahan. Bukan karena hal remeh.
Lafal itu hanya diucapkan ketika telah benar-benar terlaksana dan didaftarkan di KUA. Sehingga hak keduanya lebih terjamin.
***
Tak disangka kebiasaannya itu semakin terbawa dalam kesehariannya, termasuk dalam pekerjaan. Beberapa hari setelah itu di kantor. Ia menemukan seorang pegawainya yang kinerjanya menurun. Untuk yang berikutnya ia tak mau si pegawai ini hanya menjadi beban target perusahaan. Disuruhlah pegawainya itu menghadap dirinya.
"Pokoknya saya nggak mau dengar alasan kegagalan kamu lagi. Target harus terlampaui."
"Kalau ndelalah tidak tercapai Pak?" sang pegawai terlihat gemetar. Ia sudah mempersiapkan diri mendengar jawaban terburuk.
Toying terdiam beberapa saat. Dirinya berusaha memasang wajah seram, dengan mencoba melotot, namun sayangnya tidak berhasil.
"Kalau sampai kamu gagal lagi...
Akan aku ceraikan istriku!."
Kata talak itu sungguh efektif untuk mengancam seseorang, dan alam bawah sadar Toying memprosesnya.
Didalam ruangan ber-AC yang hanya ada mereka berdua.
Suasana mendadak hening.. sampai beberapa menit.
Toying merasa sepertinya ada yang salah terhadap ancamannya barusan.
Akal Sehat
Diposting oleh
tutorial
21.01
Ini terjadi sepuluh tahun yang lalu.
Di sebuah kompleks pertokoan. Sore hari menjelang, sebentar lagi jam pulang.
"Si Andika masih keluar ngirim barang?" tanya seorang berpakaian kemeja kepada pegawai toko komputer didepannya. Dia biasa ikutan ngadem di toko menjelang jam pulang. Dan penghuni toko justru senang dengan sikap tetangga mereka ini, sekalian menyemarakkan suasana, biar toko tidak terlihat sepi juga.
"Ia lagi kirim barang, baru saja keluar." jawab seorang pegawai yang menjaga di depan, Erwin namanya.
"Asmuni juga lagi keluar?". tanya Baskoro lagi, pegawai ruko sebelah, kantor koperasi simpan pinjam.
"Iya, katanya ada urusan sebentar".
"Kemarin bucin nya Andika mampir nanyain mas Bas. Katanya karena mas dekat sama Andika. Sudah ketemu?"
"Bucin itu apa?" Baskoro bingung sama istilah asing.
"Budak cinta, secret admirer nya Dika."
"Memang cewek musti gitu ya?. Nggak mau terus terang aja langsung saja sama orangnya." Ujar Baskoro.
"Yang seperti itu memang stylenya cewek jaman dulu ya mas?. Jaman sekarang mah cewek banyak yang agresif". Dia ngombinasiin keduanyakah?.
"Jadi bingung sebenarnya si Eli itu agrresif tapi kok nanggung. Maunya Andika yang nembak dia duluan gitu?. Sedangkan Dikanya sendiri bukan cowok peka. Diuntilin gitu juga percuma kagak bakalan bisa tahu kalau enggak terus terang langsung ama orangnya." Tambal Baskoro.
"Makanya dia senang sama mas yang masuk menjadi pemain pendukung demi membangun kepekaan si Dika."
"Aku cuma nyampein yang seharusnya aku sampein. Udah itu aja. Nggak ada pamrih kok."
"Malu mungkin. Dimana-mana itukan cewek seharusnya nunggu".
"Nggak juga sih, sebenarnya sudah dari jamannya Rosul sudah ada yang memberi contoh. Fatimah yang mencintai dalam diam, atau Khadijah yang datang kepadanya untuk menyatakan rasa. Hanya saja budaya kita dan sebagian besar masyarakat di dunia itu menyatakan seperti itu. Laki-laki menang nembak, perempuan menang nolak. Jadi secara norma umum ya itulah yang semestinya terjadi. Berhubung kita orang Islam juga, maka harusnya tidak menjadi masalah bila sang perempuan menampakkan perasaannya terlebih dahulu."
"Terus gimana?. Mas Bas terima tawarannya buat jadi pegawai di perusahaan dia?. Gajinya kan gede mas."
"Aku juga masih punya pikiran Win. Aku ini Sarjana seperti halnya dengan sarjana kebanyakan. Disana banyak yang lebih pintar dariku. Enggak kekurangan orang pinter kok. Malahan penampilan fisik mereka rata-rata paling juga jauh diatasku. Bagaimanapun juga itu perusahaan bapaknya, bukan dia. Jelas-jelas bapaknya itu rasis. Dika yang gantengnya seperti itu saja, yang gagah, agamanya baik, akhlaknya bagus, otaknya cerdas kayak gitu saja ditolak hanya karena bukan dari keluarga kaya, enggak "sejenis" pula ama dia. Gimana coba bapaknya itu memandangku yang nggak cuma "satu jenis" sama Dika, tapi juga punya tampang pas-pasan, sarjanapun dengan nilai yang biasa-biasa saja?. Dijadiin keset paling (Keset adalah alat pembersih kaki yang diletakkan di lantai)."
Erwin tertawa terpingkal-pingkal.
"Malah ketawa".
"Sampeyan lucunya realistis mas." Erwin masih tertawa.
Di sebuah kompleks pertokoan. Sore hari menjelang, sebentar lagi jam pulang.
"Si Andika masih keluar ngirim barang?" tanya seorang berpakaian kemeja kepada pegawai toko komputer didepannya. Dia biasa ikutan ngadem di toko menjelang jam pulang. Dan penghuni toko justru senang dengan sikap tetangga mereka ini, sekalian menyemarakkan suasana, biar toko tidak terlihat sepi juga.
"Ia lagi kirim barang, baru saja keluar." jawab seorang pegawai yang menjaga di depan, Erwin namanya.
"Asmuni juga lagi keluar?". tanya Baskoro lagi, pegawai ruko sebelah, kantor koperasi simpan pinjam.
"Iya, katanya ada urusan sebentar".
"Kemarin bucin nya Andika mampir nanyain mas Bas. Katanya karena mas dekat sama Andika. Sudah ketemu?"
"Bucin itu apa?" Baskoro bingung sama istilah asing.
"Budak cinta, secret admirer nya Dika."
"Memang cewek musti gitu ya?. Nggak mau terus terang aja langsung saja sama orangnya." Ujar Baskoro.
"Yang seperti itu memang stylenya cewek jaman dulu ya mas?. Jaman sekarang mah cewek banyak yang agresif". Dia ngombinasiin keduanyakah?.
"Jadi bingung sebenarnya si Eli itu agrresif tapi kok nanggung. Maunya Andika yang nembak dia duluan gitu?. Sedangkan Dikanya sendiri bukan cowok peka. Diuntilin gitu juga percuma kagak bakalan bisa tahu kalau enggak terus terang langsung ama orangnya." Tambal Baskoro.
"Makanya dia senang sama mas yang masuk menjadi pemain pendukung demi membangun kepekaan si Dika."
"Aku cuma nyampein yang seharusnya aku sampein. Udah itu aja. Nggak ada pamrih kok."
"Malu mungkin. Dimana-mana itukan cewek seharusnya nunggu".
"Nggak juga sih, sebenarnya sudah dari jamannya Rosul sudah ada yang memberi contoh. Fatimah yang mencintai dalam diam, atau Khadijah yang datang kepadanya untuk menyatakan rasa. Hanya saja budaya kita dan sebagian besar masyarakat di dunia itu menyatakan seperti itu. Laki-laki menang nembak, perempuan menang nolak. Jadi secara norma umum ya itulah yang semestinya terjadi. Berhubung kita orang Islam juga, maka harusnya tidak menjadi masalah bila sang perempuan menampakkan perasaannya terlebih dahulu."
"Terus gimana?. Mas Bas terima tawarannya buat jadi pegawai di perusahaan dia?. Gajinya kan gede mas."
"Aku juga masih punya pikiran Win. Aku ini Sarjana seperti halnya dengan sarjana kebanyakan. Disana banyak yang lebih pintar dariku. Enggak kekurangan orang pinter kok. Malahan penampilan fisik mereka rata-rata paling juga jauh diatasku. Bagaimanapun juga itu perusahaan bapaknya, bukan dia. Jelas-jelas bapaknya itu rasis. Dika yang gantengnya seperti itu saja, yang gagah, agamanya baik, akhlaknya bagus, otaknya cerdas kayak gitu saja ditolak hanya karena bukan dari keluarga kaya, enggak "sejenis" pula ama dia. Gimana coba bapaknya itu memandangku yang nggak cuma "satu jenis" sama Dika, tapi juga punya tampang pas-pasan, sarjanapun dengan nilai yang biasa-biasa saja?. Dijadiin keset paling (Keset adalah alat pembersih kaki yang diletakkan di lantai)."
Erwin tertawa terpingkal-pingkal.
"Malah ketawa".
"Sampeyan lucunya realistis mas." Erwin masih tertawa.
Langganan:
Postingan (Atom)