"Pokoknya Eli maunya sama Andika."
"Bapak maunya kamu sama Hengky. Bapak suka sama Hengky."
"Bapak suka sama Hengky?"
"Suka"
"Bapak suka banget sama Hengky?"
"Suka banget. Bapak sreg sama dia."
"Kalo gitu bapak saja yang kawin sama Hengky."
Toying kaget mendengar jawaban tersebut. Iya juga ya. Nggak kepikiran. Untuk sesaat Toying merasa tercerahkan.
"Jangan kurang ajar kamu!." Begitu menyadari ia tidak bisa melakukannya. Karena dirinya sudah punya istri.
"Eli ini anak bapak atau bukan!.
Ini masalah hati pak. Nggak bisa dipaksakan. Eliza sudah menemukan tambatan hati Eliza. Bapak nggak pingin lihat Eliza bahagia?."
"Pokoknya bapak nggak suka sama Andika!. Suka kok sama orang susah!. Masih mending Hengky."
'Andaikan Hengky miskin sekalipun yang penting ia "sejenis" denganku. Toh aku bisa membuat ia kaya.'
"Pokoknya Eliza nggak mau!. Titik!.
Toying mengangkat jari telunjuk kanannya hendak mengarahkannya ke putrinya itu. Tapi hanya bisa mengambang. Dirinya bingung mau berkata apa lagi.
"Pokoknya kamu harus sudahi hubunganmu dengan orang susah itu!. Atau...
Bapak ceraikan ibumu!. Toying kepikiran kata cerai yang sering ia lontarkan untuk mengancam istrinya. Mungkin juga bisa efektif bila digunakan untuk memaksakan kehendaknya kepada anak semata wayangnya ini. Dirinya bersungguh-sungguh.
Eliza terdiam membeku. Dia tidak menyangka bapaknya sendiri tega berbuat sampai sejauh itu untuk urusan yang seharusnya menjadi pilihan hidupnya. Lagi-lagi perkataan itu terdengar kembali.
Sang istri yang duduk menyaksikan peristiwa itu hanya bisa menangis. Ternyata suaminya lagi-lagi menganggap dirinya seolah tidak ada harganya.
Toying perlu diberikan cermin yang besar untuk ia berkaca.
...
Terlalu sering mengucapkan kata cerai, mengancam cerai. Berapa banyak ikatan keluarga yang putus karena kata talak suaminya, sehingga istripun tercerai. Tanpa disadari mereka masih hidup bersama dalam keharaman. Entah karena fatwa orang bodoh yang tidak memahami fikih perceraian atau karena dirinya sendiri yang bodoh tidak memahami fikih perceraian. Meremehkan perkara ini merupakan kekeliruan yang berbahaya karena dampaknya besar. Wah pintu surganya semakin jauh tuh.
Istri akan terguncang ,takut ambil bicara atau mengerjakan sesuatu yang mengakibatkan ancaman suami. Dirinya pasti bimbang, takut bila ternyata sudah tercerai padahal masih hidup bersama suaminya. Ada berapa banyak dosa yang justru mereka lakukan akibat hal ini(dalam kaitannya dengan hubungan suami istri). Pikir dong, mengumbar kata cerai berkali-kali tapi masih saja menggaulinya. Sementara dia melihat, mereka melihat hal itu sepele di mata suaminya/bapaknya. Meremehkan ucapan-ucapan cerai yang diulang-ulang bukan pada tempat semestinya. Menjadi salah satu hancurnya rumah tangga dan keluarga.
Pada akhirnya Toyingpun mencari-cari fatwa yang meringankannya. Padahal bila ia seorang yang bertakwa tentu tidak membutuhkan itu.
Entah sadar atau memang disengaja ketika dirinya sering mengucapkan kata cerai didepan anaknya. Sang anak akan belajar akhlak tercela, phobia terhadap pernikahan atau terhadap laki-laki.
Jangankan disengaja, sekalipun kelepasan mengucapkan talak itu saja sudah mempunyai dampak buruk. Suami yang buruk menjadikan kata cerai sebagai sarana meneror dan mengancam. Padahal sesungguhnya syariat menjadikannya sebagai jalan keluar dari perselisihan antara suami istri yang sudah meruncing tidak berkesudahan. Bukan karena hal remeh.
Lafal itu hanya diucapkan ketika telah benar-benar terlaksana dan didaftarkan di KUA. Sehingga hak keduanya lebih terjamin.
***
Tak disangka kebiasaannya itu semakin terbawa dalam kesehariannya, termasuk dalam pekerjaan. Beberapa hari setelah itu di kantor. Ia menemukan seorang pegawainya yang kinerjanya menurun. Untuk yang berikutnya ia tak mau si pegawai ini hanya menjadi beban target perusahaan. Disuruhlah pegawainya itu menghadap dirinya.
"Pokoknya saya nggak mau dengar alasan kegagalan kamu lagi. Target harus terlampaui."
"Kalau ndelalah tidak tercapai Pak?" sang pegawai terlihat gemetar. Ia sudah mempersiapkan diri mendengar jawaban terburuk.
Toying terdiam beberapa saat. Dirinya berusaha memasang wajah seram, dengan mencoba melotot, namun sayangnya tidak berhasil.
"Kalau sampai kamu gagal lagi...
Akan aku ceraikan istriku!."
Kata talak itu sungguh efektif untuk mengancam seseorang, dan alam bawah sadar Toying memprosesnya.
Didalam ruangan ber-AC yang hanya ada mereka berdua.
Suasana mendadak hening.. sampai beberapa menit.
Toying merasa sepertinya ada yang salah terhadap ancamannya barusan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).