Hari ini adalah hari perayaan hari jadi Desa tempat tinggal Pak Soleh. Sudah sedari kemarin masyarakat mempersiapkan panggung yang akan menjadi pusat keramaian di alun-alun desa. Perayaan yang dirayakan setiap tahunnya dengan menanggap Wayang dan pasar tiban.
Ada yang istimewa tahun ini. Karena merupakan tahun genap ulangtahun desa, yang ke 100.
Dalang untuk tahun istimewa ini adalah Mbah Aji atau biasa disebut Ki Aji Pamenang. Masyarakat selalu ingat bahwa beliau adalah dalang eksentrik. Seperti halnya dalang tua yang bisa disebut bukan sembarang dalang. Pada zaman dahulu dalang adalah kepanjangan tangan dari Raja. Kalau zaman sekarang mungkin bisa disebut sejenis menteri penerangan. Ialah yang bertugas menyampaikan wejangan dan penyuluhan program-program dari kerajaan kepada kawula alit.
Meyakini bahwa seniman dalang seperti beliau adalah para ahli tirakat yang diamanahkan oleh sang pencipta untuk menerjemahkan wahyu/wangsit/pertanda dalam bingkai tontonan sebagai tuntunan. Semoga bilamana gambaran-gambaran dari para dalang benar dan akan segera terjadi, kita semua diberi kekuatan iman untuk menjalani ujian.
Orang-orang tua atau para sesepuh desa terkejut akan lakon yang dibawakan oleh Ki Aji.
Semar Kuncung, apakah ini suatu pertanda?. Lakon tersebut terkenal wingit(angker).
Kuncung Semar, yakni rambut Ki Semar yang mencuat tepat di ubun-ubunnya,
akan dipotong oleh Arjuna. Padahal, kuncung Semar adalah tuah. Kuncung
Semar adalah lambang perilaku kanak-kanak yang ada pada diri Semar yang
senantiasa jujur dan tanpa prasangka. Pemangkasan kuncung, sama artinya
mencabut sifat kanak-kanak pada diri Semar. Dengan demikian Semar akan
memiliki sifat sebagaimana orang dewasa lainnya yang penuh curiga dan
prasangka.
Semar pergi dalam amarah. Ia menghindar dari kejaran
para Pandawa yang hendak memotong kuncungnya karena hasutan dua orang
yang mengatakan, negara baru aman dan tentram jika kuncung Semar
dipotong.
Semar jadi rebutan antara Pandawa dan Hastina.
Masing-masing ingin memiliki Semar sekaligus memotong kuncungnya.
Akhirnya Semar diselamatkan oleh anak-anaknya. Belakangan diketahui
penghasut para Pandawa untuk memotong kuncung Semar adalah penjelmaan Batara Kala dan Betari Durga.
Setelah pementasan selesai dan Ki Dalang turun dari panggung. Dirinya diserbu para tetua desa dibelakang panggung. Mereka mengajukan pertanyaan yang sama akan kebenaran wangsit.
Wong
Jowo nggone semu, bisa diartikan orang Jawa memiliki kecenderungan
terselubung dalam menjabarkan segala hal. Jika ditarik lebih detail
lagi, yaitu orang Jawa tidak akan mengungkapkan hal dengan apa adanya
begitu saja.
Segala hal akan diungkapkan dalam bentuk samar-samar
hingga akhirnya menjadi sebuah ungkapan simbolik. Jika bermakna
simbolik, maka yang mengetahui simboliknyalah yang bisa menemukan
kebenaran.
Namun inilah luhurnya falsafah Jawa. Seseorang hanya
akan menerapkan simbolisme pada orang yang sudah mengetahuinya. Budaya
semu ini hadir untuk memberikan rasa enak hati kepada sesama manusia.
Seperti
halnya saat ada pengemis yang datang. Untuk mengatakan "tidak" saja,
orang Jawa menggantinya dengan simbol menggelengkan kepala atau berkata
maklume mawon, maafin rumiyin.
Maklume mawon/maafin rumiyin merupakan perwujudan lain dari kata maafkan saja. Itulah wujud ungkapan semu. Hal itu dilakukan tidak lain supaya saling enak hati antara satu dengan yang lainnya, tanpa perlu mengatakan secara eksplisit.
Aku sengaja membawakan lakon Semar Kuncung ini juga sebagai doa
bersama. Agar bersama-sama kita menanggulangi sebelum itu bisa terjadi.
Walaupun hanya dari skala desa. Mulailah dari diri kita sendiri.
Ada yang jauh lebih berbahaya dari sekedar bencana alam pada umumnya. Yaitu kemerosotan akhlak budi manusia. Bencana bisa segera diatasi bila petugas untuk ranah tersebut amanah. Bisa ditanggulangi agar jangan sampai terjadi bila orang yang berkuasa benar-benar menguasahakannya.
Tapi bila sebaliknya bencana bahkan bisa dibuat terjadi bila orang-orang dilingkar lingkungan kita tidak mempunyai akhlak yang baik. Harusnya tidak banjir malah menjadi banjir karena banyak yang membuang sampah sembarangan, tidak mau membersihkan sampah yang ada. Harusnya tidak terjadi tanah longsor malah bisa terjadi bila yang bersangkutan justru menebangi pohon-pohon yang akarnya seharusnya bisa menjadi penahan tanah. Tidak ada yang bisa menahan terjadinya gempa bumi, tapi bisa disiasati bila bisa membuat bangunan yang tahan gempa, asal dananya tidak dikorupsi.
Penggunaan lakon tersebut pasti tidak sembarangan. Semuanya masih penasaran.
Tidak usah terlalu dipikirkan. Karena saat ini aku bisa sedikit tenang. Karena pemuda yang kau bawa bersamamu bukanlah manusia biasa. ucap Ki Aji kepada Pak Soleh.
Apa maksud Ki Aji?. Pak Soleh heran.
Kau akan mengetahuinya sendiri saat tiba saatnya. Sampai saat itu terjadi, tolong didiklah dia dengan benar. Ajarkan budi pekerti. Hitam dan Putih.
Dia itu sudah dewasa Ki. Pasti sudah tahu dengan sendirinya.
Anggap saja kau kembali mengajarkan dasarnya dari awal. Cukup beri dia contoh yang baik untuk diikuti. Itu saja.
Pak Soleh heran, seolah Ki Aji mengetahui bahwa pemuda tersebut mengalami amnesia.
Apa Ki Aji tahu siapa dia?.
Secara personal aku tidak mengenalnya. Tapi ia mempunyai aura yang tidak biasa.
Pak Soleh hanya bisa menjalankan saran dari Ki Aji. Toh saran tersebut bukanlah saran yang buruk.
Ada sesuatu hal yang ingin disampaikan tetapi dengan cara tidak berterus terang. Dalam istilah jawanya disebut sanepan atau kiasan. Itulah yang sedang mereka hadapi saat ini.
Seperti halnya pertanyaan bagaimana asal mula bayi, bagaimana kita menjawabnya?. Kalau
saya sih cukup jawab dengan bahasa sederhana. Hal itu hanya bisa
dilakukan oleh pasangan suami-istri. Kasih sayang mereka yang membuat
tuhan menurunkan bayi kedalam perut Ibu.
***
Seorang anak kecil mendatangi Toying yang sedang duduk santai di sofa kantor. Anak tersebut adalah anak dari salah seorang pegawainya yang datang untuk mengajak pulang Ayahnya. Sang Ibu menunggu diluar.
"Kek-kek, tahu nggak gimana cara adek bayi bisa ada?". tanya anak tersebut lugu. Nampaknya sebelumnya ia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan dari Ibunya.
Toying terdiam sesaat, berpikir bagaimana cara menjawabnya.
Lalu iapun memperlihatkan video porno dari layar smartphonenya.