"Toying kemana hari ini Dar?"
"Biasa, lagi berburu wayang kulit. Mau nambah koleksi yang dia punya".
"Bukannya sudah punya satu kotak lengkap?".
"Satu kotak sekitar 150 wayang itu, bisa buat cerita standart umum pedalangan. Kisah populer. Kalau mau berburu itu bisa nggak ada habisnya ya. Justru itu yang bikin asik. Berusaha menambah koleksi. Apalagi wayang miliknya itu high grade, kualitas alusan semua."
"Skak"
"Melipir"
"Daripada buat beli lukisan atau patung dari luar negeri, yang cuma gitu-gitu doang. Lebih bagus koleksi barang seni budaya adiluhung seperti Wayang. Nggak cuma bisa dinikmati keindahan tatahan dan sunggingannya yang memanjakan mata, tapi juga bisa dimainin pula. Untuk hobi yang ini, kami berdua sama. Malah aku duluan yang ngeracunin dia".
"Terakhir berburu wayang apa?. Yang standartkan dah lengkap ya?."
"Skak lagi"
"Melipir lagi"
"Terakhir dia pesan Gatotkaca versi Buto, Kidang kencana, sama Bambang Ekalaya yang wujudnya beda, bukan yang versi bokongan, versi gagahan yang posenya mirip Gatotkaca gitu, kakinya melangkah, lalu sandangannya ada rumbai-rumbainya. Terus Ekalaya sama Kidang Kencananya mau diprodo emas sekalian, kulit warna emasnya dilapisi emas murni 24 karat."
"Wow, sangat menikmati hidup."
Lhep, Garulangit tewas menjadi korban pengganti, dihantam oleh Anoman yang mundur menyerong kebelakang. Ki Gede sudah menyangka hal itu akan terjadi, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kamu sih, pake ngingetin dia. Harusnya biarin aja, biar dia cuma terus jadi ember bocor.
Biarin dia halu sampai mati".
Ki Gede mendengus karena kembali kehilangan satu perwira lagi.
"Aku juga nyesel jadiin dia bagian dari kita. Di saat terakhir dia malah nampak enggak ada harganya dimataku. Akeh tunggale, kalau makhluk macam dia sih.. Pasaran. Tapi ya dah terlanjur, setidaknya dia bisa jadi bermanfaat buat kitakan."
"Harusnya biarin aja dia Halu. Kan pasti seru tuh. Tiwas dah merasa jadi orang suci, merasa punya pahala banyak, amal jariyah banyak. Setelah mati, buka mata.. lho kok panas banget, liatnya malah api dimana-mana. Bangunnya kok di Neraka?. Surprise!".
"Hahahaha!" mereka berdua tertawa terbahak-bahak.
"Iya juga ya, bagus banget harusnya."
"Disaat kopi hitam kusruput, seketika itu rajamu akan bertemu maut."
"Nggak boleh bunuh raja woy!. Kamu tahu cara mainnyakan?."
"Ketika rokok kunyalakan, disitu rajamu ku bungkam."
Keduanya sedang bermain catur, permainan strategi tertua di dunia. Namun set catur yang mereka mainkan wujudnya custom. Pahatan masing-masing buah caturnya menyerupai wayang 3D, tapi tanpa meninggalkan kesan wujud sederhana seperti buah catur pada umumnya. Tentunya masih sesuai pakem. Untuk tema ini ada dua jenis. Satunya masih berwarna hitam putih seperti biasa, dan satu versi lagi berwarna layaknya warna pada wayang golek/wayang orang hanya dasarannya/alasnya yang berwarna hitam atau putih sebagai pengenal.
Buah Catur Hitam X Putih
Raja Dasamuka X Rama Wijaya
Menteri/Panglima Kumbakarna X Anoman
Benteng Garulangit, Wilkataksini X Sugriwa, Anggada
Gajah Sarpakenaka, Indrajit X Leksmana, Wibisana
Kuda Naga-Nagapasa X Garuda-Jatayu
Pion pasukan Wanara X pasukan Raksasa
"Semua sifat karakter manusia ada pada wayang. Menurutmu Toying itu wayang apa?."
Tanpa jeda Darmawan langsung menjawab
"Buto!".
"Lebih spesifik".
"Buto Sabrang, mata kelipan".
"Kenapa bukan Buto Celeng?".
"Wah.. itu namanya body shaming."
"Lha kan malah kamu duluan yang bilang Buto. Itu bukan body shaming?. Malah kamu yang mikir gitukan jadinya".
"Disaat kudaku melompat, disitulah rajamu ku skakmat".
"Lhep!. Garuda menerkam Naga. Hehehe."
"Lho!". Ki Gede terkejut ternyata ada kuda lawan stand bye dengan titik terkaman disana.
"Itu lebih ke sifatnya.. oke wujudnya juga. Kita nggak mungkin bisa menanggalkan hal itu."
"Kenapa sih kok bisa dibilang body shaming?."
"Ya karena itu benar. Beneran mirip. Kalau enggak mirip ya bukan body shaming".
Wibisana melakukan skak kepada Dasamuka. Satu pion hitam prajurit Buto yang semula berpose bersimpuh layaknya Dwarapala, maju satu langkah menghadang serangan sang Gajah putih. Membuat Wibisana kembali menarik diri. Prajurit pion yang diback up oleh prajurit pion lainnya adalah pagar betis yang sulit ditembus. Tidak sebanding nilainya bila sampai kehilangan perwira demi membunuh prajurit rendahan.
"Yowes, Toying aku kasih Wayang Arjuna saja."
"Itu sih bukan body shaming, tapi fitnah!. Bagian mana dari Toying yang mirip sama itu wayang!?. Lagian itu namanya justru pelecehan!. Kamu ngelecehin Arjuna dengan mengatakan dia mirip Toying."
"Disaat Gajahku berkelana, disaat itulah Rajamu menduda". Leksmana(Gajah bidak putih) menabrak Kumbakarna secara diagonal, gugurlah Menteri/Panglima/Ratu Hitam.
"Wasem!. Sterku mati!" Ki Gede tidak menyangka sudut yang dikiranya aman ternyata ada yang mengintai.
"Bukan dari sifat Kesatrianya. Memangnya apa yang bagus dari Arjuna selain fisiknya?. Arjuna itukan pezina walaupun sudah punya istri, mata wedok-an."
Sekalipun Ki Gede sudah kehilangan banyak perwira, termasuk panglima perangnya. Ia pantang menyerah begitu saja.
"Tapi tetap saja semua orang bakalan nggak terima kalau Toying kamu padankan sama Arjuna. Beda jauh woy.. fisiknya".
"Lha wong Buto kok mau dibandingkan sama Kesatria".
"Lagipula mereka itu levelnya beda, beda kasta pula. Toying itu kelasnya Lonte.
Sedangkan Arjuna kelasnya putri resi, putri raja, bahkan sampai putrinya dewa. Semuanya gadis, dan ikhlas menyerahkan dirinya secara penuh jasmani dan rohani kepada Sang Arjuna. Toying kok mau kamu sandingin sama "Lelananganing Jagad", ya jauh lah kualitasnya.
"Gimana kalau Duryudana?".
"Masih kebagusan. Duryudana itu gagah, gitu-gitu juga pecinta sejati."
Darmawan melangkahkan Sugriwa bentengnya ke titik yang justru membuat Rahwana Raja tidak bisa bergerak lagi.
"Remis!" Ki Gede girang.
"Lho kok remis!?. Darmawan terkejut, ia ternyata salah langkah dan membuat keadaan menjadi draw karena membuat sang raja tidak bisa bergerak lagi tapi tidak dalam keadaan skakmat.
"Harusnya pasukan Kera yang menang."
"Aku malah mau bikin tim Dasamuka yang menang, anti mainstream. Tapi kamu ternyata lawan yang terlalu sulit, buat mewujudkan hal itu. Besok cariin lawan yang gampang dong. Sopirmu nggak bisa main catur kan?."
Keduanya akhirnya sepakat, satu suara mengatakan bahwa Wayang yang cocok untuk Toying adalah...
"Sengkuni".
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).