Pagi itu seperti biasa dengan bangganya ia mengajak jalan-jalan cucu pertamanya dari anak bungsunya. Dan para tetangga suka bersikap yang menyenangkan karena ia adalah anak kecil tidak berdosa keturunan banyak orang), mengetahui menu saya sekeluarga yang pada hari itu tempe (semangit). Pagi itu saya dan adik-adik protes kepada ibu yang seringkali lupa, menyisakan bahan tempe sehingga menjadi tidak segar, mungkin juga karena penjualnya menjual tempe lama. Kalaupun ia menginginkan cucunya tidak akan pernah memakan makanan yang dianggap tidak enak, sebenarnya ia cukup mengatakannya dalam hati, tidak ada keperluannya mengatakan hal itu kepada orang lain dengan nada yang terlihat berbangga diri(berhasil mempunyai menantu menengah ke atas dari anak bungsunya).
Pernah ia mengatakan sesuatu yang tidak perlu ketika saya bertanya nama makanan telur yang dibungkus tepung yang disajikan dalam pertemuan RT. Yang ternyata itu adalah Empek-empek Palembang (saya pernah jajan empek2 sederhana yang tidak sebagus itu bentuknya, dan salah satu kakek buyut saya memang orang Minang, tapi saya orang Semarang bukan orang Palembang) . Mulanya saya bertanya kepada tuan rumah yang duduk disebelah saya, namun tuan rumah mungkin karena lupa namanya demi menutupi hal itu menyuruh saya menanyakan kepada seorang Aki-aki yang duduk di depan kami. Sebelum menjawab nama makanan tersebut terlebih dahulu ia(Aki-aki tersebut) mengatakan bahwa saya tidak mengetahui nama makanan tersebut dikarenakan saya tidak pernah kumpul-kumpul , Emak saya cuma masak Indomie dan cuma jajan makan nasi kucing.
Saya percaya kok kalau ia bisa makan Steak , itu mobilnya dijual juga masih ada kembaliannya.
Yang menjadi pertanyaannya adalah makanan enak apa sajakah yang bisa dikonsumsinya mengingat dirinya yang sudah Aki-aki(yang pertama menyebut dia Aki-aki justru anak bungsunya yang tidak tahan dengan perilakunya).
Sebenarnya saya tidak mau mengatakan tentang hal ini..
Meminjam sebuah perkataan dalam film "3 Idiots" ; "Ibarat ekor
Jaman dahulu kala waktu saya masih SMU. Saya dan ayah saya bertandang ke rumah saya ini yang waktu itu masih kosong belum ada yang mengontrak. Kebetulan saat itu, keluarga Aki-aki tersebut kedatangan tamu spesial, kekasih anaknya datang bersama ibunya memperkenalkan diri(sepertinya).
Saat itu mereka pulang. Mobil mereka melewati halaman rumah kami. (Saya mempunyai kepekaan untuk mendengarkan hal-hal yang tidak berguna) Ibu sang anak mengatakan ketidaksukaannya terhadap perilakunya yang mengatakan hal yang sebenarnya bisa dianggap vulgar(beliau memakai jilbab, dan saya tidak ingat dengan perkataan pasti detailnya; yang tentunya tidak akan saya katakan disini... salah satu contoh yang mendekati kemungkinan adalah adegan pertemuan dua keluarga(dari pihak cowok dan cewek) dalam film "Bangkok Traffic Love Story") karena mereka masihlah orang lain. Walaupun saya yakin penyebabnya pasti lebih dari itu.
Sang anak mengatakan "tapi aku seneng bu.. bla bla bla.
Saya sudah melihat menantunya yang sekarang dan merasa dia adalah lelaki yang baik. Untungnya menantunya dan besannya yang sekarang tidak mengetahui "keburukannya" saat mereka belum menjadi keluarga seperti sekarang.
Kembali ke masalah tempe. Karena saya adalah Tempe Lover. Makanan sejuta umat ini bahkan digemari oleh orang-orang Eropa. Bukan saja di Eropa, orang-orang Amerika dan Jepangpun banyak yang menyukainya. Dan disana makanan bergizi tinggi ini masuk sebagai makanan kalangan menengah keatas.
Nampaknya sering kumpul-kumpul tidak membuatnya menjadi lebih pintar. Entah kumpulan dia orang-orang semacam apa?. Kalau kumpul-kumpulnya Ndangdutan atau bergunjing, kalau saya ya lebih memilih diam dirumah sambil Online.
Dan kalaupun dia membahas tentang Tempe semangit, yang rasanya memang berbeda tidak seperti tempe segar . Itu bukan kepantasan untuknya karena itu adalah urusan kami , mau makan sama apa itu bukan urusan dia, tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya.
Apakah harus dibuang makanan tidak enak itu ? .
Semenjak kecil kami terlebih khususnya saya diajarkan untuk tidak membuang-buang makanan. Satu butir beras/satu butir
Bahkan ada orang yang mengatakan membuang makanan itu sama saja dengan mencuri makanan orang-orang miskin.
"Sesungguhnya orang yang mubazir itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhan." (Surah al-Isra′, ayat 27)
Padahal apa saja makanan enak dan mahal yang dimakannya juga berakhir sama ; keluar sebagai pup.
UPDATE : Ternyata jajanan dia adalah Mie Tek-tek, Mie Ayam dkk. Bilang seperti itu saya kira makanan kesehariannya sebangsa Steak Sirloin, Bebek Peking, Kaviar, minimal Pizza lah. Ternyata... (Saya hanya bisa geleng-geleng kepala)
Sebenarnya ini bukan yang pertama kalinya. Rekan kerja saya dulu "you know who" seringkali mengejek saya karena setiap harinya saya selalu membawa bekal makan siang berupa nasi telur.
Dia orang aneh yang suka mengeluh, mencaci maki akan gajinya yang kecil cuma bisa buat bayar kost dan makan. Selalu bercerita orang tuanya kaya , namun dia tidak pernah meminta uang kepada orangtuanya, tapi kalau ortunya ngasih selalu diterima.
Saya tahu kok dia selalu jajan di warteg saat makan siang. Makanannya 4 sehat(bahkan 5 sempurna karena ada jatah susu untuk teknisi toner(sekalipun kalo kerjaan toner ada beberapa pasti selalu meminta dibantu oleh teknisi tinta(rekan kerja saya yg lain))). Mengejek seperti itu tapi saat mendekati akhir bulan selalu membawa indomie untuk dimasak di Outlet(tempat kerja kami; memakai teko listrik, listriknya gratis karena numpang).
Silahkan baca juga artikel Kesombongan yang tidak perlu
Bersyukur
Balas dendam yang benar dalam Islam