"Kamu gagal membujuknya kesini?."
"Dia bilang umurnya masih panjang, bisa sampai 20 tahun lagi katanya. Jadi masih ada banyak waktu untuk memikirkannya."
"60 ke 80 memang lumayan panjang."
"Bukannya dia hampir 70an ya?. 67-68 kan?."
"Dia merasa kalau orang jahat itu umurnya panjang. Orang yang banyak dosa itu matinya susah. Seperti yang sudah-sudah. Seperti yang dipercaya sampai saat ini."
"Nantangin. Kalau gitu suruh dia mulai mengumpulkan kalender setiap tahunnya untuk dipajang dikamarnya. Mulai tahun kemarin. Kasih kelebihan biar dia seneng. Biar dia lihat sendiri sampai tahun keberapa dari 20 tahun itu masih bisa dia pajang sendiri disana."
"Satu hal lagi. Andaikan ia memulai berubah menjadi Angkara di fisiknya yang sudah semakin tua, itu tidak ada artinya. Karena waktunya berhenti pada saat itu juga, sesuai umur. Kenikmatan dunianya sudah jauh berkurang.
Ia malah bisa jadi tidak berguna."
"Sebenarnya aku suka sikap takaburnya itu. Sebagai mangsa. Namun tidak banyak calon Angkara yang berkualitas seperti dirinya. Ia sangat cocok, bisa kita gunakan sebagai alas".
"Lalu yang membuat dirinya enggan untuk kemari menemui Ki Gede adalah karena ia tidak nyaman telanjang dihadapan Aki."
"Cuih!. Amit-amit jabang bayi!. Tak lempar sandal, tak usir, tak tendang keluar dari sini!. Biar nanti petugas dinas sosial yang lihat bodynya itu!. Njijik-i!.
Ora doyan aku sama dia!."
"Bukan gitu maksudnya Ki. Eeee...
Dia merasa Ki Gede bisa tahu segala hal tentang dirinya. Apa yang dipikirkannya saat dihadapan Aki. Dia tidak bisa mengelak. Bagaikan telanjang gitu."
"Itu artinya semua yang aku katakan tentang dia itu benar adanya!."
"Ya.. mungkin karena itu maksudnya Ki."
"Huh, Telanjang?. Apa?. Dia malu!?.
Padahal sudah biasa kan dia telanjang didepan pelacur!. Telanjang beneran malahan. Dan malahan bukan hanya satu. Kadang malah trisome, forsome,.. entah sampai berapa some lagi. Kamu tanya saja dia langsung biar lebih detail."
Inikah aku enggak butuh dia ngelepas semua busananya sampai telanjang bulat, seperti yang ia lakukan dihadapan para pelacur yang sudah tak bisa aku hitung lagi jumlahnya!."
"Huh, Cowok Gampangan".
"Ora doyan aku!. Kalau istrinya lihat kelakuannya itu, pasti juga bakal jijik sama dia setengah mati. Kalau masih nerima ya.. berarti istrinya itu berhati malaikat. Padahal hatinya si Toying itu Setan!. HAHAHAHA!."
"Saya dengar istrinya minta cerai ke dia."
"Akhirnya sadar juga dia. Walaupun telat. Sabar banget lho itu, ngadepin makhluk laknat macam Toying. Udah mendem berapa puluh tahun itu?."
"Tapi karena katanya Toying dirinya tobat nasuha, jadi enggak maen bisa sama Lonte dong. Dia maennya sama tembok.
Biar enggak karaten katanya. Hahaha."
"Jadi dia juga semakin bebas berimajinasi sama siapa saja. Termasuk sama wanita yang diikhlaskannya buat numpang hidup enak sama dia. Hahahaa".
"Pokoknya seret dia kehadapanku. Justru aku melakukan ini demi kebaikannya sendiri. Soal perasaannya sama aku ya itu resiko yang harus ia terima.
Hmm. Perkataan ini malah bisa jadi bikin salah paham..."
"Pokoknya".
"Let people feel the weight of who you really are and let them fucking deal with it!."
***
"Ki... saya penasaran biasanya orang pake tangan, dia pake tembok. Tembok yang digunain Toying digambar dulu atau pakai poster atau polosan saja, langsung mbayangin gitu?."
"Langsung saja kamu tanyain ke Toying. Biar lebih jelas, jadi penjelasannya nanti juga bisa lebih mendetail. Toh nanti kamu ketemu sama diakan".