Hari ini aku pergi ke Samsat untuk mengurus STNK adikku yang hilang. Sesampainya di bagian pengecekan rangka. Ada seorang bapak-bapak tua berkulit coklat legam barusan selesai diperiksa motornya bertanya berapa biayanya kepada petugas cek. Si petugas menjawab seikhlasnya. Aku melihat bapak-bapak tua tersebut memberikan uang yang terlihat seperti pecahan Rp20rb karena berwarna hijau. Tidak mungkinkan beliau ngasih cuma Rp2000. Entar dikira bayar tukang parkir.
Aku alihkan pandanganku ke Si petugas yang memakai baju seragam dengan tulisan di punggung "Tidak di pungut biaya" yang tulisannya sedikit tertutupi dan tersamarkan berkat tas yang diselempangkannya, menerima uang tersebut. Kenapa tidak sekalian pakai tas punggung?. Tulisan tersebut pasti bakalan sepenuhnya tertutupi. Setelah giliran rangka sepeda motorku selesai dicek. Tak lupa saya mengucapkan terimakasih dan langsung melengos pergi ke tempat berikutnya. Hei.. seikhlasnya bukan?. Gaji dan tunjangan bulanan pegawai pemerintah seperti dirinya itu jauh lebih besar daripada penghasilan saya yang seorang Freelance ini. Justru tidak pantas rasanya bila saya yang memberikan sesuatu ke dia. Tuman(jadi kebiasaan).
Sampai akhirnya tiba di loket pengecekan rangka, karena STNK masih atas nama ibuku sedangkan yang mengurus ke sana adalah diriku. Oleh petugas loket aku diminta surat kuasanya. Eh.. walaupun saya mengatakan bahwa saya anaknya dan saya juga membawa serta KTP ibu. Saya bahkan membawa KK(Kartu keluarga) bersama saya.
Dia mengatakan suratnya bisa dibeli di Koperasi. Segera aku ke Koperasi dan membeli selembar kertas dengan format "Surat kuasa" yang sepertinya hasil fotocopy-an dengan materai Rp6000 yang sudah tertempel. Aku cukup membayar Rp10rb. Yah Tidak jadi masalah sih buatku, masih wajarlah untung Rp3900 sebagai penyedia jasa daripada aku keluar kesana kemari. Oleh mbak penjaga Koperasi, dia memberikan instruksi kepadaku bahwa lembaran fotocopy-an dengan materai Rp6000 yang barusan aku beli itu jangan diisi apa-apa. Langsung saja diberikan kepada petugas loket. Aku menyerahkan lembaran "surat kuasa" kosong itu kepada penjaga loket sebelumnya. Yah aku sih tidak keberatan. Toh daripada aku repot-repot kembali kerumah dan meminta tanda tangan ibuku. Lagipula kalaupun harus diisi, dibagian tanda tangan Ibuku tetap saja aku yang corat-coret karena keadaan ibu sekarang masih dalam keadaan sakit yang tidak memungkinkannya untuk memegang pulpen. Namun kalau memberikan lembar kosong surat kuasa bisa diproses, lalu apa gunanya persyaratan tersebut. Hanya untuk formalitas?. Tidak bisakah dihilangkan?. Bukannya di Spanduk ada tertulis penyederhanaan proses dan persyaratan?.
Ke loket berikutnya. Karena diriku sebagai pengurus STNK adalah bukan pemilik. Lagi-lagi aku dimintai "surat kuasa" oleh petugas. What!.
Aku sudah menjelaskan bahwa di tempat sebelumnya sudah dimintai surat kuasa. Makanya bisa kemari, ke tahap selanjutnya. Masa dimintai lagi?.
"Wah itu urusannya sendiri-sendiri mas. Itu bagiannya sendiri-sendiri." ucap petugas yang diamini rekan disebelahnya. Jadi kira-kira aku masih membutuhkan berapa surat kuasa lagi nih?. Lumayan juga ternyata hasil jualan surat kuasa kosongan. Bukan Rp3900 untungnya, melainkan full Rp10rb. Karena surat kuasa hasil fotocopy bermaterai Rp6000 itu pasti kembali lagi ke Koperasi dan bisa dijual kembali.
Oleh petugas tersebut dicek harusnya aku menyertakan formulir pendaftaran. Pasti karena aku tergesa-gesa sehingga tidak ingat dan langsung ke bagian cek rangka. Aku ke loket pendaftaran untuk mengambil formulir, yang kalau dulunya sih namanya "membeli formulir". Disana mas penjaga memberitahuku bahwa harusnya aku mengurus ke Samsat I yang lokasinya berada di dekat tempat tinggalku kini. Bukan Samsat III lokasi tempat tinggal lama keluargaku. Mungkin karena sebelumnya sudah diurus dan alamat di KTP juga sudah yang baru. Jadi sebenarnya kata "online" dibelakang kata Samsat belum bisa digunakan secara keseluruhan.
Sayapun manual pergi ke Samsat I. Tapi sebelumnya saya mampir ke Koperasi untuk kembali membeli "surat kuasa" buat jaga-jaga. Dan mbak penjaga koperasi lagi-lagi memberikan instruksi yang sama. Mengingatkan saya untuk mengosongkannya dan tinggal memberikannya ke loket. Enak aja, lha wong sudah saya beli ya terserah sayalah. Berikutnya saat menyerahkan jelas bakalan sudah saya corat-coret, saya isilah.
Saya tahu sebenarnya pembuat kebijakan bermaksud baik. Salah satunya agar tidak menggunakan jasa calo sehingga dengan memutus mata rantai tersebut biaya yang dikeluarkan bisa lebih terjangkau. Apalagi dengan digratiskannya formulir yang sebelumnya harus membayar untuk mendapatkannya. Tentunya demi meringankan beban masyarakat dalam membayar pajak. Tapi apa gunanya bila selalu ada penyalahgunaan celah yang malah menambah biaya. Bukan masalah nominalnya yang mungkin tidaklah seberapa (bagi kalangan atas, dan bila hanya dari satu orang). Dikalikan saja ada berapa kejadian seharinya, dikali 26 hari saja dalam sebulan, dikalikan hingga satu tahun. Lumayan.
Terus terang sebelumnya aku kagum dengan kecepatan Samsat III ini mengurus perpanjangan. Waktu itu baru saja ada baleho/spanduk terpampang yang bertuliskan tentang anti korupsi dan kemudahan, peringkasan persyaratan. Menunjukkan perbaikan birokrasi. Kurang dari satu jam proses yang dibutuhkan waktu itu(waktu saya masih jadi pegawai swasta). Sehingga saya tidak perlu minta izin, bisa saya kerjakan sembari sekalian mengantar barang. Walaupun sekarang terjadi perbedaan yang cukup besar. Beberapa waktu lalu di Samsat I waktu saya mengurus perpanjangan STNK tahunan adik, saya hanya menunggu 5 menit di satu loket yang sama. Saya terkejut.
Tapi sekarang kok jadi teringat kembali kalimat lama itu. "Kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah?". Watak birokrasi kembali menunjukkan wajah aslinya.
Di Samsat I aku langsung melanjutkan proses.
Jaman dulu aku punya kenangan buruk di Samsat ini. Sehingga imageku terhadap tempat ini jelek. Dulu waktu masih menjadi pengangguran aku pernah mengurus perpanjangan STNK di tempat ini. Ternyata salah satu persyaratannya adalah harus membawa BPKB asli. Fotocopy tidak bisa digunakan. Dan waktu itu aku tidak bisa membawa serta BKKP asli kendaraan tersebut karena saat itu masih digadaikan di Pegadaian. Saya katakan seadanya kepada petugas yang jaga. Petugas hanya menjawab hal yang sama, harus membawa BPKB asli. Sedangkan tanggal jatuh tempo pajak sudah dekat. Dan kami juga tidak bisa menebus BPKB tersebut dalam waktu dekat. Akhirnya petugas yang sama mengatakan hal "itu". Saya disuruh minta tolong kepada bapak yang ada di belakang, di ruang berkas untuk meluluskan. Cukup membayar Rp20rb saja. Bapak yang dibelakangpun juga sangat senang mendapatkan uang Rp20rb dari saya. Yang saya anggap menjadi bagian dari biaya perpanjangan dari uang yang sudah disiapkan ibu untuk membayarnya. Yang kalau pada jaman itu cukup besar nilainya. Saya masih ingat senyuman lebarnya. Sekarang pasti beliau sudah menikmati masa pensiunnya dengan tenang dan nyaman atau bahkan sudah meninggal dunia dan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya di dunia.
Dan saya yang waktu itu masih lugu dan polos tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada beliau, jelas saya senang karena "dibantu" sehingga bisa membayar pajak tepat waktu.
Kalau ingat hal itu, kok jadi kesal ya?.
Si petugas didepan tidak mengatakan hal yang sebenarnya yang sudah menjadi tugas dia. Bahwa bila BPKB kita sedang "disekolahkan", sebenarnya kita bisa meminta kepada pihak dealer/leasing yang dalam hal ini adalah pihak Pegadaian untuk membuatkan surat keterangan. Namun dia sengaja menyembunyikan fakta tersebut. Benar-benar busuk ya?.
Masih di tempat dan waktu yang sama. Saya melihat ada seseorang yang mengadukan keluh kesahnya kepada petugas, dua orang berseragam polisi yang saat itu berjaga berdampingan di salah satu loket. Bapak itu mengeluh kenapa dirinya dipersulit (entah apanya yang kurang). Dia sampai bilang padahal bila sampai STNK dia habis, maka dialah yang mendapat masalah, bisa ditilang. Kedua polisi diam, tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Setelah bapak-bapak tersebut melengos pergi. Seorang diantara mereka mengatakan kepada rekan disebelahnya tentang urusan masing-masing. Bahwa mereka tidak bisa "mengganggu/menutup" rezeki teman-teman mereka yang lain. Saya waktu itu tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Sampai akhirnya jaman berkembang, teknologi informasi bisa diakses dengan mudah. Dan saya akhirnya mengerti apa yang mereka berdua maksud. Bahwa sebenarnya STNK habis itu bukanlah urusan polisi, melainkan dinas perhubungan. Karena denda keterlambatan tetap diakumulasi dan sama saja telat satu hari dengan telat setahun. Sekali lagi. Di tempat yang sama, mereka tidak menyampaikan informasi yang sebenarnya kepada masyarakat. Hal ini pernah dibahas di sebuah forum dunia maya terbesar di Indonesia. Link sumber berasal langsung dari web resmi Kementerian Perhubungan bahkan humas Polri saat itu. Hal ini menyelamatkan banyak orang karena kejelasan berbagai informasi didalamnya. Namun entah kenapa sekarang link sumber dalam Thread tersebut menghilang/tidak bisa diakses. Dan sekarang hal tersebut kembali menjadi polemik. Itu masuk ranah polisi atau bukan. Hal yang waktu itu sudah jelas kembali menjadi kabur.
Akhirnya aku memasuki tahap final dimana aku menumpuk semua berkas dan mendapatkan tanda terima untuk mengambil STNK cadangan. Mas petugas melihat bahwa saya sebagai pengurus bukanlah pemilik STNK. Saya bersiap mendengar mas tersebut mengatakan butuh "surat kuasa". Dia meminta untuk melihat KTP saya, yang akhirnya dicocokkan dengan KTP ibu yang saya bawa. Alamat kami sama. Dia mendapatkan keterangan dari saya bahwa saya anak dari pemilik STNK. Saya masih bersiap mendengar mas tersebut mengatakan butuh "surat kuasa".
Dia mengerutkan dahinya. Lalu meminta saya memfotocopy KTP saya untuk dilampirkan. Fotocopy yang hanya seharga Rp500.
Tentu saya terkejut dengan jawabannya. Bukannya memberatkan, dia justru mempermudah urusan saya.
Disini kita bisa menyimpulkan bahwa gaji yang besar sekalipun memang tidak bisa menjadi barometer untuk tidak korupsi. Dan itu memang sudah terbukti, sejak lama malahan. Semua berasal dari mental diri sendiri. Kesadaran akan posisi dan amanat yang diemban.
Barangsiapa yang mempersulit orang lain, maka Allah akan mempersulitnya pada har kiamat (HR Bukhari No. 7152).
Puisi kelam
Diposting oleh
tutorial
15.08
Reruntuhan hati
Aku adalah reruntuhan..
Yang terhantam, terbakar dan terendam oleh pergulatan dunia.
Aku adalah reruntuhan..
Teronggok berkarat tanpa merasakan apapun
Semua orang bilang waktu akan menyembuhkanku
Namun aku tidak ingin disembuhkan oleh waktu.
Sejauh apapun aku memandang.. hanyalah gelap
Seringkali orang lain tak pernah peduli aku jatuh ataupun terluka
Mereka hanya butuh suatu cerita
Sebagai penghibur mereka
Aku bukanlah seorang professional
Maka tak perlulah aku nyanyikan lukaku
Aku hanya perlu menertawakan lukaku
Tertawa sampai tak bisa tertawa lagi
Bulir bening mengalir diam tanpa suara
Berharap pelangi lahir darinya
Tersenyum dari sudut yang kelam
Aku adalah reruntuhan..
Yang terhantam, terbakar dan terendam oleh pergulatan dunia.
Aku adalah reruntuhan..
Teronggok berkarat tanpa merasakan apapun
Semua orang bilang waktu akan menyembuhkanku
Namun aku tidak ingin disembuhkan oleh waktu.
Sejauh apapun aku memandang.. hanyalah gelap
Seringkali orang lain tak pernah peduli aku jatuh ataupun terluka
Mereka hanya butuh suatu cerita
Sebagai penghibur mereka
Aku bukanlah seorang professional
Maka tak perlulah aku nyanyikan lukaku
Aku hanya perlu menertawakan lukaku
Tertawa sampai tak bisa tertawa lagi
Bulir bening mengalir diam tanpa suara
Berharap pelangi lahir darinya
Tersenyum dari sudut yang kelam
Bunga Tidur
Diposting oleh
tutorial
04.55
Untukmu nan jauh disana...
Apakah kau merindukanku seperti halnya aku yang selalu merindukanmu?.
Semburat warna Oranye menghiasi angkasa. Gumpalan awan-awan tipis tergurat melow. Cahayanya yang temaram menyinari bumi.
Saat ini aku berada di sebuah padang rumput yang luas. Hanya terlihat sebuah pohon besar nan rindang yang jauh disana. Aku berjalan menuju pohon tersebut, karena hanya itulah satu-satunya tempat mencolok yang bisa kudatangi. Semakin mendekat semakin terlihat ada sesosok siluet seseorang disana. Di bawah pohon rindang itu. Seorang perempuan berjilbab memunggungiku. Ketika aku sampai dan berhenti tepat berada di belakangnya. Perlahan dia membalikkan badannya. Sosok perempuan berhijab itu ternyata Doi. Dia adalah Zara. Aku hanya bisa diam.
Melihatku lekat dia menyalamiku terlebih dahulu.
"Hai, apa kabar?"
"Hai juga" jawabku.
"Sehat, namun kurasa tidak begitu baik" lanjutku.
Aku menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya, terkejut akan keadaan ini. Suasana sore yang sendu.
"Apa kamu puas dengan keputusanmu waktu itu?. Sudah menemukan apa yang kamu cari? ujarnya"
'Waktu itu?. Apakah yang dia maksud waktu itu adalah saat itu?. Saat aku mengambil keputusan untuk menunggu Diana dan mengabaikan dirinya?. Suatu keputusan berdasarkan emosi bukan berdasarkan logika seperti yang umumnya diambil oleh para pria.
Aku sampai mengambil keputusan tersebut karena Diana sudah mengambil sebuah keputusan besar dalam hidupnya. Dan aku pikir aku tidak bisa menelantarkannya begitu saja. Suatu keputusan yang akhirnya aku sesali.
"Apa hasilnya?. Mereka mengecewakanmu lagi?. Mereka lagi-lagi mengkhianati dirimu?. Aku hanya bisa lesu mendengar perkataannya.
"Aku mau marah sama kamu!" matanya terlihat nanar.
"Kenapa memberi kesempatan kedua bagi orang yang sama?. Jika nyatanya ada aku, orang baru yang menunggu kesempatan pertamanya!?".
"Kamu nggak adil sama aku"
'Ya tentu saja kamu boleh marah padaku. Kamu berhak akan hal itu' .
Aku hanya bisa terdiam mendengarkan semua perkataannya.
"Nasi sudah menjadi bubur". Itu adalah kalimat klasik yang sudah sering kita dengar.
"Kamu tahukan?" saat aku hendak meneruskan kalimat berikutnya. Zara juga ikut mengatakan kalimat yang sama, seolah dia tahu apa yang hendak kukatakan.
"Tidak semua orang beruntung menikah dengan cinta sejatinya, tapi semua orang bisa beruntung menjadikan orang yang telah dinikahinya sebagai cinta sejatinya". Aku cukup terkejut akan hal itu.
"Tentu saja aku tahu nasehat itu. Karena saat ini aku sedang berusaha menjalaninya. Kamu memang pandai mengatakan nasehat. Tapi seharusnya kamu ambil nasehat itu untuk diri kamu sendiri!". Kali ini aku hanya bisa menunduk.
"Jangan menunda yang harus disegerakan dan mempersulit apa yang harusnya dimudahkan. Pernikahan termasuk yang ada didalamnya".
"Disegerakan namun bukan berarti tergesa-gesa bukan?". Kali ini Zaralah yang menunduk.
"Menunggu bukanlah masalah sebentar atau lama. Tapi masalah kepastian."
Diapun menengadahkan wajahnya memandangku dalam-dalam. "Kamu tidak tahu yang kami kaum perempuan rasakan. Saat sudah menginjak umur 25th. Itulah saat untuk menikah. Terlalu tua membuat kesuburan menurun dan rahim tidak bisa lagi dipakai!. Dan kamu yang aku harapkan justru tidak meresponku."
'Aku mengetahui hal itu. Tapi bukan berarti aku sebagai laki-laki ingin menunda-nunda pernikahan. Hanya saja..
"Quraish shihab mengatakan pernikahan adalah kebaikan yang jangan ditunda-tunda tapi disegerakan, tidak ada cinta pada pandangan pertama".
Aku tersenyum dan menggodanya. "Waktu sama aku itu bukan cinta dalam pandangan pertama ya?".
Wajahnya memerah seperti udang rebus.
"Ini bukan waktunya bercanda!. Dan tidak seharusnya kamu menggoda.. istri orang."
"Ah.. maaf. Aku memijat-mijat tengkukku dengan tangan kanan.
"Zar, maafkan atas sikapku waktu itu. Biarlah aku tanggung hasil dari keputusanku itu saat ini".
Sosok perempuan cantik berjilbab itu perlahan menghilang, digantikan oleh sosok perempuan cantik berwajah oriental. Dia bernama Ariella.
'Ah ternyata.. ini adalah mimpi. Tentu saja'.
Apakah ini adalah bentuk keresahan hatiku selama ini?.
Sepasang mata dengan lekukan kelopak mata kebawah itu memandangku dengan tajam. Bibirnya mengkerut. Membuat dirinya semakin imut. (^_^)
"Hai" sapaku.
"Aku mau marah sama kamu!" ujarnya dengan posisi tangan sedakep.
'Ah lagi-lagi mau dimarahin. Baru sekalinya ketemu di mimpi tapi dimarahin'.
"Aku akan dengarkan" ucapku.
"Kalau hasilnya seperti ini. Kenapa kamu tidak mengatakannya kepadaku lebih awal!?".
"Kenapa tidak menjanjikan apapun kepadaku?. Kenapa kamu tidak memperjuangkanku sampai akhir!?".
"Kamu pasti tahu jawabannya bukan?" jawabku.
"Jangan kau pikir aku tidak berbuat sesuatu apapun!. Aku sudah menyampaikannya kepada bapak.
Kesan pertama itu penting!. Kamu yang membuatnya gagal. Memasang foto alay di profil Sosmedmu. Itu yang bikin bapak ilfil. "
"Foto yang mana yang kamu maksud?. Foto kartun Ninja? atau foto YuGiOhnya?."
"Iya yang itu!. Foto editan dirimu yang bersayap malaikat dalam bingkai kartu YuGiOh."
'Ya.. masa harus memasang pas foto sebagai profil di Medsos?. Dan itukan cuma Medsos yang aku tidak aktif pula didalamnya.'
"Dan kamu pasti mendengarnya bukan?. Saat aku mengatakan pasti bisa berhasil bila langsung menghadap menemui bapak. Waktu itu kedengeran gak?."
"Waktu kamu berbicara sendiri itu ya? ucapku tersenyum."
"Tapi bagaimanapun juga.. maafkan aku ya". Aku mengelus-elus kepalanya. Hal yang tidak mungkin bisa kulakukan di dunia nyata.
"Aku yang harusnya minta maaf. Padahal hal yang kuinginkan akhirnya terjadi.. tapi. Dia meneteskan air matanya.
Kamu juga harus bisa move-on. Katakan padaku adakah gadis yang terpikirkan saat ini untuk kamu jadikan pendamping hidupmu?."
"Ya mungkin ada. Tapi entahlah. Saat pulang dari Jumatan. Aku pernah mendengar ayahnya berkata namun tidak secara langsung kepadaku. Bila aku memberi kesempatan kepadamu, kenapa tidak memberikan kesempatan yang sama kepada putrinya?.
Mungkin aku hanya tidak mau ada bayangan "dirinya" dalam kehidupan kami nantinya."
"Kalau begitu jangan menganggapnya sebagai bayangan dirinya. Bila dia sudah menjadi istrimu dia harus patuh dan mengabdi kepadamu. Dan wajib menuruti segala keputusan yang kamu ambil."
"Witing tresno jalaran soko kulino. Pandangan pertama bukan satu-satunya cara jatuh cinta". Kamu tidak mengenalnya, kalau kamu bisa mengenal dirinya lebih jauh. Belum tentu kamu tidak bisa jatuh hati kepadanya bukan?."
Sosok itu berubah beriringan antara Zara dan Ariella. Kami sudah ada seseorang yang membuat kami bisa mulai melupakanmu. Berbeda denganmu yang hanya bisa mengharapkan sang waktu untuk membantumu.
"Seseorang itu adalah suami kalian ya?."
Mereka menggelengkan kepala.
"Kurang tepat. Seseorang itu adalah buah hati kami.
Kalau tidak kamu segerakan. Anakmu akan lahir saat kamu umur berapa?. Jadi jangan kelamaan sendirian."
Senja adalah batas peralihan. Saat Matahari memilih tenggelam. Sebelum akhirnya dunia menjadi gelap tanpa cahaya.
Aku tersenyum. "Percakapan ini. Sosok kalian ini pasti berdasarkan informasi yang tersimpan pada alam bawah sadarku ya?."
Sosok mereka berdua muncul bergantian dalam satu sosok didepanku.
Menggelengkan kepala. "Apa kamu pikir diri kami di dunia nyata tidak akan mengatakan hal yang sama?."
Aku terbangun dari tidurku
Pagi hari di hari Ahad, di hari yang sama dan di tanggal yang sama 3# tahun yang lalu saat kelahiranku.
Setiap hari kita bermimpi. Hanya saja setelah terbangun seringkali kita tidak bisa mengingat apa yang saat itu kita mimpikan.
Apakah kau merindukanku seperti halnya aku yang selalu merindukanmu?.
Semburat warna Oranye menghiasi angkasa. Gumpalan awan-awan tipis tergurat melow. Cahayanya yang temaram menyinari bumi.
Saat ini aku berada di sebuah padang rumput yang luas. Hanya terlihat sebuah pohon besar nan rindang yang jauh disana. Aku berjalan menuju pohon tersebut, karena hanya itulah satu-satunya tempat mencolok yang bisa kudatangi. Semakin mendekat semakin terlihat ada sesosok siluet seseorang disana. Di bawah pohon rindang itu. Seorang perempuan berjilbab memunggungiku. Ketika aku sampai dan berhenti tepat berada di belakangnya. Perlahan dia membalikkan badannya. Sosok perempuan berhijab itu ternyata Doi. Dia adalah Zara. Aku hanya bisa diam.
Melihatku lekat dia menyalamiku terlebih dahulu.
"Hai, apa kabar?"
"Hai juga" jawabku.
"Sehat, namun kurasa tidak begitu baik" lanjutku.
Aku menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya, terkejut akan keadaan ini. Suasana sore yang sendu.
"Apa kamu puas dengan keputusanmu waktu itu?. Sudah menemukan apa yang kamu cari? ujarnya"
'Waktu itu?. Apakah yang dia maksud waktu itu adalah saat itu?. Saat aku mengambil keputusan untuk menunggu Diana dan mengabaikan dirinya?. Suatu keputusan berdasarkan emosi bukan berdasarkan logika seperti yang umumnya diambil oleh para pria.
Aku sampai mengambil keputusan tersebut karena Diana sudah mengambil sebuah keputusan besar dalam hidupnya. Dan aku pikir aku tidak bisa menelantarkannya begitu saja. Suatu keputusan yang akhirnya aku sesali.
"Apa hasilnya?. Mereka mengecewakanmu lagi?. Mereka lagi-lagi mengkhianati dirimu?. Aku hanya bisa lesu mendengar perkataannya.
"Aku mau marah sama kamu!" matanya terlihat nanar.
"Kenapa memberi kesempatan kedua bagi orang yang sama?. Jika nyatanya ada aku, orang baru yang menunggu kesempatan pertamanya!?".
"Kamu nggak adil sama aku"
'Ya tentu saja kamu boleh marah padaku. Kamu berhak akan hal itu' .
Aku hanya bisa terdiam mendengarkan semua perkataannya.
"Nasi sudah menjadi bubur". Itu adalah kalimat klasik yang sudah sering kita dengar.
"Kamu tahukan?" saat aku hendak meneruskan kalimat berikutnya. Zara juga ikut mengatakan kalimat yang sama, seolah dia tahu apa yang hendak kukatakan.
"Tidak semua orang beruntung menikah dengan cinta sejatinya, tapi semua orang bisa beruntung menjadikan orang yang telah dinikahinya sebagai cinta sejatinya". Aku cukup terkejut akan hal itu.
"Tentu saja aku tahu nasehat itu. Karena saat ini aku sedang berusaha menjalaninya. Kamu memang pandai mengatakan nasehat. Tapi seharusnya kamu ambil nasehat itu untuk diri kamu sendiri!". Kali ini aku hanya bisa menunduk.
"Jangan menunda yang harus disegerakan dan mempersulit apa yang harusnya dimudahkan. Pernikahan termasuk yang ada didalamnya".
"Disegerakan namun bukan berarti tergesa-gesa bukan?". Kali ini Zaralah yang menunduk.
"Menunggu bukanlah masalah sebentar atau lama. Tapi masalah kepastian."
Diapun menengadahkan wajahnya memandangku dalam-dalam. "Kamu tidak tahu yang kami kaum perempuan rasakan. Saat sudah menginjak umur 25th. Itulah saat untuk menikah. Terlalu tua membuat kesuburan menurun dan rahim tidak bisa lagi dipakai!. Dan kamu yang aku harapkan justru tidak meresponku."
'Aku mengetahui hal itu. Tapi bukan berarti aku sebagai laki-laki ingin menunda-nunda pernikahan. Hanya saja..
"Quraish shihab mengatakan pernikahan adalah kebaikan yang jangan ditunda-tunda tapi disegerakan, tidak ada cinta pada pandangan pertama".
Aku tersenyum dan menggodanya. "Waktu sama aku itu bukan cinta dalam pandangan pertama ya?".
Wajahnya memerah seperti udang rebus.
"Ini bukan waktunya bercanda!. Dan tidak seharusnya kamu menggoda.. istri orang."
"Ah.. maaf. Aku memijat-mijat tengkukku dengan tangan kanan.
"Zar, maafkan atas sikapku waktu itu. Biarlah aku tanggung hasil dari keputusanku itu saat ini".
Sosok perempuan cantik berjilbab itu perlahan menghilang, digantikan oleh sosok perempuan cantik berwajah oriental. Dia bernama Ariella.
'Ah ternyata.. ini adalah mimpi. Tentu saja'.
Apakah ini adalah bentuk keresahan hatiku selama ini?.
Sepasang mata dengan lekukan kelopak mata kebawah itu memandangku dengan tajam. Bibirnya mengkerut. Membuat dirinya semakin imut. (^_^)
"Hai" sapaku.
"Aku mau marah sama kamu!" ujarnya dengan posisi tangan sedakep.
'Ah lagi-lagi mau dimarahin. Baru sekalinya ketemu di mimpi tapi dimarahin'.
"Aku akan dengarkan" ucapku.
"Kalau hasilnya seperti ini. Kenapa kamu tidak mengatakannya kepadaku lebih awal!?".
"Kenapa tidak menjanjikan apapun kepadaku?. Kenapa kamu tidak memperjuangkanku sampai akhir!?".
"Kamu pasti tahu jawabannya bukan?" jawabku.
"Jangan kau pikir aku tidak berbuat sesuatu apapun!. Aku sudah menyampaikannya kepada bapak.
Kesan pertama itu penting!. Kamu yang membuatnya gagal. Memasang foto alay di profil Sosmedmu. Itu yang bikin bapak ilfil. "
"Foto yang mana yang kamu maksud?. Foto kartun Ninja? atau foto YuGiOhnya?."
"Iya yang itu!. Foto editan dirimu yang bersayap malaikat dalam bingkai kartu YuGiOh."
'Ya.. masa harus memasang pas foto sebagai profil di Medsos?. Dan itukan cuma Medsos yang aku tidak aktif pula didalamnya.'
"Dan kamu pasti mendengarnya bukan?. Saat aku mengatakan pasti bisa berhasil bila langsung menghadap menemui bapak. Waktu itu kedengeran gak?."
"Waktu kamu berbicara sendiri itu ya? ucapku tersenyum."
"Tapi bagaimanapun juga.. maafkan aku ya". Aku mengelus-elus kepalanya. Hal yang tidak mungkin bisa kulakukan di dunia nyata.
"Aku yang harusnya minta maaf. Padahal hal yang kuinginkan akhirnya terjadi.. tapi. Dia meneteskan air matanya.
Kamu juga harus bisa move-on. Katakan padaku adakah gadis yang terpikirkan saat ini untuk kamu jadikan pendamping hidupmu?."
"Ya mungkin ada. Tapi entahlah. Saat pulang dari Jumatan. Aku pernah mendengar ayahnya berkata namun tidak secara langsung kepadaku. Bila aku memberi kesempatan kepadamu, kenapa tidak memberikan kesempatan yang sama kepada putrinya?.
Mungkin aku hanya tidak mau ada bayangan "dirinya" dalam kehidupan kami nantinya."
"Kalau begitu jangan menganggapnya sebagai bayangan dirinya. Bila dia sudah menjadi istrimu dia harus patuh dan mengabdi kepadamu. Dan wajib menuruti segala keputusan yang kamu ambil."
"Witing tresno jalaran soko kulino. Pandangan pertama bukan satu-satunya cara jatuh cinta". Kamu tidak mengenalnya, kalau kamu bisa mengenal dirinya lebih jauh. Belum tentu kamu tidak bisa jatuh hati kepadanya bukan?."
Sosok itu berubah beriringan antara Zara dan Ariella. Kami sudah ada seseorang yang membuat kami bisa mulai melupakanmu. Berbeda denganmu yang hanya bisa mengharapkan sang waktu untuk membantumu.
"Seseorang itu adalah suami kalian ya?."
Mereka menggelengkan kepala.
"Kurang tepat. Seseorang itu adalah buah hati kami.
Kalau tidak kamu segerakan. Anakmu akan lahir saat kamu umur berapa?. Jadi jangan kelamaan sendirian."
Senja adalah batas peralihan. Saat Matahari memilih tenggelam. Sebelum akhirnya dunia menjadi gelap tanpa cahaya.
Aku tersenyum. "Percakapan ini. Sosok kalian ini pasti berdasarkan informasi yang tersimpan pada alam bawah sadarku ya?."
Sosok mereka berdua muncul bergantian dalam satu sosok didepanku.
Menggelengkan kepala. "Apa kamu pikir diri kami di dunia nyata tidak akan mengatakan hal yang sama?."
Aku terbangun dari tidurku
Pagi hari di hari Ahad, di hari yang sama dan di tanggal yang sama 3# tahun yang lalu saat kelahiranku.
Setiap hari kita bermimpi. Hanya saja setelah terbangun seringkali kita tidak bisa mengingat apa yang saat itu kita mimpikan.
Toying Logic
Diposting oleh
tutorial
22.38
Sirine raung-raung keras. Telah terjadi kecelakaan kerja ditempat tersebut. Lift material proyek yang mengangkut pekerja terjun bebas dari ketinggian. Telah jatuh korban, seorang pekerja tewas.
Pihak intern melaporkan kepada Toying bahwa itu sebenarnya adalah kelalaian perusahaan yang tidak melakukan peremajaan unit. Kebijakan Toying adalah akar dari permasalahan ini. Ialah yang memutuskan kebijakan tersebut.
"Ini adalah murni kecelakaan. Tidak ada yang bisa disalahkan. Kejadian ini sudah menjadi takdir Tuhan!". Ujarnya berdiplomasi.
Sejenak ia melihat daftar nama para pegawainya yang sudah ia pelajari tadi malam. Iapun memutuskan untuk menaikkan pangkat seorang pegawainya yang bernama Jojon yang masih sepupu jauh korban.
Para staff dalam hati menanyakan kenapa bukan fokus kepada keluarga utama yang ditinggal kan korban?. Anak dan istrinya.
"Saya lihat performa pekerjaan nya diperusahaan kita bagus. Dia tidak pernah absen, tidak pernah pula mengambil cuti".
Jadi demi rasa simpati nya kepada korban
Iapun mengangkat Jojon menjadi mandor.
"Almarhum itu orang baik. Dia pasti juga setuju dengan keputusan saya. Inikan juga demi saudaranya juga".
Jojon menerima promosi tersebut tanpa menanyakan hal-hal mendasar yang bersangkutan. Tak perlu berpikir lama dan tanpa berpikir dua kali Jojon langsung menerimanya. Orang Jawa menyebut apa yang dilakukan Jojon itu "geleman".
Menyadari bahwa hal itu adalah aji mumpung. Jojonpun berencana untuk mengajukan daftar keluarga nya yang notabene masih keluarga jauh almarhum untuk bekerja di perusahaan dengan posisi strategis.
Pihak intern melaporkan kepada Toying bahwa itu sebenarnya adalah kelalaian perusahaan yang tidak melakukan peremajaan unit. Kebijakan Toying adalah akar dari permasalahan ini. Ialah yang memutuskan kebijakan tersebut.
"Ini adalah murni kecelakaan. Tidak ada yang bisa disalahkan. Kejadian ini sudah menjadi takdir Tuhan!". Ujarnya berdiplomasi.
Sejenak ia melihat daftar nama para pegawainya yang sudah ia pelajari tadi malam. Iapun memutuskan untuk menaikkan pangkat seorang pegawainya yang bernama Jojon yang masih sepupu jauh korban.
Para staff dalam hati menanyakan kenapa bukan fokus kepada keluarga utama yang ditinggal kan korban?. Anak dan istrinya.
"Saya lihat performa pekerjaan nya diperusahaan kita bagus. Dia tidak pernah absen, tidak pernah pula mengambil cuti".
Jadi demi rasa simpati nya kepada korban
Iapun mengangkat Jojon menjadi mandor.
"Almarhum itu orang baik. Dia pasti juga setuju dengan keputusan saya. Inikan juga demi saudaranya juga".
Jojon menerima promosi tersebut tanpa menanyakan hal-hal mendasar yang bersangkutan. Tak perlu berpikir lama dan tanpa berpikir dua kali Jojon langsung menerimanya. Orang Jawa menyebut apa yang dilakukan Jojon itu "geleman".
Menyadari bahwa hal itu adalah aji mumpung. Jojonpun berencana untuk mengajukan daftar keluarga nya yang notabene masih keluarga jauh almarhum untuk bekerja di perusahaan dengan posisi strategis.
Munafik ll
Diposting oleh
tutorial
16.50
Toying saat ini sedang melihat-lihat tanah yang akan dia beli. Rencananya dia akan membangun masjid diatasnya.
"Ini adalah sumber investasi amal jariyah yang akan mengalir terus." Ujar Toying kepada asisten pribadinya dengan sumringah.
Asisten nya itu memang mengenal Toying dengan baik. Dia tahu benar semua usaha yang digeluti Toying selalu berhasil, seolah Tuhan sangat sayang kepadanya.
Banyak orang yang berkali-kali gagal sebelum akhirnya berhasil. Bahkan banyak orang selalu gagal dan sampai akhirnya menyadari bahwa mungkin rezekinya tidak ada disitu, itu bukanlah bidang yang tepat untuknya. Dan bahkan lebih banyak orang yang tidak bisa dibilang sukses dalam segi ekonomi sampai akhir seperti standart kesusksesan yang digadang-gadang oleh si Boss. Menganggap semua yang ada padanya saat ini adalah usaha dia sendiri semata. Tanpa campur tangan Tuhan?.
Jika kau berpikir bahwa Toying adalah orang yang pandai, seperti halnya dia menilai dirinya sendiri. Maka anggapanmu itu adalah salah. Ia hanyalah seorang opportunis dengan tingkat keberuntungan yang tinggi. Kalau pandai ya pasti jadi dokter. Banyak wiraswasta berhasil, yang tingkat pendidikannya bahkan tidak lulus SD. Dan tidak banyak dari mereka ngaku-ngaku diri mereka pandai, terutama dalam hal pelajaran/teori.
Asisten nya hanya mengangguk-angguk dengan semua ucapan Boss besar nya itu. Ia menyadari betul posisinya saat ini.
Ia bisa membayangkan saat si Bossnya berpapasan dengan orang tua pengemis/gelandangan yang sejak awal terlahir dari keluarga miskin. Pasti akan merasakan dirinya seorang superior. Dilahirkan dari keluarga berada dengan segala kemudahan akses. Jijik kepada mereka yang berkulit kulit coklat atau bahkan lebih gelap, kecuali istrinya dan para pelacur yang pernah ditidurinya. Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana bisa ia memandang dengan jijik kedua calon mertuanya, sementara dirinya sendiri hendak melamar putri mereka?. Dan bagaimana reaksi keduanya bila mengetahui sifat sejati menantunya itu lebih awal?. Sekarang saja Toying bisa lantang berkata tidak nikah sama istrinya yang sekarang juga nggak papa, sekalipun itu dikatakannya didepan putrinya sendiri bahkan didepan istrinya sendiri secara langsung. Dengan mudahnya mengumbar kata cerai demi memaksakan kehendaknya. Sungguh ia perlu belajar menjadi manusia, ia perlu belajar bagaimana menghargai seseorang, apalagi itu keluarganya sendiri. Jadi dirinya tidak bersyukur dengan keadaannya yang sekarang?.
Pada kenyataannya, apa yang dikatakannya itu hanyalah omong kosong. Bila waktu itu lamarannya ditolak, memangnya dirinya yang sekarang akan bisa berkata demikian?. Yang ada justru dirinya sakit hati, dendam, kebenciannya semakin menjadi. Mengatakan hal-hal tentang SARA dan sumpah serapah sejenisnya. Memfitnah "jenis" merekalah yang menjadi penyebabnya. Dan aku tak yakin ia akan berdiam diri dan tidak melakukan suatu keburukan terhadap mereka. Inilah yang dinamakan attitude. Sesuatu yang sulit untuk dirubah.
Memangnya kalau tidak jadi dengan istrinya yang sekarang, ia mau jadi sama siapa?. Perempuan "satu jenis" dengannya tapi jelek dan tidak dicintainya? atau.. palingan juga sama salah satu diantara perempuan nakal yang juga tidak "sejenis" dengannya, yang penting wajahnya cantik. Dah gitu doang, sesederhana itu. Toying boleh menyombongkan diri perempuan mana yang bakal menolak dirinya. Karena hal itu sebagian besar memang benar. Perempuan mana yang tidak mau sama hartanya?.
Juga para pelacur yang pernah ditidurinya. Ia pada dasarnya memang nggragas. Ada daging segar matang, dimasak, dibumbui dirumah. Tapi memilih daging mentah busuk sepahan bekas kunyahan banyak laki-laki, yang ada diluar rumah.
Ditambah lagi bila ia melihat mereka yang keriput karena sudah tua. Seperti dianya tidak akan pernah tua ya?. Memandang rendah orang yang ia anggap miskin sebagai pemalas.
Tapi semua itu duluuu. Kalau sekarang ya.. tidak tahu. Mungkin sudah tidak seperti itu. Semoga. Mungkin karena sudah tidak ada pilihan. Jadi ya terpaksa. Bagaimana lagi.. lebih dari 80% penduduk Indonesia berkulit coklat/gelap. Masa dirinya mau pindah ke negara 4 musim, yang mendekati kutub atau bahkan ke kutubnya
Sedangkan Si Boss menganugerahi dirinya sendiri julukan "pekerja keras" dengan bukti segala kekayaan yang dimilikinya. Walaupun pada kenyataannya, ia tidak pernah melakukan kata kerja tersebut dalam arti yang sebenarnya. Bila kita bekerja demi uang. Uang justru bekerja kepada Si Boss. Dia menilai sebagian besar orang berkulit coklat adalah orang susah, orang miskin. Dan miskin berarti pemalas.
Padahal sang Asisten mengakui sungguh suatu keanehan dikala sang Boss lebih malu dosanya diketahui manusia ketimbang oleh Tuhan yang senantiasa selalu melihat segala perbuatannya. Yang dengan penuh kepedean bangga akan segala amalannya yang ia katakan mengalir deras. Sang calon penghuni surga. Dikala para sahabat nabi justru khawatir bila sampai amalan mereka tidak diterima.
Sang Asisten pernah mendengar Toying sedikit berceramah kepadanya. "Lebih banyak orang yang gagal ujian kekayaan daripada ujian kemiskinan. Tapi aku sih tetap memilih ujian kekayaan." Ujarnya dengan penuh senyuman.
Tentu saja karena ia berpikir bahwa ia bisa membeli pahala. Bisa membeli surga layaknya ia membeli banyak "surga dunia". Itulah logika yang dimilikinya.
"Ini adalah sumber investasi amal jariyah yang akan mengalir terus." Ujar Toying kepada asisten pribadinya dengan sumringah.
Asisten nya itu memang mengenal Toying dengan baik. Dia tahu benar semua usaha yang digeluti Toying selalu berhasil, seolah Tuhan sangat sayang kepadanya.
Banyak orang yang berkali-kali gagal sebelum akhirnya berhasil. Bahkan banyak orang selalu gagal dan sampai akhirnya menyadari bahwa mungkin rezekinya tidak ada disitu, itu bukanlah bidang yang tepat untuknya. Dan bahkan lebih banyak orang yang tidak bisa dibilang sukses dalam segi ekonomi sampai akhir seperti standart kesusksesan yang digadang-gadang oleh si Boss. Menganggap semua yang ada padanya saat ini adalah usaha dia sendiri semata. Tanpa campur tangan Tuhan?.
Jika kau berpikir bahwa Toying adalah orang yang pandai, seperti halnya dia menilai dirinya sendiri. Maka anggapanmu itu adalah salah. Ia hanyalah seorang opportunis dengan tingkat keberuntungan yang tinggi. Kalau pandai ya pasti jadi dokter. Banyak wiraswasta berhasil, yang tingkat pendidikannya bahkan tidak lulus SD. Dan tidak banyak dari mereka ngaku-ngaku diri mereka pandai, terutama dalam hal pelajaran/teori.
Asisten nya hanya mengangguk-angguk dengan semua ucapan Boss besar nya itu. Ia menyadari betul posisinya saat ini.
Ia bisa membayangkan saat si Bossnya berpapasan dengan orang tua pengemis/gelandangan yang sejak awal terlahir dari keluarga miskin. Pasti akan merasakan dirinya seorang superior. Dilahirkan dari keluarga berada dengan segala kemudahan akses. Jijik kepada mereka yang berkulit kulit coklat atau bahkan lebih gelap, kecuali istrinya dan para pelacur yang pernah ditidurinya. Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana bisa ia memandang dengan jijik kedua calon mertuanya, sementara dirinya sendiri hendak melamar putri mereka?. Dan bagaimana reaksi keduanya bila mengetahui sifat sejati menantunya itu lebih awal?. Sekarang saja Toying bisa lantang berkata tidak nikah sama istrinya yang sekarang juga nggak papa, sekalipun itu dikatakannya didepan putrinya sendiri bahkan didepan istrinya sendiri secara langsung. Dengan mudahnya mengumbar kata cerai demi memaksakan kehendaknya. Sungguh ia perlu belajar menjadi manusia, ia perlu belajar bagaimana menghargai seseorang, apalagi itu keluarganya sendiri. Jadi dirinya tidak bersyukur dengan keadaannya yang sekarang?.
Pada kenyataannya, apa yang dikatakannya itu hanyalah omong kosong. Bila waktu itu lamarannya ditolak, memangnya dirinya yang sekarang akan bisa berkata demikian?. Yang ada justru dirinya sakit hati, dendam, kebenciannya semakin menjadi. Mengatakan hal-hal tentang SARA dan sumpah serapah sejenisnya. Memfitnah "jenis" merekalah yang menjadi penyebabnya. Dan aku tak yakin ia akan berdiam diri dan tidak melakukan suatu keburukan terhadap mereka. Inilah yang dinamakan attitude. Sesuatu yang sulit untuk dirubah.
Memangnya kalau tidak jadi dengan istrinya yang sekarang, ia mau jadi sama siapa?. Perempuan "satu jenis" dengannya tapi jelek dan tidak dicintainya? atau.. palingan juga sama salah satu diantara perempuan nakal yang juga tidak "sejenis" dengannya, yang penting wajahnya cantik. Dah gitu doang, sesederhana itu. Toying boleh menyombongkan diri perempuan mana yang bakal menolak dirinya. Karena hal itu sebagian besar memang benar. Perempuan mana yang tidak mau sama hartanya?.
Juga para pelacur yang pernah ditidurinya. Ia pada dasarnya memang nggragas. Ada daging segar matang, dimasak, dibumbui dirumah. Tapi memilih daging mentah busuk sepahan bekas kunyahan banyak laki-laki, yang ada diluar rumah.
Ditambah lagi bila ia melihat mereka yang keriput karena sudah tua. Seperti dianya tidak akan pernah tua ya?. Memandang rendah orang yang ia anggap miskin sebagai pemalas.
Tapi semua itu duluuu. Kalau sekarang ya.. tidak tahu. Mungkin sudah tidak seperti itu. Semoga. Mungkin karena sudah tidak ada pilihan. Jadi ya terpaksa. Bagaimana lagi.. lebih dari 80% penduduk Indonesia berkulit coklat/gelap. Masa dirinya mau pindah ke negara 4 musim, yang mendekati kutub atau bahkan ke kutubnya
Sedangkan Si Boss menganugerahi dirinya sendiri julukan "pekerja keras" dengan bukti segala kekayaan yang dimilikinya. Walaupun pada kenyataannya, ia tidak pernah melakukan kata kerja tersebut dalam arti yang sebenarnya. Bila kita bekerja demi uang. Uang justru bekerja kepada Si Boss. Dia menilai sebagian besar orang berkulit coklat adalah orang susah, orang miskin. Dan miskin berarti pemalas.
Padahal sang Asisten mengakui sungguh suatu keanehan dikala sang Boss lebih malu dosanya diketahui manusia ketimbang oleh Tuhan yang senantiasa selalu melihat segala perbuatannya. Yang dengan penuh kepedean bangga akan segala amalannya yang ia katakan mengalir deras. Sang calon penghuni surga. Dikala para sahabat nabi justru khawatir bila sampai amalan mereka tidak diterima.
Sang Asisten pernah mendengar Toying sedikit berceramah kepadanya. "Lebih banyak orang yang gagal ujian kekayaan daripada ujian kemiskinan. Tapi aku sih tetap memilih ujian kekayaan." Ujarnya dengan penuh senyuman.
Tentu saja karena ia berpikir bahwa ia bisa membeli pahala. Bisa membeli surga layaknya ia membeli banyak "surga dunia". Itulah logika yang dimilikinya.
Munafik
Diposting oleh
tutorial
23.37
Masih di kedai kopi pak Kumis.
"Tapi pak Toying itu dermawan. Banyak membantu dan memberikan sumbangan dimana-mana. Bahkan aku dengar dia juga menjadi donatur tetap masjid dan panti asuhan" ucap salah seorang disana.
"Itukan karena dia seorang pezina!. Omong kosong!. Dia berkali-kali mengatakan malu karena masa lalunya. Sedangkan dia sendiri sampai sekarang masih mengumbar semua hal itu". Ucap Sugeharto dengan mantap. Tidak bisa dipungkiri kali ini ucapannya memang tidaklah salah.
"Aku biarpun tidak sekaya dia tapi aku bukan pezina. Aku tidak mengkhianati istriku!.
Pengusaha yang mereka ceritakan saat ini sedang duduk nyaman di kursi kerjanya, di dalam gedung perusahaan miliknya yang letaknya strategis ada di tengah sektor kawasan perekonomian kota. Kulit pengusaha itu putih pucat karena nyaris tidak pernah bekerja di bawah paparan sinar matahari. Sejenak ia berdiri memperlihatkan perutnya yang buncit. Memberikan arahan kepada seorang pegawainya.
"Tapi pak. Bukankah tempo hari anda sudah berjanji akan membebaskan lahan pertanian miliknya?. Ia sudah percaya kepada bapak. Kenapa bapak mengkhianati kepercayaannya kepada bapak?" ucap pegawainya itu.
"Dia juga pasti bisa kok mencari pekerjaan lain. Rezeki sudah ada yang ngatur. Lagipula uang yang saya bayarkan itu sudah sesuai harga pasar. Malahan saya lebihi sedikit diatas harga pasar. Bahkan kalau nanti dia dan teman-teman petaninya mau melamar menjadi buruh di pabrik. Aku akan menerimanya dengan tangan terbuka. Tapi tetap kalau kerjanya tidak rajin atau hanya biasa-biasa saja ya aku pecat. Eh.. enak aja pecat, musti kasih pesangon dong. Putus kontrak tiga bulanan. Masih banyak pengangguran diluar sana yang mau mengantri untuk pekerjaan ini.
Untung dan rugi bukan hanya digunakan dalam dunia usaha. Penerapannya luas. Sekarang kamu pikirkan. Saya sudah berhasil mendapatkan lahan-lahan yang ada disana. Hanya lahan miliknya saja yang menjadi ganjalan karena tidak bisa saya bebaskan. Bila saya bisa mendapatkan semua lahan yang ada disana. Saya bisa membangun kompleks pabrik yang manfaatnya jauh lebih besar. Membuka lapangan kerja kepada banyak orang, memberikan pemasukan pajak kepada pemerintah, Bahkan sebagian labanya bisa saya sumbangkan kepada mereka yang membutuhkan. Kepada fakir miskin dan anak-anak terlantar. Setelah balik modal tentunya."
"Tapi itu tidak membatalkan perbuatan bapak yang sudah mendzoliminya."
"Cukup!. Kamu mau saya pecat!?. Ujar Toying sambil mengacungkan jari telunjuknya kepada sang pegawai. Tidak lupa ia berusaha melotot untuk memperlihatkan kemurkaannya. Namun sayangnya tidak berhasil.
Sang pegawai hanya bisa diam dan menundukkan kepala.
"Nanti di akherat dia juga boleh kok mengambil amalan saya. Kalau dirasa itu merupakan hutang saya kepadanya. Yang pastinya tidak seberapa, tidak sebanding dengan semua harta yang saya sumbangkan bagi kemaslahatan umat."
"Sekarang juga kamu carikan saya kambing yang sehat dan gemuk.
"Untuk apa pak?"
"Mau saya sembelih untuk menebus dosa saya yang itu. Cepat kerjakan. Saya sibuk, sebentar lagi saya harus menghadiri acara amal di panti asuhan".
"Tapi pak Toying itu dermawan. Banyak membantu dan memberikan sumbangan dimana-mana. Bahkan aku dengar dia juga menjadi donatur tetap masjid dan panti asuhan" ucap salah seorang disana.
"Itukan karena dia seorang pezina!. Omong kosong!. Dia berkali-kali mengatakan malu karena masa lalunya. Sedangkan dia sendiri sampai sekarang masih mengumbar semua hal itu". Ucap Sugeharto dengan mantap. Tidak bisa dipungkiri kali ini ucapannya memang tidaklah salah.
"Aku biarpun tidak sekaya dia tapi aku bukan pezina. Aku tidak mengkhianati istriku!.
Pengusaha yang mereka ceritakan saat ini sedang duduk nyaman di kursi kerjanya, di dalam gedung perusahaan miliknya yang letaknya strategis ada di tengah sektor kawasan perekonomian kota. Kulit pengusaha itu putih pucat karena nyaris tidak pernah bekerja di bawah paparan sinar matahari. Sejenak ia berdiri memperlihatkan perutnya yang buncit. Memberikan arahan kepada seorang pegawainya.
"Tapi pak. Bukankah tempo hari anda sudah berjanji akan membebaskan lahan pertanian miliknya?. Ia sudah percaya kepada bapak. Kenapa bapak mengkhianati kepercayaannya kepada bapak?" ucap pegawainya itu.
"Dia juga pasti bisa kok mencari pekerjaan lain. Rezeki sudah ada yang ngatur. Lagipula uang yang saya bayarkan itu sudah sesuai harga pasar. Malahan saya lebihi sedikit diatas harga pasar. Bahkan kalau nanti dia dan teman-teman petaninya mau melamar menjadi buruh di pabrik. Aku akan menerimanya dengan tangan terbuka. Tapi tetap kalau kerjanya tidak rajin atau hanya biasa-biasa saja ya aku pecat. Eh.. enak aja pecat, musti kasih pesangon dong. Putus kontrak tiga bulanan. Masih banyak pengangguran diluar sana yang mau mengantri untuk pekerjaan ini.
Untung dan rugi bukan hanya digunakan dalam dunia usaha. Penerapannya luas. Sekarang kamu pikirkan. Saya sudah berhasil mendapatkan lahan-lahan yang ada disana. Hanya lahan miliknya saja yang menjadi ganjalan karena tidak bisa saya bebaskan. Bila saya bisa mendapatkan semua lahan yang ada disana. Saya bisa membangun kompleks pabrik yang manfaatnya jauh lebih besar. Membuka lapangan kerja kepada banyak orang, memberikan pemasukan pajak kepada pemerintah, Bahkan sebagian labanya bisa saya sumbangkan kepada mereka yang membutuhkan. Kepada fakir miskin dan anak-anak terlantar. Setelah balik modal tentunya."
"Tapi itu tidak membatalkan perbuatan bapak yang sudah mendzoliminya."
"Cukup!. Kamu mau saya pecat!?. Ujar Toying sambil mengacungkan jari telunjuknya kepada sang pegawai. Tidak lupa ia berusaha melotot untuk memperlihatkan kemurkaannya. Namun sayangnya tidak berhasil.
Sang pegawai hanya bisa diam dan menundukkan kepala.
"Nanti di akherat dia juga boleh kok mengambil amalan saya. Kalau dirasa itu merupakan hutang saya kepadanya. Yang pastinya tidak seberapa, tidak sebanding dengan semua harta yang saya sumbangkan bagi kemaslahatan umat."
"Sekarang juga kamu carikan saya kambing yang sehat dan gemuk.
"Untuk apa pak?"
"Mau saya sembelih untuk menebus dosa saya yang itu. Cepat kerjakan. Saya sibuk, sebentar lagi saya harus menghadiri acara amal di panti asuhan".
Ingin terlahir kembali
Diposting oleh
tutorial
23.29
Sugeharto berjalan dengan Pedenya memasuki kedai kopi pak Kumis.
Dia ngligo, tidak mengenakan baju atasan. Telanjang dada menampakkan dadanya yang bidang dan otot perutnya yang six-pack. Tapi bohong.
Dia ngligo, tidak mengenakan baju atasan. Sehingga nampak badannya yang kurus keriput, sampai-sampai tulang iganya terlihat. Kontras dengan perutnya yang buncit, wan-pak.
Disana sudah duduk beberapa orang. Para pelanggan setia kedai kopi pak Kumis.
Setelah duduk Sugeharto mulai menyulut rokok miliknya. Menghisapnya dalam-dalam lalu mengeluarkan asapnya.
Seseorang disebelahnya mengambil bungkus rokok miliknya. Ia memperhatikan dengan seksama gambar peringatan yang ada di bungkus rokok tersebut. Tersenyum sambil memperlihatkan gambar tersebut.
"Rokok bisa menyebabkan gangguan kesehatan yang bermacam-macam ya".
Kalimat itu langsung ditangkis oleh Sugeharto. "Lho, justru kalo tidak sehat gak bakalan bisa merokok!. Bisa merokok itu karena sehat!. Bener gak!?".
Orang-orang disitu mengangguk-angguk membenarkan perkataannya. "Iya, bener juga ya".
Mereka benar-benar mempunyai ciri khas"Smart People" Sheeple(Sheep People) ; Mentalitas Mbebek. Orang-orang yang mudah di setir, mau menelan mentah-mentah begitu saja informasi yang mereka dapatkan tanpa menganalisanya terlebih dahulu. Mungkin karena mereka tidak punya "kemampuan"/kemauan mengenai hal itu. Suatu hal yang nggak banget deh.
"Buktinya aku sampai sekarang masih sehat bugar. Umurku panjang. Tuh si X yang gak suka merokok malah mati duluan!."
Sambil meneguk kopi. Sugeharto mulai berkeluh kesah.
Aku lelah dengan kehidupan ini. Kalau saja aku bisa terlahir kembali.
Diberi kesempatan kedua oleh Tuhan. Aku pasti akan menjadi orang yang lebih baik. Aku bakalan rajin beribadah, rajin beramal baik. Bisa menata hidupku dengan baik.
Andaikan aku bisa dikirim balik kemasa lalu untuk memulai kembali dari awal.
'Maksud dia kembali kemasa lalu dengan segala ingatan yang dia punyai saat ini?. Bukankah itu namanya curang?."
Terus kalau keinginannya terlahir kembali dengan kesadaran secara penuh tidak terkabul maka dirinya tidak mau menjadi orang baik?.
Bila semuanya, segala sesuatu yang akan terjadi kelak sudah bisa diketahui olehnya. Lantas dimana letak ujiannya?. Bukankah suatu bentuk ujian adalah bagaimana dirinya mengambil sebuah keputusan. Pilihan tindak tanduknya. Manusia diberikan akal pikiran, juga kebebasan bertindak oleh Yang Maha Kuasa bukan tanpa sebab. Karena semua itu adalah ujian dari Nya. Berbeda dengan malaikat yang tidak mempunyai keinginan sendiri. Malaikat tidak pernah berbuat dosa dan selalu menaati perintah Tuhan. Karena malaikat tidak mempunyai kehendak.
Bagaimana jika kehidupannya saat ini justru adalah kesempatan lain yang sudah diberikan oleh Tuhan?. Tuhan mendengar dan mengabulkan keinginan dari kehidupannya yang sebelumnya. Hal yang sama. Dia masih ingin diberikan kesempatan lainnya?. Ini layaknya perputaran tanpa batas bila seperti itu.
Jadi kalau keinginannya untuk terlahir kembali itu tidak terkabul. Maka dia akan tetap pada sifatnya yang sekarang dong. Tidak ada perbaikan?.
Sadarkah dirinya keluhannya saat ini merupakan suatu bentuk putus asa?.
Masih bisa bernafas. Bisa mengerjakan hal-hal yang kiranya patut dikerjakan. Masih diberikan kesempatan untuk berbuat. Harusnya tidak diisi oleh angan-angan ingin memulai kembali dari awal dengan segala ingatan yang ada saat ini. Suatu khayalan yang tidak bakalan bisa terjadi. Enaknya dengan entengnya mengatakan ingin mengulang kembali tanpa kehilangan ingatan, sehingga bisa menjadi manusia baik, setelah dirinya berada di masa akhir ujian kehidupannya.
Tidak ada seorangpun yang bisa kembali kemasa lalu untuk membuat suatu awal yang baru. Namun, setiap orang bisa memulai kembali pada masa ini untuk membuat suatu akhir yang baru.
Dia ngligo, tidak mengenakan baju atasan. Telanjang dada menampakkan dadanya yang bidang dan otot perutnya yang six-pack. Tapi bohong.
Dia ngligo, tidak mengenakan baju atasan. Sehingga nampak badannya yang kurus keriput, sampai-sampai tulang iganya terlihat. Kontras dengan perutnya yang buncit, wan-pak.
Disana sudah duduk beberapa orang. Para pelanggan setia kedai kopi pak Kumis.
Setelah duduk Sugeharto mulai menyulut rokok miliknya. Menghisapnya dalam-dalam lalu mengeluarkan asapnya.
Seseorang disebelahnya mengambil bungkus rokok miliknya. Ia memperhatikan dengan seksama gambar peringatan yang ada di bungkus rokok tersebut. Tersenyum sambil memperlihatkan gambar tersebut.
"Rokok bisa menyebabkan gangguan kesehatan yang bermacam-macam ya".
Kalimat itu langsung ditangkis oleh Sugeharto. "Lho, justru kalo tidak sehat gak bakalan bisa merokok!. Bisa merokok itu karena sehat!. Bener gak!?".
Orang-orang disitu mengangguk-angguk membenarkan perkataannya. "Iya, bener juga ya".
Mereka benar-benar mempunyai ciri khas
"Buktinya aku sampai sekarang masih sehat bugar. Umurku panjang. Tuh si X yang gak suka merokok malah mati duluan!."
Sambil meneguk kopi. Sugeharto mulai berkeluh kesah.
Aku lelah dengan kehidupan ini. Kalau saja aku bisa terlahir kembali.
Diberi kesempatan kedua oleh Tuhan. Aku pasti akan menjadi orang yang lebih baik. Aku bakalan rajin beribadah, rajin beramal baik. Bisa menata hidupku dengan baik.
Andaikan aku bisa dikirim balik kemasa lalu untuk memulai kembali dari awal.
'Maksud dia kembali kemasa lalu dengan segala ingatan yang dia punyai saat ini?. Bukankah itu namanya curang?."
Terus kalau keinginannya terlahir kembali dengan kesadaran secara penuh tidak terkabul maka dirinya tidak mau menjadi orang baik?.
Bila semuanya, segala sesuatu yang akan terjadi kelak sudah bisa diketahui olehnya. Lantas dimana letak ujiannya?. Bukankah suatu bentuk ujian adalah bagaimana dirinya mengambil sebuah keputusan. Pilihan tindak tanduknya. Manusia diberikan akal pikiran, juga kebebasan bertindak oleh Yang Maha Kuasa bukan tanpa sebab. Karena semua itu adalah ujian dari Nya. Berbeda dengan malaikat yang tidak mempunyai keinginan sendiri. Malaikat tidak pernah berbuat dosa dan selalu menaati perintah Tuhan. Karena malaikat tidak mempunyai kehendak.
Bagaimana jika kehidupannya saat ini justru adalah kesempatan lain yang sudah diberikan oleh Tuhan?. Tuhan mendengar dan mengabulkan keinginan dari kehidupannya yang sebelumnya. Hal yang sama. Dia masih ingin diberikan kesempatan lainnya?. Ini layaknya perputaran tanpa batas bila seperti itu.
Jadi kalau keinginannya untuk terlahir kembali itu tidak terkabul. Maka dia akan tetap pada sifatnya yang sekarang dong. Tidak ada perbaikan?.
Sadarkah dirinya keluhannya saat ini merupakan suatu bentuk putus asa?.
Masih bisa bernafas. Bisa mengerjakan hal-hal yang kiranya patut dikerjakan. Masih diberikan kesempatan untuk berbuat. Harusnya tidak diisi oleh angan-angan ingin memulai kembali dari awal dengan segala ingatan yang ada saat ini. Suatu khayalan yang tidak bakalan bisa terjadi. Enaknya dengan entengnya mengatakan ingin mengulang kembali tanpa kehilangan ingatan, sehingga bisa menjadi manusia baik, setelah dirinya berada di masa akhir ujian kehidupannya.
Tidak ada seorangpun yang bisa kembali kemasa lalu untuk membuat suatu awal yang baru. Namun, setiap orang bisa memulai kembali pada masa ini untuk membuat suatu akhir yang baru.
Pertimbangan
Diposting oleh
tutorial
13.22
Lagi-lagi kali ini kamu tidak ada di frontliner. Entah sudah berapa kali aku berkunjung kesini dan tidak bertemu dengannya. Apa mungkin dia sudah risen?. Tapi waktu aku tanya ke rekan kerjanya yang lain mereka memberi jawaban cuma nggak masuk saja. Namun dari segi pandangku.. kamu risen. Masa nggak masuk atau cuti bisa selama itu?.
"Mungkin dia marah sama kamu" jawaban ibu yang duduk dikursinya membuatku tersentak.
Jadi ini salahku?. Ya.. perempuan memang tidak pernah salah kan?. Laki-laki yang selalu salah. Kenapa tidak mau jujur dan terbuka terhadapku sepenuhnya?.
Kembali ke satu bulan sebelumnya.
Setelah berdoa bahkan shalat Istikharah akupun memantapkan hatiku. Aku memutuskan untuk membuka hatiku. Kepadamu.
Aku tak tahu apa yang kamu alami jeda hari-hari sebelum aku bertandang ke tempat kerjamu hari itu.
Setelah beberapa percakapan kecil. Akupun memulainya.
"Sebentar lagi Ramadhan tiba.. tapi aku nggak suka mengenai hal itu. Karena setelahnya saat Idul Fitri tiba, bakalan banyak yang menanyakan pertanyaaan legendaris itu. Bikin sebel". 'Aku yakin saat ini adalah saat yang paling tepat'.
"Mbak sudah punya calon?".
Dia menunduk saat menjawab.
"Sudah. Kemarin lamaran".
Aku terkejut mendengarnya. Aku mengulang pertanyaan yang sama untuk memastikan. Dan mendapat jawaban yang sama.
"Ah.. jadi aku telat ya?".
"Ya Allah. Dia sudah jadian sama aku lima tahun mas. Entah mengapa terdengar parau.
Walaupun bukan jawaban yang aku harapkan. Namun aku merasa lega karena aku sudah menanyakan sebuah kepastian. Satu ganjalan hatiku sudah keluar. Aku tidak mau merasa kecewa.
'Jadi untuk apa semua drama itu?.
Dasar tidak bertanggungjawab. Padahal dorongan darimu yang membuat aku membuka hatiku kembali'.
'Aku yakin kamu adalah perempuan baik-baik. Dan hal ini tidak membuat penilaianku berubah. Hanya saja keadaannya yang tidak memihak'.
Setelah menyelesaikan masalah perkerjaan dengannya, akupun pulang.
Manusia selalu saja terikat dengan alasan waktu dan tempat yang tepat saat ingin mengungkapkan sesuatu yang penting. Itulah yang aku dapatkan dari menonton "Proposal Daisakusen" sebuah J-Drama beberapa belas tahun silam. Ternyata aku tidak belajar apa-apa.
Tapi memang bagaimanapun juga kita tetap tidak bisa lepas dari semua hal itu. Tidak mungkin juga mengatakan secara langsung di depan umum tanpa tedeng aling-aling.
Dan kalau dia juga memikirkanku.. pasti dia akan minta waktu untuk memikirkannya, bukan langsung menerima lamaran tersebut begitu saja.
Yang aku ketahui tentang dirimu masihlah sedikit. Aku mengetahui bahwa kamu mempunyai alergi terhadap udang, saat aku menanyakan perihal dirimu yang tidak masuk kerja sampai tiga hari kepada salah satu rekan kerjamu. Tahu nggak apa yang aku pikirkan saat mengetahui hal itu?.
'Wah aku nggak bisa makan sambal terasi dong'. Dan kesempatan berikutnya aku mengetahui apa yang kamu gumankan waktu kamu tahu bahwa aku mengetahui tentang pantanganmu itu juga dari rekanmu. Kamu mengatakan bahwa kamu masih bisa memasakkanku sambal terasi walaupun tidak bisa ikut makan sambal itu bersamaku.
Eh.. padahal aku tidak pernah mengucapkan apapun tentang sambal terasi. Pengetahuan umum, bahwa orang Indonesia mencintai sambal. Terpikir olehku.. jangan-jangan waktu itu kamu berusaha sembuh dengan cara memerangi alergimu itu?. Dugaanku itu juga karena waktu itu ada percakapan rekanmu "Sudah tahu alergi udang, kenapa masih makan juga?". Tenang saja. Aku juga pernah terkena alergi juga kok(walaupun jarang terjadi). Pernah punggungku terasa gatal sehabis memakan daging. Namun dikesempatan lainnya tidak terjadi apapun walaupun aku memakannya dalam porsi besar.
Jatuh cinta itu indah ya? (^_^).
Kamu menganggap alasanku mengacuhkan perasaanmu itu karena kamu mempunyai mata yang kecil. Hehehe. Kamu lucu. Mau matanya kecil mau matanya belo juga kalau dasarnya cantik ya cantik aja. Sampai ada rekanmu yang menimpali. Malah bagus kalau nanti anakmu berwajah oriental jadinya lebih mudah dapat pekerjaan dengan posisi bagus.
Aku suka saat kamu mengatakan bahwa dirimu juga orang Jawa walaupun jelas terlihat kamu mempunyai wajah oriental. Warisan salah satu leluhurmu yang merupakan pedagang dari Guangzhou.
Jelas aku tidak bisa langsung menanggapi perasaanmu karena aku tidak tahu apa-apa mengenai dirimu. Apa agamamu?. Bagaimana tanggapan keluargamu?. Setahu aku keluarga Tionghua hanya menikahkan anak perempuannya dengan sesamanya. Kok jadi ngganjal ya pake kata Tionghua.. saya ganti jadi cina saja ya biar enak dan ngetiknya juga lebih cepat. Cina juga nikahnya sama cina lagi. Walaupun mempunyai agama yang sama dan saling suka, tetap saja pihak keluarga menentangnya. Saya rasa bukan lagi masalah marga. Sudah banyak yang nasabnya hilang tidak tercatat. Karena wajar saja sih seorang bapak cina ingin cucunya juga mempunyai fisik cina juga. Juga karena gengsi. Pada umumnya(nggak semuanya kok) walaupun punya darah jawa atau yang lainnya dari nenek ataupun nenek buyut ataupun nenek canggahnya. Namun mereka seolah mengabaikannya, apa mungkin mereka tidak mengetahuinya karena ditutupi?.
Kok yang dipermasalahkan cuma cina?. Tuh yang arab juga hanya menikah dengan sesama kok. Padahal mereka tidak dianggap non-pribumi. Ya peranakan arab juga melakukan hal yang sama demi nasab dan marga. Tergantung keluarganya juga sih.
Kalau jaman dulu sih orang-orang kulit putih malu bila sampai ada perempuan mereka yang dinikahi oleh ras selain mereka. Mereka merasa terhina karena mereka menganggap hal itu merendahkan harkat dan martabat mereka.
Jadi inget film "Tenggelamnya kapal Van Der Wijck". Ayah Minang, ibu Makasar. Yang Minang matrilineal yang Makasar patrilineal. Lah nggak masuk nasab keduanya dong. Malah disebut anak pisang. Untungnya saya yang mengukuhkan diri sebagai orang Jawa tidak begitu mempermasalahkan hal ini. Jawa fleksibel eui. Mengakui keduanya. Kalau dipikir-pikir kakek saya dari ayah adalah seorang yatim yang diangkat anak oleh orang Jawa. Kakek buyut yang dulu tinggal bersama ibu adalah orang Minang yang harusnya juga menikah dengan sesama Minang untuk melanjutkan nasab, namun malah menikah dengan perempuan ningrat yang tentunya karena menikah dengan kakek buyut saya menjadikannya kehilangan hak untuk meneruskan nasab dan menurunkan gelar kebangsawanan kepada keturunannya. Tuh segitu saja dah panjang dan rada ribet. Sebenarnya nggak ribet kok. Semua hal diatas tidak membuat saya kehilangan identitas saya. Saya keturunan Nusantara yang mempunyai darah dari banyak suku bangsa. (^_^).
Apalagi orang Indonesia itu sudah tercampur berbagai genetik. Ada teori yang mengatakan bahwa keanekaragaman percampuran genetis justru membuat kita menjadi manusia yang lebih baik. Mungkin ini adalah penjelasan kenapa saya bisa sangat ganteng.
Kok melebar kearah itu sih?.
Mengingatkanku beberapa belas tahun yang lalu. Saat aku masih menjadi pegawai dalam bidang yang sama dengan yang saat ini aku tekuni.
Sama sepertimu dia perempuan yang baik. Aku tidak memperhatikan dirinya secara detail. Aku kira dia sudah menikah karena penampilannya sebagai wanita dewasa yang matang. Sampai setelah Ramadhan aku ada pekerjaan ke arah sana dan ingin menyalaminya untuk minal aidzinan. Setelah aku keluar ruangan sekilas aku mendengarnya berkata kepada temannya "Kamu memberitahunya?". Temannya berkata tidak. Jadi itu kenapa ekspresinya waktu itu terlihat terkejut.
Kesempatan berikutnya aku kesana untuk mengatasi komplain pekerjaan. Temannya itu mengatakan kepadaku bahwa si Dia sudah tidak lagi bekerja di kantor itu lagi sebagai penanggungjawab keuangan. Tempo hari aku kesana adalah hari terakhirnya di kantor. Dia mengambil promosi sebagai sales. Di tempatkan di luar kota. Yogyakarta. Masih dekat sini saja.
Aku waktu itu tidak mau dan tidak bisa memikirkan hal lain selain bekerja. Karena semua adikku masih bersekolah. Aku masih punya tanggungan, aku tidak boleh memikirkan hal pribadi dulu. Dan sekarang aku menyadari keputusanku saat itu salah.
"Rezeki bisa dicari berdua" adalah salah satu perkataan dia yang secara tidak langsung aku ketahui.
Sampai entah tahun keberapa aku bekerja disana dan saat itu aku menunggu diluar gedung, menunggu rekan teknisiku yang memberikan pelayanan service kepada perusahaan rekanan.
Tak sengaja aku menangkap percakapan mereka. Terungkap, mbak bagian keuangan menjelaskan penyebab sebagian gedung masih memakai jasa kami, sedangkan sebagian gedung lainnya memakai jasa ex pegawai tempat kami bekerja. Karena pengambil keputusan dibagian yang lain adalah tetangga dari ex pegawai.
"Dia itu temenku sendiri mas!. Aku tahu dia itu seperti apa!. Temenku itu cantik, bening (mungkin sembari mengangkat kedua jempolnya). Kalau ada laki-laki sampai nggak suka sama dia berarti dianya nggak normal!. Agama dia bagus dan dia itu benar-benar masih ting-ting. Tahu nggak apa amanatnya kepadaku?. Dia menyuruhku tetap memakai jasa (perusahaan kami) dan tidak pindah ke yang lain. Karena ada faktor (aku) di perusahaan (kami). Dan selagi aku memegang jabatan ini akan tetap aku laksanakan amanat itu. Ini perusahaan besar, nggak ada masalah kok dengan harga. Walaupun penawaran dari (ex pegawai) berani memberikan setengah harga dari (perusahaan kami). Sedangkan dia sendiri malahan pindah dari sini. Disaat perempuan seumuran dia memulai rumah tangga dia malah mengambil karir. Itu karena siapa!?". Aku merasakan aura kemarahan keluar dari mbak itu.
Kalau aku ditanya sekarang. Jelas aku menyesal melepaskannya. Keadaan waktu itu tidak mendukungku untuk membuat keputusan untuk bersamanya.
Terakhir yang aku tahu. Kamu sudah menyampaikan hal ini kepada ayahmu sebagai wali dari kamu. Kamu mungkin sudah mencari tahu mengenai hal itu. Bahwa masih bisa dilakukan pembatalan lamaran bila ada yang lebih baik, hatimu berat ke yang lain. Karena itu bukanlah sebuah akad. Tinggal mengembalikan barang lamarannya. Tentunya tidak sesederhana itu. Ayahmu menolaknya. Tak kenal maka tak sayang. Beliau mungkin lebih mengenal calon kamu itu dibandingkan denganku. Mungkin itu penyebab kamu tidak berhasil. Malu bila sampai membatalkan dan beberapa pertimbangan lainnya.
Kalau kamu mengatakan bahwa mungkin akan berhasil bila aku langsung menghadap ayahmu dan berbicara langsung. Kamu tahu aku tidak akan melakukannya. Kamu tahu aku tidak bisa melakukannya. Kembali ke hal yang pertama. Kamu sudah terikat lamaran orang. Kecuali kalian sudah membatalkannya.
Aku tidak bisa menumpuk lamaran karena dia pasti juga muslim. Kecuali dia orang fasik.
Aku tidak mengenal lelaki itu. Namun selama ini kamu bisa menjaga diri dalam pergaulan kalian.
Andaikata soal agama kamu masih kurang. Insyaallah aku bisa membimbing kamu.
Tapi makasih kamu sudah mau mengusahakan mengenai kita.
Dalam text pertanyaan di ujian nasional pernah diajukan pertanyaan yang mempunyai jawaban benar "pernikahan tidak membatasi pergaulan". Namun kenyataannya tidaklah seperti itu. Itu hanyalah sebatas text teori yang seolah merupakan hal yang baik.
Dan setelah ini.. kamu tahukan tidak ada pertemanan antara lelaki dan perempuan baliq. Kecuali mereka memang sudah berteman sejak kecil, tetanggaan misalnya.
Tidak ada teman lawan jenis selain pasangan mereka
Sekian, aku akan menutup buku dari kisah ini.
Aku beritahukan sedikit rahasia diantara kita. Perkataanmu waktu itu.. kedengaran lho (^_^) .
"Mungkin dia marah sama kamu" jawaban ibu yang duduk dikursinya membuatku tersentak.
Jadi ini salahku?. Ya.. perempuan memang tidak pernah salah kan?. Laki-laki yang selalu salah. Kenapa tidak mau jujur dan terbuka terhadapku sepenuhnya?.
Kembali ke satu bulan sebelumnya.
Setelah berdoa bahkan shalat Istikharah akupun memantapkan hatiku. Aku memutuskan untuk membuka hatiku. Kepadamu.
Aku tak tahu apa yang kamu alami jeda hari-hari sebelum aku bertandang ke tempat kerjamu hari itu.
Setelah beberapa percakapan kecil. Akupun memulainya.
"Sebentar lagi Ramadhan tiba.. tapi aku nggak suka mengenai hal itu. Karena setelahnya saat Idul Fitri tiba, bakalan banyak yang menanyakan pertanyaaan legendaris itu. Bikin sebel". 'Aku yakin saat ini adalah saat yang paling tepat'.
"Mbak sudah punya calon?".
Dia menunduk saat menjawab.
"Sudah. Kemarin lamaran".
Aku terkejut mendengarnya. Aku mengulang pertanyaan yang sama untuk memastikan. Dan mendapat jawaban yang sama.
"Ah.. jadi aku telat ya?".
"Ya Allah. Dia sudah jadian sama aku lima tahun mas. Entah mengapa terdengar parau.
Walaupun bukan jawaban yang aku harapkan. Namun aku merasa lega karena aku sudah menanyakan sebuah kepastian. Satu ganjalan hatiku sudah keluar. Aku tidak mau merasa kecewa.
'Jadi untuk apa semua drama itu?.
Dasar tidak bertanggungjawab. Padahal dorongan darimu yang membuat aku membuka hatiku kembali'.
'Aku yakin kamu adalah perempuan baik-baik. Dan hal ini tidak membuat penilaianku berubah. Hanya saja keadaannya yang tidak memihak'.
Setelah menyelesaikan masalah perkerjaan dengannya, akupun pulang.
Manusia selalu saja terikat dengan alasan waktu dan tempat yang tepat saat ingin mengungkapkan sesuatu yang penting. Itulah yang aku dapatkan dari menonton "Proposal Daisakusen" sebuah J-Drama beberapa belas tahun silam. Ternyata aku tidak belajar apa-apa.
Tapi memang bagaimanapun juga kita tetap tidak bisa lepas dari semua hal itu. Tidak mungkin juga mengatakan secara langsung di depan umum tanpa tedeng aling-aling.
Dan kalau dia juga memikirkanku.. pasti dia akan minta waktu untuk memikirkannya, bukan langsung menerima lamaran tersebut begitu saja.
Yang aku ketahui tentang dirimu masihlah sedikit. Aku mengetahui bahwa kamu mempunyai alergi terhadap udang, saat aku menanyakan perihal dirimu yang tidak masuk kerja sampai tiga hari kepada salah satu rekan kerjamu. Tahu nggak apa yang aku pikirkan saat mengetahui hal itu?.
'Wah aku nggak bisa makan sambal terasi dong'. Dan kesempatan berikutnya aku mengetahui apa yang kamu gumankan waktu kamu tahu bahwa aku mengetahui tentang pantanganmu itu juga dari rekanmu. Kamu mengatakan bahwa kamu masih bisa memasakkanku sambal terasi walaupun tidak bisa ikut makan sambal itu bersamaku.
Eh.. padahal aku tidak pernah mengucapkan apapun tentang sambal terasi. Pengetahuan umum, bahwa orang Indonesia mencintai sambal. Terpikir olehku.. jangan-jangan waktu itu kamu berusaha sembuh dengan cara memerangi alergimu itu?. Dugaanku itu juga karena waktu itu ada percakapan rekanmu "Sudah tahu alergi udang, kenapa masih makan juga?". Tenang saja. Aku juga pernah terkena alergi juga kok(walaupun jarang terjadi). Pernah punggungku terasa gatal sehabis memakan daging. Namun dikesempatan lainnya tidak terjadi apapun walaupun aku memakannya dalam porsi besar.
Jatuh cinta itu indah ya? (^_^).
Kamu menganggap alasanku mengacuhkan perasaanmu itu karena kamu mempunyai mata yang kecil. Hehehe. Kamu lucu. Mau matanya kecil mau matanya belo juga kalau dasarnya cantik ya cantik aja. Sampai ada rekanmu yang menimpali. Malah bagus kalau nanti anakmu berwajah oriental jadinya lebih mudah dapat pekerjaan dengan posisi bagus.
Aku suka saat kamu mengatakan bahwa dirimu juga orang Jawa walaupun jelas terlihat kamu mempunyai wajah oriental. Warisan salah satu leluhurmu yang merupakan pedagang dari Guangzhou.
Jelas aku tidak bisa langsung menanggapi perasaanmu karena aku tidak tahu apa-apa mengenai dirimu. Apa agamamu?. Bagaimana tanggapan keluargamu?. Setahu aku keluarga Tionghua hanya menikahkan anak perempuannya dengan sesamanya. Kok jadi ngganjal ya pake kata Tionghua.. saya ganti jadi cina saja ya biar enak dan ngetiknya juga lebih cepat. Cina juga nikahnya sama cina lagi. Walaupun mempunyai agama yang sama dan saling suka, tetap saja pihak keluarga menentangnya. Saya rasa bukan lagi masalah marga. Sudah banyak yang nasabnya hilang tidak tercatat. Karena wajar saja sih seorang bapak cina ingin cucunya juga mempunyai fisik cina juga. Juga karena gengsi. Pada umumnya(nggak semuanya kok) walaupun punya darah jawa atau yang lainnya dari nenek ataupun nenek buyut ataupun nenek canggahnya. Namun mereka seolah mengabaikannya, apa mungkin mereka tidak mengetahuinya karena ditutupi?.
Kok yang dipermasalahkan cuma cina?. Tuh yang arab juga hanya menikah dengan sesama kok. Padahal mereka tidak dianggap non-pribumi. Ya peranakan arab juga melakukan hal yang sama demi nasab dan marga. Tergantung keluarganya juga sih.
Kalau jaman dulu sih orang-orang kulit putih malu bila sampai ada perempuan mereka yang dinikahi oleh ras selain mereka. Mereka merasa terhina karena mereka menganggap hal itu merendahkan harkat dan martabat mereka.
Jadi inget film "Tenggelamnya kapal Van Der Wijck". Ayah Minang, ibu Makasar. Yang Minang matrilineal yang Makasar patrilineal. Lah nggak masuk nasab keduanya dong. Malah disebut anak pisang. Untungnya saya yang mengukuhkan diri sebagai orang Jawa tidak begitu mempermasalahkan hal ini. Jawa fleksibel eui. Mengakui keduanya. Kalau dipikir-pikir kakek saya dari ayah adalah seorang yatim yang diangkat anak oleh orang Jawa. Kakek buyut yang dulu tinggal bersama ibu adalah orang Minang yang harusnya juga menikah dengan sesama Minang untuk melanjutkan nasab, namun malah menikah dengan perempuan ningrat yang tentunya karena menikah dengan kakek buyut saya menjadikannya kehilangan hak untuk meneruskan nasab dan menurunkan gelar kebangsawanan kepada keturunannya. Tuh segitu saja dah panjang dan rada ribet. Sebenarnya nggak ribet kok. Semua hal diatas tidak membuat saya kehilangan identitas saya. Saya keturunan Nusantara yang mempunyai darah dari banyak suku bangsa. (^_^).
Apalagi orang Indonesia itu sudah tercampur berbagai genetik. Ada teori yang mengatakan bahwa keanekaragaman percampuran genetis justru membuat kita menjadi manusia yang lebih baik. Mungkin ini adalah penjelasan kenapa saya bisa sangat ganteng.
Kok melebar kearah itu sih?.
Mengingatkanku beberapa belas tahun yang lalu. Saat aku masih menjadi pegawai dalam bidang yang sama dengan yang saat ini aku tekuni.
Sama sepertimu dia perempuan yang baik. Aku tidak memperhatikan dirinya secara detail. Aku kira dia sudah menikah karena penampilannya sebagai wanita dewasa yang matang. Sampai setelah Ramadhan aku ada pekerjaan ke arah sana dan ingin menyalaminya untuk minal aidzinan. Setelah aku keluar ruangan sekilas aku mendengarnya berkata kepada temannya "Kamu memberitahunya?". Temannya berkata tidak. Jadi itu kenapa ekspresinya waktu itu terlihat terkejut.
Kesempatan berikutnya aku kesana untuk mengatasi komplain pekerjaan. Temannya itu mengatakan kepadaku bahwa si Dia sudah tidak lagi bekerja di kantor itu lagi sebagai penanggungjawab keuangan. Tempo hari aku kesana adalah hari terakhirnya di kantor. Dia mengambil promosi sebagai sales. Di tempatkan di luar kota. Yogyakarta. Masih dekat sini saja.
Aku waktu itu tidak mau dan tidak bisa memikirkan hal lain selain bekerja. Karena semua adikku masih bersekolah. Aku masih punya tanggungan, aku tidak boleh memikirkan hal pribadi dulu. Dan sekarang aku menyadari keputusanku saat itu salah.
"Rezeki bisa dicari berdua" adalah salah satu perkataan dia yang secara tidak langsung aku ketahui.
Sampai entah tahun keberapa aku bekerja disana dan saat itu aku menunggu diluar gedung, menunggu rekan teknisiku yang memberikan pelayanan service kepada perusahaan rekanan.
Tak sengaja aku menangkap percakapan mereka. Terungkap, mbak bagian keuangan menjelaskan penyebab sebagian gedung masih memakai jasa kami, sedangkan sebagian gedung lainnya memakai jasa ex pegawai tempat kami bekerja. Karena pengambil keputusan dibagian yang lain adalah tetangga dari ex pegawai.
"Dia itu temenku sendiri mas!. Aku tahu dia itu seperti apa!. Temenku itu cantik, bening (mungkin sembari mengangkat kedua jempolnya). Kalau ada laki-laki sampai nggak suka sama dia berarti dianya nggak normal!. Agama dia bagus dan dia itu benar-benar masih ting-ting. Tahu nggak apa amanatnya kepadaku?. Dia menyuruhku tetap memakai jasa (perusahaan kami) dan tidak pindah ke yang lain. Karena ada faktor (aku) di perusahaan (kami). Dan selagi aku memegang jabatan ini akan tetap aku laksanakan amanat itu. Ini perusahaan besar, nggak ada masalah kok dengan harga. Walaupun penawaran dari (ex pegawai) berani memberikan setengah harga dari (perusahaan kami). Sedangkan dia sendiri malahan pindah dari sini. Disaat perempuan seumuran dia memulai rumah tangga dia malah mengambil karir. Itu karena siapa!?". Aku merasakan aura kemarahan keluar dari mbak itu.
Kalau aku ditanya sekarang. Jelas aku menyesal melepaskannya. Keadaan waktu itu tidak mendukungku untuk membuat keputusan untuk bersamanya.
Terakhir yang aku tahu. Kamu sudah menyampaikan hal ini kepada ayahmu sebagai wali dari kamu. Kamu mungkin sudah mencari tahu mengenai hal itu. Bahwa masih bisa dilakukan pembatalan lamaran bila ada yang lebih baik, hatimu berat ke yang lain. Karena itu bukanlah sebuah akad. Tinggal mengembalikan barang lamarannya. Tentunya tidak sesederhana itu. Ayahmu menolaknya. Tak kenal maka tak sayang. Beliau mungkin lebih mengenal calon kamu itu dibandingkan denganku. Mungkin itu penyebab kamu tidak berhasil. Malu bila sampai membatalkan dan beberapa pertimbangan lainnya.
Kalau kamu mengatakan bahwa mungkin akan berhasil bila aku langsung menghadap ayahmu dan berbicara langsung. Kamu tahu aku tidak akan melakukannya. Kamu tahu aku tidak bisa melakukannya. Kembali ke hal yang pertama. Kamu sudah terikat lamaran orang. Kecuali kalian sudah membatalkannya.
Aku tidak bisa menumpuk lamaran karena dia pasti juga muslim. Kecuali dia orang fasik.
Aku tidak mengenal lelaki itu. Namun selama ini kamu bisa menjaga diri dalam pergaulan kalian.
Andaikata soal agama kamu masih kurang. Insyaallah aku bisa membimbing kamu.
Tapi makasih kamu sudah mau mengusahakan mengenai kita.
Dalam text pertanyaan di ujian nasional pernah diajukan pertanyaan yang mempunyai jawaban benar "pernikahan tidak membatasi pergaulan". Namun kenyataannya tidaklah seperti itu. Itu hanyalah sebatas text teori yang seolah merupakan hal yang baik.
Dan setelah ini.. kamu tahukan tidak ada pertemanan antara lelaki dan perempuan baliq. Kecuali mereka memang sudah berteman sejak kecil, tetanggaan misalnya.
Tidak ada teman lawan jenis selain pasangan mereka
Sekian, aku akan menutup buku dari kisah ini.
Aku beritahukan sedikit rahasia diantara kita. Perkataanmu waktu itu.. kedengaran lho (^_^) .
Hitam Putih
Diposting oleh
tutorial
10.35
"Duh gimana ini?. Ibu sampai gemetar. Hilang uang rp500rb kalau begini."
"Ada apa bu?"
"Tadi kata bu Seng seng. Ibu sudah ambil uang arisan tiga kali rp500rb. Padahal ibu ingat hanya dua kali yang terakhir kemarin buat service motor. Ibu catat sendiri."
"Bisa lebih jelas lagi bu?".
"Ibukan ikut arisan di tempatnya bu Seng seng". Bulan depan ibu nariknya. Tapi ibu ambil duluan sebelum bulan depan sudah dua kali ini". Dan terakhir sama dia nggak dicatat. Ibu sudah ingatkan tapi bilangnya sudah gampang. Lha dia bilangnya ibu sudah ambil tiga kali rp500rb. Bukannya dua kali".
"Jadi dia sendiri yang memperbolehkan hal itu ya. Bisa diambil nyicil sebelum hari H. Ada tanda terimanya?".
"Nggak ada".
"Kalo cuma omongan doang ya jelas menang dia sebagai "bandar"lah. Apalagi dia merasa benar. Terus dia bilangnya apa?"
"Aku tidak makan uangmu. Ayo aku berani yang salah mati".
"Dia bilang seperti itu?. Itu adalah pernyataan bego, tolol bin goblok. Karena itu adalah suatu kepastian. Semua orang pasti mati. Kita tidak membicarakan makhluk yang tanguhkan kematiannya. Dan siapapun yang mati duluan tidak ada sangkut pautnya dengan permasalahan ini. Sudah ada qada dan qadar. Bukan karena sumpah serapahnya". Bukan seperti itu harusnya dalam menanggapi permasalahan ini.
"Ini bukan masalah kepercayaan. Namun justru karena kepercayaan itulah harusnya ada hitam diatas putih. Contoh kakak ini bu dalam berbisnis. Rekanan kakak bayarnya mundur. Ya tidak apa-apa karena kakak percaya. Kakak memberikan nota putihnya kepada perusahaan rekanan. Tapi perusahaan rekanan tidak berhenti begitu saja setelah menerima nota putih tersebut. Perusahaan rekanan lalu memberikan tanda terima sebagai bukti bahwa nota putih pelayanan kakak sudah mereka terima. Nantinya setelah pembayaran dilakukan, tanda terimanya kembali ke mereka. Itu yang dinamakan Win Win Solution.
"Lha kalau seperti.. sampai ada kejadian seperti ini?. Itu artinya dia sudah lalai sebagai pengelola. Hubungan sudah menjadi retak akibat kelalaiannya itu.
Ya sudah biar saja. Kalau memang pernyataan ibu yang benar. Biarlah dia makan itu uang hasil kelalaiannya. Tidak usah diungkit melulu permasalahan ini. Kakak dan adik-adik jumlahnya lima orang. Masing-masing bisa memberikan rp100rb untuk menutupnya.
"Ada apa bu?"
"Tadi kata bu Seng seng. Ibu sudah ambil uang arisan tiga kali rp500rb. Padahal ibu ingat hanya dua kali yang terakhir kemarin buat service motor. Ibu catat sendiri."
"Bisa lebih jelas lagi bu?".
"Ibukan ikut arisan di tempatnya bu Seng seng". Bulan depan ibu nariknya. Tapi ibu ambil duluan sebelum bulan depan sudah dua kali ini". Dan terakhir sama dia nggak dicatat. Ibu sudah ingatkan tapi bilangnya sudah gampang. Lha dia bilangnya ibu sudah ambil tiga kali rp500rb. Bukannya dua kali".
"Jadi dia sendiri yang memperbolehkan hal itu ya. Bisa diambil nyicil sebelum hari H. Ada tanda terimanya?".
"Nggak ada".
"Kalo cuma omongan doang ya jelas menang dia sebagai "bandar"lah. Apalagi dia merasa benar. Terus dia bilangnya apa?"
"Aku tidak makan uangmu. Ayo aku berani yang salah mati".
"Dia bilang seperti itu?. Itu adalah pernyataan bego, tolol bin goblok. Karena itu adalah suatu kepastian. Semua orang pasti mati. Kita tidak membicarakan makhluk yang tanguhkan kematiannya. Dan siapapun yang mati duluan tidak ada sangkut pautnya dengan permasalahan ini. Sudah ada qada dan qadar. Bukan karena sumpah serapahnya". Bukan seperti itu harusnya dalam menanggapi permasalahan ini.
"Ini bukan masalah kepercayaan. Namun justru karena kepercayaan itulah harusnya ada hitam diatas putih. Contoh kakak ini bu dalam berbisnis. Rekanan kakak bayarnya mundur. Ya tidak apa-apa karena kakak percaya. Kakak memberikan nota putihnya kepada perusahaan rekanan. Tapi perusahaan rekanan tidak berhenti begitu saja setelah menerima nota putih tersebut. Perusahaan rekanan lalu memberikan tanda terima sebagai bukti bahwa nota putih pelayanan kakak sudah mereka terima. Nantinya setelah pembayaran dilakukan, tanda terimanya kembali ke mereka. Itu yang dinamakan Win Win Solution.
"Lha kalau seperti.. sampai ada kejadian seperti ini?. Itu artinya dia sudah lalai sebagai pengelola. Hubungan sudah menjadi retak akibat kelalaiannya itu.
Ya sudah biar saja. Kalau memang pernyataan ibu yang benar. Biarlah dia makan itu uang hasil kelalaiannya. Tidak usah diungkit melulu permasalahan ini. Kakak dan adik-adik jumlahnya lima orang. Masing-masing bisa memberikan rp100rb untuk menutupnya.
Sesumbar
Diposting oleh
tutorial
02.36
Seperti biasa aku memulai ibadah menjelang malamku di bulan Ramadhan ini dengan berangkat menuju masjid. Seperti biasa Sugeharto yang terkadang bersama menantunya kalau tidak duduk-duduk di halaman ya duduk-duduk di beranda rumah sembari menyaksikan kami orang-orang yang berlalu-lalang menuju masjid untuk mencari pahala sebesar-besarnya di bulan yang penuh barakah ini.
Namun yang mengganggu pikiranku adalah kenapa setelah aku lewat. Sempat-sempatnya Sugeharto mengucapkan kalimat
"Dasar Para pencari Takjil".
'Kenapa bukan Para Pencari Tuhan?'
Aku tahu dia pasti sudah tidak menyukaiku semenjak aku memberikan nasehat yang pantas untuknya tempo hari.
Tapi kalimat diatas itu kok seperti dia menganggap rendah orang yang berbuka puasa di masjid. Memang sebelum azan maghrib tiba aku segerakan diriku berangkat ke masjid. Disana kami bisa ngabuburit mendengarkan pengajian dan bisa menanyakan banyak hal yang berhubungan dengan teknis agama. Sebelum akhirnya berbuka puasa menikmati minuman dan cemilan yang sudah disediakan lalu menunaikan shalat maghrib berjamaah.
Sedangkan dirumahku sendiri sebenarnya semuanya juga sudah lengkap tersedia kok.
Justru yang harusnya senang adalah orang-orang yang sudah mau berbagi takjil tersebut. Bayangkan saja semisal satu hari saja ada tiga puluh orang yang berbuka puasa di masjid itu. Dikalikan tiga puluh hari. Padahal satu kali saja, pahalanya sebesar pahala puasa orang yang diberikannya berbuka tanpa mengurangi pahala orang tersebut. Bayangkan berapa besar itu pahala yang diterima. Kalau orang sadar akan hal itu. Pasti mereka justru berlomba-lomba untuk memberikan takjil kepada para jamaah. Dan bayangkan bagaimana perasaaan mereka bila tidak ada satu orangpun yang mau menyentuh takjil itu.
Pernah juga dia mencibir salah satu keluarga disini yang kelima anaknya masih lajang semua. Iya aku tahu Sugeharto ini beruntung sudah mendapatkan pasangan hidup yang sepadan dengannya, yang setipe, sesuai dengan selera dirinya. Mungkin inilah yang dinamakan fetish. Harusnya dia bersyukur akan hal itu. Malahan harus banyak-banyak bersyukur. Nikmat manalagi yang engkau dustakan?.
Bahkan sebenarnya belahan jiwanya tidak hanya satu, bisa dua. Tapi sayangnya istrinya waktu itu tidak mengizinkannya. Sedangkan dia sendiri di depan kami malahan malu mengakuinya bahkan sampai marah-marah, sampai menghina-hina perempuan itu dengan menyebutnya babu. Wajar sih kalau dia juga sampai menghinanya dengan juga menyebutnya murahan dan sejenisnya, akibat kemarahan hatinya yang terluka mendengar kenyataan tentang "partner in crimenya"tersebut. Berusaha menyangkal dengan mengatakan bahwa wanita itu yang suka padanya, bukan sebaliknya. Kenapa nggak sekalian saja bilang bahwa istrinya yang naksir dia duluan, bukan dianya -_- . Sekarang saja bisa ngomong seperti itu, setelah yang bersangkutan sudah tiada. Dia malu karena profesinya sebagai pembantu?. Gaya. Kenapa malu?. Toh dirinya sendiri profesinya dulu juga tidak jauh beda. Sopir.
Huh, sekarang saja lagaknya semugih-sok kaya.
Dia sih enak, gampang nemuin perempuan yang sepadan dengan dirinya. Lha kalau misal itu aku?. Susah banget nemuin yang kualitasnya sama kayak ibunya anak-anak.
Aku tahu dia mengetahui lelucon yang aku lontarkan kepada bude Tejo tempo hari. Reaksiku akibat pola tingkahnya itu. Lelucon ditujukan bukan kepada orang yang tersinggung. Entah kapan ia mencuri dengar hal itu. Itulah jadinya kalau membaca hal yang bukan ditujukan untuknya, itulah jadinya bila mendengar hal yang bukan ditujukan untuknya. Merasa tersinggung sendiri, terus heboh sendiri. Padahal dari awal itu bukan untuk dia, jadi ya harus nya dia nggak perlu kepo.
Kenapa ia tersinggung mengenai lelucon nyambi gesek-gesek?. Kok rumongso banget-kok merasa sekali. Jelas-jelas itu hanyalah omong kosong. Reaksiku begitu mendengar kelakuannya. Sebuah omong kosong yang teramat jelas. Semua orang sini juga sudah teramat jelas tahu mengenai hal itu. Sebuah omong kosong.
Apa dia pikir orang-orang disini buta!?. Apa dia pikir orang-orang disini tidak bisa melihat!?.
Macam anaknya punya fisik artis saja. Kalau artis jelas hasilnya jauh jauuuh lebih besar dari hanya sekedar cuma Rp35 juta sebulan.
Sesumbar mau nyumbang sepasang ayam hitam saat pemuda yang didengkinya meninggal dunia dalam keadaan lajang. Suatu keadaan yang ia laknatkan/sumpah serapahkan kepada orang yang tidak dia sukai. Dia berpikir bahwa dia bisa mengakali Tuhan dengan melaknat seperti itu. Dia merasa sudah menikah, punya anak dan sekarang sudah punya cucu. Kebahagiaannya sudah lengkap, sempurna. Dia menganggap enteng Qisas. Dia berpikir karena orang yang disumpah serapahinya berbeda keadaan dengannya yang ia anggap bahwa dirinya sudah mempunyai segalanya. Kalaupun nanti sumpah serapahnya itu berbalik kepadanya. Apa coba yang mau dituju?. Jadi dia berpikir lebih baik nyumpahin karena menurut Sugeharto ini dirinya tidak akan rugi apapun. Entah Sugeharto ini tidak sadar atau memang tidak peduli. Bahwa ia mempunyai seorang anak sulung, anak perempuan yang masih belum menikah sampai saat ini. Dengan semua keadaan ini. "Orang-orang yang berpikir" pasti menemukan bahwa ini adalah suatu kebetulan yang menarik, suatu kebetulan yang terlalu mencolok untuk disebut kebetulan.
Semoga saja Sugeharto lebih memilih kebahagiaan anak perempuannya itu daripada kesengsaraan pemuda yang didengkinya. Walaupun aku sendiri tidak yakin karena pernah mendengarkan "kalimat itu" keluar dari mulutnya.
Kalau kedua pilihan itu disodorkan kepadanya. Aku yakin 100% dia bakalan bilang milih keduanya agar terkabul. Tapi kalau hanya bisa satu saja. Aku tidak yakin ia akan memilih pilihan pertama. Semoga saja keyakinan aku itu salah.
Sesumbar mau nyumbang sepasang ayam hitam saat pemuda yang didengkinya meninggal dunia dalam keadaan lajang. Sedangkan dirinya sendiri saja tidak mengetahui apa dirinya bisa bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan. Rendra, anak muda dari RW sebelah saja barusan kemarin kembali kehadapan-Nya. Padahal hanya jeda sebulan sebelum Ramadhan tiba. Apa sih yang membuatnya yakin bahwa umurnya masih sangat panjang?. Sudah lebih dari setengah abad lho umurnya. Sepertinya kepala enam. Old age, bukan middle age lagi.
Ah mengenai Ramadhan. Entah mengapa aku melihat tidak ada perubahan dalam pola hidupnya. Padahal sekarang sudah memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan. Dimana banyak orang yang memburu malam Lailatul Qadar. Malam seribu bulan.
Dia merasa sudah banyak orang yang mendoakan agar dirinya diambil amalan baiknya dan bila memang sudah tidak ada.. maka biarlah amalan buruk mereka-mereka itu untuknya. Dihantui oleh perbuatannya sendiri!. Padahal aku yakin seyakin yakinnya!. Tidak ada orang yang tega mendoakannya seperti itu. Dan tidak perlu mereka mendoakannya seperti itu.
Karena tanpa didoakanpun. Itu sudah menjadi janji Tuhan kepada mereka, orang-orang yang dia dzolimi.
Lebih baik dia menunaikan yang wajib dulu saja deh. Tempo hari waktu pemakaman pakde Tejo dia mengatakan ikhlas kalau ada salah biar nanti pakde mengambil pahala shalat Jumatnya. Dia sadar nggak sih, dengan berkata seperti itu secara tidak langsung dia juga mengatakan bahwa dia hanya mengerjakan shalat Jumat?. Lalu kemarin siang di bulan puasa ini aku melihatnya makan dengan lahap bersama temannya di sebuah warung tidak jauh dari pemukiman kami. Berbaik sangka saja deh, mungkin dia puasa bedug. Eh.. kan sudah bukan anak-anak. Masa gitu?.
Tidak ada satu manusiapun yang tahu kok amalannya saat ini ada berapa banyak.
Ia mau pasrah dan beralasan mengenai orang-orang yang memberatkannya itu?. Jangan-jangan besok di akherat dia ikut mencakot, menyalahkan kedua orangtuanya yang tidak mengajarkannya shalat dan mengaji!?. Sehingga tabiatnya menjadi seperti sekarang ini. Daripada seperti itu. Kenapa tidak punya pikiran sendiri sih!?. Kenapa tidak mengambil inisiatif sendiri!?.
Berani berbuat, berani bertanggungjawab!.
Berani berbuat, berani menerima konsekuensinya!.
Sudah bangkotan, masa cara berpikirnya sekelas bocah.
Sebuah lagu dari band Wali mengiringi langkahku..
Disuruh tobat galakan situ
Diajak bener marahan situ
Hari gini kok masih begitu
Ayo hijrah jangan pake nunggu
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
Udah tua masih aja malas sholat
Lah bocah ngapa yaa...
Udah tua bolong bolong puasanya
Lah bocah ngapa yaa...
Udah tua masih aja hura hura
Lah bocah ngapaa yaa...
Udah tua masih aja kaya bocah
Lah bocah ngapaa yaa...
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
Giliran kejedot aduh aduh
Malaikat sewot kau baru tau
Gue gulung ....oii
Gue gulung ....oii ...oii
Pake otak jangan pake nafsu
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
NB: Bocah ngapa yak? = Waktu bocah ngapain saja?.
Namun yang mengganggu pikiranku adalah kenapa setelah aku lewat. Sempat-sempatnya Sugeharto mengucapkan kalimat
"Dasar Para pencari Takjil".
'Kenapa bukan Para Pencari Tuhan?'
Aku tahu dia pasti sudah tidak menyukaiku semenjak aku memberikan nasehat yang pantas untuknya tempo hari.
Tapi kalimat diatas itu kok seperti dia menganggap rendah orang yang berbuka puasa di masjid. Memang sebelum azan maghrib tiba aku segerakan diriku berangkat ke masjid. Disana kami bisa ngabuburit mendengarkan pengajian dan bisa menanyakan banyak hal yang berhubungan dengan teknis agama. Sebelum akhirnya berbuka puasa menikmati minuman dan cemilan yang sudah disediakan lalu menunaikan shalat maghrib berjamaah.
Sedangkan dirumahku sendiri sebenarnya semuanya juga sudah lengkap tersedia kok.
Justru yang harusnya senang adalah orang-orang yang sudah mau berbagi takjil tersebut. Bayangkan saja semisal satu hari saja ada tiga puluh orang yang berbuka puasa di masjid itu. Dikalikan tiga puluh hari. Padahal satu kali saja, pahalanya sebesar pahala puasa orang yang diberikannya berbuka tanpa mengurangi pahala orang tersebut. Bayangkan berapa besar itu pahala yang diterima. Kalau orang sadar akan hal itu. Pasti mereka justru berlomba-lomba untuk memberikan takjil kepada para jamaah. Dan bayangkan bagaimana perasaaan mereka bila tidak ada satu orangpun yang mau menyentuh takjil itu.
Pernah juga dia mencibir salah satu keluarga disini yang kelima anaknya masih lajang semua. Iya aku tahu Sugeharto ini beruntung sudah mendapatkan pasangan hidup yang sepadan dengannya, yang setipe, sesuai dengan selera dirinya. Mungkin inilah yang dinamakan fetish. Harusnya dia bersyukur akan hal itu. Malahan harus banyak-banyak bersyukur. Nikmat manalagi yang engkau dustakan?.
Bahkan sebenarnya belahan jiwanya tidak hanya satu, bisa dua. Tapi sayangnya istrinya waktu itu tidak mengizinkannya. Sedangkan dia sendiri di depan kami malahan malu mengakuinya bahkan sampai marah-marah, sampai menghina-hina perempuan itu dengan menyebutnya babu. Wajar sih kalau dia juga sampai menghinanya dengan juga menyebutnya murahan dan sejenisnya, akibat kemarahan hatinya yang terluka mendengar kenyataan tentang "partner in crimenya"tersebut. Berusaha menyangkal dengan mengatakan bahwa wanita itu yang suka padanya, bukan sebaliknya. Kenapa nggak sekalian saja bilang bahwa istrinya yang naksir dia duluan, bukan dianya -_- . Sekarang saja bisa ngomong seperti itu, setelah yang bersangkutan sudah tiada. Dia malu karena profesinya sebagai pembantu?. Gaya. Kenapa malu?. Toh dirinya sendiri profesinya dulu juga tidak jauh beda. Sopir.
Huh, sekarang saja lagaknya semugih-sok kaya.
Dia sih enak, gampang nemuin perempuan yang sepadan dengan dirinya. Lha kalau misal itu aku?. Susah banget nemuin yang kualitasnya sama kayak ibunya anak-anak.
Aku tahu dia mengetahui lelucon yang aku lontarkan kepada bude Tejo tempo hari. Reaksiku akibat pola tingkahnya itu. Lelucon ditujukan bukan kepada orang yang tersinggung. Entah kapan ia mencuri dengar hal itu. Itulah jadinya kalau membaca hal yang bukan ditujukan untuknya, itulah jadinya bila mendengar hal yang bukan ditujukan untuknya. Merasa tersinggung sendiri, terus heboh sendiri. Padahal dari awal itu bukan untuk dia, jadi ya harus nya dia nggak perlu kepo.
Kenapa ia tersinggung mengenai lelucon nyambi gesek-gesek?. Kok rumongso banget-kok merasa sekali. Jelas-jelas itu hanyalah omong kosong. Reaksiku begitu mendengar kelakuannya. Sebuah omong kosong yang teramat jelas. Semua orang sini juga sudah teramat jelas tahu mengenai hal itu. Sebuah omong kosong.
Apa dia pikir orang-orang disini buta!?. Apa dia pikir orang-orang disini tidak bisa melihat!?.
Macam anaknya punya fisik artis saja. Kalau artis jelas hasilnya jauh jauuuh lebih besar dari hanya sekedar cuma Rp35 juta sebulan.
Sesumbar mau nyumbang sepasang ayam hitam saat pemuda yang didengkinya meninggal dunia dalam keadaan lajang. Suatu keadaan yang ia laknatkan/sumpah serapahkan kepada orang yang tidak dia sukai. Dia berpikir bahwa dia bisa mengakali Tuhan dengan melaknat seperti itu. Dia merasa sudah menikah, punya anak dan sekarang sudah punya cucu. Kebahagiaannya sudah lengkap, sempurna. Dia menganggap enteng Qisas. Dia berpikir karena orang yang disumpah serapahinya berbeda keadaan dengannya yang ia anggap bahwa dirinya sudah mempunyai segalanya. Kalaupun nanti sumpah serapahnya itu berbalik kepadanya. Apa coba yang mau dituju?. Jadi dia berpikir lebih baik nyumpahin karena menurut Sugeharto ini dirinya tidak akan rugi apapun. Entah Sugeharto ini tidak sadar atau memang tidak peduli. Bahwa ia mempunyai seorang anak sulung, anak perempuan yang masih belum menikah sampai saat ini. Dengan semua keadaan ini. "Orang-orang yang berpikir" pasti menemukan bahwa ini adalah suatu kebetulan yang menarik, suatu kebetulan yang terlalu mencolok untuk disebut kebetulan.
Semoga saja Sugeharto lebih memilih kebahagiaan anak perempuannya itu daripada kesengsaraan pemuda yang didengkinya. Walaupun aku sendiri tidak yakin karena pernah mendengarkan "kalimat itu" keluar dari mulutnya.
Kalau kedua pilihan itu disodorkan kepadanya. Aku yakin 100% dia bakalan bilang milih keduanya agar terkabul. Tapi kalau hanya bisa satu saja. Aku tidak yakin ia akan memilih pilihan pertama. Semoga saja keyakinan aku itu salah.
Sesumbar mau nyumbang sepasang ayam hitam saat pemuda yang didengkinya meninggal dunia dalam keadaan lajang. Sedangkan dirinya sendiri saja tidak mengetahui apa dirinya bisa bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan. Rendra, anak muda dari RW sebelah saja barusan kemarin kembali kehadapan-Nya. Padahal hanya jeda sebulan sebelum Ramadhan tiba. Apa sih yang membuatnya yakin bahwa umurnya masih sangat panjang?. Sudah lebih dari setengah abad lho umurnya. Sepertinya kepala enam. Old age, bukan middle age lagi.
Ah mengenai Ramadhan. Entah mengapa aku melihat tidak ada perubahan dalam pola hidupnya. Padahal sekarang sudah memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan. Dimana banyak orang yang memburu malam Lailatul Qadar. Malam seribu bulan.
Dia merasa sudah banyak orang yang mendoakan agar dirinya diambil amalan baiknya dan bila memang sudah tidak ada.. maka biarlah amalan buruk mereka-mereka itu untuknya. Dihantui oleh perbuatannya sendiri!. Padahal aku yakin seyakin yakinnya!. Tidak ada orang yang tega mendoakannya seperti itu. Dan tidak perlu mereka mendoakannya seperti itu.
Karena tanpa didoakanpun. Itu sudah menjadi janji Tuhan kepada mereka, orang-orang yang dia dzolimi.
Lebih baik dia menunaikan yang wajib dulu saja deh. Tempo hari waktu pemakaman pakde Tejo dia mengatakan ikhlas kalau ada salah biar nanti pakde mengambil pahala shalat Jumatnya. Dia sadar nggak sih, dengan berkata seperti itu secara tidak langsung dia juga mengatakan bahwa dia hanya mengerjakan shalat Jumat?. Lalu kemarin siang di bulan puasa ini aku melihatnya makan dengan lahap bersama temannya di sebuah warung tidak jauh dari pemukiman kami. Berbaik sangka saja deh, mungkin dia puasa bedug. Eh.. kan sudah bukan anak-anak. Masa gitu?.
Tidak ada satu manusiapun yang tahu kok amalannya saat ini ada berapa banyak.
Ia mau pasrah dan beralasan mengenai orang-orang yang memberatkannya itu?. Jangan-jangan besok di akherat dia ikut mencakot, menyalahkan kedua orangtuanya yang tidak mengajarkannya shalat dan mengaji!?. Sehingga tabiatnya menjadi seperti sekarang ini. Daripada seperti itu. Kenapa tidak punya pikiran sendiri sih!?. Kenapa tidak mengambil inisiatif sendiri!?.
Berani berbuat, berani bertanggungjawab!.
Berani berbuat, berani menerima konsekuensinya!.
Sudah bangkotan, masa cara berpikirnya sekelas bocah.
Sebuah lagu dari band Wali mengiringi langkahku..
Disuruh tobat galakan situ
Diajak bener marahan situ
Hari gini kok masih begitu
Ayo hijrah jangan pake nunggu
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
Udah tua masih aja malas sholat
Lah bocah ngapa yaa...
Udah tua bolong bolong puasanya
Lah bocah ngapa yaa...
Udah tua masih aja hura hura
Lah bocah ngapaa yaa...
Udah tua masih aja kaya bocah
Lah bocah ngapaa yaa...
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
Giliran kejedot aduh aduh
Malaikat sewot kau baru tau
Gue gulung ....oii
Gue gulung ....oii ...oii
Pake otak jangan pake nafsu
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
Bocah ngapa ya
NB: Bocah ngapa yak? = Waktu bocah ngapain saja?.
Gundah Gulana
Diposting oleh
tutorial
20.37
Cinta itu mirip dengan air yang mengalir. Biarkan dia mengarungi sungai dengan sendirinya hingga akhirnya bermuara dilautan. Karena cinta yang dipaksakan sulit untuk membuat hati kita merasa nyaman. Pada akhirnya iapun menjadi tidak bahagia. Karena pada hakikatnya, ketulusan muncul dari sebuah kejujuran. Jujur kepada diri sendiri adalah salah satunya.
Waktu juga mirip dengan aliran sungai. Ia akan terus maju, tidak akan pernah mundur. Kita tidak akan bisa menyentuh air yang sama untuk kedua kalinya. Karena air yang telah mengalir itu akan terus berlalu dan tidak akan pernah kembali.
Sedangkan..
Hidup adalah coretan tanpa penghapus.
Kalau dipikir-pikir. Kehidupanku saat ini mulai terasa hampar. Aku serasa kehilangan gairah hidup. Tujuan hidupku.
Kemarin malam Boby menelponku. Aku juga tidak menyangka ia berani melakukannya setelah semua yang ia lakukan terhadapku. Entah skenario macam apa lagi yang mereka rencanakan. Tentu saja aku memberikannya kesempatan berbicara sejenak. Ternyata ia masih berlagak pilon. Tanpa dosa ia membahas tentang isu aku akan menikah. Sama sekali tidak ada rasa bersalah dalam nada bicaranya, malah terdengar seperti dia melontarkan ejekan. Benar-benar makhluk busuk yang menjijikkan. Akupun segera mengakhiri pembicaraan setelah mengambil kesimpulan tidak ada manfaatnya aku mendengarkannya lebih lama lagi.
Key to the happiness is stay away from assholes.
Saat ini aku terpaksa kembali menempati lingkungan masa kecilku. Ceritanya panjang, mungkin lain kali akan aku ceritakan.
Aku dikelilingi oleh orang-orang yang tidak punya otak. Para tetangga yang tidak punya otak, orang-orang dekat yang tidak punya otak. Tetangga sebelah harusnya bisa menjadi penjaga kenyamanan tetangga disebelahnya. Namun kelakuannya berbeda jauh dengan tetangga lamaku. Yah memang tidak ada yang bisa diharapkan dari orang semacam mereka. Sekumpulan manusia tak berotak. Secara harfiah mereka mempunyai otak kok. Hanya saja kelakuan merekalah yang membuat predikat itu pantas melekat kepada mereka.
Bagaimana mungkin aku bisa menata hidupku kembali jika mereka terus menggangguku. Salah satunya dengan hal-hal nggak penting yang jelas-jelas nggak perlu aku dengar.
Andai saja waktu bisa berputar kembali.. ah.. lagi-lagi kata-kata itu yang terucap.
Andai saja mereka tak pernah mengganggu kehidupanku!.
Keluarga Sudrajat adalah penghuni salah satu rumah di samping tempat tinggalku dulu di pemukiman lama. Tetangga sebelah. Sepeninggal pak Drajat. Yang tinggal hanyalah bu Drajat beserta seorang anak perempuan dan cucunya. Suatu hari mereka dikunjungi seorang perempuan yang mengaku fan dari aku. Dia meminta Bu Drajat memberitahukan apa-apa yang mereka ketahui, yang bisa mereka dengar dari lingkungan rumahku. Waktu itu bu Drajat meminta alasan yang bisa diterima. Dia mengemukakan bahwa dia "have a crush" terhadapku. Sudah menjadi "fan"ku sejak lama. Dan berniat melangkah ke jenjang yang lebih jauh. Jenjang serius. Singkat cerita beliau mau membantu tapi dengan syarat bahwa dia sungguh-sungguh.
Akhir dari batas waktu yang dijanjikannya. Janji itu tidak terealisasi. Meskipun dengan alasan klise, old fashion story. Setelah itu Bu Drajat menghentikan sama sekali informasi yang dialirkan kepadanya.
Karena beliau.. tidak mempercayai seseorang yang hanya bisa berkata namun tanpa pernah berbuat. Ia akan mudah ingkar janji semudah ia berucap janji.
Janji seorang pendusta tidaklah berharga.
Aku sangat menghargai hal itu. Mungkin saja pesan dari tetangga luar kotaku tersampaikan. "Jangan diladeni. Kasihan anaknya(maksudnya aku)".
Mungkin anda tidak menyadari, bahwa hal paling kecil yang anda lakukan dapat membawa dampak sangat besar bagi orang lain. Itulah inti pesannya. Bukan hanya mencampuri privasi, bahkan lebih jauh lagi. Merusak kehidupanku.
Aku mengangkat topiku kepada keluarga mereka. Ada banyak "drama" dalam hidup, tapi engkau tak perlu menjadi pemainnya bila engkau tak menginginkannya.
Apapun perbuatan yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban.
Dulu aku pernah mencoba untuk memulai menjalin suatu hubungan. Aku tidak mempunyai rasa klik semacam itu pada saat itu. Karena aku masih menganggapnya seperti layaknya adikku. Anak SMA, anak dibawah umur. Mungkin karena waktu itu aku sudah menetapkan hati untuk tidak mencintai perempuan selain istriku kelak.
Dia adalah teman SMU adikku. Sebut saja namanya Bunga. Salah seorang yang kuketahui kagum terhadapku waktu itu. Aku bahkan mendengarkannya sendiri. Ia meminta pendapat ayahnya mengenai hal ini. Apabila memungkinkan bisa menjalin hubungan denganku. Sang ayah tidak berkeberatan. Bagaimana aku bisa mengetahuinya?. Dia menanyakan hal itu saat dijemput oleh ayahnya, seusai pulang bermain dari rumah kami. Meskipun waktu itu ia membahas hal itu saat posisinya sudah cukup jauh dari rumah. Dia cukup sering main kerumah untuk menemui adikku. Mungkin itu adalah salah satu usaha yang dilakukannya. Siapa tahu berjodoh. Kalau tidak bisa dapat adiknya, mungkin bisa dapat kakaknya. Begitu juga sebaliknya. (^-^)
Tapi karena aku hanya menganggapnya sebagai anak SMA, Anak dibawah umur. Aku tidak pernah menganggap serius akan hal itu. Mungkin nanti beberapa tahun kedepan. Aku menyadari, kita tidak boleh meremehkan hal semacam ini. Mereka tumbuh begitu cepat. Yang kemarin hanyalah bocah SD, tanpa terasa sekarang sudah menjadi perempuan dewasa karena sang waktu.
Karena aku mempunyai banyak koleksi novel dan komik dirumah. Adikku meminjamkan beberapa diantaranya kepada Bunga. Pernah waktu itu ia balik meminjamkan komik dewasa kepada adikku. Entah apa yang dipikirkannya meminjamkan manga dengan tema semacam itu. Pengaruh hormon?. Atau suatu signal agar adikku berani berbuat yang macam-macambterhadapnya?. Dia ingin dirinya "diserang"?. Namun tidak terjadi apa-apa karena adikku adalah anak baik-baik yang bisa mengontrol dirinya. Aku tidak mau berburuk sangka. Aku juga tidak bisa menghakiminya begitu saja. Dan aku mengetahui hal ini bukan dari adikku. Adikku bahkan tidak mengatakan apapun mengenai hal ini. Sebagai kakak yang baik.. aku yang mengawasi mereka.
Bunga juga menjadi teman di sosial mediaku. Aku bisa mengamati, melihat apa saja isi postingannya. Beberapa tahun berlalu. Suatu hari aku melihat postingan di profil miliknya foto dirinya bersama "pacar"nya. Anak secantik dia masa mau dengan lelaki yang mempunyai fisik yang sama sekali tidak menarik. Pasti ada sesuatu. Aku mengecek profil lelaki itu di sosial medianya dan menemukan bahwa ia adalah mahasiswa sebuah universitas negeri. Oh. Dan aku yakin yang mengenalkan lelaki itu agar menjadi "pacar"nya adalah ibunya sendiri. Setiap orang mempunyai standart yang berbeda mengenai pasangan hidupnya nanti. Toh yang menjalani diri sendiri. Namun melihat postingan "sayang" kata-kata saling berbalas diantara mereka kok aku sebagai penonton merasa risih sendiri ya, jadi mual. Terkesan lebay.
Beberapa waktu berlalu dan suatu saat aku melihat "status" di profilnya kembali menjadi single. Postingan foto "pacar"nya juga sudah dihapus. Aku anggap dirinya sudah dewasa karena berani mengambil keputusan semacam itu. Jujur kepada dirinya sendiri.
Aku mengamatinya kembali beberapa lama. Setelah yakin bahwa dia benar-benar masih sendiri dan ada sinyal kesungguhan dari postingannya untuk ke jenjang yang lebih tinggi. Aku memberanikan diri menghubunginya bermaksud untuk menjalin suatu hubungan dengan segala konsekuensinya. Walaupun saat itu aku tidak mempunyai perasaan "cinta" terhadapnya. Aku yakin bila jadi dengannya, besar kemungkinan tidak mustahil rasa itu akan muncul nantinya. Karena itulah yang aku yakini, makanya aku bisa mengambil langkah itu. Dilandasi dengan rasa bersungguh-sungguh.
Satu bulan berlalu, tiga bulan berlalu. Setengah tahunpun berlalu. Dari awal aku sudah bilang ditolak juga tidak apa-apa kok, aku akan tetap menghargai jawabannya. Sama sekali tidak ada penaltinya kok. Namun tidak ada jawaban walaupun aku menanyakannya secara berkala. Kok digantungin seperti ini sih?.
Sampai suatu hari adikku bersiap menghadiri pernikahan salah seorang temannya. Adikku berusaha agar aku tidak mengetahui siapa temannya itu. Namun karena desakan dari ibu yang berkali-kali menanyakan hal itu bahkan sampai meminta undangannya untuk dibaca. Akhirnya akupun bisa mengetahui hal itu. Undangan pernikahan Bunga.
Apa yang kurasakan waktu itu?. Wow.. apa yang dia lakukan benar-benar jahat. Syukurlah aku tidak menaruh hatiku kepadanya. Karena janjiku kepada diriku sendiri. Komitmen agar tidak jatuh cinta selain kepada istriku kelak. Apa yang akan terjadi kepadaku bila sebaliknya, aku tidak melaksanakan komitmen itu. Dan merasa jatuh cinta diawal. Aku pasti bakalan hancur berkeping-keping. Terhadap seorang perempuan yang tidak pantas.
Penilaianku terhadapnya ternyata salah. Dia mungkin perawan. Namun bukan seorang perempuan yang baik.
Aku sangat-sangat bersyukur akan hal ini. Walaupun aku tidak tidak bisa menapik bahwa aku kesal terhadapnya. Dia bukan anak SMP. Apa seperti ini cara membalas orang yang beritikad baik terhadapnya?. Okelah aku akhirnya mengetahui dia mengikuti saran dari ibunya. Ibunya ingin dia jadi sama orang kaya(walaupun suaminya kini aku lihat bukanlah orang kaya) agar hidupnya tidak susah.
Mungkin itu adalah hasil dari pengalaman hidupnya karenanya ia ingin anaknya bisa mendapat kehidupan yang lebih baik. Aku bertaruh ibunya pasti menyesal menikah dengan suaminya kini.
Tapi bagaimanapun juga kejadian inilah yang membuktikan kualitas dirinya. Enggak deh.
Aku bukan sekedar mencari yang akan menerimaku apa adanya. Aku mencari seseorang yang bisa membuatku berkembang, yang bisa membuatku menjadi lebih baik.
Mungkin sejak saat itu status "Ailment Resistance" milikku terhadap efek "charm" semakin tebal.
Hal ini memang tidak berlaku terhadap cintaku yang lalu. Cinta pertamaku misalnya. Apa ini yang kubutuhkan?...
Cinta harus berasal dari hati. Maka jika tidak dari hati, jangan pernah berucap bahwa kamu mencinta.
Siklus kehidupan..
Ibarat angkot yang rela nungguin orang di ujung jalan yang belum tentu naik. Dia masih mau menungguku...
Namun aku takut bila aku sampai menjalin hubungan tanpa suatu chemistery. Aku takut berakhir menyakitinya. Karena tidak bisa mencintainya sepenuh hati. Itulah yang membuatku selalu berfikir tanpa tindak lanjut.
Aku tidak pernah mau bermain-main. Terutama tentang suatu hubungan. Ada rasa klik kok. Tapi ya itu tadi.. ada suatu ketakutan akan hal yang sebenarnya belum tentu terjadi. Tidak ada yang bisa membantuku dalam pertimbangan.
Aku adalah seorang lelaki. Wali bagi diriku sendiri.
Kenyataan tidak selalu sesuai dengan harapan. Oleh sebab itu, selalu bersiaplah dengan apapun kenyataan yang berjalan dalam hidupmu.
Perasaan yang dinamakan cinta itu mungkin buta dan bodoh. Hati kita tidak selalu jatuh cinta kepada orang yang tepat disaat yang tepat. Terkadang kita justru menyakiti seseorang yang dengan tulus mencintai kita. Dan terkadang kita malah mencintai orang yang tidak layak mendapatkan cinta kita sama sekali.
Cinta menyembuhkan luka di hati, menentramkan hati yang gundah, menguatkan hati yang lemah, meniupkan keberanian pada jiwa yang pengecut.
Sampai saat ini.. aku masih percaya akan semua hal itu.
Waktu juga mirip dengan aliran sungai. Ia akan terus maju, tidak akan pernah mundur. Kita tidak akan bisa menyentuh air yang sama untuk kedua kalinya. Karena air yang telah mengalir itu akan terus berlalu dan tidak akan pernah kembali.
Sedangkan..
Hidup adalah coretan tanpa penghapus.
Kalau dipikir-pikir. Kehidupanku saat ini mulai terasa hampar. Aku serasa kehilangan gairah hidup. Tujuan hidupku.
Kemarin malam Boby menelponku. Aku juga tidak menyangka ia berani melakukannya setelah semua yang ia lakukan terhadapku. Entah skenario macam apa lagi yang mereka rencanakan. Tentu saja aku memberikannya kesempatan berbicara sejenak. Ternyata ia masih berlagak pilon. Tanpa dosa ia membahas tentang isu aku akan menikah. Sama sekali tidak ada rasa bersalah dalam nada bicaranya, malah terdengar seperti dia melontarkan ejekan. Benar-benar makhluk busuk yang menjijikkan. Akupun segera mengakhiri pembicaraan setelah mengambil kesimpulan tidak ada manfaatnya aku mendengarkannya lebih lama lagi.
Key to the happiness is stay away from assholes.
Saat ini aku terpaksa kembali menempati lingkungan masa kecilku. Ceritanya panjang, mungkin lain kali akan aku ceritakan.
Aku dikelilingi oleh orang-orang yang tidak punya otak. Para tetangga yang tidak punya otak, orang-orang dekat yang tidak punya otak. Tetangga sebelah harusnya bisa menjadi penjaga kenyamanan tetangga disebelahnya. Namun kelakuannya berbeda jauh dengan tetangga lamaku. Yah memang tidak ada yang bisa diharapkan dari orang semacam mereka. Sekumpulan manusia tak berotak. Secara harfiah mereka mempunyai otak kok. Hanya saja kelakuan merekalah yang membuat predikat itu pantas melekat kepada mereka.
Bagaimana mungkin aku bisa menata hidupku kembali jika mereka terus menggangguku. Salah satunya dengan hal-hal nggak penting yang jelas-jelas nggak perlu aku dengar.
Andai saja waktu bisa berputar kembali.. ah.. lagi-lagi kata-kata itu yang terucap.
Andai saja mereka tak pernah mengganggu kehidupanku!.
Keluarga Sudrajat adalah penghuni salah satu rumah di samping tempat tinggalku dulu di pemukiman lama. Tetangga sebelah. Sepeninggal pak Drajat. Yang tinggal hanyalah bu Drajat beserta seorang anak perempuan dan cucunya. Suatu hari mereka dikunjungi seorang perempuan yang mengaku fan dari aku. Dia meminta Bu Drajat memberitahukan apa-apa yang mereka ketahui, yang bisa mereka dengar dari lingkungan rumahku. Waktu itu bu Drajat meminta alasan yang bisa diterima. Dia mengemukakan bahwa dia "have a crush" terhadapku. Sudah menjadi "fan"ku sejak lama. Dan berniat melangkah ke jenjang yang lebih jauh. Jenjang serius. Singkat cerita beliau mau membantu tapi dengan syarat bahwa dia sungguh-sungguh.
Akhir dari batas waktu yang dijanjikannya. Janji itu tidak terealisasi. Meskipun dengan alasan klise, old fashion story. Setelah itu Bu Drajat menghentikan sama sekali informasi yang dialirkan kepadanya.
Karena beliau.. tidak mempercayai seseorang yang hanya bisa berkata namun tanpa pernah berbuat. Ia akan mudah ingkar janji semudah ia berucap janji.
Janji seorang pendusta tidaklah berharga.
Aku sangat menghargai hal itu. Mungkin saja pesan dari tetangga luar kotaku tersampaikan. "Jangan diladeni. Kasihan anaknya(maksudnya aku)".
Mungkin anda tidak menyadari, bahwa hal paling kecil yang anda lakukan dapat membawa dampak sangat besar bagi orang lain. Itulah inti pesannya. Bukan hanya mencampuri privasi, bahkan lebih jauh lagi. Merusak kehidupanku.
Aku mengangkat topiku kepada keluarga mereka. Ada banyak "drama" dalam hidup, tapi engkau tak perlu menjadi pemainnya bila engkau tak menginginkannya.
Apapun perbuatan yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban.
Dulu aku pernah mencoba untuk memulai menjalin suatu hubungan. Aku tidak mempunyai rasa klik semacam itu pada saat itu. Karena aku masih menganggapnya seperti layaknya adikku. Anak SMA, anak dibawah umur. Mungkin karena waktu itu aku sudah menetapkan hati untuk tidak mencintai perempuan selain istriku kelak.
Dia adalah teman SMU adikku. Sebut saja namanya Bunga. Salah seorang yang kuketahui kagum terhadapku waktu itu. Aku bahkan mendengarkannya sendiri. Ia meminta pendapat ayahnya mengenai hal ini. Apabila memungkinkan bisa menjalin hubungan denganku. Sang ayah tidak berkeberatan. Bagaimana aku bisa mengetahuinya?. Dia menanyakan hal itu saat dijemput oleh ayahnya, seusai pulang bermain dari rumah kami. Meskipun waktu itu ia membahas hal itu saat posisinya sudah cukup jauh dari rumah. Dia cukup sering main kerumah untuk menemui adikku. Mungkin itu adalah salah satu usaha yang dilakukannya. Siapa tahu berjodoh. Kalau tidak bisa dapat adiknya, mungkin bisa dapat kakaknya. Begitu juga sebaliknya. (^-^)
Tapi karena aku hanya menganggapnya sebagai anak SMA, Anak dibawah umur. Aku tidak pernah menganggap serius akan hal itu. Mungkin nanti beberapa tahun kedepan. Aku menyadari, kita tidak boleh meremehkan hal semacam ini. Mereka tumbuh begitu cepat. Yang kemarin hanyalah bocah SD, tanpa terasa sekarang sudah menjadi perempuan dewasa karena sang waktu.
Karena aku mempunyai banyak koleksi novel dan komik dirumah. Adikku meminjamkan beberapa diantaranya kepada Bunga. Pernah waktu itu ia balik meminjamkan komik dewasa kepada adikku. Entah apa yang dipikirkannya meminjamkan manga dengan tema semacam itu. Pengaruh hormon?. Atau suatu signal agar adikku berani berbuat yang macam-macambterhadapnya?. Dia ingin dirinya "diserang"?. Namun tidak terjadi apa-apa karena adikku adalah anak baik-baik yang bisa mengontrol dirinya. Aku tidak mau berburuk sangka. Aku juga tidak bisa menghakiminya begitu saja. Dan aku mengetahui hal ini bukan dari adikku. Adikku bahkan tidak mengatakan apapun mengenai hal ini. Sebagai kakak yang baik.. aku yang mengawasi mereka.
Bunga juga menjadi teman di sosial mediaku. Aku bisa mengamati, melihat apa saja isi postingannya. Beberapa tahun berlalu. Suatu hari aku melihat postingan di profil miliknya foto dirinya bersama "pacar"nya. Anak secantik dia masa mau dengan lelaki yang mempunyai fisik yang sama sekali tidak menarik. Pasti ada sesuatu. Aku mengecek profil lelaki itu di sosial medianya dan menemukan bahwa ia adalah mahasiswa sebuah universitas negeri. Oh. Dan aku yakin yang mengenalkan lelaki itu agar menjadi "pacar"nya adalah ibunya sendiri. Setiap orang mempunyai standart yang berbeda mengenai pasangan hidupnya nanti. Toh yang menjalani diri sendiri. Namun melihat postingan "sayang" kata-kata saling berbalas diantara mereka kok aku sebagai penonton merasa risih sendiri ya, jadi mual. Terkesan lebay.
Beberapa waktu berlalu dan suatu saat aku melihat "status" di profilnya kembali menjadi single. Postingan foto "pacar"nya juga sudah dihapus. Aku anggap dirinya sudah dewasa karena berani mengambil keputusan semacam itu. Jujur kepada dirinya sendiri.
Aku mengamatinya kembali beberapa lama. Setelah yakin bahwa dia benar-benar masih sendiri dan ada sinyal kesungguhan dari postingannya untuk ke jenjang yang lebih tinggi. Aku memberanikan diri menghubunginya bermaksud untuk menjalin suatu hubungan dengan segala konsekuensinya. Walaupun saat itu aku tidak mempunyai perasaan "cinta" terhadapnya. Aku yakin bila jadi dengannya, besar kemungkinan tidak mustahil rasa itu akan muncul nantinya. Karena itulah yang aku yakini, makanya aku bisa mengambil langkah itu. Dilandasi dengan rasa bersungguh-sungguh.
Satu bulan berlalu, tiga bulan berlalu. Setengah tahunpun berlalu. Dari awal aku sudah bilang ditolak juga tidak apa-apa kok, aku akan tetap menghargai jawabannya. Sama sekali tidak ada penaltinya kok. Namun tidak ada jawaban walaupun aku menanyakannya secara berkala. Kok digantungin seperti ini sih?.
Sampai suatu hari adikku bersiap menghadiri pernikahan salah seorang temannya. Adikku berusaha agar aku tidak mengetahui siapa temannya itu. Namun karena desakan dari ibu yang berkali-kali menanyakan hal itu bahkan sampai meminta undangannya untuk dibaca. Akhirnya akupun bisa mengetahui hal itu. Undangan pernikahan Bunga.
Apa yang kurasakan waktu itu?. Wow.. apa yang dia lakukan benar-benar jahat. Syukurlah aku tidak menaruh hatiku kepadanya. Karena janjiku kepada diriku sendiri. Komitmen agar tidak jatuh cinta selain kepada istriku kelak. Apa yang akan terjadi kepadaku bila sebaliknya, aku tidak melaksanakan komitmen itu. Dan merasa jatuh cinta diawal. Aku pasti bakalan hancur berkeping-keping. Terhadap seorang perempuan yang tidak pantas.
Penilaianku terhadapnya ternyata salah. Dia mungkin perawan. Namun bukan seorang perempuan yang baik.
Aku sangat-sangat bersyukur akan hal ini. Walaupun aku tidak tidak bisa menapik bahwa aku kesal terhadapnya. Dia bukan anak SMP. Apa seperti ini cara membalas orang yang beritikad baik terhadapnya?. Okelah aku akhirnya mengetahui dia mengikuti saran dari ibunya. Ibunya ingin dia jadi sama orang kaya(walaupun suaminya kini aku lihat bukanlah orang kaya) agar hidupnya tidak susah.
Mungkin itu adalah hasil dari pengalaman hidupnya karenanya ia ingin anaknya bisa mendapat kehidupan yang lebih baik. Aku bertaruh ibunya pasti menyesal menikah dengan suaminya kini.
Tapi bagaimanapun juga kejadian inilah yang membuktikan kualitas dirinya. Enggak deh.
Aku bukan sekedar mencari yang akan menerimaku apa adanya. Aku mencari seseorang yang bisa membuatku berkembang, yang bisa membuatku menjadi lebih baik.
Mungkin sejak saat itu status "Ailment Resistance" milikku terhadap efek "charm" semakin tebal.
Hal ini memang tidak berlaku terhadap cintaku yang lalu. Cinta pertamaku misalnya. Apa ini yang kubutuhkan?...
Cinta harus berasal dari hati. Maka jika tidak dari hati, jangan pernah berucap bahwa kamu mencinta.
Siklus kehidupan..
Ibarat angkot yang rela nungguin orang di ujung jalan yang belum tentu naik. Dia masih mau menungguku...
Namun aku takut bila aku sampai menjalin hubungan tanpa suatu chemistery. Aku takut berakhir menyakitinya. Karena tidak bisa mencintainya sepenuh hati. Itulah yang membuatku selalu berfikir tanpa tindak lanjut.
Aku tidak pernah mau bermain-main. Terutama tentang suatu hubungan. Ada rasa klik kok. Tapi ya itu tadi.. ada suatu ketakutan akan hal yang sebenarnya belum tentu terjadi. Tidak ada yang bisa membantuku dalam pertimbangan.
Aku adalah seorang lelaki. Wali bagi diriku sendiri.
Kenyataan tidak selalu sesuai dengan harapan. Oleh sebab itu, selalu bersiaplah dengan apapun kenyataan yang berjalan dalam hidupmu.
Perasaan yang dinamakan cinta itu mungkin buta dan bodoh. Hati kita tidak selalu jatuh cinta kepada orang yang tepat disaat yang tepat. Terkadang kita justru menyakiti seseorang yang dengan tulus mencintai kita. Dan terkadang kita malah mencintai orang yang tidak layak mendapatkan cinta kita sama sekali.
Cinta menyembuhkan luka di hati, menentramkan hati yang gundah, menguatkan hati yang lemah, meniupkan keberanian pada jiwa yang pengecut.
Sampai saat ini.. aku masih percaya akan semua hal itu.
Teman kecilku
Diposting oleh
tutorial
04.11
Tak lama setelah adzan subuh dikumandangkan. Terdengarlah sebuah berita lelayu dari speaker masjid. Aku awalnya tidak yakin atas nama yang disebutkan dalam berita. Sampai ibuku mendatangiku yang saat itu sedang berada di depan komputer, memastikanku akan hal itu. Sang pembicara yang membacakan berita tersebut mengulanginya sekali lagi. Dan akupun memasang telingaku benar-benar. Ia menyebut nama itu sekali lagi "Rendra Ika Buwana". Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, aku benar-benar terkejut. Ada apa gerangan yang menyebabkan Rendra meninggal dunia?.
Rendra adalah sebayaku. Kami beda gang, beda RT, beda RW tapi masih satu komplek perumahan. Ia adalah teman TK, teman SD dan teman SMP aku. Tidak ada banyak pilihan sekolah di lingkungan kami. Yang paling dekat hanya ada satu TK, dua SD dan Tiga SMP. Tapi kok bisa ketemu mulu ya?.
Selepas SMP aku ikut orangtuaku hijrah keluar kota. SMAku berada diluar kota. Itulah mengapa aku tidak punya banyak teman ngumpul dikotaku sekarang. Sedangkan ikatan paling kuat itu terjadi saat masa SMA keatas. Mengunjungi rumah dia adalah pikiran pertama yang terlintas dikepalaku saat berkunjung pulang ke kota ini. Bercerita banyak kepadanya mengenai hal-hal baru yang kualami menginjak masa SMA. Saling bertanya kabar dan lain sebagainya.
Namun dialah yang memutuskan pertemanan kami dengan alasan yang klise. Untuk detailnya tak perlulah aku menceritakannya. Cukup aku simpan untuk diriku sendiri.
Its fine. Aku nggak rugi apapun kok. Kamu tu nggak pintar, nggak ganteng, nggak populer, hanya beruntung terlahir dari keluarga berada. Tapi kamu sudah membuang salah satu harta terpenting kamu. Karena aku nggak yakin seberapa banyak orang yang mau sungguhan berkawan denganmu.
Meskipun begitu.. aku ingin mengiriminya undangan saat aku menikah nanti. Menunggu saat-saat itu. Saat aku bisa menggodanya dengan mengatakan kapan dia menyusulku. Bisa menanyakan kepadanya pertanyaan legendaris itu. Kapan nikah?. Sudah punya calon belum?. Pasti bakalan menyebalkan tuh.
Namun sepertinya hal itu tidak akan pernah terjadi. Hanya menjadi sebatas anganku belaka. Aku tidak pernah menyangka ia akan pergi secepat ini. Umur manusia memang tidak ada yang tahu. Manusia ibarat buah kelapa yang bisa diunduh kapan saja. Baik saat tua maupun saat muda sekalipun. Yang Maha Kuasalah yang memutuskannya.
Di rumah duka. Aku tak melihat ada orang lain seumuranku. Semuanya bapak-bapak. Mungkin aku hanya tidak melihat teman-temannya yang lain. Saat ini memang hari kerja dan jam kerja. Ikatan paling kuat dan berkesan umumnya terjadi saat masa SMA keatas. Teman-teman SMAnya, teman-teman kuliahnya mungkin baru akan datang mengunjungi keluarga yang berduka beberapa waktu setelah ini.
Saat mensholati jenazahnya. Dalam waktu singkat yang hanya beberapa menit saja itu. Pikiranku berputar kembali ke masa lalu. Waktu TK dan SD Rendra bukanlah teman yang baik. Seperti halnya yang dilakukan anak seusia itu. Contohnya waktu itu. Aku teringat waktu SD ada praktek menyikat gigi dan kami disuruh ibu guru untuk membawa peralatan dari rumah. Sikat gigi, odol dan mug plastik sebagai wadah air untuk berkumur.
Kami para anak kecil entah kenapa mempunyai pikiran yang sama. Sebenarnya aku juga merasa harus membawa pasta gigi yang masih baru. Karena aku yakin teman-temanku yang lain pasti juga memikirkan hal yang sama. Lebih ke show-off, bisa pamer saat dilihat teman yang lain. Tapi permintaanku ditolak begitu saja oleh ayah. Beliau berkata sama saja toh pasta gigiku masih ada isinya. Ibu juga mengatakan hal senada. Mungkin hal itu dinilai merepotkan bila harus pergi ke toko untuk membeli yang baru. Waktu itu tidak banyak toko yang menjual barang khusus anak kecil seperti milikku. Ya sudah, masa kayak gitu ngeyel. Aku memandang pasta gigiku yang sudah kurus itu.
Teman-teman saling memamerkan pasta gigi yang dipakainya. Hampir semuanya, mungkin bahkan semuanya membawa pasta gigi baru. Belum pernah dipakai, baru beli dari toko. Namun sebagian besar membawa pasta gigi biasa, pasta gigi mint yang sangat umum. Kami menyebutnya pasta gigi rasa pedas. Sepertinya hanya aku dan Rendra yang membawa pasta gigi Junior, rasa buah yang mendominasi dengan rasa mint yang lemah. Rendra menunjukkan pasta gigi barunya yang mempunyai rasa Pisang. Beberapa teman mengerubungnya, kagum akan benda itu. Aku mengeluarkan pasta gigi lamaku yang sudah terpakai lebih dari setengah. Pasta gigi Junior rasa Stroberi. Ada seorang teman yang melihatnya dan mengatakan kepada anak-anak lainnya. Mereka ganti mengerubungku. Tapi tidak terlalu lama karena mungkin melihat bentuk pasta gigiku yang tidak begitu menarik. Tidak seperti iklan-iklan di TV yang mempraktekkannya saat barang itu baru keluar dari toko. Saat bodynya masih gemuk berisi. Sedangkan milikku sudah keriput -_- . Kalian tahukan wadah pasta gigi saat itu terbuat dari sejenis seng aluminium bukan karet seperti jaman sekarang.
Ada dua teman yang tetap stand bye disisi Rendra. Sama halnya dengan Rendra. Mereka menyangkal keberadaan odol rasa Stroberi. Tidak ada yang namanya pasta gigi rasa Stroberi. Mungkin bagi mereka itu adalah suatu barang khayalan yang terlalu indah untuk menjadi kenyataan.
Lha terus tulisan Strawberry ini, gambar buah Stroberi ini.. yang terdapat pada pasta gigiku.. masa aku gambar sendiri pakai spidol -_- (inikan jelas-jelas cetakan pabrik). Mereka juga langsung menolak saat aku suruh untuk mencicipi sendiri rasa odol Stroberi milikku. Tidak lupa mereka menyertakan aksi dan perkataan sangkalan mereka. Kedua pasta gigi kami berasal dari merk yang sama. Sebenarnya secara umum rasa Stroberi menjadi rasa pertama hampir semua produk. Setelah itu baru rasa lain menyusul.
Saat pulangpun, saat sepedaku melewati mereka bertiga, mereka masih mengatakan hal yang sama. Penyangkalan mereka. Kok adegannya mirip sinetron saat scene anak-anak dan gengnya.
Lalu pindah ke masa SMP. Ia juga menjadi teman ekstrakurikulerku. Keterbukaannya kepadaku waktu itu. Ia bercerita kepadaku perihal anak-anak yang mempunyai "cinta monyet".. kepadaku. Aku hanya bisa tersenyum bila mengingat hal itu.
Tak terasa mataku berkaca-kaca.
Diperjalanan menuju pemakaman. Aku baru mengetahuinya. Ternyata ada budaya lokal bahwa bila yang meninggal masih bujang. Sepasang ayam dibawa serta. Yang membawanya adalah salah seorang tetangganya yang mengawal ambulan membawa bendera kuning. Sepasang ayam jantan dan betina itu terdiam tenang diikat di motor bagian tengah, atas mesin, depan jok.
Inilah pertama kalinya aku melayat seseorang yang masih lajang.
Aku melihat diriku sendiri. Sudah saatnya aku mengambil langkah. Menempuh tingkatan selanjutnya.
Tak terasa waktu berinteraksi bersamamu sudah terlewat lebih dari dua puluh tahun. Namun aku masih mengingatnya seperti halnya itu barusan terjadi kemarin .
Selamat jalan kawan. Semoga amal ibadahmu diterima disisinya.
Rendra adalah sebayaku. Kami beda gang, beda RT, beda RW tapi masih satu komplek perumahan. Ia adalah teman TK, teman SD dan teman SMP aku. Tidak ada banyak pilihan sekolah di lingkungan kami. Yang paling dekat hanya ada satu TK, dua SD dan Tiga SMP. Tapi kok bisa ketemu mulu ya?.
Selepas SMP aku ikut orangtuaku hijrah keluar kota. SMAku berada diluar kota. Itulah mengapa aku tidak punya banyak teman ngumpul dikotaku sekarang. Sedangkan ikatan paling kuat itu terjadi saat masa SMA keatas. Mengunjungi rumah dia adalah pikiran pertama yang terlintas dikepalaku saat berkunjung pulang ke kota ini. Bercerita banyak kepadanya mengenai hal-hal baru yang kualami menginjak masa SMA. Saling bertanya kabar dan lain sebagainya.
Namun dialah yang memutuskan pertemanan kami dengan alasan yang klise. Untuk detailnya tak perlulah aku menceritakannya. Cukup aku simpan untuk diriku sendiri.
Its fine. Aku nggak rugi apapun kok. Kamu tu nggak pintar, nggak ganteng, nggak populer, hanya beruntung terlahir dari keluarga berada. Tapi kamu sudah membuang salah satu harta terpenting kamu. Karena aku nggak yakin seberapa banyak orang yang mau sungguhan berkawan denganmu.
Meskipun begitu.. aku ingin mengiriminya undangan saat aku menikah nanti. Menunggu saat-saat itu. Saat aku bisa menggodanya dengan mengatakan kapan dia menyusulku. Bisa menanyakan kepadanya pertanyaan legendaris itu. Kapan nikah?. Sudah punya calon belum?. Pasti bakalan menyebalkan tuh.
Namun sepertinya hal itu tidak akan pernah terjadi. Hanya menjadi sebatas anganku belaka. Aku tidak pernah menyangka ia akan pergi secepat ini. Umur manusia memang tidak ada yang tahu. Manusia ibarat buah kelapa yang bisa diunduh kapan saja. Baik saat tua maupun saat muda sekalipun. Yang Maha Kuasalah yang memutuskannya.
Di rumah duka. Aku tak melihat ada orang lain seumuranku. Semuanya bapak-bapak. Mungkin aku hanya tidak melihat teman-temannya yang lain. Saat ini memang hari kerja dan jam kerja. Ikatan paling kuat dan berkesan umumnya terjadi saat masa SMA keatas. Teman-teman SMAnya, teman-teman kuliahnya mungkin baru akan datang mengunjungi keluarga yang berduka beberapa waktu setelah ini.
Saat mensholati jenazahnya. Dalam waktu singkat yang hanya beberapa menit saja itu. Pikiranku berputar kembali ke masa lalu. Waktu TK dan SD Rendra bukanlah teman yang baik. Seperti halnya yang dilakukan anak seusia itu. Contohnya waktu itu. Aku teringat waktu SD ada praktek menyikat gigi dan kami disuruh ibu guru untuk membawa peralatan dari rumah. Sikat gigi, odol dan mug plastik sebagai wadah air untuk berkumur.
Kami para anak kecil entah kenapa mempunyai pikiran yang sama. Sebenarnya aku juga merasa harus membawa pasta gigi yang masih baru. Karena aku yakin teman-temanku yang lain pasti juga memikirkan hal yang sama. Lebih ke show-off, bisa pamer saat dilihat teman yang lain. Tapi permintaanku ditolak begitu saja oleh ayah. Beliau berkata sama saja toh pasta gigiku masih ada isinya. Ibu juga mengatakan hal senada. Mungkin hal itu dinilai merepotkan bila harus pergi ke toko untuk membeli yang baru. Waktu itu tidak banyak toko yang menjual barang khusus anak kecil seperti milikku. Ya sudah, masa kayak gitu ngeyel. Aku memandang pasta gigiku yang sudah kurus itu.
Teman-teman saling memamerkan pasta gigi yang dipakainya. Hampir semuanya, mungkin bahkan semuanya membawa pasta gigi baru. Belum pernah dipakai, baru beli dari toko. Namun sebagian besar membawa pasta gigi biasa, pasta gigi mint yang sangat umum. Kami menyebutnya pasta gigi rasa pedas. Sepertinya hanya aku dan Rendra yang membawa pasta gigi Junior, rasa buah yang mendominasi dengan rasa mint yang lemah. Rendra menunjukkan pasta gigi barunya yang mempunyai rasa Pisang. Beberapa teman mengerubungnya, kagum akan benda itu. Aku mengeluarkan pasta gigi lamaku yang sudah terpakai lebih dari setengah. Pasta gigi Junior rasa Stroberi. Ada seorang teman yang melihatnya dan mengatakan kepada anak-anak lainnya. Mereka ganti mengerubungku. Tapi tidak terlalu lama karena mungkin melihat bentuk pasta gigiku yang tidak begitu menarik. Tidak seperti iklan-iklan di TV yang mempraktekkannya saat barang itu baru keluar dari toko. Saat bodynya masih gemuk berisi. Sedangkan milikku sudah keriput -_- . Kalian tahukan wadah pasta gigi saat itu terbuat dari sejenis seng aluminium bukan karet seperti jaman sekarang.
Ada dua teman yang tetap stand bye disisi Rendra. Sama halnya dengan Rendra. Mereka menyangkal keberadaan odol rasa Stroberi. Tidak ada yang namanya pasta gigi rasa Stroberi. Mungkin bagi mereka itu adalah suatu barang khayalan yang terlalu indah untuk menjadi kenyataan.
Lha terus tulisan Strawberry ini, gambar buah Stroberi ini.. yang terdapat pada pasta gigiku.. masa aku gambar sendiri pakai spidol -_- (inikan jelas-jelas cetakan pabrik). Mereka juga langsung menolak saat aku suruh untuk mencicipi sendiri rasa odol Stroberi milikku. Tidak lupa mereka menyertakan aksi dan perkataan sangkalan mereka. Kedua pasta gigi kami berasal dari merk yang sama. Sebenarnya secara umum rasa Stroberi menjadi rasa pertama hampir semua produk. Setelah itu baru rasa lain menyusul.
Saat pulangpun, saat sepedaku melewati mereka bertiga, mereka masih mengatakan hal yang sama. Penyangkalan mereka. Kok adegannya mirip sinetron saat scene anak-anak dan gengnya.
Lalu pindah ke masa SMP. Ia juga menjadi teman ekstrakurikulerku. Keterbukaannya kepadaku waktu itu. Ia bercerita kepadaku perihal anak-anak yang mempunyai "cinta monyet".. kepadaku. Aku hanya bisa tersenyum bila mengingat hal itu.
Tak terasa mataku berkaca-kaca.
Diperjalanan menuju pemakaman. Aku baru mengetahuinya. Ternyata ada budaya lokal bahwa bila yang meninggal masih bujang. Sepasang ayam dibawa serta. Yang membawanya adalah salah seorang tetangganya yang mengawal ambulan membawa bendera kuning. Sepasang ayam jantan dan betina itu terdiam tenang diikat di motor bagian tengah, atas mesin, depan jok.
Inilah pertama kalinya aku melayat seseorang yang masih lajang.
Aku melihat diriku sendiri. Sudah saatnya aku mengambil langkah. Menempuh tingkatan selanjutnya.
Tak terasa waktu berinteraksi bersamamu sudah terlewat lebih dari dua puluh tahun. Namun aku masih mengingatnya seperti halnya itu barusan terjadi kemarin .
Selamat jalan kawan. Semoga amal ibadahmu diterima disisinya.
Sang Pengasuh
Diposting oleh
tutorial
16.09
"Aku tidak terima kalo ada yang mengatakan cucuku bakalan mempunyai sifat yang buruk dan mendapatkan banyak hal melalui cara menyogok!." Itulah ucapan Sugeharto tahun lalu setelah ia mendengar desas-desus gosip orang kampung dari istrinya.
Sore ini sore yang tenang, seperti halnya sore-sore sebelumnya. Matahari mulai meredup, ia mulai berjalan menjauh ke ujung barat. Beberapa warga sudah pada pulang. Beberapa warga kumpul lesehan di Pos Kampling kampung sekedar untuk saling bersendau gurau dan refresing. Ada Bude Tejo, Bu Wan dan Bu Man.
Percakapan diawali oleh bude Tejo yang silau oleh perkataan Pak Sugeharto tempo hari. Ia bercerita kepada Bude Tejo bahwa gaji anaknya sekarang naik menjadi rp15 juta. Hal itupun diceritakannya kembali oleh Bude Tejo kepada mereka yang berkumpul disana. Bude memang orangnya mudah takjub. Tipe yang menyenangkan untuk diceritani kesenangan orang. Jawaban dan ekspresinya yang polos sangat tergambarkan. Benar-benar orang yang sangat berbaik sangka.
"Lho bukannya Bude sebelumnya bilang gajinya itu Rp20 juta?. Katanya naik kok malah jadi lebih sedikit?." sela Bu Wan. Ia masih mengingat betul perkataan Bude tempo hari kepadanya.
Bu Man menengahi.
"Mungkin maksudnya ditambahkan. Dulunya Rp20juta lalu kemarin naik Rp15 juta. Jadinya Rp20juta ditambah Rp15juta. Total gajinya menjadi Rp35juta sebulan."
"Oh begitu ya." Bude Tejo manggut-manggut.
"Hebat". Bude Tejo masih kagum.
'Kalau dipikir-pikir Sugeharto senang sekali over show kepada Bude Tejo. Mungkin karena menganggap Bude Tejo secara ekonomi jauh berada dibawahnya. Hal itu didukung dengan sikap Bude yang sangat mengagumi hal yang terkesan "wah" yang diungkapkan kepadanya. Padahal Bude sendiri selain mendapatkan pensiun, bukankah setiap bulannya juga menerima kiriman dari anak-anaknya sebesar rp3juta dan rp2juta setiap bulannya. Sugeharto belum tahu bahwa kedua anak laki-laki Bude adalah pengusaha dengan omset ratusan juta rupiah sebulan.
Pak Man yang ada disekitar situ ikut bergabung. Ia menuturkan.
"Tidak ada perusahaan yang berani menggaji karyawannya sebesar itu Bude. Apalagi perusahaan tempat anaknya bekerja itu hanyalah perusahaan kecil. Saya saja yang seorang pegawai negeri paaling mentok hanya Rp4juta."
"Tapi katanya segitu kok". Bude masih bersikukuh.
"Ya bisa sih dapat segitu kalo nyambi. Nyambi gesek-gesek".
"Gesek-gesek?" Bude tidak mengerti.
Sebelum Pak Man menjelaskan lelucon karangannya. Datanglah seorang anak kecil. Anak itu adalah Nana, cucu Sugeharto datang membopong mainan berupa senapan kecil. Semuanya seolah kompak tidak ada yang mengarahkan matanya untuk menyorot si kecil itu.
Kecuali Bude Tejo.
"Eh anak manis. Sini". Bude Tejo menanggapi.
Si kecil itu mengarahkan senjatanya kepada Bude Tejo.
"Bude nggak punya mobilkan?. Bude nggak punya laptopkan?. Nana punya". Dibarengi dengan aksinya menembak-nembakkan senjatanya ke arah Bude Tejo.
'Tuh kan. Salahnya sendiri sih'. Semua yang ada disitu seolah sudah menyangka apa yang akan terjadi.
"Nana punya Pajero. Bude nggak punya. Rumah Bude kecil. Rumah Nana besaar. Bude miskin!."
'Eh buset. Ini bocah siapa yang ngajarin!?. Anak sekecil itu memang sudah bisa lancar mengeja huruf?. Sudah bisa membaca?.' pertanyaan itu terlontar walaupun sudah terlintas akan jawabannya.
'Si pengasuh' adalah jawaban yang terlintas dikepala mereka.
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya adalah ungkapan lama yang masih relevan sampai sekarang.
Pola pengasuhan memiliki efek pada perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak kelak.
Pengasuh berperan langsung terhadap pertumbuhan karakter anak.
Para warga mengetahui dengan jelas bahwa sang Embahlah yang menjadi pengasuh anak itu. Mbah Sugeharto.
Pak Man teringat dulu pernah bercakap-cakap dengan bapak dari si kecil Nana. Penasaran oleh alasannya mengambil perempuan yang sekarang sudah menjadi istrinya. Amir sang suami sekaligus menantu dari Sugeharto memberikan jawabnya. Ia mengambil istri yang berpendidikan tinggi agar kelak bisa mendidik anak-anaknya. Sebenarnya jawaban ini terkesan jawaban yang bijak. Namun jawaban tersebut tidak sreg menurut Pak Man. Apabila seperti itu. Jadi dengan hasil pendidikan S1nya itu sang istri bisa mengajarkan pelajaran semacam Aljabar Linear dan Fisika Kuantum kepada anak-anaknya?. Eh?. Lha terus kenapa bukan dia yang mengasuh? melainkan sang embah. Kalau begitu kapan dong dia bisa mengajarkan pendidikan Aljabar Linear dan Fisika Kuantum kepada anak-anaknya?.
Bisa diartikan pula bahwa mereka yang pendidikannya rendah tidak bisa menjadi ibu yang baik?.
'Dulu aku pernah bercakap-cakap dengan ibu guru Tk dari Awan anak lelakiku. Bu guru itu bercerita bahwa dia dulu pernah lolos ujian masuk jurusan kedokteran dari universitas negeri terbaik di kota ini. Sayangnya waktu itu uang yang dikumpulkan orangtuanya untuk membayar uang gedung jauh dari cukup. Dengan berat hati ia mengurungkan diri untuk menjadi mahasiswa disana. Setelah menikah, ia rajin menghadiri seminar-seminar gratis dan yang biayanya tidak mahal. Demi meningkatkan kualitas dirinya. Seminar yang ada hubungannya dengan profesinya yaitu mendidik anak-anak.
"Aku tidak pernah mendidik anakku untuk menjadi orang kaya. Aku mendidiknya agar bisa memperoleh hidup yang bahagia. Sehingga ketika dewasa. Mereka bisa mengetahui dan menghargai nilai suatu barang dibanding harganya."
Sore ini sore yang tenang, seperti halnya sore-sore sebelumnya. Matahari mulai meredup, ia mulai berjalan menjauh ke ujung barat. Beberapa warga sudah pada pulang. Beberapa warga kumpul lesehan di Pos Kampling kampung sekedar untuk saling bersendau gurau dan refresing. Ada Bude Tejo, Bu Wan dan Bu Man.
Percakapan diawali oleh bude Tejo yang silau oleh perkataan Pak Sugeharto tempo hari. Ia bercerita kepada Bude Tejo bahwa gaji anaknya sekarang naik menjadi rp15 juta. Hal itupun diceritakannya kembali oleh Bude Tejo kepada mereka yang berkumpul disana. Bude memang orangnya mudah takjub. Tipe yang menyenangkan untuk diceritani kesenangan orang. Jawaban dan ekspresinya yang polos sangat tergambarkan. Benar-benar orang yang sangat berbaik sangka.
"Lho bukannya Bude sebelumnya bilang gajinya itu Rp20 juta?. Katanya naik kok malah jadi lebih sedikit?." sela Bu Wan. Ia masih mengingat betul perkataan Bude tempo hari kepadanya.
Bu Man menengahi.
"Mungkin maksudnya ditambahkan. Dulunya Rp20juta lalu kemarin naik Rp15 juta. Jadinya Rp20juta ditambah Rp15juta. Total gajinya menjadi Rp35juta sebulan."
"Oh begitu ya." Bude Tejo manggut-manggut.
"Hebat". Bude Tejo masih kagum.
'Kalau dipikir-pikir Sugeharto senang sekali over show kepada Bude Tejo. Mungkin karena menganggap Bude Tejo secara ekonomi jauh berada dibawahnya. Hal itu didukung dengan sikap Bude yang sangat mengagumi hal yang terkesan "wah" yang diungkapkan kepadanya. Padahal Bude sendiri selain mendapatkan pensiun, bukankah setiap bulannya juga menerima kiriman dari anak-anaknya sebesar rp3juta dan rp2juta setiap bulannya. Sugeharto belum tahu bahwa kedua anak laki-laki Bude adalah pengusaha dengan omset ratusan juta rupiah sebulan.
Pak Man yang ada disekitar situ ikut bergabung. Ia menuturkan.
"Tidak ada perusahaan yang berani menggaji karyawannya sebesar itu Bude. Apalagi perusahaan tempat anaknya bekerja itu hanyalah perusahaan kecil. Saya saja yang seorang pegawai negeri paaling mentok hanya Rp4juta."
"Tapi katanya segitu kok". Bude masih bersikukuh.
"Ya bisa sih dapat segitu kalo nyambi. Nyambi gesek-gesek".
"Gesek-gesek?" Bude tidak mengerti.
Sebelum Pak Man menjelaskan lelucon karangannya. Datanglah seorang anak kecil. Anak itu adalah Nana, cucu Sugeharto datang membopong mainan berupa senapan kecil. Semuanya seolah kompak tidak ada yang mengarahkan matanya untuk menyorot si kecil itu.
Kecuali Bude Tejo.
"Eh anak manis. Sini". Bude Tejo menanggapi.
Si kecil itu mengarahkan senjatanya kepada Bude Tejo.
"Bude nggak punya mobilkan?. Bude nggak punya laptopkan?. Nana punya". Dibarengi dengan aksinya menembak-nembakkan senjatanya ke arah Bude Tejo.
'Tuh kan. Salahnya sendiri sih'. Semua yang ada disitu seolah sudah menyangka apa yang akan terjadi.
"Nana punya Pajero. Bude nggak punya. Rumah Bude kecil. Rumah Nana besaar. Bude miskin!."
'Eh buset. Ini bocah siapa yang ngajarin!?. Anak sekecil itu memang sudah bisa lancar mengeja huruf?. Sudah bisa membaca?.' pertanyaan itu terlontar walaupun sudah terlintas akan jawabannya.
'Si pengasuh' adalah jawaban yang terlintas dikepala mereka.
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya adalah ungkapan lama yang masih relevan sampai sekarang.
Pola pengasuhan memiliki efek pada perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak kelak.
Pengasuh berperan langsung terhadap pertumbuhan karakter anak.
Para warga mengetahui dengan jelas bahwa sang Embahlah yang menjadi pengasuh anak itu. Mbah Sugeharto.
Pak Man teringat dulu pernah bercakap-cakap dengan bapak dari si kecil Nana. Penasaran oleh alasannya mengambil perempuan yang sekarang sudah menjadi istrinya. Amir sang suami sekaligus menantu dari Sugeharto memberikan jawabnya. Ia mengambil istri yang berpendidikan tinggi agar kelak bisa mendidik anak-anaknya. Sebenarnya jawaban ini terkesan jawaban yang bijak. Namun jawaban tersebut tidak sreg menurut Pak Man. Apabila seperti itu. Jadi dengan hasil pendidikan S1nya itu sang istri bisa mengajarkan pelajaran semacam Aljabar Linear dan Fisika Kuantum kepada anak-anaknya?. Eh?. Lha terus kenapa bukan dia yang mengasuh? melainkan sang embah. Kalau begitu kapan dong dia bisa mengajarkan pendidikan Aljabar Linear dan Fisika Kuantum kepada anak-anaknya?.
Bisa diartikan pula bahwa mereka yang pendidikannya rendah tidak bisa menjadi ibu yang baik?.
'Dulu aku pernah bercakap-cakap dengan ibu guru Tk dari Awan anak lelakiku. Bu guru itu bercerita bahwa dia dulu pernah lolos ujian masuk jurusan kedokteran dari universitas negeri terbaik di kota ini. Sayangnya waktu itu uang yang dikumpulkan orangtuanya untuk membayar uang gedung jauh dari cukup. Dengan berat hati ia mengurungkan diri untuk menjadi mahasiswa disana. Setelah menikah, ia rajin menghadiri seminar-seminar gratis dan yang biayanya tidak mahal. Demi meningkatkan kualitas dirinya. Seminar yang ada hubungannya dengan profesinya yaitu mendidik anak-anak.
"Aku tidak pernah mendidik anakku untuk menjadi orang kaya. Aku mendidiknya agar bisa memperoleh hidup yang bahagia. Sehingga ketika dewasa. Mereka bisa mengetahui dan menghargai nilai suatu barang dibanding harganya."
Profesi terhormat
Diposting oleh
tutorial
16.11
Pagi ini aku membaca di surat kabar. Ada seorang perokok yang menggungat produsen rokok . Ia meminta ganti rugi satu trilyun atas kerugian kesehatan yang ia terima. Ia juga menuntut uang santunan sebesar Rp500 milyard. Dia sakit sakitan karena menjadi konsumen royal rokok selama bertahun-tahun.
Masuk akalkah tuntutan orang itu?. Masuk akal saja sih. Tapi sayang apa yang dipikirkan oleh akalnya bukanlah sesuatu yang bisa diterima oleh semua akal sehat manusia. Akallah yang membuat manusia memutuskan itu hal yang benar atau salah. Jadi hanya karena punya akal, bukan lalu tindakannya menjadi dibenarkan.
Pikiranku langsung menuju ke seorang calon klien beberapa waktu lalu. Kalau tidak salah ia bernama Sugeharto. Calon karena aku tidak bersedia untuk memproses keinginannya lebih lanjut. Dia benar-benar orang yang menarik. Iya menarik, karena baru pertama kali ini aku bertemu secara nyata dengan manusia semacam ini. Paling sekedar baca di koran atau media lainnya, seperti berita pagi ini.
Tapi yang ini beneran ketemu.
"Sugeh Harto. Kok dihina!. Huuuuu!" disertai mimik wajah khas miliknya berupa mata yang melotot dan mulut yang dimonyongkan .
Itu adalah bait kalimat yang membuatku nyaris menanggalkan skill pokeface milikku. Benar-benar cobaan yang berat.. untuk menahan tawa.
Dia melanjutkannya dengan menyanyikan lagu mars miliknya. Dengan penuh semangat.
"Sugeharto.. Sugeh harto!."
Sambil tangan dan badannya bergoyang namun tetap dalam posisi duduk.
"Sugeharto.. Sugeh harto!." Ia menyanyi penuh semangat.
'UGH!' benar-benar serangan beruntun yang maut.
Serangan kombinasi yang hampir mematahkan pertahananku.
Aku tidak mau mengingat tingkah selanjutnya. Sebaiknya aku melupakannya. Hanya akan mengganggu skill konsentrasiku.
Sebagai seorang pengacara aku harus mempunyai skill psikologi untuk membaca klien dan lawanku. Demi keuntunganku.
Kalau saja aku mengambil jurusan psikologi. Aku mungkin bisa membuat tesis menggunakan dirinya sebagai subjek penelitian. Ada banyak sekali hal yang bisa digali darinya. (^_^)
Dia bilang meminta somasi. Maksudnya dia meminta pendapatku dengan niat mengkriminalisasikan salah seorang tetangganya. Untuk masalah seperti ini tentunya bila dinilai serius aku akan mengajukan mediasi. Agar kedua belah pihak bisa bertemu lalu bisa menyelesaikannya secara baik-baik. Walaupun yang memepermasalahkan hanyalah satu pihak, yaitu dari pihak Sugeharto ini. Namun bukan itu hal yang diinginkan oleh Sugeharto. Tidak ada itikad baik semacam itu. Yang ia inginkan adalah menghukum orang yang berani membalas kelakuannya, menghinanya. Dengan melihat orang yang dibencinya mengalami musibah, terkena sial, dan bahkan kalau bisa terjerat oleh hukum karena ia telah berani menantang Sugeharto ini dengan membalas kelakuannya. Itu akan bisa memberikannya kepuasan yang hakiki.
Sekalipun ini pertama kalinya aku bertemu dengannya. Dengan bercakap-cakap dengannya. Aku sudah bisa melihat banyak hal dalam dirinya. Kesimpulan pertama yang aku ambil. Dirinya pasti tidak pernah makan bangku kuliah. Ini bukan hinaan ya, tapi kenyataan dengan melihat gaya bicaranya.
Dan aku bahkan berani bertaruh. Misalkan ada salah seorang yang dibencinya sedang mengikat suatu benda pada sepeda motornya dengan tali pengekang karet yang ujungnya kail. Orang tersebut tidak mengenakan helm. Dan orang tersebut ada dalam jarak pandang Sugeharto ini. Sugeharto akan menyumpahinya, matanya tidak akan lepas dari diri sosok orang itu, nafasnya memburu, mengharap-harap dengan penuh nafsu agar tali tersebut meleset dan kailnya terpental mengenai wajah bahkan mata orang tersebut. Karena bila sampai hal itu terjadi.. itu adalah kenikmatan yang hakiki bagi dirinya.
"Kena batunya dia!" itulah ungkapan kepuasan saat ada salah seorang yang dibencinya mengalami sesuatu masalah. Sedangkan orang-orang disekitarnya, bila sampai dia terkena musibah ataupun kesialan reaksinya biasa saja. Nggak penting.
Ya, itulah kesimpulan yang bisa aku ambil.
Jelas aku meminta dia untuk menemukan orang lain. Advokat adalah profesi yang terhormat. Aku tidak mau hanya karena dia nama baik kantor hukum milikku ini menjadi rusak. Menjadi turun pamornya. Kantor hukum yang sudah kudirikan dengan kerja keras selama bertahun-tahun.
Masalah honor itu urusan pribadi, mau minta seberapa besar juga urusan pribadi. Terus terang ada beberapa rekan seprofesi yang disewa jasanya oleh pengusaha kelas kakap, oleh pejabat tinggi negara. Yang terjerat oleh kasus tingkat tinggi. Mereka mau menerimanya. Sekalipun mendapat honor kisaran dua jutaan. Dua juta dolar maksudnya. Lha Sugeharto ini?. Kalau ditilik dari honor yang diberikannya juga paling honor standart. Segitu-segitu saja, bahkan aku juga yakin bakalan ditawar. Dengan pertaruhan nama baikku?. Yang sudah aku bangun selama bertahun-tahun?. Mungkin kalau aku adalah seorang pemula, mau-mau saja menerimanya karena tidak ada beban moral apapun. Ataupun karena nggak laku, sepi order, ya boleh-boleh saja karena terpaksa.
Bila dia serius memperkarakan hal Meh semacam itu. Bila aku adalah orang yang "murahan". Aku akan mengatakan kepadanya. Bila perkataan orang yang menjadi target kriminalisasinya adalah suatu kebohongan. Ia bisa memasukannya ke delik fitnah. Dan bila sebaliknya itu adalah suatu kebenaran, maka ia bisa memasukkannya ke delik penghinaan. Tuh, sudah saya beritahukan. Beres sudah. Aku terima bayaran.
Mau menang atau tidak terserah, yang penting dia keluar duit buat aku.
Tapi kalau aku yang menjadi lawannya. Seseorang yang "cerdas". Aku juga tidak mau main-main dengan orang yang berani menyerang aku secara terang-terangan. Berusaha mengkriminalisasi aku adalah sesuatu yang serius. Aku takkan tinggal diam. Aku bakalan serang balik. Jelas aku bakalan tega terhadapnya. Kita lihat apa semua hartaanak-anaknya menantunya mampu menutup kerugian immateriil yang aku alami. Ini bukan gertakan. Aku pastikan hal ini akan menjadi viral. Aku panggil para wartawan untuk meliputnya. Biar tidak hanya tingkat lokal, kalau perlu menjadi berita tingkat nasional. Biar semua orang tahu siapa dirinya.
Akupun bakal menjadi pengacara yang terkenal secara instant. HAHAHAHA.
-_- Ehem. Maaf saya terbawa suasana.
"So.. you wanna us to give you applause for your wealthy?"
Itulah inti yang aku lihat dari dirinya.
Kalau mau melihat. Sebenarnya tidak ada masalah kok. Menghadapi orang semacam Sugeharto ini. Dia adalah seorang pekerja seni, yang mampu membuat kita tertawa. Sebuah bahan hiburan. Hal semacam tidak mampu tapi ingin kelihatan mampu, yang aku lihat adalah perilaku demi menghibur dirinya sendiri.
Sama sekali tidak ada masalah. Serius. Siapa yang tidak suka dihibur?.
Menghibur itu dapat pahala lho.
Dan semua orang baik disekililingnya, semua orang baik dilingkungannya juga pasti tidak akan mempermasalahkan hal ini. Tidak akan mengejeknya akan hal tersebut. Kasihan lho sebenarnya orang semacam ini. Tidak mampu membeli yang ori, beli yang KW. Tidak mampu membeli yang baru, beli yang bekas. Tidak mampu, tapi ingin kelihatan mampu. Menghibur diri sendiri. Jahat kalau sampai kita mengejek orang yang menghibur dirinya sendiri semacam dirinya.
Seperti halnya berkali-kali mengatakan bahwa dirinya punya mobil, yang entah berapa biji. Tanpa mengunjungi rumahnya, aku juga sudah bisa menebak bahwa dirinya pasti tidak mempunyai garasi untuk mobil-mobilnya itu. Punya banyak mobil tapi tidak punya garasi, markirnya di badan jalan, menempati setengah dari lebar jalan kampung. Menurut UU tahun 2014, bisa dikenakan tilang lho itu. Untung saja ini bukan Jakarta, jadi belum ada ketegasan. Ya itulah namanya kalau tidak mampu tapi memaksakan diri agar terlihat mampu. Akhirnya ya seperti itu. Mengganggu hak orang lain.
Dia bahkan sampai bercerita kepadaku. Ada pemuda yang tidak disukainya lewat mengendarai motornya, waktu berbelok terlihat menyenggol mobil yang dia parkirkan di depan rumahnya itu. Dia segera lari melihat apa ada goresan di mobilnya. Dan lega setelah tidak melihat ada sesuatu yang lecet. Itupun segera mengomel mengatakan untung saja tidak tergores, kalau tergores pasti pemuda itu tidak bakalan mampu membayar kerugiannya. Heh?. Bukankah kalau sampai tergores itu adalah kesalahannya sebagai pemilik mobil?.
Tidak peduli ia punya sepuluh mobil sekalipun. Semua mobilnya harus bisa masuk ke garasi rumahnya. Bukan malah diparkirkan di jalan kampung. Masih bisa dimaklumi bila mobil yang ada demi untuk menjalankan usaha, walaupun hal itu juga tidak bisa dibenarkan. Tapi inikan demi prestise. Masa nggak malu punya mobil banyak, mengatakan dirinya kaaya rayaa, tapi tidak punya garasi dirumah untung menampung mobilnya. Kalah sama keluarga yang dikatakannya tidak mampu tapi semua motornya masuk, tidak ada yang menempati jalan kampung sebagai tempat parkir.
Masih menceritakan pemuda yang sama. Dia malahan bercerita kepadaku dengan bangganya bahwa istrinya waktu pulang menggunakan salah satu mobil bekas barang dagangannya dari suatu acara. Mungkin karena faktor usia, dan juga karena jarang memegang mobil. Saat mau memutar balik mobilnya itu mundur menabrak motor pemuda tersebut yang sedang diparkirkannya di halaman rumah sang pemuda sampai terjatuh. Bahwasanya saat itu sang istri sudah mengatakan tidak sengaja dan memang tidak sengaja, saya yakin pemuda tersebut tidak bakalan mempermasalahkannya. Alih-alih menyesalkan tindakan istrinya itu. Dia malahan bercerita dengan banganya bahwa istrinya menabrak motor jelek milik sang pemuda sampai jatuh. Menyebut hal itu pantas. "Motor jelek saja, nggak papa!" Katanya.
Dan aku yakin aku bukanlah orang satu-satunya dan orang pertama yang dia ceritakan mengenai hal ini dengan menggebu-gebu dan bangga. Suatu hal yang sebenarnya tidak perlu aku mendengarnya. Namun itu memberikanku informasi, mengatakan kepadaku siapa dirinya yang sebenarnya.
Sebagian orang tidak bisa menghormati orang lain hanya karena mereka tidak bisa menghormati dirinya sendiri.
Pemecahan masalah mengenai garasi itu gampang . Bikin saja garasi dilantai dasar. Jadi bisa masuk semua tuh. Lantai ataskan bisa buat kumpul-kumpul, bersantai. Kalau alasan capek menggunakan tangga, ya tingal pasang lift saja. Ada alternatif kalau nggak mau menjadikan lantai dasar sebagai garasi. Bangun saja ruang bawah tanah sebagai garasi. Jadi lantai dasar dan lantai atas bisa dipakai untuk keluarga. Gampangkan. Apalagi?. Masalah dana?. Loh berkali-kali mengatakan dirinya sendiri orang kaaya rayaa. Kalau memang nggak mampu bikin ya kembali saja pakai sepeda motor. Ngapain gengsi!?.
Buat apa coba memaksakan diri memakai mobil?. Buat jengjeng?. Buat apa jengjeng?. Sudah tua juga. Nggak bakalan ada ngelirik. Sadar diri kalau sudah opa-opa.
Anganku tiba-tiba melayang.
Seorang lelaki tua turun dari mobil sedannya yang berwarna hijau kodok. Warna kulitnya sawo matang, matanya sipit dan kumisnya lebat. Perempuan-perempuan muda disekitarnya langsung menyerbu kearahnya, mengepungnya. Serempak mereka berseru histeris
"Kyaa. Oppa!. Oppa!. Kyaaa!"
"STOP!!!". Aku mengibas-kibaskan kedua tanganku keatas kepalaku, berusaha menghapus bayangan barusan.
Yang menjadi titik api adalah karena disamping melakukan hal itu. Ia juga malah merendahkan orang lain, menghina orang lain. Membandingkan kalau dirinya itu lebih tinggi dari orang yang direndahkan dan dihinanya. Sedangkan orang tersebut pada kenyataannya mempunyai "derajat" diatas Sugeharto ini. Itu yang membuat orang-orang menjadi geram. Sikap yang tidak tahu diri.
Mau sombong juga lihat-lihat dulu atuh. Kira-kira. Ngaca dululah sebelum menghina. Lihat kemampuan.
Masuk akalkah tuntutan orang itu?. Masuk akal saja sih. Tapi sayang apa yang dipikirkan oleh akalnya bukanlah sesuatu yang bisa diterima oleh semua akal sehat manusia. Akallah yang membuat manusia memutuskan itu hal yang benar atau salah. Jadi hanya karena punya akal, bukan lalu tindakannya menjadi dibenarkan.
Pikiranku langsung menuju ke seorang calon klien beberapa waktu lalu. Kalau tidak salah ia bernama Sugeharto. Calon karena aku tidak bersedia untuk memproses keinginannya lebih lanjut. Dia benar-benar orang yang menarik. Iya menarik, karena baru pertama kali ini aku bertemu secara nyata dengan manusia semacam ini. Paling sekedar baca di koran atau media lainnya, seperti berita pagi ini.
Tapi yang ini beneran ketemu.
"Sugeh Harto. Kok dihina!. Huuuuu!" disertai mimik wajah khas miliknya berupa mata yang melotot dan mulut yang dimonyongkan .
Itu adalah bait kalimat yang membuatku nyaris menanggalkan skill pokeface milikku. Benar-benar cobaan yang berat.. untuk menahan tawa.
Dia melanjutkannya dengan menyanyikan lagu mars miliknya. Dengan penuh semangat.
"Sugeharto.. Sugeh harto!."
Sambil tangan dan badannya bergoyang namun tetap dalam posisi duduk.
"Sugeharto.. Sugeh harto!." Ia menyanyi penuh semangat.
'UGH!' benar-benar serangan beruntun yang maut.
Serangan kombinasi yang hampir mematahkan pertahananku.
Aku tidak mau mengingat tingkah selanjutnya. Sebaiknya aku melupakannya. Hanya akan mengganggu skill konsentrasiku.
Sebagai seorang pengacara aku harus mempunyai skill psikologi untuk membaca klien dan lawanku. Demi keuntunganku.
Kalau saja aku mengambil jurusan psikologi. Aku mungkin bisa membuat tesis menggunakan dirinya sebagai subjek penelitian. Ada banyak sekali hal yang bisa digali darinya. (^_^)
Dia bilang meminta somasi. Maksudnya dia meminta pendapatku dengan niat mengkriminalisasikan salah seorang tetangganya. Untuk masalah seperti ini tentunya bila dinilai serius aku akan mengajukan mediasi. Agar kedua belah pihak bisa bertemu lalu bisa menyelesaikannya secara baik-baik. Walaupun yang memepermasalahkan hanyalah satu pihak, yaitu dari pihak Sugeharto ini. Namun bukan itu hal yang diinginkan oleh Sugeharto. Tidak ada itikad baik semacam itu. Yang ia inginkan adalah menghukum orang yang berani membalas kelakuannya, menghinanya. Dengan melihat orang yang dibencinya mengalami musibah, terkena sial, dan bahkan kalau bisa terjerat oleh hukum karena ia telah berani menantang Sugeharto ini dengan membalas kelakuannya. Itu akan bisa memberikannya kepuasan yang hakiki.
Sekalipun ini pertama kalinya aku bertemu dengannya. Dengan bercakap-cakap dengannya. Aku sudah bisa melihat banyak hal dalam dirinya. Kesimpulan pertama yang aku ambil. Dirinya pasti tidak pernah makan bangku kuliah. Ini bukan hinaan ya, tapi kenyataan dengan melihat gaya bicaranya.
Dan aku bahkan berani bertaruh. Misalkan ada salah seorang yang dibencinya sedang mengikat suatu benda pada sepeda motornya dengan tali pengekang karet yang ujungnya kail. Orang tersebut tidak mengenakan helm. Dan orang tersebut ada dalam jarak pandang Sugeharto ini. Sugeharto akan menyumpahinya, matanya tidak akan lepas dari diri sosok orang itu, nafasnya memburu, mengharap-harap dengan penuh nafsu agar tali tersebut meleset dan kailnya terpental mengenai wajah bahkan mata orang tersebut. Karena bila sampai hal itu terjadi.. itu adalah kenikmatan yang hakiki bagi dirinya.
"Kena batunya dia!" itulah ungkapan kepuasan saat ada salah seorang yang dibencinya mengalami sesuatu masalah. Sedangkan orang-orang disekitarnya, bila sampai dia terkena musibah ataupun kesialan reaksinya biasa saja. Nggak penting.
Ya, itulah kesimpulan yang bisa aku ambil.
Jelas aku meminta dia untuk menemukan orang lain. Advokat adalah profesi yang terhormat. Aku tidak mau hanya karena dia nama baik kantor hukum milikku ini menjadi rusak. Menjadi turun pamornya. Kantor hukum yang sudah kudirikan dengan kerja keras selama bertahun-tahun.
Masalah honor itu urusan pribadi, mau minta seberapa besar juga urusan pribadi. Terus terang ada beberapa rekan seprofesi yang disewa jasanya oleh pengusaha kelas kakap, oleh pejabat tinggi negara. Yang terjerat oleh kasus tingkat tinggi. Mereka mau menerimanya. Sekalipun mendapat honor kisaran dua jutaan. Dua juta dolar maksudnya. Lha Sugeharto ini?. Kalau ditilik dari honor yang diberikannya juga paling honor standart. Segitu-segitu saja, bahkan aku juga yakin bakalan ditawar. Dengan pertaruhan nama baikku?. Yang sudah aku bangun selama bertahun-tahun?. Mungkin kalau aku adalah seorang pemula, mau-mau saja menerimanya karena tidak ada beban moral apapun. Ataupun karena nggak laku, sepi order, ya boleh-boleh saja karena terpaksa.
Bila dia serius memperkarakan hal Meh semacam itu. Bila aku adalah orang yang "murahan". Aku akan mengatakan kepadanya. Bila perkataan orang yang menjadi target kriminalisasinya adalah suatu kebohongan. Ia bisa memasukannya ke delik fitnah. Dan bila sebaliknya itu adalah suatu kebenaran, maka ia bisa memasukkannya ke delik penghinaan. Tuh, sudah saya beritahukan. Beres sudah. Aku terima bayaran.
Mau menang atau tidak terserah, yang penting dia keluar duit buat aku.
Tapi kalau aku yang menjadi lawannya. Seseorang yang "cerdas". Aku juga tidak mau main-main dengan orang yang berani menyerang aku secara terang-terangan. Berusaha mengkriminalisasi aku adalah sesuatu yang serius. Aku takkan tinggal diam. Aku bakalan serang balik. Jelas aku bakalan tega terhadapnya. Kita lihat apa semua harta
Akupun bakal menjadi pengacara yang terkenal secara instant. HAHAHAHA.
-_- Ehem. Maaf saya terbawa suasana.
"So.. you wanna us to give you applause for your wealthy?"
Itulah inti yang aku lihat dari dirinya.
Kalau mau melihat. Sebenarnya tidak ada masalah kok. Menghadapi orang semacam Sugeharto ini. Dia adalah seorang pekerja seni, yang mampu membuat kita tertawa. Sebuah bahan hiburan. Hal semacam tidak mampu tapi ingin kelihatan mampu, yang aku lihat adalah perilaku demi menghibur dirinya sendiri.
Sama sekali tidak ada masalah. Serius. Siapa yang tidak suka dihibur?.
Menghibur itu dapat pahala lho.
Dan semua orang baik disekililingnya, semua orang baik dilingkungannya juga pasti tidak akan mempermasalahkan hal ini. Tidak akan mengejeknya akan hal tersebut. Kasihan lho sebenarnya orang semacam ini. Tidak mampu membeli yang ori, beli yang KW. Tidak mampu membeli yang baru, beli yang bekas. Tidak mampu, tapi ingin kelihatan mampu. Menghibur diri sendiri. Jahat kalau sampai kita mengejek orang yang menghibur dirinya sendiri semacam dirinya.
Seperti halnya berkali-kali mengatakan bahwa dirinya punya mobil, yang entah berapa biji. Tanpa mengunjungi rumahnya, aku juga sudah bisa menebak bahwa dirinya pasti tidak mempunyai garasi untuk mobil-mobilnya itu. Punya banyak mobil tapi tidak punya garasi, markirnya di badan jalan, menempati setengah dari lebar jalan kampung. Menurut UU tahun 2014, bisa dikenakan tilang lho itu. Untung saja ini bukan Jakarta, jadi belum ada ketegasan. Ya itulah namanya kalau tidak mampu tapi memaksakan diri agar terlihat mampu. Akhirnya ya seperti itu. Mengganggu hak orang lain.
Dia bahkan sampai bercerita kepadaku. Ada pemuda yang tidak disukainya lewat mengendarai motornya, waktu berbelok terlihat menyenggol mobil yang dia parkirkan di depan rumahnya itu. Dia segera lari melihat apa ada goresan di mobilnya. Dan lega setelah tidak melihat ada sesuatu yang lecet. Itupun segera mengomel mengatakan untung saja tidak tergores, kalau tergores pasti pemuda itu tidak bakalan mampu membayar kerugiannya. Heh?. Bukankah kalau sampai tergores itu adalah kesalahannya sebagai pemilik mobil?.
Tidak peduli ia punya sepuluh mobil sekalipun. Semua mobilnya harus bisa masuk ke garasi rumahnya. Bukan malah diparkirkan di jalan kampung. Masih bisa dimaklumi bila mobil yang ada demi untuk menjalankan usaha, walaupun hal itu juga tidak bisa dibenarkan. Tapi inikan demi prestise. Masa nggak malu punya mobil banyak, mengatakan dirinya kaaya rayaa, tapi tidak punya garasi dirumah untung menampung mobilnya. Kalah sama keluarga yang dikatakannya tidak mampu tapi semua motornya masuk, tidak ada yang menempati jalan kampung sebagai tempat parkir.
Masih menceritakan pemuda yang sama. Dia malahan bercerita kepadaku dengan bangganya bahwa istrinya waktu pulang menggunakan salah satu mobil bekas barang dagangannya dari suatu acara. Mungkin karena faktor usia, dan juga karena jarang memegang mobil. Saat mau memutar balik mobilnya itu mundur menabrak motor pemuda tersebut yang sedang diparkirkannya di halaman rumah sang pemuda sampai terjatuh. Bahwasanya saat itu sang istri sudah mengatakan tidak sengaja dan memang tidak sengaja, saya yakin pemuda tersebut tidak bakalan mempermasalahkannya. Alih-alih menyesalkan tindakan istrinya itu. Dia malahan bercerita dengan banganya bahwa istrinya menabrak motor jelek milik sang pemuda sampai jatuh. Menyebut hal itu pantas. "Motor jelek saja, nggak papa!" Katanya.
Dan aku yakin aku bukanlah orang satu-satunya dan orang pertama yang dia ceritakan mengenai hal ini dengan menggebu-gebu dan bangga. Suatu hal yang sebenarnya tidak perlu aku mendengarnya. Namun itu memberikanku informasi, mengatakan kepadaku siapa dirinya yang sebenarnya.
Sebagian orang tidak bisa menghormati orang lain hanya karena mereka tidak bisa menghormati dirinya sendiri.
Pemecahan masalah mengenai garasi itu gampang . Bikin saja garasi dilantai dasar. Jadi bisa masuk semua tuh. Lantai ataskan bisa buat kumpul-kumpul, bersantai. Kalau alasan capek menggunakan tangga, ya tingal pasang lift saja. Ada alternatif kalau nggak mau menjadikan lantai dasar sebagai garasi. Bangun saja ruang bawah tanah sebagai garasi. Jadi lantai dasar dan lantai atas bisa dipakai untuk keluarga. Gampangkan. Apalagi?. Masalah dana?. Loh berkali-kali mengatakan dirinya sendiri orang kaaya rayaa. Kalau memang nggak mampu bikin ya kembali saja pakai sepeda motor. Ngapain gengsi!?.
Buat apa coba memaksakan diri memakai mobil?. Buat jengjeng?. Buat apa jengjeng?. Sudah tua juga. Nggak bakalan ada ngelirik. Sadar diri kalau sudah opa-opa.
Anganku tiba-tiba melayang.
Seorang lelaki tua turun dari mobil sedannya yang berwarna hijau kodok. Warna kulitnya sawo matang, matanya sipit dan kumisnya lebat. Perempuan-perempuan muda disekitarnya langsung menyerbu kearahnya, mengepungnya. Serempak mereka berseru histeris
"Kyaa. Oppa!. Oppa!. Kyaaa!"
"STOP!!!". Aku mengibas-kibaskan kedua tanganku keatas kepalaku, berusaha menghapus bayangan barusan.
Yang menjadi titik api adalah karena disamping melakukan hal itu. Ia juga malah merendahkan orang lain, menghina orang lain. Membandingkan kalau dirinya itu lebih tinggi dari orang yang direndahkan dan dihinanya. Sedangkan orang tersebut pada kenyataannya mempunyai "derajat" diatas Sugeharto ini. Itu yang membuat orang-orang menjadi geram. Sikap yang tidak tahu diri.
Mau sombong juga lihat-lihat dulu atuh. Kira-kira. Ngaca dululah sebelum menghina. Lihat kemampuan.
Intro Sang Lawan
Diposting oleh
tutorial
05.27
Malam ini gemerlap kota berkilau berkelap-kelip menyemarakkan suasana. Malam yang sama halnya dengan malam-malam sebelumnya. Cahaya dari berbagai sudut saling bersaing dalam memerangi pekatnya malam.
Nampak sesosok pemuda gagah berbalut kemeja kasual mengendarai sedan putih dengan atap terbuka menembus jalanan pekat ibukota. Kacamata hitam itu menutupi penampakan parasnya yang rupawan. Ia memandang jalan sambil berkendara menikmati pemandangan di kanan kirinya. Temaram malam yang umumnya menjadi saat peristirahatan masih belum ia temui. Masih banyak orang berlalu lalang, entah itu pulang kerja ataupun masih dalam jam kerjanya. Terlalu awal bagi kota ini untuk tidur. Itu berlaku pula bagi dirinya. Kehidupan malam sudah menjadi bagian dari pemuda ini.
Pemuda itu mengarahkan sedan mewahnya ke lajur dalam, memasuki suatu area. Setelah memarkirkan mobilnya, iapun turun. Karena saat ini ia telah sampai ke tempat destinasinya. Tempat dimana orang-orang berpikir mereka bisa mencairkan masalah dan mimpi buruk mereka. Tempat ini bernama hiburan malam, lebih tepatnya klub malam. Ia adalah salah satu member VVIP klub ini.
Ia menunjukkan kartu membernya kepada penjaga Klub. Pria berbadan besar itu mempersilahkannya masuk. Ia tidak menghiraukan ruang utama. Tidak, ia tidak berminat untuk berjoget di lantai dansa bergabung dengan keramaian dengan diiringi musik dugem racikan para DJ dan sorotan berkelap kelip bola disko. Karena malam ini adalah malam suatu event yang hanya diadakan seminggu sekali.
Dan tempat ini bukanlah suatu tempat hiburan malam biasa. Satu-satunya Klub malam yang mempunyai suatu ruang rahasia yang hanya bisa diakses oleh para member VIP. Ruangan bawah tanah. Ruang yang saat ini dituju pemuda tersebut.
Teriakan sorak pengunjung terdengar nyaring. Keadaan sangat ramai. Sebuah sangkar baja ditengah ruang menjadi pusat perhatian. Mereka yang ada didalamnya saling beradu fisik. Bertarung dengan segenap otot yang mereka miliki. Kedua orang itu sama-sama terluka. Namun pertandingan tidak akan bisa dihentikan sebelum salah seorang didalamnya tumbang. Teralis baja segi empat dengan atap berbahan sama jelas menyatakan bahwa tidak ada tempat untuk melarikan diri untuk keduanya.
Serasa memasuki Kolisium dengan ukuran medium dengan pencahayaan yang temaram.
Salah seorang petarung berdiri membungkuk, tangan kirinya memegangi sisi perut bagian kanan. Sepertinya rusuk kanannya ada yang patah. Tapakan kakinya tidak lagi kokoh.
Yel-yel disertai kepalan tangan keatas para penonton yang mengelilinginya seolah memberikan suntikan semangat lawannya agar segera menghabisinya.
Kau pasti tidak akan menyangka bahwa ternyata ada banyak orang dengan moral seperti ini di kota ini. Fenomena gunung Es memang bisa membuat kita menjadi sangat terkejut.
Bagaimana ruangan ilegal semacam ini sampai saat ini tidak terendus oleh yang berwajib?. Tentu saja karena mereka sebagai pihak penyelenggara membayar umpeti-uang keamanan kepada para oknum aparat disana. Namun bila hal itu tidak berhasil mereka akan "membungkam"nya secara paksa.
Serangan penghabisan telah dilakukan. Lawannya roboh, tepar mencium lantai. Para petugas arena segera menyeretnya keluar dan memberikan perawatan medis seadanya. Akan menjadi runyam bila ada peserta yang mati ditempat. Masalah membuang mayat hanya akan menjadi pekerjaan tambahan yang cukup merepotkan.
Pertandingan kedua segera berlangsung. Para penontong mulai memasang taruhan untuk jagoan mereka masing-masing.
Pemuda itu berjalan memasuki arena pertarungan. Ia melepas kacamata hitamnya. nampak sorotan tajam menusuk siapapun yang menatapnya. Wajah klimis bersih dari kumis dan jenggot yang tumbuh itu makin menampakkan ketampanannya secara apa adanya. Rambut pendeknya tersisir rapi dengan jelly yang masih basah.. Ia mulai melepas kemeja yang dikenakannya. Kacamata yang diselipkan di saku kemeja terlempar kelantai bersamaan dengan kemeja yang dikenakannya. Nampak otot-otot tubuh yang tersusun dengan sangat baik. Kekar, padat berisi namun tidak oversize seperti massa otot yang dimiliki oleh para binaragawan. Besar tubuh yang ideal. Besaran massa otot tubuhnya yang tidak oversize memungkinkan ia untuk bergerak bebas dan lincah.
Sorotan lampu menyinari arena.
Pintu baja itu saat ini sudah terkunci dari luar. Ia mulai memamerkan tubuhnya dengan kuda-kuda bertarung yang diawali dengan menyilangkan kedua tangannya yang terkepal kedepan. Menampakkan otot punggungnya secara masif. Tato di punggungnya nampak dengan jelas. Tato tiga buah persegi panjang berwarna merah, biru dan hijau dengan salah satu ujung sisi masing-masing dari mereka tersusun menumpuk dengan sisi lainnya melebar sehingga terkesan membentuk sebuah sayap. Sepasang sayap dipunggungnya. Bila dicermati lebih teliti. Ternyata itu adalah tato uang rupiah yang digambar secara detail. Warna merah adalah uang pecahan Rp100rb, warna biru adalah uang pecahan Rp50rb, dan warna hijau adalah uang pecahan Rp20rb. Seolah ingin mengatakan pesan dari sang pemilik tato bahwa ia.. cinta Rupiah.
Ada filosofi tersendiri arti dari gambar tato sayap yang berupa uang. Untuk terbang menggapai tujuan kita, kita harus mempunyai alat untuk menuju kesana. Uanglah yang menjadi sarana menuju kesana. Jer basuki mawa beya. Semua itu butuh biaya.
Pemuda tadi memang berbeda dengan para member VIP lainnya. Ia tidak berminat hanya bertaruh dan menonton pertarungan begitu saja. Namun ingin ikut didalamnya. Merasakan sensasi kejantanan.
Siapa yang menyangka bahwa ia bukan hanya pemuda yang gagah dan tampan biasa namun juga seorang yang kaya raya. Semua kenikmatan dunia sudah ia miliki. Sudah pernah ia rasakan.
Lawan didepannya terlihat gentar.
Sebelum bertanding ia merogoh dalam kedua saku celana panjang hitamnya. Mengeluarkan segepok rupiah. Kedua tangannya terangkat keatas, menghamburkan rupiah-rupiah itu keudara. Menaburi diri dan ruang disekitarnya dengan pemandangan uang berhamburan. Lembaran-lembaran kertas berkualitas tinggi itu tergelung, meliuk-liuk, menari-nari diudara sebelum akhirnya menyentuh lantai.
"Sultan!. Sultan!. Sultan!" teriak para penonton serempak.
Selagi rupiah-rupiah itu melayang diudara, masih dalam posisi kedua lengan diatas, ia mengubah kedua telapak tangannya menjadi lurus terbuka, memutar-mutar tubuhnya untuk menyalami para menonton.
Lawan didepannya seolah tak percaya apa yang dilihatnya. Benar-benar orang yang royal. Melihat uang sebanyak itu dihamburkan begitu saja. Ia melihat uang yang sudah menyentuh lantai itu lebih teliti.
Oh.. ternyata lembaran uang rupiah duaribuaan. Pantas bisa jadi banyak. -_-
Pemuda itu bernama Sugiarto.
Dirinya sendiri memenggal namanya menjadi Sugih(Kaya) Arto(Uang).
Pemilik PT. Arto Moro.
Nampak sesosok pemuda gagah berbalut kemeja kasual mengendarai sedan putih dengan atap terbuka menembus jalanan pekat ibukota. Kacamata hitam itu menutupi penampakan parasnya yang rupawan. Ia memandang jalan sambil berkendara menikmati pemandangan di kanan kirinya. Temaram malam yang umumnya menjadi saat peristirahatan masih belum ia temui. Masih banyak orang berlalu lalang, entah itu pulang kerja ataupun masih dalam jam kerjanya. Terlalu awal bagi kota ini untuk tidur. Itu berlaku pula bagi dirinya. Kehidupan malam sudah menjadi bagian dari pemuda ini.
Pemuda itu mengarahkan sedan mewahnya ke lajur dalam, memasuki suatu area. Setelah memarkirkan mobilnya, iapun turun. Karena saat ini ia telah sampai ke tempat destinasinya. Tempat dimana orang-orang berpikir mereka bisa mencairkan masalah dan mimpi buruk mereka. Tempat ini bernama hiburan malam, lebih tepatnya klub malam. Ia adalah salah satu member VVIP klub ini.
Ia menunjukkan kartu membernya kepada penjaga Klub. Pria berbadan besar itu mempersilahkannya masuk. Ia tidak menghiraukan ruang utama. Tidak, ia tidak berminat untuk berjoget di lantai dansa bergabung dengan keramaian dengan diiringi musik dugem racikan para DJ dan sorotan berkelap kelip bola disko. Karena malam ini adalah malam suatu event yang hanya diadakan seminggu sekali.
Dan tempat ini bukanlah suatu tempat hiburan malam biasa. Satu-satunya Klub malam yang mempunyai suatu ruang rahasia yang hanya bisa diakses oleh para member VIP. Ruangan bawah tanah. Ruang yang saat ini dituju pemuda tersebut.
Teriakan sorak pengunjung terdengar nyaring. Keadaan sangat ramai. Sebuah sangkar baja ditengah ruang menjadi pusat perhatian. Mereka yang ada didalamnya saling beradu fisik. Bertarung dengan segenap otot yang mereka miliki. Kedua orang itu sama-sama terluka. Namun pertandingan tidak akan bisa dihentikan sebelum salah seorang didalamnya tumbang. Teralis baja segi empat dengan atap berbahan sama jelas menyatakan bahwa tidak ada tempat untuk melarikan diri untuk keduanya.
Serasa memasuki Kolisium dengan ukuran medium dengan pencahayaan yang temaram.
Salah seorang petarung berdiri membungkuk, tangan kirinya memegangi sisi perut bagian kanan. Sepertinya rusuk kanannya ada yang patah. Tapakan kakinya tidak lagi kokoh.
Yel-yel disertai kepalan tangan keatas para penonton yang mengelilinginya seolah memberikan suntikan semangat lawannya agar segera menghabisinya.
Kau pasti tidak akan menyangka bahwa ternyata ada banyak orang dengan moral seperti ini di kota ini. Fenomena gunung Es memang bisa membuat kita menjadi sangat terkejut.
Bagaimana ruangan ilegal semacam ini sampai saat ini tidak terendus oleh yang berwajib?. Tentu saja karena mereka sebagai pihak penyelenggara membayar umpeti-uang keamanan kepada para oknum aparat disana. Namun bila hal itu tidak berhasil mereka akan "membungkam"nya secara paksa.
Serangan penghabisan telah dilakukan. Lawannya roboh, tepar mencium lantai. Para petugas arena segera menyeretnya keluar dan memberikan perawatan medis seadanya. Akan menjadi runyam bila ada peserta yang mati ditempat. Masalah membuang mayat hanya akan menjadi pekerjaan tambahan yang cukup merepotkan.
Pertandingan kedua segera berlangsung. Para penontong mulai memasang taruhan untuk jagoan mereka masing-masing.
Pemuda itu berjalan memasuki arena pertarungan. Ia melepas kacamata hitamnya. nampak sorotan tajam menusuk siapapun yang menatapnya. Wajah klimis bersih dari kumis dan jenggot yang tumbuh itu makin menampakkan ketampanannya secara apa adanya. Rambut pendeknya tersisir rapi dengan jelly yang masih basah.. Ia mulai melepas kemeja yang dikenakannya. Kacamata yang diselipkan di saku kemeja terlempar kelantai bersamaan dengan kemeja yang dikenakannya. Nampak otot-otot tubuh yang tersusun dengan sangat baik. Kekar, padat berisi namun tidak oversize seperti massa otot yang dimiliki oleh para binaragawan. Besar tubuh yang ideal. Besaran massa otot tubuhnya yang tidak oversize memungkinkan ia untuk bergerak bebas dan lincah.
Sorotan lampu menyinari arena.
Pintu baja itu saat ini sudah terkunci dari luar. Ia mulai memamerkan tubuhnya dengan kuda-kuda bertarung yang diawali dengan menyilangkan kedua tangannya yang terkepal kedepan. Menampakkan otot punggungnya secara masif. Tato di punggungnya nampak dengan jelas. Tato tiga buah persegi panjang berwarna merah, biru dan hijau dengan salah satu ujung sisi masing-masing dari mereka tersusun menumpuk dengan sisi lainnya melebar sehingga terkesan membentuk sebuah sayap. Sepasang sayap dipunggungnya. Bila dicermati lebih teliti. Ternyata itu adalah tato uang rupiah yang digambar secara detail. Warna merah adalah uang pecahan Rp100rb, warna biru adalah uang pecahan Rp50rb, dan warna hijau adalah uang pecahan Rp20rb. Seolah ingin mengatakan pesan dari sang pemilik tato bahwa ia.. cinta Rupiah.
Ada filosofi tersendiri arti dari gambar tato sayap yang berupa uang. Untuk terbang menggapai tujuan kita, kita harus mempunyai alat untuk menuju kesana. Uanglah yang menjadi sarana menuju kesana. Jer basuki mawa beya. Semua itu butuh biaya.
Pemuda tadi memang berbeda dengan para member VIP lainnya. Ia tidak berminat hanya bertaruh dan menonton pertarungan begitu saja. Namun ingin ikut didalamnya. Merasakan sensasi kejantanan.
Siapa yang menyangka bahwa ia bukan hanya pemuda yang gagah dan tampan biasa namun juga seorang yang kaya raya. Semua kenikmatan dunia sudah ia miliki. Sudah pernah ia rasakan.
Lawan didepannya terlihat gentar.
Sebelum bertanding ia merogoh dalam kedua saku celana panjang hitamnya. Mengeluarkan segepok rupiah. Kedua tangannya terangkat keatas, menghamburkan rupiah-rupiah itu keudara. Menaburi diri dan ruang disekitarnya dengan pemandangan uang berhamburan. Lembaran-lembaran kertas berkualitas tinggi itu tergelung, meliuk-liuk, menari-nari diudara sebelum akhirnya menyentuh lantai.
"Sultan!. Sultan!. Sultan!" teriak para penonton serempak.
Selagi rupiah-rupiah itu melayang diudara, masih dalam posisi kedua lengan diatas, ia mengubah kedua telapak tangannya menjadi lurus terbuka, memutar-mutar tubuhnya untuk menyalami para menonton.
Lawan didepannya seolah tak percaya apa yang dilihatnya. Benar-benar orang yang royal. Melihat uang sebanyak itu dihamburkan begitu saja. Ia melihat uang yang sudah menyentuh lantai itu lebih teliti.
Oh.. ternyata lembaran uang rupiah duaribuaan. Pantas bisa jadi banyak. -_-
Pemuda itu bernama Sugiarto.
Dirinya sendiri memenggal namanya menjadi Sugih(Kaya) Arto(Uang).
Pemilik PT. Arto Moro.
Langganan:
Postingan (Atom)