Cahaya terang putih neon menerangi ruangan dengan banyak bilik ini. Dari setiap bilik tersebut terdapat satu set komputer. Sunyi.. hanya ketukan-ketukan keyboard komputer yang aktif terdengar. Tak ada suara lain yang keluar dari bilik, karena masing-masing penggunanya menggunakan headset yang telah terpasang. Kami tenggelam dalam penjelajahan kami. Kami adalah warganet. Dan tempat ini adalah sebuah warnet(warung internet).
U-Tap adalah sebuah web berbagi video dimana para vlogernya(pengelola web video tersebut) mendapatkan adsense(hasil dari iklan) sebagai bayarannya karena menyediakan konten. Tempat dimana kita bisa menemukan berbagai hiburan dan informasi. Apapun ada, tinggal pilih. Salah satu web populer dari banyaknya web yang bertebaran di internet.
Aku mulai mengetik barisan "kalimat mutiara" kepada sasaran kali ini, ia yang pantas mendapatkan pelajaran.
Dono Siburas mantan pelawak dengan wajah ndeso yang sekarang banting setir menjadi pembawa acara talkshow ikut serta menjadi bagian didalamnya. Mengikuti jejak banyak selebritis layar kaca lainnya yang telah sukses sebelumnya.
Wajahnya yang ndeso sekarang sudah dioplas(operasi plastik), dirombak total hingga berubah 180 derajat menjadi tampan rupawan sehingga terlihat berwibawa, menguatkan imagenya sebagai pembawa acara TV bergengsi. Ibunya sendiri pasti tidak bisa mengenalinya.
Tidak lupa ia juga mulai membentuk badannya dengan melakukan fitnes.
Tidak ada lagi wajah pelawak. Karena saat ini sudah berubah menjadi sosok seorang model. Tampan, tinggi dan berotot. Namun karena dia non muslim, keputusannya ini tidak banyak menjadi pembicaraan warganet. Tidak banyak yang mencaci maki pilihannya itu. Hal yang ia lupakan adalah mengganti namanya, juga caranya bersikap.
Dengan status seleb miliknya ia bisa dengan mudah meraih banyak follower dalam akun media sosialnya, bisa meraih banyak subscriber dalam jumlah mengagumkan dan dalam waktu singkat dalam dunia U-Tap. Membuatnya langsung menjadi seorang penyedia konten atau influenser yang cukup berpengaruh. Menandakan bahwa sebagian besar rakyat kita itu toleran. Awalnya sih konten yang dibagikan bernilai positif. Motivasi, berbagi pengalaman dan pengetahuan. Ia mencoba menjadi seorang motivator. Fame, puja dan puji dari para pengikutnya membanjiri kolom komentar hingga lama-kelamaan membuat dirinya terlalu mabuk.
Dari awal kepopulerannya ia memang sudah menandakan suatu sikap yang berbeda. Perlahan-lahan dirinya mulai membuka "topeng" yang dibawakannya demi mendapatkan penerimaan berbagai kalangan. Menjadi dirinya yang selama ini hanya terpendam didalamnya. Ia yang merasa sudah menjadi orang yang kaya raya bahkan tanpa mempunyai ijazah formal apapun. Mulai menampakkan kearoganannya. Merasa dirinya pintar, selalu benar, dan bahkan sampai berani merendahkan orang lain yang tidak sependapat dengannya.'
"Saya hanya mendengarkan pendapat dari orang yang pendapatannya lebih besar daripada saya".
Itulah yang dikatakannya.
Dengan berbekal uang dan peraturan perundang-undangan, dirinya tidak segan-segan lagi menyiduk para hater yang berani menghina dirinya. Sepertinya dirinya hanya ingin mendengarkan pujian. Seharusnya sebagai publik figur dirinya harus sudah siap mental mendengar caci maki orang-orang. Aneh memang, seorang tokoh publik yang anti-kritik. Berbanding terbalik dengan apa yang suka ia lakukan. Suka nyinyirin orang.
Padahal yang ia berhasil ciduk itukan yang Goblok!. Pakai akun asli(sekalipun namanya anonim, bukan nama asli dirinya tapi tetap saja akunnya asli) dan pake perangkat sehari-hari pula.
Masih banyak orang yang mengapresiasi tindakannya itu. Sehingga dikolom komentar hampir tidak ada komentar yang tidak setuju dengannya, bahkan sampai mencela dirinya. Nampak sekali banyak warganet yang ketakutan untuk menulis yang tidak baik tentang dirinya. Dan memilih jalan aman. Yaitu diam. Ada sekalipun, admin bayaran yang bekerja kepadanya langsung bertindak menghapus komentar tersebut. Sehingga enak dilihat. Setidaknya bagi dirinya.
Aku sudah lama tidak suka kepadanya begitu menyadari sifatnya yang sebenarnya. Namun entah mengapa masih banyak para warganet lainnya, yang masih saja buta dan memuja-muja dirinya. Bahkan salah satu pemuja dirinya sampai ada yang memberikannya title "Father of U-Tap". Suatu title yang tidak pantas sih menurut saya. Bagi saya dan banyak orang lainnya diluar sana pasti berpendapat julukan itu hanya pantas disematkan kepada programmer pembuat web U-Tap.
Tidak pantas rasanya memuja orang biasa secara berlebihan, itulah yang ada dalam pikiranku ini.
Mungkin aku adalah satu diantara sedikit netizen yang waras, tipe "mbalelo"(berani menentang arus). Aku mengatakan apa yang harus aku katakan. Yang menurutku benar dan pantas untuk disuarakan.
Tentu saja aku sadar akan konsekuensi terburuk akan hal tersebut. Upload video oknum pungli saja bisa dipidanakan dengan dakwaan pencemaran nama baik lembaga. Apa!!!. Sungguh pikiran yang terbalik.
Aku punya banyak akun anonim dan banyak trik VPN. Terserah kalau ada yang mengatakan kami netizen pengecut karena tidak berani lantang menggunakan akun asli. Bukannya yang terpenting adalah apa isinya?. Tidak penting siapa diriku. Memangnya kenapa sebagian besar superhero menyembunyikan identitasnya?. Lagipula aku tidak sebodoh itu mau repot-repot melayani tindakan tidak terima dari targetku.
Suatu cerita dirinya yang lagi-lagi membuat drama. Setelah sebelumnya sukses membuat settingan(kejadian yang dibuat-buat) dengan hasil gemilang, lagi-lagi menjadi trending topik. Sebagai seorang influenser bukannya mendidik para pengikutnya dengan program yang positif, namun malah membuat drama demi "drama" hanya demi adsense. Drama disini diartikan sebagai tontonan perbuatan berisitegang dengan orang lain yang seringkali memang disengaja juga diperlama sehingga menyedot perhatian publik. Para netizen pro dirinya mengatakan buat apa Dono sampai melakukan hal itu!?. Ia sudah kaya, malahan sudah kaya sedari lahir karena ortunya orang kaya raya. Para netizen contra menjawabnya dengan logika. Ya agar dirinya lebih kaya lagi. Polos amat jadi orang. Ngapain coba dia mengaktifkan adsense di setiap videonya? Katanya sudah kaya. Manusia yang selalu saja merasa kurang, apabila dihadapkan oleh kesempatan ya pasti bakal diambil. Bila tidak ada kesempatan, ya dibuat.
Itu membuat kami muak. Kami tak butuh itu disini. Sudah ada infotainment. Kemarin dirinya ingin membuat drama dengan U-Taper pendatang baru yang namanya langsung melejit. Terang-terangan menyatakan tidak menyukai pendatang baru tersebut karena menurutnya bisa mencapai trending hanya karena mencatut nama bintang terkenal pada judul kontennya. Namun itu tidak diladeni oleh si pendatang baru yang nampaknya cukup cerdas untuk tidak memberikannya panggung. Sehingga hal itu hanya menjadi angin lewat. Kriek!.
Dan saat ini.. ia sudah berhasil membuat para netizen marah. Termasuk diriku.
Naiklah tanpa menjatuhkan orang lain. Sepertinya itu tidak ada dalam kamusnya. Apapun demi adsense, demi uang, demi mendapatkan pengakuan bahwa dirinyalah yang paling hebat. Bahkan sampai tega melakukan hal kotor tersebut.
Seorang konten kreator lainnya bernama Radinata atas permintaan subscribernya memintanya untuk berkolaborasi. Sebagai seorang Captain pesawat sekaligus U-Taper di bidang aviasi, ia mengajak kolaborasi tantangan zero graviti kepada Dono dikolom komentar. Sayangnya ajakan tersebut justru dianggap negatif oleh si Dono. Merasa malu bila sampai mengatakan tidak mau karena takut. Alih-alih menolak begitu saja. Dirinya malah menantang balik dengan mengajak Radinata main tinju, olahraga yang baru-baru ini ditekuninya. Radinata tersentak mengetahui balasan tersebut.
Bahkan Dono sampai membuat hal ini menjadi isi konten dari salahsatu videonya.
Dengan kekuatan jumlah, warganetpun menanggapi ketidakpantasan yang dilakukan Dono. Berbagai komentar ketidaksetujuanpun dilontarkan. Dari hanya sekedar kritik, komentar pedas, komentar jahat, sampai komentar beracun(ini level tertinggi). Kejadian ini justru dijadikan beberapa konten video oleh si Dono. Dramapun akhirnya terjadi. Dari klarifikasi demi klarifikasi dipertontonkan olehnya. Namun isi dari video-video tersebut justru bertentangan dengan logika, hanya menampakkan seolah pembelaan diri dan penggiringan opini. Komentar-komentar negatif dan dislike bertebaran. Bahkan jumlah dislikenya jauh lebih banyak dari jumlah likenya. Admin bayarannya tak mampu membendung laju komentar negatif para netizen. Mulanya ia memulai langkah menonaktifkan komentar. Tidak tahan dengan komentar-komentar negatif lainnya yang kami spam di kolom komentar videonya yang lain mengenai hal itu, iapun menghapus video-video tersebut. Tapi mengatakan kepada khalayak umum bahwa U-Taplah yang mentakedown video miliknya.
Urusan diperpanjang. Berbekal narasumber yang sependapat dengannya yang juga bekerja di bidang aviasi. Dirinya kembali membuat video tandingan. Akhirnya hal tersebut membuat Radinata tergerak untuk membuat video penjelasan dengan wajah yang tidak sehat, nampak sekali dirinya tidak menyangka akan menjadi panjang urusannya. Ia menjelaskan tentang kemanan zero gravity menurut pandangannya sebagai seorang profesional. Resikonya sama seperti resiko kita naik pesawat. Dan banyak hal kita mengalami zero g. Dari bermain rollercoaster, kora-kora sampai saat terbang menggunakan pesawat penumpang. Itu bukanlah akrobatik.
Sebagian besar warganet memihak kepada Radinata. Karena logika yang digunakan oleh Dono jelas-jelas salah. Dan mengemukakan bahwa hal-hal yang dilakukan si Dono tidaklah pantas. Ia harusnya berani meminta maaf.
Bukan hanya dari para netizen. Radinata juga mendapat dukungan dari para U-Taper lainnya, dari yang memang mengenalnya sebagai orang yang benar-benar baik sampai dari para U-Taper yang mengikuti perkembangan drama yang terjadi.
Dengan terpaksa karena terdesak, hanya menuruti tuntutan dari para subscibernya. Dono akhirnya membuat video permintaan maaf kepada Captain Radinata. Sampai video call-an. Dan menyatakan bahwa hal ini sudah selesai sampai disini.
Beberapa hari kemudian. Khalayak dihebohkan oleh isi konten video dari Behave Studio yang menghadirkan Dono Siburas sebagai feat. Berisi opini yang dibalut oleh embel-embel pendidikan tentang berbahayanya zero gravity. Bahkan sampai memperlihatkan dokumen pembatalan salah satu lisensi milik Captain Radinata. Ya, pencabutan lisensi.
Spam komentar negatifpun mengalir di kolom komentar Behave Studio. Seseorang menanyakan di kolom komentar, apakah penghasilan yang mereka peroleh dari video seperti ini itu halal?. Dijawab oleh mereka "halal karena.. ah sudahlah". Mereka mana mungkin mikirin itu halal atau enggak. Yang penting adsense mengalir. Karena seumur-umur, baru video mereka yang satu inilah yang bisa jadi trending. Video njatuhin seseorang.
Awal video sih mereka mengatakan dipanggil oleh pihak Kemenhub untuk mengedukasi mengenai berbahayanya Zero G.
Mereka meremehkan kekuatan netizen dalam melakukan penyelidikan. Sudah banyak hoak yang terkuak oleh para netizen sendiri.
Wah ternyata sudah ada netizen lain yang mendahuluiku mencari kebenaran bahwa apa benar mereka diundang?. Begitu membaca di medsos mengenai kebenarannya. Ternyata mereka sendirilah yang datang kesana untuk menggali lebih dalam mengenai undang-undangnya, dll. O o kamu ketahuan. Dasar pendusta.
Dan bagaimana bisa mereka mempertontonkan dokumen pribadi milik orang lain kepada khalayak umum!?. Hal yang membuat kebanggaan seorang pilot tercoreng. Lagipula yang mereka pertontonkan itu jelas melanggar undang-undang. Kalau mau sang Captain bisa kok memperkarakan hal tersebut, bisa memenjarakan mereka. Tapi ia tidak melakukannya, itu yang membuat warganet semakin bersimpati kepadanya.
Setelah video tersebut tampil. Ego si Dono kembali melambung. Merasa dirinya menang. Iapun menghapus video permintan maafnya kepada Radinata. Sudah jelas terlihat dirinya memang tidak ikhlas meminta maaf.
Jarkoni. Iso ngujar, tapi ora iso nglakoni(Cuma bisa ngomong tapi tidak bisa menjalankannya sendiri). Itulah dirinya sebagai motivator. Mungkin kita semua masih ingat perseteruannya beberapa tahun lalu dengan motivator tersohor kala itu yang sekarang sudah hancur karirnya karena sikap jarkoni sang motivator. Dono beruntung karena sang motivator terkenal tersebut memang salah, sehingga warganet membela dirinya. Nampaknya dirinya tidak belajar dari pengalaman. Namun sekarang.. karma telah berjalan.
Sedangkan yang membuat para warganet antipati adalah kenapa si Dono hadir divideo menyudutkan milik Behave Studio. Bukankah katanya masalahnya sudah selesai?.
Komentar negatif membanjiri si Dono beserta teman-temannya itu. Memang ada beberapa komentar yang membela dirinya. Mungkin berasal dari fans fanatiknya atau bahkan dari buzzer bayaran dirinya. Julukan Father of Drama sekarang sudah tersemat kepadanya.
Para netizen menunjukkan kekuatannya. Betapa mengerikannya spam komentar jahat yang diberikan. Ada beberapa buzzer yang mencoba mengancam dengan mengatakan bahwa Dono Sibusar bisa menciduk kami dan memenjarakan kami atas hal yang kami lakukan. Aku hanya bisa tertawa membaca ancamannya itu. Aih takut.. tapi bohong. Mau membungkam kami dengan cara pengecut?. Tidak mempan!. Aku justru berbalik menantang omong kosongnya itu. Menyuruhnya untuk melaporkan kami kepada junjungannya itu. Aku semakin menjadi. Hal itu hanya membuat netizen sepertiku terintimidasi, kulontarkan komentar beracun kepada mereka, kepadanya. Sepertinya ia meremehkan keberanian kami para netizen Indonesia. Kami tidak takut menyuarakan kebenaran. Semua ada sebab dan akibat. Seseorang menanggung akibat karena perilaku busuknya sendiri. Tak ada yang perlu diistimewakan darinya. Inilah hukuman sosial!.
Sebagian besar para U-Taper yang melakukan pansos(panjat sosial) mengemukakan opini pribadinya yang walaupun menilai secara hukum yang dipakai di negara kita menyatakan sang Captain salah. Tapi mereka tetap condong memberikan dukungan kepadanya, tidak bersimpati dengan apa yang telah dilakukan Behave Studio beserta si Dono.
Sebagian besar para subsciber Dono Siburas akhirnya tersadar dari buaian kalimat hipnotis yang didengung-dengungkan oleh Dono, mengatakan seolah-olah para pendengarnya hanyalah manusia cerdas, manusia istimewa saja, yaitu mereka para subscribernya. Mereka melakukan gerakan unsubscribe dan berbalik mensubscribe pihak yang terzalimi olehnya.
Salah satu korban dari Dono adalah channel Straight Project. U-Taper channel ini tak ketinggalan melakukan investivigasi kasus. Ia mengumpulkan data, pasal-pasal terkait. Lalu membuat kesimpulan berdasarkan fakta yang ada. Suatu kejanggalan kenapa bisa lisensi langsung dicabut. Padahal menurut undang-undangnya harus dilakukan teguran terlebih dahulu, dibekukan, baru dicabut atau dikenai denda administrasi. Ia curiga ada seseorang atau sekelompok orang yang membuat hal itu bisa terjadi. Kenapa sekarang?. Padahal konten praktek Zero g oleh Captain Radinata sudah beredar lama dan sudah berkali-kali menjadi trending. U-Taper yang ini memang sebelumnya sempat dicaci maki oleh para subscriber Dono karena berani menyuarakan kritik kepada Dono Siburas. Namun sekarang.. from Zero to Hero. Para netizen yang bahkan sebelumnya mencaci maki dirinya, berbalik mengapresiasi apa yang sudah dilakukannya. Berbeda dengan cara Dono yang suka menggiring opini publik. Dirinya justru berbicara berdasarkan data. Kurasa dirinya jugalah bagian dari kami para netizen.
Dari awal sih aku memang bukan netizen abal-abal yang cuma ikut-ikutan mencercanya karena termakan opini. Aku justru salut kepadanya, yang walaupun mendapatkan banyak caci maki dan dislike video. Ia tak pernah sekalipun menghapus komen negatif kepadanya, apalagi sampai menutup kolom komentar. Tak juga menutup jumlah like dan dislike videonya, walaupun jumlah dislikenya jauh lebih banyak. Apalagi sampai menghapus video miliknya. Mental miliknya sungguh tidak bisa dibandingkan dengan mental milik Dono Siburas.
Padahal bukankah sudah diputuskan pihak Kemenhub(Kementrian Perhubungan Republik Indonesia) bahwa Radinata memang salah?. Sehingga licensi pesawatnya dicabut. Radinata juga tidak diperbolehkan lagi mengambil video di dalam kokpit. Dono sudah mempersulit rezeki sang Captain.
Ini bukan masalah benar salah saja. Namun masalah etika. Dan para netizen bisa dengan jelas melihatnya.
Permasalahan terjadi ketika suatu norma ditanggapi atau dibalas dengan norma yang berbeda.
Inilah yang akan aku bahas.
Norma sosial dan norma bisnis.
Norma sosial, semisal anda diundang oleh keluarga pacar/calon istri anda untuk makan malam dirumahnya. Berbagai makanan enak disajikan disana. Setelah anda makan, merasakan bahwa makanan yang disajikan rasanya benar-benar enak. Apa yang setelah itu anda lakukan untuk membalasnya?.
Apa anda akan mengeluarkan dompet lalu mengatakan "Berapa saya harus bayar semua ini?".
Wah bisa-bisa dipecat jadi calon mantu. Jelas calon Mertua bakalan marah bila sampai mendengar hal tersebut.
Karena membalas dengan cara yang salah. Yang harus anda lakukan adalah membalaslah dengan mengatakan secara tulus bahwa masakannya enak. Itulah norma sosial yang harus dibalas dengan cara sosial pula.
Bagaimana jadinya dengan norma bisnis bila anda balas dengan hal yang berbeda?.
Anda makan di warung makan. Setelah selesai makan. Anda mengatakan pada penjaga warung dengan tulus, bahwa makanannya enak, setelah itu pergi tanpa membayar. Ada yang mau nyoba?. Jelas bahwa pemilik/penjaga warung akan marah bila hanya melakukan hal tersebut.
Ya tidak bisa seperti itu, karena pemilik warung membangun usahanya berdasarkan bisnis. Anda harus membalasnya dengan norma bisnis pula. Membayar dengan sejumlah uang.
Saya berikan contoh yang lebih sederhana saja. Ada seorang teman datang berkunjung ke kota anda. Anda berinisiatif mengajaknya jalan-jalan menggunakan kendaraan bermotor. Dalam perjalanan pulang terjadi sebuah percakapan.
"Sebenarnya SIMku sudah mati tiga bulan yang lalu. Aku tidak tahu. Makanya belum kuurus. Habis peraturan barunya SIM kalau sampai telat, berarti bikin baru. Ngulangi lagi deh tes tertulis sampai ujian praktek". Males. Kapan-kapan saja ngurusnya.
"Lho jadi kita saat ini berkendara tanpa adanya SIM!?."
Terlihat sosok Polantas dipinggir jalan, sedang mengatur lalu lintas. Tiba-tiba saat berhenti disamping Polantas tersebut karena lampu merah. Teman anda mengatakan kepadanya bahwa anda saat ini tidak mempunyai SIM. Dan meminta Polantas tersebut menilang anda.
Ada kalanya orang-orang bodoh tidak tahu diri seperti mereka hanya bisa tersadar
ketika sudah mendapat banyak cercaan dan hujatan. Itulah yang kami
lakukan.
Membuat dirinya sadar bahwa dirinya tidaklah sepintar yang ia kira.
Andai dirinya tahu..
Ia lebih pantas menjadi pelawak daripada motivator.
Keberlanjutan
Diposting oleh
tutorial
14.42
Malam itu saat kumpul-kumpul. Seperti biasa Sugeharto sibuk mengklarifikasi rumor-rumor yang beredar tentang dirinya, seperti yang selalu dilakukannya setiap saat saat ada kumpulan. Nggak papa kok, itu biasa. Boleh-boleh saja, sah-sah saja. Namanya juga membela diri. Besok pas Halal bihalal ngumpul lagi lho. Mungkin klarifikasinya bisa dilanjutkan setelah ceramah selesai.
Tidak perlu sampai terlihat panik. Seolah dirinya adalah seorang Saint yang di mata umum harus terlihat sempurna, tidak punya kesalahan apapun. Semua orang pernah berbuat salah kok.
Yang bernama Sugeharto kan bukan cuma dirinya. Itu kan nama pasaran. Santai aja lagi.
Sebenarnya bila ia sangat peduli hal mengenai image dirinya, tentang rumor-rumor yang beredar di masyarakat. Ada suatu trik yang bisa dilakukan. Pengalaman memang bisa memberikan banyak pengetahuan.
Pada jaman dahulu kala. Saat aku masih bekerja di toko komputer. Ada seorangtemanrekan yang menyimpan video dewasa di komputer outlet untuk ditontonnya saat luang. Sebut saja namanya Si Miun(Baca: Mi un). Sedangkan pak Dena, atasan kami yang merupakan pemilik usaha, tidak mau ada file-file selain pekerjaan yang dimasukkan disana. Apalagi video porno.
Kebetulan saat itu beliau mengadakan inspeksi(secara iseng mbuka-buka file komputer) dan menemukan ada banyak video dewasa disana. Karena sebelumnya beliau sudah pernah menemukan video sejenis dan membersihkannya(didelete). Saat ini bukan hanya di Lokal Disk D(penyimpanan data), namun juga ada di Lokal Disk C(penyimpanan software).
Beliau menanyai kami dan menyuruh mengakui siapa pelakunya. Mulanya sih tidak ada yang mau mengaku. Tapi karena desakan dan beliau hanya menyuruh jangan melakukannya lagi, tidak ada sanksinya. Si Miun pun mengaku. Namun ngakunya tidak totalitas. Hanya mengakui bahwa dia hanya memasukkan video di Lokal Disk D, yang di Lokal Disk C bukanlah dirinya. Kami yang ada disana langsung serempak memandangnya, karena kami tahu bahwa dialah pelakunya. Seorang pelaku tunggal. Tapi tentu saja kami tidak akan mengatakan hal yang membuatnya lebih tercemar.
Bukankah secara tidak langsung dia membuat kami menjadi tersangka. Apa itu adalah suatu bagian siasat darinya agar tidak dipandang terlalu.. gitu deh. Bukan cuma aku, begitulah kira-kira maksudnya(padahal cuma dia).
Pak Dena berkali-kali mendesaknya "Ah yang bener".
"Beneran pak Sumpah. Suer pak. Video yang di D punya saya. Tapi yang ada di C bukan saya.
Pak Denapun akhirnya sepertinya percaya akan perkataannya.
Dan memandang kami bertiga sisanya. Saya, Pak Daud, dan Boby. Si Asmuni waktu itu belum masuk menjadi rekan kami.
Mas Daud dan Boby sudah menikah jadi kemungkinan akan gugur sebagai pelakunya, walaupun pada beberapa bulan kedepan setelah Si Miun risen akhirnya Si Boby turut menyimpan video porno di komputer outlet untuk ditontonnya sewaktu-waktu. Waktu mengetahui hal ini, aku mengatakan "Siapa yang menyimpan video porno di komputer dan barusan menontonnya?" dihadapannya. Ia tidak bereaksi seolah bukan dirinya pelakunya, seolah dirinya tidak ada hubungannya dengan apa yang kubicarakan. Suatu hal yang wajar bila tidak langsung mengaku. Ia hanya bisa memutarnya, tidak tahu bahwa video yang diputarnya mudah dilacak dan karena dirinya awam, ia tidak bisa menghapus jejak tersebut. Bahkan sama sekali tidak terpikirkan mengenai hal tersebut. "History" dari Video Player mengatakan kebenaran. Kemungkinan efek barusan tahu cara download dari internet. Makanya antusias. Mungkin ia tidak bisa memutarnya di PC rumahnya yang terletak di ruang tengah karena satu atap sama mertua.
Jadi secara tidak langsung sama saja pandangan terhadap tuduhan tersebut dipersempit kepada diriku yang masih bujangan.
Mengakui satu lalu sangkal yang lainnya. Terbukti memang efektif. Karena orang melihat itu sebagai suatu bentuk mawas diri dan menjadi bagian dari taubat. Kemungkinan besar bisa membuat orang percaya. Mungkin bisa dicoba.
Menyisipkan satu kebohongan diantara kebenaran jauh lebih mudah daripada menyusupkan satu kebenaran diantara kebohongan.
Lagipula mengenai isu challenge di pernikahan anaknya, masih ngontrak saja gaya, mengatakan anak seseorang mandul, ngatain jelek saja nikahan sampai diadain gede-gedean, sampai sumpah serapah
kepada tamu yang beritikad baik terhadap tetangganya; agar bila sampai melaksanakan itikadnya datang kesana pesawatnya kecelakaan, kendaraannya tabrakan, mati ditempat. Masa takut sama sumpah serapahnya?. Untuk yang terakhir kita sebagai orang beriman hanya perlu menganggapnya anjing menggonggong karena diucapkan oleh seseorang dengan kualitas semacam dirinya.
Intinya adalah semua hal itu bisa ada karena dirinya sendiri.
Dan bagi saya..
"Setiap potongan tidak akan menjadi indah apabila potongan lain tidak terajut bersamanya"
Tidak perlu sampai terlihat panik. Seolah dirinya adalah seorang Saint yang di mata umum harus terlihat sempurna, tidak punya kesalahan apapun. Semua orang pernah berbuat salah kok.
Yang bernama Sugeharto kan bukan cuma dirinya. Itu kan nama pasaran. Santai aja lagi.
Sebenarnya bila ia sangat peduli hal mengenai image dirinya, tentang rumor-rumor yang beredar di masyarakat. Ada suatu trik yang bisa dilakukan. Pengalaman memang bisa memberikan banyak pengetahuan.
Pada jaman dahulu kala. Saat aku masih bekerja di toko komputer. Ada seorang
Kebetulan saat itu beliau mengadakan inspeksi(secara iseng mbuka-buka file komputer) dan menemukan ada banyak video dewasa disana. Karena sebelumnya beliau sudah pernah menemukan video sejenis dan membersihkannya(didelete). Saat ini bukan hanya di Lokal Disk D(penyimpanan data), namun juga ada di Lokal Disk C(penyimpanan software).
Beliau menanyai kami dan menyuruh mengakui siapa pelakunya. Mulanya sih tidak ada yang mau mengaku. Tapi karena desakan dan beliau hanya menyuruh jangan melakukannya lagi, tidak ada sanksinya. Si Miun pun mengaku. Namun ngakunya tidak totalitas. Hanya mengakui bahwa dia hanya memasukkan video di Lokal Disk D, yang di Lokal Disk C bukanlah dirinya. Kami yang ada disana langsung serempak memandangnya, karena kami tahu bahwa dialah pelakunya. Seorang pelaku tunggal. Tapi tentu saja kami tidak akan mengatakan hal yang membuatnya lebih tercemar.
Bukankah secara tidak langsung dia membuat kami menjadi tersangka. Apa itu adalah suatu bagian siasat darinya agar tidak dipandang terlalu.. gitu deh. Bukan cuma aku, begitulah kira-kira maksudnya(padahal cuma dia).
Pak Dena berkali-kali mendesaknya "Ah yang bener".
"Beneran pak Sumpah. Suer pak. Video yang di D punya saya. Tapi yang ada di C bukan saya.
Pak Denapun akhirnya sepertinya percaya akan perkataannya.
Dan memandang kami bertiga sisanya. Saya, Pak Daud, dan Boby. Si Asmuni waktu itu belum masuk menjadi rekan kami.
Mas Daud dan Boby sudah menikah jadi kemungkinan akan gugur sebagai pelakunya, walaupun pada beberapa bulan kedepan setelah Si Miun risen akhirnya Si Boby turut menyimpan video porno di komputer outlet untuk ditontonnya sewaktu-waktu. Waktu mengetahui hal ini, aku mengatakan "Siapa yang menyimpan video porno di komputer dan barusan menontonnya?" dihadapannya. Ia tidak bereaksi seolah bukan dirinya pelakunya, seolah dirinya tidak ada hubungannya dengan apa yang kubicarakan. Suatu hal yang wajar bila tidak langsung mengaku. Ia hanya bisa memutarnya, tidak tahu bahwa video yang diputarnya mudah dilacak dan karena dirinya awam, ia tidak bisa menghapus jejak tersebut. Bahkan sama sekali tidak terpikirkan mengenai hal tersebut. "History" dari Video Player mengatakan kebenaran. Kemungkinan efek barusan tahu cara download dari internet. Makanya antusias. Mungkin ia tidak bisa memutarnya di PC rumahnya yang terletak di ruang tengah karena satu atap sama mertua.
Jadi secara tidak langsung sama saja pandangan terhadap tuduhan tersebut dipersempit kepada diriku yang masih bujangan.
Mengakui satu lalu sangkal yang lainnya. Terbukti memang efektif. Karena orang melihat itu sebagai suatu bentuk mawas diri dan menjadi bagian dari taubat. Kemungkinan besar bisa membuat orang percaya. Mungkin bisa dicoba.
Menyisipkan satu kebohongan diantara kebenaran jauh lebih mudah daripada menyusupkan satu kebenaran diantara kebohongan.
Lagipula mengenai isu challenge di pernikahan anaknya, masih ngontrak saja gaya, mengatakan anak seseorang mandul, ngatain jelek saja nikahan sampai diadain gede-gedean, sampai sumpah serapah
kepada tamu yang beritikad baik terhadap tetangganya; agar bila sampai melaksanakan itikadnya datang kesana pesawatnya kecelakaan, kendaraannya tabrakan, mati ditempat. Masa takut sama sumpah serapahnya?. Untuk yang terakhir kita sebagai orang beriman hanya perlu menganggapnya anjing menggonggong karena diucapkan oleh seseorang dengan kualitas semacam dirinya.
Intinya adalah semua hal itu bisa ada karena dirinya sendiri.
Dan bagi saya..
"Setiap potongan tidak akan menjadi indah apabila potongan lain tidak terajut bersamanya"
Baru Klinting
Diposting oleh
tutorial
00.26
"Para penduduk desa selalu takut dan membenciku, padahal aku tak pernah melakukan hal yang salah. Mereka tak menganggap aku manusia. Apa karena aku berbeda dari mereka?. Kenapa aku berbeda Bu?"
"Kamu itu anak ibu. Jadi kamu adalah anak manusia. Kamu berbeda karena kamu istimewa."
"Secara umum, manusia memang memandang perbedaan sebagai ancaman. Hal itu tidak sepenuhnya salah. Hanya saja suatu bentuk kewaspadaan dalam mencegah hal buruk yang bisa saja terjadi."
"Sayangnya mereka hanya memandangmu dari penampilan fisikmu saja, berhenti sampai disitu. Tidak mau mengenalmu lebih jauh. Tak kenal maka tak sayang. Kalau saja mereka mau mengenal siapa dirimu yang sebenarnya. Kebaikan hati dan pemikiran seorang Baru Klinting, pasti sikap mereka akan berubah." Sang ibu tersenyum mengusap-usap kepala Baru Klinting.
Baru Klinting tersenyum lebar mendengar hal yang dikatakan ibunya tersebut.
"Bu, ceritakan lebih detail mngenai ayah. Bukankah beliau adalah seorang Brahmana?. Mungkin saja dengan kesaktian beliau, beliau bisa memberikan jalan keluar mengenai masalah Baru ini."
"Anak pintar. Ibu juga berpikir bahwa saat ini kamu sudah cukup umur bila ingin menemui ayahmu."
Sang ibu sejenak berlalu dan kembali membawa sesuatu.
"Bawalah Genta(Klintingan) peninggalan ayahmu ini sebagai bukti bahwa kamu adalah anaknya."
Setelah itu tak lupa sang ibu mempersiapkan perbekalan secukupnya untuk keberangkatan Baru Klinting esok hari.
Gua di lereng gunung Telomaya adalah tujuan perjalanan Baru Klinting. Tempat ayahnya bersemedi.
Dengan gembira Baru Klinting berangkat ke pertapaan Ki Hajar Salokantara sang ayah.
Sesampainya di pertapaan. Baru Klinting masuk ke gua dan hormat di depan Ki Hajar sembari bertanya, “Apakah benar ini tempat pertapaan Ki Hajar Salokantara?” Yang kemudian dijawab oleh Ki Hajar sendiri, “Ya benar. Saya Ki Hajar Salokantara."
Sembah sujud dihaturkannya kepada Ki Hajar.
"Ayah adalah orangtua saya yang selama ini sudah lama saya cari-cari. Saya adalah anak dari Endang Sawitri dari desa Ngasem dan Klintingan ini kata ibu adalah peninggalan ayah. Baru Klinting memperlihatkan lebih jelas lagi klintingan yang dipakainya di leher(naga kayaknya leher semua)."
"Ya benar. Klintingan itu adalah sebuah bukti. Namun aku perlu bukti satu lagi. Kalau memang kamu anakku, coba kamu melingkari gunung Telomoyo ini. Kalau bisa, maka kamu benar-benar anakku."
Baru Klinting nyaris berhasil melingkari gunung, namun sayangnya tubuh Baru Klinting kurang satu jengkal untuk melingkari gunung tersebut secara penuh. Untuk menutupi itu Baru Klinting menjulurkan lidahnya hingga menyentuh ujung ekornya. Cara yang cerdas sekaligus memaksa. Hehehe. Tanpa diduga Ki Hajar memotong lidah Baru Klinting, hal itu juga sebagai persyaratan agar Baru bisa menjadi manusia. Kelak lidahnya itu akan menjadi mata tombak, pusaka miliknya yang terbuat dari bagian dirinya.
Ki Hajar kemudian memerintahkan Baru Klinting untuk bertapa di dalam hutan lereng gunung.
Dalam pertapaannya. Suatu hari penduduk desa Pathok mau mengadakan pesta sedekah bumi setelah panen usai. Mereka akan mengadakan pertunjukkan berbagai macam tarian. Untuk memeriahkan pesta itu rakyat beramai-ramai mencari hewan, namun tidak mendapatkan seekor hewan pun.
Sekelompok warga akhirnya istirahat karena lelah mencari hewan buruan, salah seorang warga mengayunkan parangnya kepohon tumbang dan alangkah terkejutnya warga ketika melihat parangnya berlumuran darah, mereka baru menyadari bahwa yang mereka tebas bukanlah pohon tumbang melainkan tubuh ular naga ( Baru Klinting ). Warga langsung memotong-motong, menguliti daging ular tersebut untuk dijadikan makanan saat pesta nanti.
Sukma Baru Klinting menjelma menjadi seorang anak kecil. Penampilannya kumal, kotor. Tubuhnya penuh luka dan berbau busuk akibat kulitnya yang tidak tertutup sempurna. Lantaran jasad fisiknya dikuliti dan dipotong-potong oleh warga. Ia juga susah berbicara karena sebelumnya lidahnya dipotong.
Baru berjalan menuju tempat pesta rakyat diadakan. Ia masuk ke keramaian dan ingin menikmati hidangan. Dengan sikap acuh dan sinis para warga justru mengusir anak itu dari pesta dengan paksa karena dianggap pengemis yang menjijikkan dan memalukan.
"Pergi kau anak setan!"
"Kenapa kalian jahat kepadaku?. Bukankah wujudku sekarang juga manusia?."
Para warga masih bersikap acuh dan sinis kepadanya.
Dengan sakit hati anak itu pergi meninggalkan pesta. Ditengah perjalanan Baru bertemu dengan seorang nenek janda tua baik hati yang mengajaknya mampir ke rumahnya. Janda tua itu memperlakukan Baru layaknya tamu yang dihormati, disiapkan pula hidangan. Baru berbinar senang. baru kali ini ada manusia yang baik kepadanya selain ibunya. Dengan lahap ia menyantap makanan yang dihidangkan untuknya.
"Nek, sebelumnya saya berpikir bahwa sudah tidak ada orang baik di kampung ini, tapi ternyata masih ada orang baik seperti nenek. Mungkin nanti akan terdengar suara gemuruh air atau teriakan orang-orang. Saat itu terjadi saya mohon sesegera mungkin Nenek naik ke lesung(Tempat Menumbuk Padi)" ucap Baru sembari menunjuk lesung yang diparkirkan di tembok.
Sang Nenek masih heran dengan permintaan Baru Klinting.
"Sekedar persiapan Nek. Mungkin nanti akan terjadi banjir."
Sesaat kemudian Baru kembali ke pesta mencoba ikut dan sekali lagi meminta hidangan dalam pesta yang diadakan oleh penduduk desa. Namun warga tetap tidak menerima anak itu, bahkan ditendang agar pergi dari tempat pesta.
'Mereka sudah keterlaluan!'.Baru melihat tak ada seorangpun yang bersimpati kepadanya.
Dengan kemarahan hati anak itu mengadakan sayembara. Ia menancapkan lidi yang ia temukan disana ke tanah.
"Aku akan pergi dari sini bila ada salah satu dari kalian yang berhasil mencabut lidi ini!."
Semua orang yang ada disana menertawakannya.
"Jika hanya mencabut sebatang lidi saja sih semua orang juga bisa." sahut seorang warga.
Dimulai dari anak-anak, perempuan hingga laki-laki dewasa. Semua yang ada disana mendapat giliran, namun tak satu pun warga desa yang mampu mencabut lidi tersebut.
Melihat hal itu amarahnya memuncak, sudah diatas ubun-ubun.
"Lihatlah ketamakan kalian wahai manusia. Lihatlah ketidakpedulian kalian terhadap sesama. Kalian memandang rendah manusia cacat sepertiku. Tidak mau berbagi sedikitpun, sementara daging yang kalian nikmati itu merupakan dagingku sendiri saat menjadi ular naga."
Akhirnya Baru sendirilah yang mencabutnya. Ternyata dari lubang tancapan lidi tadi mengucur mata air yang deras.
Wujud binatang buas aktif. Sosok Baru Klinting berubah menjadi ular naga hijau raksasa yang mengerikan. Mahkota emas menghiasi kepalanya, kalung klintingan terpasang di lehernya.
Debit air yang keluar dari dalam tanah bertambah berkali-kali lipat. Sosok naga tersebut seolah melakukan tarian dengan liukannya, berkali-kali memutari sumber pancaran. Dalam sekejap aliran air berubah menjadi air bah yang menerjang ke segala penjuru dengan Baru menjadi pusatnya. Semua terjadi dengan begitu cepat, sehingga tak ada satupun penduduk yang bisa melarikan diri dari derasnya terjangan air bah.
Semakin meluas dan menggenangi seluruh desa, hingga akhirnya berhasil menenggelamkan keseluruhan desa beserta para penduduknya. Kecuali Janda Tua yang menaiki lesung. Dialah satu-satunya penduduk yang selamat.
Desapun menjadi rawa-rawa dengan air yang bening. Naga Baru Klinting sadar ia telah termakan oleh amarahnya. Ia kembali bertapa, melingkarkan tubuhnya di dasar danau. Menjadi manusia.. entahlah apakah itu masih menjadi keinginannya setelah semua hal yang barusan terjadi.
"Kamu itu anak ibu. Jadi kamu adalah anak manusia. Kamu berbeda karena kamu istimewa."
"Secara umum, manusia memang memandang perbedaan sebagai ancaman. Hal itu tidak sepenuhnya salah. Hanya saja suatu bentuk kewaspadaan dalam mencegah hal buruk yang bisa saja terjadi."
"Sayangnya mereka hanya memandangmu dari penampilan fisikmu saja, berhenti sampai disitu. Tidak mau mengenalmu lebih jauh. Tak kenal maka tak sayang. Kalau saja mereka mau mengenal siapa dirimu yang sebenarnya. Kebaikan hati dan pemikiran seorang Baru Klinting, pasti sikap mereka akan berubah." Sang ibu tersenyum mengusap-usap kepala Baru Klinting.
Baru Klinting tersenyum lebar mendengar hal yang dikatakan ibunya tersebut.
"Bu, ceritakan lebih detail mngenai ayah. Bukankah beliau adalah seorang Brahmana?. Mungkin saja dengan kesaktian beliau, beliau bisa memberikan jalan keluar mengenai masalah Baru ini."
"Anak pintar. Ibu juga berpikir bahwa saat ini kamu sudah cukup umur bila ingin menemui ayahmu."
Sang ibu sejenak berlalu dan kembali membawa sesuatu.
"Bawalah Genta(Klintingan) peninggalan ayahmu ini sebagai bukti bahwa kamu adalah anaknya."
Setelah itu tak lupa sang ibu mempersiapkan perbekalan secukupnya untuk keberangkatan Baru Klinting esok hari.
Gua di lereng gunung Telomaya adalah tujuan perjalanan Baru Klinting. Tempat ayahnya bersemedi.
Dengan gembira Baru Klinting berangkat ke pertapaan Ki Hajar Salokantara sang ayah.
Sesampainya di pertapaan. Baru Klinting masuk ke gua dan hormat di depan Ki Hajar sembari bertanya, “Apakah benar ini tempat pertapaan Ki Hajar Salokantara?” Yang kemudian dijawab oleh Ki Hajar sendiri, “Ya benar. Saya Ki Hajar Salokantara."
Sembah sujud dihaturkannya kepada Ki Hajar.
"Ayah adalah orangtua saya yang selama ini sudah lama saya cari-cari. Saya adalah anak dari Endang Sawitri dari desa Ngasem dan Klintingan ini kata ibu adalah peninggalan ayah. Baru Klinting memperlihatkan lebih jelas lagi klintingan yang dipakainya di leher(naga kayaknya leher semua)."
"Ya benar. Klintingan itu adalah sebuah bukti. Namun aku perlu bukti satu lagi. Kalau memang kamu anakku, coba kamu melingkari gunung Telomoyo ini. Kalau bisa, maka kamu benar-benar anakku."
Baru Klinting nyaris berhasil melingkari gunung, namun sayangnya tubuh Baru Klinting kurang satu jengkal untuk melingkari gunung tersebut secara penuh. Untuk menutupi itu Baru Klinting menjulurkan lidahnya hingga menyentuh ujung ekornya. Cara yang cerdas sekaligus memaksa. Hehehe. Tanpa diduga Ki Hajar memotong lidah Baru Klinting, hal itu juga sebagai persyaratan agar Baru bisa menjadi manusia. Kelak lidahnya itu akan menjadi mata tombak, pusaka miliknya yang terbuat dari bagian dirinya.
Ki Hajar kemudian memerintahkan Baru Klinting untuk bertapa di dalam hutan lereng gunung.
Dalam pertapaannya. Suatu hari penduduk desa Pathok mau mengadakan pesta sedekah bumi setelah panen usai. Mereka akan mengadakan pertunjukkan berbagai macam tarian. Untuk memeriahkan pesta itu rakyat beramai-ramai mencari hewan, namun tidak mendapatkan seekor hewan pun.
Sekelompok warga akhirnya istirahat karena lelah mencari hewan buruan, salah seorang warga mengayunkan parangnya kepohon tumbang dan alangkah terkejutnya warga ketika melihat parangnya berlumuran darah, mereka baru menyadari bahwa yang mereka tebas bukanlah pohon tumbang melainkan tubuh ular naga ( Baru Klinting ). Warga langsung memotong-motong, menguliti daging ular tersebut untuk dijadikan makanan saat pesta nanti.
Sukma Baru Klinting menjelma menjadi seorang anak kecil. Penampilannya kumal, kotor. Tubuhnya penuh luka dan berbau busuk akibat kulitnya yang tidak tertutup sempurna. Lantaran jasad fisiknya dikuliti dan dipotong-potong oleh warga. Ia juga susah berbicara karena sebelumnya lidahnya dipotong.
Baru berjalan menuju tempat pesta rakyat diadakan. Ia masuk ke keramaian dan ingin menikmati hidangan. Dengan sikap acuh dan sinis para warga justru mengusir anak itu dari pesta dengan paksa karena dianggap pengemis yang menjijikkan dan memalukan.
"Pergi kau anak setan!"
"Kenapa kalian jahat kepadaku?. Bukankah wujudku sekarang juga manusia?."
Para warga masih bersikap acuh dan sinis kepadanya.
Dengan sakit hati anak itu pergi meninggalkan pesta. Ditengah perjalanan Baru bertemu dengan seorang nenek janda tua baik hati yang mengajaknya mampir ke rumahnya. Janda tua itu memperlakukan Baru layaknya tamu yang dihormati, disiapkan pula hidangan. Baru berbinar senang. baru kali ini ada manusia yang baik kepadanya selain ibunya. Dengan lahap ia menyantap makanan yang dihidangkan untuknya.
"Nek, sebelumnya saya berpikir bahwa sudah tidak ada orang baik di kampung ini, tapi ternyata masih ada orang baik seperti nenek. Mungkin nanti akan terdengar suara gemuruh air atau teriakan orang-orang. Saat itu terjadi saya mohon sesegera mungkin Nenek naik ke lesung(Tempat Menumbuk Padi)" ucap Baru sembari menunjuk lesung yang diparkirkan di tembok.
Sang Nenek masih heran dengan permintaan Baru Klinting.
"Sekedar persiapan Nek. Mungkin nanti akan terjadi banjir."
Sesaat kemudian Baru kembali ke pesta mencoba ikut dan sekali lagi meminta hidangan dalam pesta yang diadakan oleh penduduk desa. Namun warga tetap tidak menerima anak itu, bahkan ditendang agar pergi dari tempat pesta.
'Mereka sudah keterlaluan!'.Baru melihat tak ada seorangpun yang bersimpati kepadanya.
Dengan kemarahan hati anak itu mengadakan sayembara. Ia menancapkan lidi yang ia temukan disana ke tanah.
"Aku akan pergi dari sini bila ada salah satu dari kalian yang berhasil mencabut lidi ini!."
Semua orang yang ada disana menertawakannya.
"Jika hanya mencabut sebatang lidi saja sih semua orang juga bisa." sahut seorang warga.
Dimulai dari anak-anak, perempuan hingga laki-laki dewasa. Semua yang ada disana mendapat giliran, namun tak satu pun warga desa yang mampu mencabut lidi tersebut.
Melihat hal itu amarahnya memuncak, sudah diatas ubun-ubun.
"Lihatlah ketamakan kalian wahai manusia. Lihatlah ketidakpedulian kalian terhadap sesama. Kalian memandang rendah manusia cacat sepertiku. Tidak mau berbagi sedikitpun, sementara daging yang kalian nikmati itu merupakan dagingku sendiri saat menjadi ular naga."
Akhirnya Baru sendirilah yang mencabutnya. Ternyata dari lubang tancapan lidi tadi mengucur mata air yang deras.
Wujud binatang buas aktif. Sosok Baru Klinting berubah menjadi ular naga hijau raksasa yang mengerikan. Mahkota emas menghiasi kepalanya, kalung klintingan terpasang di lehernya.
Debit air yang keluar dari dalam tanah bertambah berkali-kali lipat. Sosok naga tersebut seolah melakukan tarian dengan liukannya, berkali-kali memutari sumber pancaran. Dalam sekejap aliran air berubah menjadi air bah yang menerjang ke segala penjuru dengan Baru menjadi pusatnya. Semua terjadi dengan begitu cepat, sehingga tak ada satupun penduduk yang bisa melarikan diri dari derasnya terjangan air bah.
Semakin meluas dan menggenangi seluruh desa, hingga akhirnya berhasil menenggelamkan keseluruhan desa beserta para penduduknya. Kecuali Janda Tua yang menaiki lesung. Dialah satu-satunya penduduk yang selamat.
Desapun menjadi rawa-rawa dengan air yang bening. Naga Baru Klinting sadar ia telah termakan oleh amarahnya. Ia kembali bertapa, melingkarkan tubuhnya di dasar danau. Menjadi manusia.. entahlah apakah itu masih menjadi keinginannya setelah semua hal yang barusan terjadi.
Tokoh Masyarakat
Diposting oleh
tutorial
23.05
Awal mula semua masalah ini berawal dari pembelian lahan para penduduk oleh developer vila. Sang pemilik baru menyadari potensi yang terkandung dalam setiap jengkal tanah yang hendak dibangunnya itu. Sumber bahan tambang yang luput dari perhatian pemerintah. Dengan penuh nafsu, pria tua yang seharusnya sudah memasuki liang kubur itu berkali-kali mengirimkan orang untuk membujuk kepala desa agar meluluskan pembangunan area pertambangan. Kepala desa periode sebelumnya adalah orang yang suka main perempuan dan punya banyak simpanan. Dengan segala kebejatan yang ada pada dirinya itu, tentu saja ia setuju. Butuh bahan bakar untuk bersenang-senang. Namun untungnya hal itu mendapat pertentangan dari para tokoh masyarakat setempat, termasuk Pak Soleh. Mereka menyadari bahwa area pertambangan akan merusak lingkungan desa sehingga mereka berdemonstrasi demi melakukan pencegahan sebelum hal itu terjadi. Rencana pengelolaan tambang Batubara.
Rencana pembangunan berhasil dicegah. Kepala desa periode sebelumnyapun akhirnya memasuki masa pensiun. Kepala desa yang baru diangkat. Untunglah dirinya adalah seorang yang idealis. Beberapa kalipun perwakilan perusahaan pertambangan datang untuk bernego mengenai lahan yang akan dijadikan tambang batubara tersebut, berkali-kali pula sang kepala desa menolaknya. Hingga akhirnya sejumlah teror mulai terjadi.
Munculnya surat kaleng berupa ancaman, pesan dengan huruf-huruf dari potongan koran yang diedarkan ke rumah-rumah para tokoh masyarakat setempat sampai ditemukannya beberapa hewan ternak milik masyarakat sekitar yang mati tidak wajar, seperti diracun atau mati ditembak. Ladang yang sengaja dirusak tanamannya. Bahkan terkadang ditemukan bangkai kucing yang dimultilasi tergeletak begitu saja di depan rumah masing-masing tokoh masyarakat itu. Pak Soleh termasuk didalamnya.
Mereka mulai gentar, tapi Pak Soleh sebagai salah satu tetua desa beserta beberapa pemuda desa berhasil meyakinkan para penduduk bahwa ancaman semacam itu tak perlu dihiraukan. Mereka harus berani melawan.
Begitulah pemikiran Pak Soleh dan para pemuda desa paska kejadian-kejadian teror tersebut.
Apa pikiran para pengusaha kota itu mulai tidak waras?. Krisis ekonomi yang melanda negeri ini beberapa waktu silam memang sempat membuat beberapa pengusaha tak lagi punya hati nurani.
Bukankah seharusnya saat ini keadaannya berbeda. Ekonomi kita kini stabil dan menjadi semakin lebih baik.
***
"Ketakutan menguasai mereka Baru. Mereka takut miskin. Takut keluarga mereka dipandang "turun status" di mata warga lingkungannya. Takut capek. Takut tidak bisa makan enak. Takut tidak bisa gonta-ganti mobil. Takut tidak bisa jalan-jalan keluar negeri. Takut istrinya berpaling hati pada lelaki yang lebih mapan. Namun sebenarnya mereka lebih takut kepada keadaan diri mereka sendiri, Setelah sekian lama berkubang dalam kenikmatan, sedikit torehan kesusahan saja akan terasa sangat menyakitkan." Ujar Pak Soleh kepada pemuda yang duduk disebelahnya, di bangku panjang depan rumah sambil menikmati langit malam yang dihiasi bintang-bintang.
Pemuda tersebut bernama "Baru". Pemuda yang didapatinya meminta makan kepadanya dengan keadaan tubuh yang lemah paska gempa bumi beberapa waktu lalu. Pak Soleh menganggap anak muda berambut gondrong tersebut juga mengalami amnesia akibat bencana tersebut karena keterangan yang didapatkan darinya tidak nyambung dengan keadaan saat ini. Busana yang digunakannya saat itu, bertelanjang dada dengan bawahan berupa kain jarik yang membelit sepanjang betis kaki bermotif batik Sisik Gringsing, motif kuno yang sudah ada dari zaman Majapahit, motif yang sangat jarang dipakai oleh orang-orang pada saat ini. Mengenakan kalung klintingan seperti yang dipakai wayang punakawan, yang bentuknya gepeng mirip Klintingan Sapi. Pergelangan tangan kanannya terdapat lilitan mirip batang kayu berwarna hitam; akar bahar seakan menjadi gelang, cincin dengan bahan yang sama juga melingkar di jari manisnya. Tidak aneh juga sih, mengingat sebagian besar mata pencaharian penduduk disini adalah petani. Dan saat ini beliau menampungnya sampai keadaannya pulih atau sampai ada kabar tentang sanak saudaranya. Beliau juga senang ada teman ngobrol, juga bisa meringankan kesibukannya setelah pulang dari Sekolah untuk mengurus beberapa ternak kambing dan ayam dihalaman belakang. Hobi sampingannya itu dirasa semakin berat karena faktor usia.
Pak Soleh tidak keberatan akan keberadaan diri sang Pemuda, dan bahkan tidak menganggapnya sebagai beban karena dirinya hidup sebatang kara, setelah istri dan anaknya meninggal dunia akibat pagebluk yang pernah melanda desa tersebut beberapa puluh tahun silam. Saat itu ilmu kedokteran belumlah secanggih sekarang, bahkan saat itu listrikpun belum merambah ke desa. Dan sampai sekarangpun Pak Soleh tidak mencari penggantinya. Ia bisa menganggap Baru sebagai anaknya sendiri.
Esokpun tiba. Pak Soleh berangkat untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang guru.
Siang itu ia berhasil membuat pusing tujuh keliling para muridnya, anak-anak SMP kelas I dengan soal matematika yang ia rancang. Beberapa anak menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, seolah mencari inspirasi. Beberapa terlihat kebingungan, panik seraya berbisik-bisik meminta contekan. Bahkan beberapa diantaranya juga nampak pasrah, berdoa, komat-kamit memohon wangsit seolah kunci jawaban akan muncul setelah mereka melakukannya. Para murid yang bisa mengerjakan soal ulangan tersebut dengan lancar(mayoritas perempuan) tersenyum geli menyaksikan kelakuan teman-temannya itu.
"Ayo Le, Nduk ojo nyonto! (Ayo nak jangan mencontek). Bapak bisa lihat dari sini lho!" begitulah Pak Soleh memperingatkan murid-muridnya dari tempat duduk guru.
"Soalnya sulit pak" beberapa diantaranya mengeluh.
"Lha mau mbengi sinau ora?(Lha tadi malam belajar tidak?). Kan sudah bapak ingatkan besok ulangan. Jangan-jangan semalam kalian cuma nonton sinetron.
"Tadi malam dramanya lagi klimaks pak". ujar seorang murid yang disambut ledakan tawa teman-teman sekelasnya.
Lima menit kemudian kertas ulangan dikumpulkan. Bel istirahat berbunyi dan pak Soleh bergegas menuju ruang guru. Sesampainya disana, ia diberitahukan oleh koleganya/rekan sesama guru bahwa Pak Kepsek mencarinya.
"Saya titip kertas ulangan ini ya bu" Pak Soleh meninggalkan mejanya menuju ruang Kepala Sekolah.
"Nggih Pak" wanita tersebut menjawab sopan.
***
Semenjak kejadian teror di desa dimulai. Pak Soleh mulai tidak menyukai Kepala Sekolahnya ini yang memang jarang bergaul dengan sesama guru di lingkungan Sekolah. Orang yang cenderung tertutup ini mulai lancang mencampuri urusan desanya. Seorang anak muda dari kota yang langsung melanjutkan ke jenjang Magister(Strata-2/S-2) sebelum akhirnya menjadi guru Biologi dan dikirim ke tempat ini dan langsung menjadi Kepala Sekolah pula.
'Sekalipun sebentar lagi aku memasuki usia pensiun dan seharusnya memulai hidup tenang, aku tidak bisa untuk lepas tangan begitu saja dan menutup mata mengenai permasalahan ini. Desa ini masih membutuhkan orang terpelajar sepertiku dari kejahatan bandit-bandit bermulut manis dengan seribu satu macam muslihatnya. Kalau aku mendiamkannya, desa akan musnah, penduduk terusir dari tanah kelahirannya dan setelah sekian lama wilayah ini akan menjadi wilayah mati yang lingkungannya sudah rusak beserta ekosistem di dalamnya. Warisan kerusakan kepada anak cucu kita.
Didalam ruangan Kepala Sekolah. Bujukan dengan argumen yang sama dikemukakan kembali dengan sedikit modifikasi dan tambahan.
"Pak Solehkan tahu. Rata-rata taraf hidup penduduk di daerah sini di bawah garis kemiskinan. Pengelolaan sumber daya alam ini adalah solusi untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
"Pikirkan masa depan anak-anak disini. Setelah lepas dari SMP ini, sekitar 80% melanjutkan ke jenjang SMA atau SMK. Setelah itu kemungkinan tidak sampai dari setengahnya, kurang dari 50% saja yang akan melanjutkan ke jenjang kuliah. Sisanya sebagian akan bekerja membantu orangtuanya di ladang kiranya masih tersedia lapangan pekerjaan disana, lalu sisanya yang lain lebih suka merantau mencari pekerjaan di Kota. Benar begitu?. Jumlah penduduk desa akan menyusut dan malah akan membebani Kota akibat terlalu padat."
"Bisa bapak bayangkan berapa banyak pemuda yang keluar dari desa karena ketidakadaan lapangan pekerjaan?. Lalu berapa persen dari mereka yang akan kembali ke desa ini lagi?."
'Sebenarnya bukan desa kekurangan lapangan pekerjaan. Tapi memang tidak banyak anak muda yang tertarik untuk menjadi petani dengan segala kerja kerasnya. Mereka lebih memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat mereka. Pekerjaan yang tidak perlu selelah menjadi petani namun bisa mendapatkan penghasilan yang sama bahkan lebih besar. Memangnya menjadi buruh tambang itu lebih baik dibanding menjadi petani?.'
"Yang bapak katakan mungkin memang ada benarnya. Namun bila ditelaah lebih dalam lagi.Bapak yang seorang ahli Biologi pasti lebih tahu dampaknya terhadap lingkungan sangatlah parah. Sedangkan sebagian besar pencaharian penduduk adalah dari bidang pertanian. Merekalah yang secara langsung akan mengalami dampak dari pencemaran air dan tanah. Okelah bila wilayah yang dipakai adalah daerah tandus yang tak berpenghuni. Sedangkan tempat kita ini adalah daerah subur yang padat penduduk."
"Bila memang demi masyarakat sekitar. Harus ditimbang antara manfaat dan mudaratnya. Dan ini jauh lebih banyak mudaratnya!."
"Bapak terlalu paranoid!. Semua akan baik-baik saja karena semua sudah ada SOPnya!."
"Apakah ada jaminan perusahaan akan melaksanakan semua kompensasi atas eksploitasi yang sudah mereka perbuat?. Misalnya melakukan recovery atas lubang-lubang bekas tambang, masalah erosi tanah hingga menjaga limbah agar tidak mencemari lingkungan?. Bahkan polutan yang dihasilkannya saja mengandung merkuri yang tidak bisa kita atasi. Kerusakan permanen yang tak akan pernah pulih sekeras apapun usaha yang dilakukan untuk mengembalikannya."
Kepala Sekolah mulai berkeringat seolah kehabisan kata-kata untuk membalas.
"Ah benar juga. Tidak sopan rasanya mengajukan gagasan proyek tanpa sebuah kompensasi". Pak Soleh melihat sebuah amplop coklat tebal dilungsurkan kepadanya. Ini hanyalah awal. Bapak akan mendapatkan lebih banyak lagi seiring berjalannya proyek."
Pak Soleh hanya melihat amplop tersebut.
"Jadi Bapak sekarang sudah menjadi kaki tangan perusahaan?. Untuk berikutnya saya tidak mau lagi bapak memanggil saya hanya untuk membicarakan masalah yang ini. Permisi!" Pak Soleh berlalu keluar dari ruangan Kepala Sekolah.
'Sebenarnya Bumi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memenuhi keserakahannya.'
Rencana pembangunan berhasil dicegah. Kepala desa periode sebelumnyapun akhirnya memasuki masa pensiun. Kepala desa yang baru diangkat. Untunglah dirinya adalah seorang yang idealis. Beberapa kalipun perwakilan perusahaan pertambangan datang untuk bernego mengenai lahan yang akan dijadikan tambang batubara tersebut, berkali-kali pula sang kepala desa menolaknya. Hingga akhirnya sejumlah teror mulai terjadi.
Munculnya surat kaleng berupa ancaman, pesan dengan huruf-huruf dari potongan koran yang diedarkan ke rumah-rumah para tokoh masyarakat setempat sampai ditemukannya beberapa hewan ternak milik masyarakat sekitar yang mati tidak wajar, seperti diracun atau mati ditembak. Ladang yang sengaja dirusak tanamannya. Bahkan terkadang ditemukan bangkai kucing yang dimultilasi tergeletak begitu saja di depan rumah masing-masing tokoh masyarakat itu. Pak Soleh termasuk didalamnya.
Mereka mulai gentar, tapi Pak Soleh sebagai salah satu tetua desa beserta beberapa pemuda desa berhasil meyakinkan para penduduk bahwa ancaman semacam itu tak perlu dihiraukan. Mereka harus berani melawan.
Begitulah pemikiran Pak Soleh dan para pemuda desa paska kejadian-kejadian teror tersebut.
Apa pikiran para pengusaha kota itu mulai tidak waras?. Krisis ekonomi yang melanda negeri ini beberapa waktu silam memang sempat membuat beberapa pengusaha tak lagi punya hati nurani.
Bukankah seharusnya saat ini keadaannya berbeda. Ekonomi kita kini stabil dan menjadi semakin lebih baik.
***
"Ketakutan menguasai mereka Baru. Mereka takut miskin. Takut keluarga mereka dipandang "turun status" di mata warga lingkungannya. Takut capek. Takut tidak bisa makan enak. Takut tidak bisa gonta-ganti mobil. Takut tidak bisa jalan-jalan keluar negeri. Takut istrinya berpaling hati pada lelaki yang lebih mapan. Namun sebenarnya mereka lebih takut kepada keadaan diri mereka sendiri, Setelah sekian lama berkubang dalam kenikmatan, sedikit torehan kesusahan saja akan terasa sangat menyakitkan." Ujar Pak Soleh kepada pemuda yang duduk disebelahnya, di bangku panjang depan rumah sambil menikmati langit malam yang dihiasi bintang-bintang.
Pemuda tersebut bernama "Baru". Pemuda yang didapatinya meminta makan kepadanya dengan keadaan tubuh yang lemah paska gempa bumi beberapa waktu lalu. Pak Soleh menganggap anak muda berambut gondrong tersebut juga mengalami amnesia akibat bencana tersebut karena keterangan yang didapatkan darinya tidak nyambung dengan keadaan saat ini. Busana yang digunakannya saat itu, bertelanjang dada dengan bawahan berupa kain jarik yang membelit sepanjang betis kaki bermotif batik Sisik Gringsing, motif kuno yang sudah ada dari zaman Majapahit, motif yang sangat jarang dipakai oleh orang-orang pada saat ini. Mengenakan kalung klintingan seperti yang dipakai wayang punakawan, yang bentuknya gepeng mirip Klintingan Sapi. Pergelangan tangan kanannya terdapat lilitan mirip batang kayu berwarna hitam; akar bahar seakan menjadi gelang, cincin dengan bahan yang sama juga melingkar di jari manisnya. Tidak aneh juga sih, mengingat sebagian besar mata pencaharian penduduk disini adalah petani. Dan saat ini beliau menampungnya sampai keadaannya pulih atau sampai ada kabar tentang sanak saudaranya. Beliau juga senang ada teman ngobrol, juga bisa meringankan kesibukannya setelah pulang dari Sekolah untuk mengurus beberapa ternak kambing dan ayam dihalaman belakang. Hobi sampingannya itu dirasa semakin berat karena faktor usia.
Pak Soleh tidak keberatan akan keberadaan diri sang Pemuda, dan bahkan tidak menganggapnya sebagai beban karena dirinya hidup sebatang kara, setelah istri dan anaknya meninggal dunia akibat pagebluk yang pernah melanda desa tersebut beberapa puluh tahun silam. Saat itu ilmu kedokteran belumlah secanggih sekarang, bahkan saat itu listrikpun belum merambah ke desa. Dan sampai sekarangpun Pak Soleh tidak mencari penggantinya. Ia bisa menganggap Baru sebagai anaknya sendiri.
Esokpun tiba. Pak Soleh berangkat untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang guru.
Siang itu ia berhasil membuat pusing tujuh keliling para muridnya, anak-anak SMP kelas I dengan soal matematika yang ia rancang. Beberapa anak menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, seolah mencari inspirasi. Beberapa terlihat kebingungan, panik seraya berbisik-bisik meminta contekan. Bahkan beberapa diantaranya juga nampak pasrah, berdoa, komat-kamit memohon wangsit seolah kunci jawaban akan muncul setelah mereka melakukannya. Para murid yang bisa mengerjakan soal ulangan tersebut dengan lancar(mayoritas perempuan) tersenyum geli menyaksikan kelakuan teman-temannya itu.
"Ayo Le, Nduk ojo nyonto! (Ayo nak jangan mencontek). Bapak bisa lihat dari sini lho!" begitulah Pak Soleh memperingatkan murid-muridnya dari tempat duduk guru.
"Soalnya sulit pak" beberapa diantaranya mengeluh.
"Lha mau mbengi sinau ora?(Lha tadi malam belajar tidak?). Kan sudah bapak ingatkan besok ulangan. Jangan-jangan semalam kalian cuma nonton sinetron.
"Tadi malam dramanya lagi klimaks pak". ujar seorang murid yang disambut ledakan tawa teman-teman sekelasnya.
Lima menit kemudian kertas ulangan dikumpulkan. Bel istirahat berbunyi dan pak Soleh bergegas menuju ruang guru. Sesampainya disana, ia diberitahukan oleh koleganya/rekan sesama guru bahwa Pak Kepsek mencarinya.
"Saya titip kertas ulangan ini ya bu" Pak Soleh meninggalkan mejanya menuju ruang Kepala Sekolah.
"Nggih Pak" wanita tersebut menjawab sopan.
***
Semenjak kejadian teror di desa dimulai. Pak Soleh mulai tidak menyukai Kepala Sekolahnya ini yang memang jarang bergaul dengan sesama guru di lingkungan Sekolah. Orang yang cenderung tertutup ini mulai lancang mencampuri urusan desanya. Seorang anak muda dari kota yang langsung melanjutkan ke jenjang Magister(Strata-2/S-2) sebelum akhirnya menjadi guru Biologi dan dikirim ke tempat ini dan langsung menjadi Kepala Sekolah pula.
'Sekalipun sebentar lagi aku memasuki usia pensiun dan seharusnya memulai hidup tenang, aku tidak bisa untuk lepas tangan begitu saja dan menutup mata mengenai permasalahan ini. Desa ini masih membutuhkan orang terpelajar sepertiku dari kejahatan bandit-bandit bermulut manis dengan seribu satu macam muslihatnya. Kalau aku mendiamkannya, desa akan musnah, penduduk terusir dari tanah kelahirannya dan setelah sekian lama wilayah ini akan menjadi wilayah mati yang lingkungannya sudah rusak beserta ekosistem di dalamnya. Warisan kerusakan kepada anak cucu kita.
Didalam ruangan Kepala Sekolah. Bujukan dengan argumen yang sama dikemukakan kembali dengan sedikit modifikasi dan tambahan.
"Pak Solehkan tahu. Rata-rata taraf hidup penduduk di daerah sini di bawah garis kemiskinan. Pengelolaan sumber daya alam ini adalah solusi untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
"Pikirkan masa depan anak-anak disini. Setelah lepas dari SMP ini, sekitar 80% melanjutkan ke jenjang SMA atau SMK. Setelah itu kemungkinan tidak sampai dari setengahnya, kurang dari 50% saja yang akan melanjutkan ke jenjang kuliah. Sisanya sebagian akan bekerja membantu orangtuanya di ladang kiranya masih tersedia lapangan pekerjaan disana, lalu sisanya yang lain lebih suka merantau mencari pekerjaan di Kota. Benar begitu?. Jumlah penduduk desa akan menyusut dan malah akan membebani Kota akibat terlalu padat."
"Bisa bapak bayangkan berapa banyak pemuda yang keluar dari desa karena ketidakadaan lapangan pekerjaan?. Lalu berapa persen dari mereka yang akan kembali ke desa ini lagi?."
'Sebenarnya bukan desa kekurangan lapangan pekerjaan. Tapi memang tidak banyak anak muda yang tertarik untuk menjadi petani dengan segala kerja kerasnya. Mereka lebih memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat mereka. Pekerjaan yang tidak perlu selelah menjadi petani namun bisa mendapatkan penghasilan yang sama bahkan lebih besar. Memangnya menjadi buruh tambang itu lebih baik dibanding menjadi petani?.'
"Yang bapak katakan mungkin memang ada benarnya. Namun bila ditelaah lebih dalam lagi.Bapak yang seorang ahli Biologi pasti lebih tahu dampaknya terhadap lingkungan sangatlah parah. Sedangkan sebagian besar pencaharian penduduk adalah dari bidang pertanian. Merekalah yang secara langsung akan mengalami dampak dari pencemaran air dan tanah. Okelah bila wilayah yang dipakai adalah daerah tandus yang tak berpenghuni. Sedangkan tempat kita ini adalah daerah subur yang padat penduduk."
"Bila memang demi masyarakat sekitar. Harus ditimbang antara manfaat dan mudaratnya. Dan ini jauh lebih banyak mudaratnya!."
"Bapak terlalu paranoid!. Semua akan baik-baik saja karena semua sudah ada SOPnya!."
"Apakah ada jaminan perusahaan akan melaksanakan semua kompensasi atas eksploitasi yang sudah mereka perbuat?. Misalnya melakukan recovery atas lubang-lubang bekas tambang, masalah erosi tanah hingga menjaga limbah agar tidak mencemari lingkungan?. Bahkan polutan yang dihasilkannya saja mengandung merkuri yang tidak bisa kita atasi. Kerusakan permanen yang tak akan pernah pulih sekeras apapun usaha yang dilakukan untuk mengembalikannya."
Kepala Sekolah mulai berkeringat seolah kehabisan kata-kata untuk membalas.
"Ah benar juga. Tidak sopan rasanya mengajukan gagasan proyek tanpa sebuah kompensasi". Pak Soleh melihat sebuah amplop coklat tebal dilungsurkan kepadanya. Ini hanyalah awal. Bapak akan mendapatkan lebih banyak lagi seiring berjalannya proyek."
Pak Soleh hanya melihat amplop tersebut.
"Jadi Bapak sekarang sudah menjadi kaki tangan perusahaan?. Untuk berikutnya saya tidak mau lagi bapak memanggil saya hanya untuk membicarakan masalah yang ini. Permisi!" Pak Soleh berlalu keluar dari ruangan Kepala Sekolah.
'Sebenarnya Bumi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memenuhi keserakahannya.'
Kekuatan baru
Diposting oleh
tutorial
12.26
Aku memasuki sebuah gudang, setelah berhasil melakukan beberapa pengrusakan. Kulihat ada banyak bahan kimia beserta peralatannya disini. Mungkin memang benar ini adalah pabrik peracik narkoba. Pabrik skala besar. Letaknya yang berada di luar kota membuatnya tidak mudah dihembus oleh pihak berwajib. Data-data yang kudapatkan dari reruntuhan "markas pusat" sepertinya sangat berguna.
Aku akan mengejar kalian semua yang ada di daftar.
Bagus sekali, tidak ada penjaga. Aku bisa membakar tempat ini dengan lebih mudah. Lalu tinggal membereskan kalian yang tersisa.
"Siapa kau berani memasuki tempat ini?!". Aku terkejut mendengarkan suara tersebut. Aku tak menyangka ada seseorang yang bisa lolos dari indera penciumanku. Kemungkinan aroma tajam bahan-bahan kimia yang ada disini membaurkan bau milik mereka. Mereka.. ada lebih dari seorang disini. Indera penciumanku sudah mulai beradaptasi. Tapi dimana yang satunya lagi.
Aku menjatuhkan kedua jerigen besar Bensin yang kubawa. Hal itu tidak luput dari penglihatannya.
"Kau pasti bukan orang biasa. Apalagi kau memasuki wilayah ini secara paksa. Aku tidak bisa membiarkanmu lolos begitu saja." Wujud orang itu perlahan berubah menjadi monster hijau dengan warna metalik. Angkara level 3.
"Ups. Karena kau baru saja melihat apa yang seharusnya tidak boleh kau lihat. Aku terpaksa harus membunuhmu." Mungkin yang ia maksud adalah perubahan wujudnya menjadi monster jelek.
Aku memutar tubuhku kebelakang untuk mengecek pintu keluar. Seseorang menutup pintu tersebut. Dan diam berdiri didepannya. Sama seperti rekannya. Iapun mulai berubah wujud.
Dua Angkara level 3. Sepertinya ini akan menyusahkan.
"Jangan sungkan-sungkan kepadaku".
Mungkin mereka heran, bagaimana bisa aku tenang menghadapi situasi semacam ini.
"Tiwikrama!" aku ikut berubah wujud.
"Sekarang kalian sudah tahu siapa diriku yang sebenarnya. Aku tak bisa membiarkan kalian pergi dari sini hidup-hidup."
Giliran mereka yang terkejut.
"Ha?. Kau juga Angkara ternyata". Pernyataan tersebut membuatku gatal.
"Tapi bagaimana kau bisa mempunyai wujud yang terlihat berbeda?. Apa benar kau sejenis dengan kami?. Jangan-jangan kau adalah Angkara gila, produk gagal yang ingin bertaubat dan berusaha bermain pahlawan-pahlawanan?. Hahaha, tidak mungkin, tidak ada hal semacam itu." ia berusaha menapiknya.
"Kau dibawah ancaman?".
"Berhenti memanggilku Angkara. Aku jenis yang berbeda dari makhluk menjijikkan semacam kalian. Bagaimana kalau cepat kita selesaikan hal ini sehingga aku bisa segera kembali menjalankan kehidupanku yang lain." Aku memasang kuda-kuda bertempur.
"Yah kukira juga begitu. Kita mirip tapi tak sama. Kami akan membawamu hidup-hidup untuk interogasi fenomena ini.
"Aku sarankan jangan, Karena hal itu hanya akan membuat kalian bertempur tanpa mengerahkan seluruh kemampuan kalian."
Aku berlari kearahnya. Melontarkan serangan pertama. Ia berusaha menepisnya. Kami saling bertukar serangan. Aku merasakan energi berbahaya dari balik tubuhku. Aku berhasil menghindar sehingga tembakan tenaga dalam tersebut terkena Angkara yang sedang bertukar serangan denganku. Rekannya bergabung dalam pertempuran.
"Brengsek kau!. Sudah tahu ada aku juga ada disini.
"Sorry, aku tak menyangka ia menghindar. Jadi kamu yang kena".
Sekarang dua lawan satu. Mereka berdua mulai menyerangku secara beruntun. Untung saja gerak reflekku cukup bagus karena aku paham bela diri. Hingga akhirnya aku berhasil menghempaskan salah satu dari mereka.
Kita sebut saja orang yang menyapaku pertama kali dengan sebutan Angkara A, dan rekannya yang mengunci gerbang adalah Angkara B.
"Berhenti bermain-main. Sepertinya tidak mungkin membawanya hidup-hidup dalam keadaan utuh." ucap si A yang barusan terpelanting terkena serangan dariku.
"Oh, jadi dari tadi kalian belum serius?." ujarku.
Si A meludahkan cairan hijau dari mulutnya. Aku menghindar sehingga cairan tersebut terkena drum yang ada dibelakangku. Bagian Drum yang terkena mulai meleleh. Akan sangat berbahaya bila ia melakukannya dari jarak dekat saat kami beradu pukulan, karena akurasi untuk mengenaiku akan semakin tinggi.
"Inilah alasan aku tak ingin mengeluarkan skillku ini. Habis ini kita harus beres-beres."
"Kau tak perlu mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi."
Kami melanjutkan baku hantam. Namun kali ini aku harus lebih waspada terhadap gerakan mulut si A.
Entah mengapa aku merasa lebih kuat. Memang sih masih kewalahan menghadapi dua Angkara level 3. Namun ini lebih baik, tidak seperti sebelumnya.
Tubuhku mengalami kerusakan yang cukup besar. Untuk bergerakpun sudah mulai berat.
Saat ini aku sudah beberapa kali terkena cairan asam yang ditembakkan oleh si A. Nampaknya efek racunnya sudah mulai bekerja. Ini juga membuat gerakan tubuhku melamban sehingga si B bisa lebih sering melontarkan serangan tenaga dalamnya dari jarak jauh. Aku tidak bisa akan bisa bertahan bila melanjutkan hal ini lebih lama lagi.
"Kurasa aku juga harus serius melawan kalian. Kalian sudah mengeluarkan kemampuan kalian secara penuh untuk menghadapiku. Giliranku melakukan hal yang sama untuk menghormati jerih payah kalian."
Aku akan menyebutnya mode rantai/Chain mode atau penamaan mode kekang mungkin lebih tepat. Karena aku tahu, aku tidak boleh menggunakan wujud ini sembarangan. Hanya saat benar-benar kubutuhkan, saat terdesak, hanya dalam keadaan darurat. Bukankah ini saat yang tepat untuk menggunakannya?. Karena kekuatan besar pasti punya konsekuensi yang besar pula. Layaknya pedang bermata dua.
Aura kegelapan yang pekat merembes keluar dari tubuhku. Perubahan terjadi pada tubuhku. Zirahku berubah dengan sudut-sudut yang tajam. Sulur-sulur rantai muncul dari balik punggungku. Rantai itu juga muncul dan melilit kedua tanganku. Membelit renggang pinggangku secara saling menyilang, seolah menjadi asesoris sabuk tambahan. Kain bawahan yang kukenakan sekarang berubah menjadi motif Poleng. Cakar di tangankupun menjadi sedikit lebih besar dan kokoh. Aku meraung keras. Meneriakkan seruan perang milikku(War-Cry). Aku hempaskan kedua lenganku kebawah sehingga rantai yang melilit di kedua tanganku itu terulur memanjang menyentuh tanah.
Aku menyeringai kearah mereka.
"Kita lihat siapa jadi arang, dan siapa jadi abu!".
Aku akan mengejar kalian semua yang ada di daftar.
Bagus sekali, tidak ada penjaga. Aku bisa membakar tempat ini dengan lebih mudah. Lalu tinggal membereskan kalian yang tersisa.
"Siapa kau berani memasuki tempat ini?!". Aku terkejut mendengarkan suara tersebut. Aku tak menyangka ada seseorang yang bisa lolos dari indera penciumanku. Kemungkinan aroma tajam bahan-bahan kimia yang ada disini membaurkan bau milik mereka. Mereka.. ada lebih dari seorang disini. Indera penciumanku sudah mulai beradaptasi. Tapi dimana yang satunya lagi.
Aku menjatuhkan kedua jerigen besar Bensin yang kubawa. Hal itu tidak luput dari penglihatannya.
"Kau pasti bukan orang biasa. Apalagi kau memasuki wilayah ini secara paksa. Aku tidak bisa membiarkanmu lolos begitu saja." Wujud orang itu perlahan berubah menjadi monster hijau dengan warna metalik. Angkara level 3.
"Ups. Karena kau baru saja melihat apa yang seharusnya tidak boleh kau lihat. Aku terpaksa harus membunuhmu." Mungkin yang ia maksud adalah perubahan wujudnya menjadi monster jelek.
Aku memutar tubuhku kebelakang untuk mengecek pintu keluar. Seseorang menutup pintu tersebut. Dan diam berdiri didepannya. Sama seperti rekannya. Iapun mulai berubah wujud.
Dua Angkara level 3. Sepertinya ini akan menyusahkan.
"Jangan sungkan-sungkan kepadaku".
Mungkin mereka heran, bagaimana bisa aku tenang menghadapi situasi semacam ini.
"Tiwikrama!" aku ikut berubah wujud.
"Sekarang kalian sudah tahu siapa diriku yang sebenarnya. Aku tak bisa membiarkan kalian pergi dari sini hidup-hidup."
Giliran mereka yang terkejut.
"Ha?. Kau juga Angkara ternyata". Pernyataan tersebut membuatku gatal.
"Tapi bagaimana kau bisa mempunyai wujud yang terlihat berbeda?. Apa benar kau sejenis dengan kami?. Jangan-jangan kau adalah Angkara gila, produk gagal yang ingin bertaubat dan berusaha bermain pahlawan-pahlawanan?. Hahaha, tidak mungkin, tidak ada hal semacam itu." ia berusaha menapiknya.
"Kau dibawah ancaman?".
"Berhenti memanggilku Angkara. Aku jenis yang berbeda dari makhluk menjijikkan semacam kalian. Bagaimana kalau cepat kita selesaikan hal ini sehingga aku bisa segera kembali menjalankan kehidupanku yang lain." Aku memasang kuda-kuda bertempur.
"Yah kukira juga begitu. Kita mirip tapi tak sama. Kami akan membawamu hidup-hidup untuk interogasi fenomena ini.
"Aku sarankan jangan, Karena hal itu hanya akan membuat kalian bertempur tanpa mengerahkan seluruh kemampuan kalian."
Aku berlari kearahnya. Melontarkan serangan pertama. Ia berusaha menepisnya. Kami saling bertukar serangan. Aku merasakan energi berbahaya dari balik tubuhku. Aku berhasil menghindar sehingga tembakan tenaga dalam tersebut terkena Angkara yang sedang bertukar serangan denganku. Rekannya bergabung dalam pertempuran.
"Brengsek kau!. Sudah tahu ada aku juga ada disini.
"Sorry, aku tak menyangka ia menghindar. Jadi kamu yang kena".
Sekarang dua lawan satu. Mereka berdua mulai menyerangku secara beruntun. Untung saja gerak reflekku cukup bagus karena aku paham bela diri. Hingga akhirnya aku berhasil menghempaskan salah satu dari mereka.
Kita sebut saja orang yang menyapaku pertama kali dengan sebutan Angkara A, dan rekannya yang mengunci gerbang adalah Angkara B.
"Oh, jadi dari tadi kalian belum serius?." ujarku.
Si A meludahkan cairan hijau dari mulutnya. Aku menghindar sehingga cairan tersebut terkena drum yang ada dibelakangku. Bagian Drum yang terkena mulai meleleh. Akan sangat berbahaya bila ia melakukannya dari jarak dekat saat kami beradu pukulan, karena akurasi untuk mengenaiku akan semakin tinggi.
"Inilah alasan aku tak ingin mengeluarkan skillku ini. Habis ini kita harus beres-beres."
"Kau tak perlu mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi."
Kami melanjutkan baku hantam. Namun kali ini aku harus lebih waspada terhadap gerakan mulut si A.
Entah mengapa aku merasa lebih kuat. Memang sih masih kewalahan menghadapi dua Angkara level 3. Namun ini lebih baik, tidak seperti sebelumnya.
Tubuhku mengalami kerusakan yang cukup besar. Untuk bergerakpun sudah mulai berat.
Saat ini aku sudah beberapa kali terkena cairan asam yang ditembakkan oleh si A. Nampaknya efek racunnya sudah mulai bekerja. Ini juga membuat gerakan tubuhku melamban sehingga si B bisa lebih sering melontarkan serangan tenaga dalamnya dari jarak jauh. Aku tidak bisa akan bisa bertahan bila melanjutkan hal ini lebih lama lagi.
"Kurasa aku juga harus serius melawan kalian. Kalian sudah mengeluarkan kemampuan kalian secara penuh untuk menghadapiku. Giliranku melakukan hal yang sama untuk menghormati jerih payah kalian."
Aku akan menyebutnya mode rantai/Chain mode atau penamaan mode kekang mungkin lebih tepat. Karena aku tahu, aku tidak boleh menggunakan wujud ini sembarangan. Hanya saat benar-benar kubutuhkan, saat terdesak, hanya dalam keadaan darurat. Bukankah ini saat yang tepat untuk menggunakannya?. Karena kekuatan besar pasti punya konsekuensi yang besar pula. Layaknya pedang bermata dua.
Aura kegelapan yang pekat merembes keluar dari tubuhku. Perubahan terjadi pada tubuhku. Zirahku berubah dengan sudut-sudut yang tajam. Sulur-sulur rantai muncul dari balik punggungku. Rantai itu juga muncul dan melilit kedua tanganku. Membelit renggang pinggangku secara saling menyilang, seolah menjadi asesoris sabuk tambahan. Kain bawahan yang kukenakan sekarang berubah menjadi motif Poleng. Cakar di tangankupun menjadi sedikit lebih besar dan kokoh. Aku meraung keras. Meneriakkan seruan perang milikku(War-Cry). Aku hempaskan kedua lenganku kebawah sehingga rantai yang melilit di kedua tanganku itu terulur memanjang menyentuh tanah.
Aku menyeringai kearah mereka.
"Kita lihat siapa jadi arang, dan siapa jadi abu!".
Langganan:
Postingan (Atom)