Aku akan mengejar kalian semua yang ada di daftar.
Bagus sekali, tidak ada penjaga. Aku bisa membakar tempat ini dengan lebih mudah. Lalu tinggal membereskan kalian yang tersisa.
"Siapa kau berani memasuki tempat ini?!". Aku terkejut mendengarkan suara tersebut. Aku tak menyangka ada seseorang yang bisa lolos dari indera penciumanku. Kemungkinan aroma tajam bahan-bahan kimia yang ada disini membaurkan bau milik mereka. Mereka.. ada lebih dari seorang disini. Indera penciumanku sudah mulai beradaptasi. Tapi dimana yang satunya lagi.
Aku menjatuhkan kedua jerigen besar Bensin yang kubawa. Hal itu tidak luput dari penglihatannya.
"Kau pasti bukan orang biasa. Apalagi kau memasuki wilayah ini secara paksa. Aku tidak bisa membiarkanmu lolos begitu saja." Wujud orang itu perlahan berubah menjadi monster hijau dengan warna metalik. Angkara level 3.
"Ups. Karena kau baru saja melihat apa yang seharusnya tidak boleh kau lihat. Aku terpaksa harus membunuhmu." Mungkin yang ia maksud adalah perubahan wujudnya menjadi monster jelek.
Aku memutar tubuhku kebelakang untuk mengecek pintu keluar. Seseorang menutup pintu tersebut. Dan diam berdiri didepannya. Sama seperti rekannya. Iapun mulai berubah wujud.
Dua Angkara level 3. Sepertinya ini akan menyusahkan.
"Jangan sungkan-sungkan kepadaku".
Mungkin mereka heran, bagaimana bisa aku tenang menghadapi situasi semacam ini.
"Tiwikrama!" aku ikut berubah wujud.
"Sekarang kalian sudah tahu siapa diriku yang sebenarnya. Aku tak bisa membiarkan kalian pergi dari sini hidup-hidup."
Giliran mereka yang terkejut.
"Ha?. Kau juga Angkara ternyata". Pernyataan tersebut membuatku gatal.
"Tapi bagaimana kau bisa mempunyai wujud yang terlihat berbeda?. Apa benar kau sejenis dengan kami?. Jangan-jangan kau adalah Angkara gila, produk gagal yang ingin bertaubat dan berusaha bermain pahlawan-pahlawanan?. Hahaha, tidak mungkin, tidak ada hal semacam itu." ia berusaha menapiknya.
"Kau dibawah ancaman?".
"Berhenti memanggilku Angkara. Aku jenis yang berbeda dari makhluk menjijikkan semacam kalian. Bagaimana kalau cepat kita selesaikan hal ini sehingga aku bisa segera kembali menjalankan kehidupanku yang lain." Aku memasang kuda-kuda bertempur.
"Yah kukira juga begitu. Kita mirip tapi tak sama. Kami akan membawamu hidup-hidup untuk interogasi fenomena ini.
"Aku sarankan jangan, Karena hal itu hanya akan membuat kalian bertempur tanpa mengerahkan seluruh kemampuan kalian."
Aku berlari kearahnya. Melontarkan serangan pertama. Ia berusaha menepisnya. Kami saling bertukar serangan. Aku merasakan energi berbahaya dari balik tubuhku. Aku berhasil menghindar sehingga tembakan tenaga dalam tersebut terkena Angkara yang sedang bertukar serangan denganku. Rekannya bergabung dalam pertempuran.
"Brengsek kau!. Sudah tahu ada aku juga ada disini.
"Sorry, aku tak menyangka ia menghindar. Jadi kamu yang kena".
Sekarang dua lawan satu. Mereka berdua mulai menyerangku secara beruntun. Untung saja gerak reflekku cukup bagus karena aku paham bela diri. Hingga akhirnya aku berhasil menghempaskan salah satu dari mereka.
Kita sebut saja orang yang menyapaku pertama kali dengan sebutan Angkara A, dan rekannya yang mengunci gerbang adalah Angkara B.
"Oh, jadi dari tadi kalian belum serius?." ujarku.
Si A meludahkan cairan hijau dari mulutnya. Aku menghindar sehingga cairan tersebut terkena drum yang ada dibelakangku. Bagian Drum yang terkena mulai meleleh. Akan sangat berbahaya bila ia melakukannya dari jarak dekat saat kami beradu pukulan, karena akurasi untuk mengenaiku akan semakin tinggi.
"Inilah alasan aku tak ingin mengeluarkan skillku ini. Habis ini kita harus beres-beres."
"Kau tak perlu mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi."
Kami melanjutkan baku hantam. Namun kali ini aku harus lebih waspada terhadap gerakan mulut si A.
Entah mengapa aku merasa lebih kuat. Memang sih masih kewalahan menghadapi dua Angkara level 3. Namun ini lebih baik, tidak seperti sebelumnya.
Tubuhku mengalami kerusakan yang cukup besar. Untuk bergerakpun sudah mulai berat.
Saat ini aku sudah beberapa kali terkena cairan asam yang ditembakkan oleh si A. Nampaknya efek racunnya sudah mulai bekerja. Ini juga membuat gerakan tubuhku melamban sehingga si B bisa lebih sering melontarkan serangan tenaga dalamnya dari jarak jauh. Aku tidak bisa akan bisa bertahan bila melanjutkan hal ini lebih lama lagi.
"Kurasa aku juga harus serius melawan kalian. Kalian sudah mengeluarkan kemampuan kalian secara penuh untuk menghadapiku. Giliranku melakukan hal yang sama untuk menghormati jerih payah kalian."
Aku akan menyebutnya mode rantai/Chain mode atau penamaan mode kekang mungkin lebih tepat. Karena aku tahu, aku tidak boleh menggunakan wujud ini sembarangan. Hanya saat benar-benar kubutuhkan, saat terdesak, hanya dalam keadaan darurat. Bukankah ini saat yang tepat untuk menggunakannya?. Karena kekuatan besar pasti punya konsekuensi yang besar pula. Layaknya pedang bermata dua.
Aura kegelapan yang pekat merembes keluar dari tubuhku. Perubahan terjadi pada tubuhku. Zirahku berubah dengan sudut-sudut yang tajam. Sulur-sulur rantai muncul dari balik punggungku. Rantai itu juga muncul dan melilit kedua tanganku. Membelit renggang pinggangku secara saling menyilang, seolah menjadi asesoris sabuk tambahan. Kain bawahan yang kukenakan sekarang berubah menjadi motif Poleng. Cakar di tangankupun menjadi sedikit lebih besar dan kokoh. Aku meraung keras. Meneriakkan seruan perang milikku(War-Cry). Aku hempaskan kedua lenganku kebawah sehingga rantai yang melilit di kedua tanganku itu terulur memanjang menyentuh tanah.
Aku menyeringai kearah mereka.
"Kita lihat siapa jadi arang, dan siapa jadi abu!".
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).