Malam ini gemerlap kota berkilau berkelap-kelip menyemarakkan suasana. Malam yang sama halnya dengan malam-malam sebelumnya. Cahaya dari berbagai sudut saling bersaing dalam memerangi pekatnya malam.
Nampak sesosok pemuda gagah berbalut kemeja kasual mengendarai sedan putih dengan atap terbuka menembus jalanan pekat ibukota. Kacamata hitam itu menutupi penampakan parasnya yang rupawan. Ia memandang jalan sambil berkendara menikmati pemandangan di kanan kirinya. Temaram malam yang umumnya menjadi saat peristirahatan masih belum ia temui. Masih banyak orang berlalu lalang, entah itu pulang kerja ataupun masih dalam jam kerjanya. Terlalu awal bagi kota ini untuk tidur. Itu berlaku pula bagi dirinya. Kehidupan malam sudah menjadi bagian dari pemuda ini.
Pemuda itu mengarahkan sedan mewahnya ke lajur dalam, memasuki suatu area. Setelah memarkirkan mobilnya, iapun turun. Karena saat ini ia telah sampai ke tempat destinasinya. Tempat dimana orang-orang berpikir mereka bisa mencairkan masalah dan mimpi buruk mereka. Tempat ini bernama hiburan malam, lebih tepatnya klub malam. Ia adalah salah satu member VVIP klub ini.
Ia menunjukkan kartu membernya kepada penjaga Klub. Pria berbadan besar itu mempersilahkannya masuk. Ia tidak menghiraukan ruang utama. Tidak, ia tidak berminat untuk berjoget di lantai dansa bergabung dengan keramaian dengan diiringi musik dugem racikan para DJ dan sorotan berkelap kelip bola disko. Karena malam ini adalah malam suatu event yang hanya diadakan seminggu sekali.
Dan tempat ini bukanlah suatu tempat hiburan malam biasa. Satu-satunya Klub
malam yang mempunyai suatu ruang rahasia yang hanya bisa diakses oleh
para member VIP. Ruangan bawah tanah. Ruang yang saat ini dituju pemuda tersebut.
Teriakan sorak pengunjung terdengar nyaring. Keadaan sangat ramai. Sebuah sangkar baja ditengah ruang menjadi pusat perhatian. Mereka yang ada didalamnya saling beradu fisik. Bertarung dengan segenap otot yang mereka miliki. Kedua orang itu sama-sama terluka. Namun pertandingan tidak akan bisa dihentikan sebelum salah seorang didalamnya tumbang. Teralis baja segi empat dengan atap berbahan sama jelas menyatakan bahwa tidak ada tempat untuk melarikan diri untuk keduanya.
Serasa memasuki Kolisium dengan ukuran medium dengan pencahayaan yang temaram.
Salah seorang petarung berdiri membungkuk, tangan kirinya memegangi sisi perut bagian kanan. Sepertinya rusuk kanannya ada yang patah. Tapakan kakinya tidak lagi kokoh.
Yel-yel disertai kepalan tangan keatas para penonton yang mengelilinginya seolah memberikan suntikan semangat lawannya agar segera menghabisinya.
Kau pasti tidak akan menyangka bahwa ternyata ada banyak orang dengan moral seperti ini di kota ini. Fenomena gunung Es memang bisa membuat kita menjadi sangat terkejut.
Bagaimana ruangan ilegal semacam ini sampai saat ini tidak terendus oleh yang berwajib?. Tentu saja karena mereka sebagai pihak penyelenggara membayar umpeti-uang keamanan kepada para oknum aparat disana. Namun bila hal itu tidak berhasil mereka akan "membungkam"nya secara paksa.
Serangan penghabisan telah dilakukan. Lawannya roboh, tepar mencium lantai. Para petugas arena segera menyeretnya keluar dan memberikan perawatan medis seadanya. Akan menjadi runyam bila ada peserta yang mati ditempat. Masalah membuang mayat hanya akan menjadi pekerjaan tambahan yang cukup merepotkan.
Pertandingan kedua segera berlangsung. Para penontong mulai memasang taruhan untuk jagoan mereka masing-masing.
Pemuda itu berjalan memasuki arena pertarungan. Ia melepas kacamata hitamnya. nampak sorotan tajam menusuk siapapun yang menatapnya. Wajah klimis bersih dari kumis dan jenggot yang tumbuh itu makin menampakkan ketampanannya secara apa adanya. Rambut pendeknya tersisir rapi dengan jelly yang masih basah.. Ia mulai melepas kemeja yang dikenakannya. Kacamata yang diselipkan di saku kemeja terlempar kelantai bersamaan dengan kemeja yang dikenakannya. Nampak otot-otot tubuh yang tersusun dengan sangat baik. Kekar, padat berisi namun tidak oversize seperti massa otot yang dimiliki oleh para binaragawan. Besar tubuh yang ideal. Besaran massa otot tubuhnya yang tidak oversize memungkinkan ia untuk bergerak bebas dan lincah.
Sorotan lampu menyinari arena.
Pintu baja itu saat ini sudah terkunci dari luar. Ia mulai memamerkan tubuhnya dengan kuda-kuda bertarung yang diawali dengan menyilangkan kedua tangannya yang terkepal kedepan. Menampakkan otot punggungnya secara masif. Tato di punggungnya nampak dengan jelas. Tato tiga buah persegi panjang berwarna merah, biru dan hijau dengan salah satu ujung sisi masing-masing dari mereka tersusun menumpuk dengan sisi lainnya melebar sehingga terkesan membentuk sebuah sayap. Sepasang sayap dipunggungnya. Bila dicermati lebih teliti. Ternyata itu adalah tato uang rupiah yang digambar secara detail. Warna merah adalah uang pecahan Rp100rb, warna biru adalah uang pecahan Rp50rb, dan warna hijau adalah uang pecahan Rp20rb. Seolah ingin mengatakan pesan dari sang pemilik tato bahwa ia.. cinta Rupiah.
Ada filosofi tersendiri arti dari gambar tato sayap yang berupa uang. Untuk terbang menggapai tujuan kita, kita harus mempunyai alat untuk menuju kesana. Uanglah yang menjadi sarana menuju kesana. Jer basuki mawa beya. Semua itu butuh biaya.
Pemuda tadi memang berbeda dengan para member VIP lainnya. Ia tidak berminat hanya bertaruh dan menonton pertarungan begitu saja. Namun ingin ikut didalamnya. Merasakan sensasi kejantanan.
Siapa yang menyangka bahwa ia bukan hanya pemuda yang gagah dan tampan biasa namun juga seorang yang kaya raya. Semua kenikmatan dunia sudah ia miliki. Sudah pernah ia rasakan.
Lawan didepannya terlihat gentar.
Sebelum bertanding ia merogoh dalam kedua saku celana panjang hitamnya. Mengeluarkan segepok rupiah. Kedua tangannya terangkat keatas, menghamburkan rupiah-rupiah itu keudara. Menaburi diri dan ruang disekitarnya dengan pemandangan uang berhamburan. Lembaran-lembaran kertas berkualitas tinggi itu tergelung, meliuk-liuk, menari-nari diudara sebelum akhirnya menyentuh lantai.
"Sultan!. Sultan!. Sultan!" teriak para penonton serempak.
Selagi rupiah-rupiah itu melayang diudara, masih dalam posisi kedua lengan diatas, ia mengubah kedua telapak tangannya menjadi lurus terbuka, memutar-mutar tubuhnya untuk menyalami para menonton.
Lawan didepannya seolah tak percaya apa yang dilihatnya. Benar-benar orang yang royal. Melihat uang sebanyak itu dihamburkan begitu saja. Ia melihat uang yang sudah menyentuh lantai itu lebih teliti.
Oh.. ternyata lembaran uang rupiah duaribuaan. Pantas bisa jadi banyak. -_-
Pemuda itu bernama Sugiarto.
Dirinya sendiri memenggal namanya menjadi Sugih(Kaya) Arto(Uang).
Pemilik PT. Arto Moro.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).