Scene lanjutan dari Intro sang lawan.
Aku merasa ada seseorang yang memapahku ke sebuah mobil.
Kini aku benar-benar sudah tersadar di dalam sebuah mobil. Seseorang disebelahku memegang kemudi sambil tersenyum kepadaku. Ia terlihat sebaya denganku. Sama-sama orang berumur.
"Sudah sadar kau rupanya. Berikan alamatmu. Biar aku antar kau sampai rumah.
Aku hanya bisa pasrah memberikan alamat rumahku. Toh tidak ada barang berharga apapun yang bisa diambil dari rumah orang sepertiku.
"Wah rumahmu ada dipelosok ternyata".
Aku hanya diam memandang pemandangan hijau yang ada di luar kaca mobil,
Perjalanan yang cukup lama untuk diisi dalam kesenyapan.
"Kenapa kau menolongku?"
"Kita ini sesama rekan satu pekerjaan. Saat ini kamulah yang membutuhkan pertolongan. Namun suatu saat nanti bisa jadi akulah yang dalam keadaan membutuhkannya. Pada saat itu terjadi, aku juga ingin ada yang menolongku". Ucapnya sambil tersenyum.
Masuk akal. Bagaimanapun kerasnya, kejamnya kehidupan kita. Kita selalu berharap ada orang yang bisa menjaga keadaan diri kita.
"Kenapa kamu masuk ke arena?" tanya orang itu.
"Oh iya, kita belum saling memperkenalkan diri. Saya Alexander panggil saja Alex."
"Saya Tohir".
"Saya bekas napi. Kamu juga pasti tahu Lex. Orang seperti saya ini tidak ada yang mau menerima bekerja. Mereka takut kepada orang semacam saya, yang sudah pernah berbuat kejahatan. Tidak menutup kemungkinan, saya akan melakukannya lagi. Sekali nama baik tercoreng, akan sangat sulit untuk memulihkannya."
"Aku juga dapat info dari perkumpulan sesama napi. Kebetulan dulu aku adalah jago kandang waktu di lapas. Jadi aku menaruh harapan pada pekerjaan ini."
"Kamu tahu resikonya bukan?. Ini pekerjaan ilegal yang tidak menjamin nyawa para petarungnya. Kalau sampai ada apa-apa sama kita. Mau apa?. Mereka punya beking, punya uang, punya kuasa. Mereka bahkan tak segan-segan mencabut nyawa seseorang yang disinyalir membocorkan kegiatan mereka."
"Anggap saja ini tiket sekali jalan. Kalau berhasil aku bisa hidup enak. Kalau gagal dan ternyata aku "lewat" ya aku juga tidak perlu lagi memikirkan urusan duniawi ini."
"Kamu itu hanya punya satu nyawa. Mau kau buang begitu saja?."
"Kamu sendiri ngapain ikut arena?. Demi uang jugakan?."
"Iya, samalah motifnya sepertimu. Tapi aku punya kemampuan. Aku punya skill dan aku yakin terhadap kondisi fisikku. Daripada main aman menjadi Sekuriti yang gajinya juga pasti habis untuk kebutuhan. Mending gini. Aku bisa bayar hutang dan menabung."
"Kita mampir kerumahmu sebentar untuk mengambil barang kebutuhan milikmu seperti pakaian dan sejenisnya. Habis itu kita jalan ke sangkal putung langgananku. Tulangmu pasti ada yang patah. Percayalah, tempat yang kurekomendasikan ini menyembuhkan luka tubuh lebih cepat daripada rumah sakit. Bahkan dengan harga yang jauh lebih murah bila dibandingkan dengan biaya rumah sakit yang mencekik leher. Kondisi badan kita harus segera fit agar bisa kembali bekerja."
Aku hanya diam, menurut saja. Aku hanya bisa percaya kepadanya sekarang.
Tak terasa perjalanan mereka sudah sampai pada tujuan. Sebuah desa yang asri. Kala itu pagi telah menyingsing. Mentari mulai menampakkan sinarnya.
Mereka turun dari mobil Jeep milik Alex tepat dihalaman sebuah rumah.
Seorang gadis kecil keluar dari rumah tersebut.
"Mas Tohir sudah pulang". Dia senang seraya memeluk Tohir.
Alex hanya bisa melotot memandangi peristiwa tersebut.
"Sudah mandi belum?. Sudah sana buruan siap-siap berangakat sekolah." Gadis kecil itu menurut dan kembali masuk kedalam.
"Gila kamu Hir!. Ternyata kau punya tanggungan. Kau masih punya orangtua juga?!.
"Aku hanya hidup sendiri bersama adikku itu yang masih SMP."
"Kalau ada apa-apa sama kamu. Bagaimana nasib adikmu itu?."
"Aku sudah ada rencana untuk itu. Sudah aku peringatkan dia bila aku sampai tiga hari tidak pulang. Dia kusuruh pergi ke panti asuhan yang ada di dekat sini."
"Apa sampai disitu tanggungjawabmu sebagai seorang kakak."
Kau mulai cerewet ya Lex. Kalau bukan karena terpaksa, aku juga tak akan masuk ke arena!. Keadaanlah yang menuntunku masuk kesana. Sekarang mau apa lagi?!. Jual narkoba atau ngerampok?!. Nunggu ditangkap?.?
"Yang aneh justru kamu. Orang baik dengan tingkat kepedulian tinggi sepertimu kenapa bisa ada di tempat seperti itu?."
"Aku hanya ingin uang cepat. Namun tidak merugikan orang lain. Itu tempat yang kurasa cocok bagiku. Hanya cukup melumpuhkan. Tak perlu sampai membunuhnya. Sekalipun membunuh lawan, secara tidak tertulis juga diperbolehkan. Yang terpenting hanyalah simpan rapat-rapat tentang tempat ini atau kita semua sudah tahu akibatnya".
"Kenapa masuk arena?. Tidak kau gunakan saja lebih dahulu keahlian yang kamu dapatkan dari Lapas?"
"Nih anak sudah dibilangin-kan?"
"Buka usaha sendiri?"
"Gak ada modalnya Alex!. Ini kalo sudah dapat modal dari arena juga aku bakalan keluar dan ndiriin usaha sendiri".
"Mau keluar dari arena?. Kau sudah tahu peraturannya bukan?. Sekali masuk, kau tidak akan bisa keluar".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).