"Ayahanda, Bapa, Om saya suka sama anak Om. Saya nggak pengen lama-lama, saya pengen ibadah. Kalau saya cuma pacaran-pacaran itu bukan ibadah. Saya pengen ibadah. Tapi maaf beginilah saya apa adanya."
"Terus buat orang tua jangan sungkan-sungkan nerima mantu yang pengangguran Bu. Karena hidup itu bukan dilihat yang sekarang. Apa yang dilihat sekarang belum jadi jaminan. Itu yang paling penting."
"Enak saja!. Dia sendiri saja yang jalanin kalo mau nerima menantu yang seperti itu!." ujar Toying setelah mem-pause video yang disaksikannya dari share teman media sosialnya melalui Smartphone miliknya.
Karena penasaran, ia melanjutkan kembali video tersebut.
"Bahwasanya manusia tidak bisa dilihat pada hari itu. Allah punya hak untuk merubah manusia. Jadi kalau kita melihat manusia pada saat dia datang, meminta anak kita, dia pengangguran.
"Ditolak!. Picik pandangan orang itu!!!." Toying kembali mem-pause video tersebut.
"Kurang ajar si Dodi ini!. Jangan-jangan dia sengaja menyindirku!. Besok biar aku sudahi masa kontrak kerjanya!." Muka Toying memerah menahan marah.
Toying menjalankan video tersebut kembali. Sayang kalau berhenti ditengah-tengah katanya.
"Mohon maaf lahir batin. Karena hanya melihat hari itu. Berarti seperti tidak punya Allah. Bahwa hidup yang akan datang milik Allah. Kita punya kewajiban untuk support anak kita memberikan semangat buat mereka bahwa hidup kamu tidak dilihat dari yang sekarang. Sekarang kamu boleh bahagia karena orangtua kamu kaya. Tapi besok kalau orangtua kamu dicabut nyawanya. Itu harta bukan harta kamu. Kalaupun kau punya itu bukan milik kamu. Kamu tidak menikmati mencarinya. Kamu hanya menikmati nikmat warisan yang tidak lebih daripada itu." Itulah akhir dari video.
"Pinter ngomong!. Dia sendiri saja yang jalanin. Nggak usah ngajak-ngajak!. Aku itu lebih kaya daripada kamu!. Dasar orang susah!" Toying marah, mondar-mandir kesana kemari.
'Tapi tetep. Standart menantuku nanti tidak boleh orang susah. Harus orang kaya raya juga, minimal sekaya aku. Baru aku yakin ia bisa ngasih makan anakku. Aku nggak mau anakku mati kelaparan!' ujar Toying dengan mantap.
Cih, pake ada yang bilang uang bukan segalanya. Memangnya kalau tidak punya uang itu segalanya?!. Harta itu penting!. Kunci dari kebahagiaan. Menjaga agar kita tetap dihormati didunia. Bukan hanya bisa untuk membahagiakan diri kita didunia namun juga di Akherat kelak. Dan menjadi kaya bukanlah dosa. Justru dengan itu kita bisa beramal sebanyak-banyaknya. Kalau orang susah, apa yang mau diamalkan!?. Buat makan sendiri aja susah!. Keberadaan mereka hanyalah sebagai obyek yang menerima amal dari orang kaya raya sepertiku ini'.
'Enak aja mau numpang kaya. Kalau sampai terjadi, bukan hanya dirinya saja. Kalau dia juga punya saudara?. Bagaimanapun juga aku harus tetap minterke saudaranya itu. Minimal harus mbayarin biaya kuliahnya sampai lulus. Itu kalau cuma punya satu. Gimana kalau dia punya banyak saudara!?. Dikalikan saja. Aku juga yang nguliahin!?. Buang-buang uang!. Mending buat nyumbang ke Masjid, buat nyumbang ke anak yatim piatu.'
"Pak nggak Tarawih?." putrinya bersiap untuk ke masjid bersama ibunya.
"Kamu sendiri saja. Bapak sudah tua. Kalau sampai kecapekan, terus sakit gara-gara Tarawih gimana?. Kalau kecapekan, terus jantung bapak sakit, terus bapak kena serangan jantung, lalu meninggal dunia gimana?. Biar harta bapak saja yang maju. Yang penting bapak tetap shalat lima waktu."
'Yang penting aku memang sudah tobat nasuha. Sudah tidak lagi seperti dulu lagi. Pasti segala amalan ku bakalan diterima.'
Entah Toying sadar atau tidak. Apa yang telah dibelanjakannya untuk beramal, bahkan masihlah belum sebanding dengan harga mobil Ferari limited edition yang ada di garasi rumahnya beserta pajaknya setiap tahun. Belum lagi koleksi mobil-mobil mewahnya yang lain.
Kalaupun dia menelan mentah-mentah perkataan bahwa dunia dan akherat itu harus seimbang. Katakan saja, sekalipun nanti amalannya seharga 12M sudah menyamai harga Ferari miliknya itu.
Apakah itu benar bisa disamakan?. Dianggap seimbang dengan besaran yang sama?. Sama besarnya, sama beratnya?.
Sedangkan kita tahu bahwa Akherat adalah kekal, selamanya nanti kita berada disana, mau dibandingkan dengan dunia fana ini yang hanya "mampir minum"?.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).