Disuatu malam disebuah ruas jalan alternatif pertokoan.
"Jalan bareng yuk mbak. Kita pasti bisa mbahagiain mbak deh." Seorang anak perempuan terpojok menyandarkan tubuhnya di sebuah pintu besi lipat bangunan ruko yang tutup. Beberapa pemuda mengerumuni anak perempuan tersebut ditengah keramaian malam. Lebih tepatnya ada empat orang pemuda.
"Kita yang traktir. Nanti juga kami antar pulang deh. Walaupun nggak tahu kapan bakal pulangnya.
Serempak mereka terkekeh.
'Gerombolan lelaki brengsek. Mereka mabuk ya?.'
'Ada apa dengan semua orang disini?. Mereka melihat hal ini bukan?.
Yah, aku tahu orang-orang yang lewat bukannya tidak punya hati.'
"Napa lihat-lihat!" salah satu dari mereka yang ada dibelakang menggertak seorang pemuda lewat yang memperhatikan kelakuan mereka.
'Meskipun mereka datang menolongpun. Belum tentu mereka bisa melakukan apa-apa. Mereka hanya akan terluka. Setiap orang ingin melindungi diri mereka sendiri. Mereka juga pasti punya orang-orang terkasih yang menunggu kepulangan mereka. Itu suatu hal yang wajar.'
'Jika ada orang mau menolong orang asing. Mungkin dia hanyalah orang bodoh.'
"Ah ternyata kamu nungguin disana. Pantas nggak ketemu-ketemu. Permisi-permisi, saya kakaknya." Sambil menggandeng anak perempuan tersebut."
"Permisi mas-mas, kami duluan." Lanjutnya sembari melewati gerombolan mereka.
"Kamu siapa?"
Mematung..
"Kamu bego ya!? beraktinglah sedikit. Aku ini sedang mbantuin kamu buat lepas dari mereka!."
"Aku tidak butuh bantuanmu."
"Jadi kau bukan siapa-siapanya ya?."
"Apa kalian nggak punya malu?. Gangguin cewek yang pulang sendirian. Ditambah lagi. Dia masih anak dibawah umur!."
"Ngajak berantem!?. Mau jadi pahlawan kesiangan ternyata."
"Apa boleh buat..." pemuda tersebut membuat sebuah kuda-kuda.
"Ayo lari!" pemuda asing itu menggandeng sang anak perempuan untuk berlari meninggalkan gerombolan.
"Lari yang cepat, jangan nyusahin aku!".
"Hoi berhenti!. Jangan lari kau!"
'Mana ada yang mau nurutin?'
Mereka terpojok disuatu gang buntu.
"Aku tidak mau memakai jalan ini sebisa mungkin. Tapi kalian memaksanya."
Pemuda penolong tersebut memasang kuda-kuda bertarung.
Perlahan para pemabuk yang memblokir jalan mereka mulai mundur. Lalu mereka serempak melarikan diri sekalipun sempoyongan.
Sang pemuda tersenyum. "Tahu saja mereka, aku mantan Karateka sabuk biru."
Anak perempuan dibelakangnya masih dalam posisi memamerkan lencana polisi. Sang pemuda menengok kebelakang tapi tidak jadi melanjutkan pembicaraannya.
Mimiknya meminta penjelasan.
"Itu asli?"
"Saya Polwan dalam penyamaran. Anda sudah mengganggu tugas penyamaran saya. Tapi terimakasih." sambil terseyum manis.
"Hahaha. Nggak mungkin anak seimut kamu Polisi. Yuk aku antar pulang."
"Saya anggap itu pujian. Tapi saya tidak bohong."
Gadis itu menengadahkan tangannya. "Saya pinjam HP anda sebentar."
"Buat apa?". Sambil menyerahkan HPnya.
Sang gadis memasukkan nomer dan melakukan misscall.
"Itu nomer saya".
Gadis tersebut berlalu meninggalkan tempat itu. Setelah beberapa langkah dia berbalik untuk bertanya.
"Kenapa berhenti di sabuk biru?"
"Tentu saja karena aku suka warna itu" Sang pemuda tersenyum.
***
'Syukurlah. Masalah ini bisa selesai tanpa harus melalui jalan kekerasan. Diantara mereka juga tidak ada yang Angkara.'
'Akhir-akhir ini aku takut kepada diriku sendiri. Takut untuk berubah wujud menjadi Wara. Dan kemarin bukan yang pertama kalinya. Sudah beberapa kali ini aku tidak bisa mengingat peristiwa yang sudah terjadi saat aku berubah wujud. Aku takut sampai keluar kontrol dan mengacaukan segalanya.
Aku memandang pantulan diriku di sebuah cermin di sebuah kios penjual cermin yang sedang bersiap tutup, membongkar dagangannya dan memasukkannya ke gerobak miliknya.
Itu memang wajahku. Namun berbeda dengan wajah yang kukenal. Pancaran wajah yang biasanya bercahaya, kini terlihat redup. Aku tak tahu apa ada yang salah dengan diriku. Selain beban permasalahan pribadi yang terus menumpuk.
Saatnya untuk pulang dan tidur.
Ini adalah waktu yang aku tunggu-tunggu. Aku suka tidur bukan karena aku pemalas, tapi karena seringkali mimpiku lebih indah dari kenyataan. Itu yang memberikanku kekuatan agar bisa kembali menghadapi pertarungan di dunia nyata.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).