Sudah beberapa bulan ini pekerjaan kami terancam oleh kehadirannya. Pendatang baru yang mempunyai trik sulap yang mengagumkan. Entah bagaimana cara dia melakukan segala hal tersebut.
Aku akui dirinya sangat cerdas, bisa melakukan pertunjukan yang tidak bisa kami bayangkan bagaimana cara trik tersebut bisa dieksekusi. Muda, tampan dan berbakat. Kenapa ia tidak menjadi artis saja?.
Dia sampai mendominasi pertunjukan banyak event bahkan berhasil menjadi pengisi tetap beberapa acara televisi. Menggulung mata pencaharian kami. Awalnya aku dan beberapa teman asosiasi pesulap tidak terlalu memperhitungkannya. Tapi ternyata dia sungguh berbahaya. Dia sangat sombong, bahkan menolak undangan dari kami untuk bergabung dengan asosiasi sulap. Sangat tamak. Tidak memberi kesempatan kami untuk tampil dan mengais rezeki.
Beberapa dari kami bahkan sudah membicarakannya baik-baik kepada dirinya. Jawaban darinya adalah dirinya hanya melakukan persaingan secara sehat. Siapa yang terbaiklah yang akan menguasai panggung. Lagipula dirinya tidak punya waktu untuk bermain-main dengan organisasi hobi semacam itu.
Ini membuat aku dan kawan-kawan lainnya geram dan frustasi. Sedangkan sulap adalah satu-satunya hal yang bisa kami lakukan dengan baik. Memang masih ada sih pekerjaan mengisi panggung-panggung kecil. Seperti acara ulang tahun anak bahkan acara pernikahan. Tapi tetap saja penghasilan dari itu tidaklah terlalu besar. Dengan adanya dirinya yang mendominasi pasar, penghasilan kami menurun drastis.
Hingga akupun punya pikiran nekat. Aku ajak beberapa kawan asosiasi yang keberadaannya juga turut terancam untuk ikut dalam rencanaku. Merekayasa pertunjukannya. Beberapa rencana rekayasa untuk membuatnya malu diatas panggung semuanya gagal total. Dari menukar beberapa perkakas sulap miliknya dengan peralatan biasa. Sampai menyabotasi pintu tersembunyi panggung agar tidak bisa terbuka. Ia tetap menjalankan aksinya seperti biasa. Secara cemerlang. Sungguh aneh, bagaimana caranya dia mengatasi semua itu?. Padahal aku yakin kami melakukannya dengan benar. Apa jangan-jangan ada diantara kami yang memihak kepadanya?. Seorang pengkhianat?.
Kurasa dengki sudah menguasai diriku. Semua kegagalan itu membuatku geram. Aku benar-benar benci kepadanya. Hingga akhirnya datang suatu kesempatan dia melakukan sebuah pertunjukan berbahaya. "Menangkap peluru". Semua orang juga tahu semua senapan itu berisi peluru hampa.
Tapi aku akan membuatnya merasakan peluru yang sesungguhnya. Hahahaha. Biar tahu rasa itu orang. Kali ini aku akan melakukannya dengan tanganku sendiri.
Hari H pertunjukan dimulai. Aku berhasil menyusup ke properties miliknya dan menukar peluru hampa dengan peluru asli. Aksiku ini memang kebangetan sih. Tapi luka tembakan di perut belum tentu akan membuatmu mati. Semoga dia terluka cukup parah hingga membuatnya kapok dan pensiun dari dunia hiburan. Hahahaha.
Beberapa trik disajikannya. Sungguh dia illusionist yang berbakat. Tapi hal seperti itu, aku juga bisa melakukannya.
Akhirnya tiba aksi utama dirinya di panggung besar yang ditayangkan oleh televisi secara live. Asisten mencoba mempraktekkan senapan tersebut dengan menembakkannya ke sebuah botol yang telah disediakan. Botolpun hancur. Berikutnya sang asisten bersiap menembakkannya ke arah sang pertunjukan utama. Ia memajukkan kepalanya. Menunjuk ke arah dahinya. Tunggu, apakah dia menyuruh asistennya untuk mengarahkan ke arah kepalanya? bukan keperutnya?. Ini diluar dugaan. Ah sudahlah. Toh kalau dia mati hasilnya juga tetap sama saja.
"Dor!"
Kepalanya berbelok seolah menghindari tembakan tersebut. Ia membuang sesuatu dari mulutnya ke lantai. Sebuah selongsong peluru. Para penonton bertepuk tangan meriah.
"Dor!" tembakan kedua dilakukan. Sekerjap terlihat percikan darah dari dahi sang pesulap. Ia terjatuh dengan wajah membelakangi panggung.
'Hahaha. Ini pasti akan menjadi berita besar dan akan terukir dalam sejarah' aku tak bisa menutupi senyum kemenanganku. Para penonton beserta kru menjadi panik. Apa yang gerangan terjadi. Apakah ini benar-benar kecelakaan?.
Saat para kru memutuskan untuk mendekatinya. Tiba-tiba sosoknya berdiri sambil mengusap lubang didahinya. Dan luka tersebut hilang sama sekali. Para penonton bertepuk tangan lebih meriah dari sebelumnya.
Dari atas panggung dirinya menatap tajam diriku. Bulu kudukku berdiri. Aku benar-benar merinding. Firasatku buruk. Akupun segera meninggalkan tempat itu.
Padahal kejadian tadi benar-benar terlihat nyata. Trik macam apa yang ia gunakan?. Mungkin superioritasnya dalam bidang inilah yang membuatnya sombong.
Dalam perjalanan pulang. Saat aku memasuki gang kecil. Bulu kudukku kembali berdiri. Seperti ada seseorang yang mengikutiku. Aku menoleh kebelakang, namun tak kutemukan siapapun. Saat aku membalikkan badan. Dirinya ada didepanku. Ia menjilat bibirnya. Layaknya orang penuh selera.
Aku terjatuh karena kaget.
"Jadi kau yang selama ini menyabotase pertunjukanku?."
"Apa yang kau katakan?. Memangnya kau punya bukti!?" aku hendak berlalu melewatinya saat tangannya menghalangi merintangi jalanku. Ia menyapukan tangannya ke dahinya dan dahinya terlihat berlubang.
Aku tersentak mundur beberapa langkah. "Dasar monster!. Bagaimana kau bisa melakukan semua trik itu?". Aku mulai ketakutan.
"Hahaha. Kau pikir semua yang kulakukan adalah tipuan murahan?. Aku tidak pernah melakukan trik-trik penipu semacam itu. Semua yang kulakukan adalah nyata".
Aku semakin ketakutan.
"Selamat makan" Ia memperlihatkan deretan giginya kepadaku dan membuka mulutnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).