"Huh kasihan, istrinya Pandot itu paling cuma bisa nyisihin Rp500.000 dari gaji bulanannya Pandot buat beramal. Nggak sebanding sama dosa yang dia hasilkan."
'Inilah perbedaan besar antara aku dengan dia.'
Ucapan Toying(Baca; Toyeng) saat mendengar cerita "petualangan" Gelis istri dari Pandot.
"Selingkuh. Selingan indah keluarga utuh." Toying mengucapkan dengan nada bangga.
'Yah sebagai seorang laki-laki sih wajar. Karena sudah bisa mencukupi kebutuhan istri. Sudah bayar dia cash kok!. Nggak tahu harus dikemanain lagi duit yang banyak itu. Jadi wajar dong cari hiburan diluar. Ngincip-ngincip barang lain. Selingan, yang penting tidak ada cekcok dirumah, sehingga rumah tangga berjalan dengan mulus baik-baik saja tidak ada keluhan. Tapi tentu aku tidak akan mengampuni bila justru istriku yang melakukan hal demikian. Langsung aku cerai!. Enak aja!'.
"Wah kalau ternyata orangnya seperti itu. Si Asmuni kalau tahu pasti menjadi orang pertama yang mau jadi "selingannya".
"Loh kok tahu pak!?. Nyata kok pak. Malahan Asmuni langsung menyatakan diri mau menjadi "selingannya" saat pertama kalinya mendengarkan hal itu. Pede men. Masalahnya itu Gelisnya yang jelas nggak mau sama dia." Diselingi tawa terpingkal-pingkal.
"Sudah gitu ngomongnya waktu mengajukan diri ke kita-kita sambil berkeringat, matanya melotot, dan nafasnya memburu, tersengal-sengal, tangan kanannya menepuk-nepuk dadanya berulang kali sebagai gestur menunjuk diri. Gila tuh Babi!. Kelihatan banget nafsunya. Padahal keadaan dia waktu itu masih bisa dibilang pengantin baru sama istri barunya.
Sebenarnya Toying sempat tersinggung ada yang menyebut hardikan Babi. Apa mungkin karena dia merasa?. Tapi toh itu bukan ditujukan buat dirinya. Jadi dia tidak seharusnya marah.
Toying yang semula heran dan tidak mengerti tata kedudukan ceritanya, hubungan antara Asmuni dengan Gelis akhirnya dijelaskan, bahwa ternyata mereka saling mengenal. Dunia itu ternyata sempit. Asmuni sudah lama naksir Gelis, eh lebih tepatnya nafsu sama Gelis saat masih menjadi pegawai biasanya Dena. Pegawai yang ternyata mempunyai kemampuan menjilat. Suatu skill yang membuatnya mendapatkan kepercayaan untuk mengelola cabang perusahaan bisnis utama Dena di kota ini. Asal mulanya Asmuni bekerja di toko komputer milik Dena yang letak rukonya bersebelahan dengan butik tempat kerja Gelis dulu.
Hahahaha. Suara tawa menyemarakkan percakapan santai di pagi hari kala itu. Yang menjadi lawan bicara Toying saat ini adalah salah satu pegawai dari Dena. Ada keperluan bisnis atas permintaan Dena sehingga mampir ke rumah Toying.
"Lho tapi itukan dulu. Saat Asumuni(nama aslinya, Asmuni adalah nama panggilan karena dinilai lebih etis) cuma om om super gendut biasa yang sudah punya anak istri. Orang susah yang masih numpang di rumah mertuanya. Sekarang kan beda. Sudah naik derajat diangkat sama Dena menjadi tangan kanannya. Sudah punya duit. Paling juga mau tuh si Gelis. Buktinya dia saja mau sama Pandot yang modelnya kayak gitu".
"Iya bener juga ya Pak. Sang lawan bicara mengangguk-angguk ngeh.
Tapi kalau dipikir-pikir. Istri mudanya kok ya mau sama Babi macam itu?(yang dimaksud disini adalah Asumuni, orang-orang yang tidak menyukai kelakuannya menjulukinya "Babi ireng(Babi hitam)" walaupun pada kenyataannya kulit Asumuni berwarna sawo matang, coklat gelap. Image pertama yang langsung terlintas kepada kita saat kata "babi" diucapkan adalah makhluk haram bertubuh gemuk, berkulit putih atau pink yang dijadikan ternak pedaging. Pasti nggak mungkin kan yang nongol duluan justru dari jenis lain seperti babi hutan apalagi babirusa. Sifatnya pemalas dan rakus, selain suka tempat yang kotor, makannya juga tidak pilih-pilih, segalanya dimakan dalam jumlah besar pula sehingga seakan tidak pernah merasa puas).
Ada beberapa kemungkinan. Yang pertama Asmuni berhasil membohongi istri mudanya dengan mengaku sebagai bujangan. Kalau masih perawan dan masih punya keluarga pasti tidak bakalan semudah itu, pasti kroscek sana sini.
Atau yang kedua, bisa jadi istri mudanya itu tahu Asmuni sudah punya anak istri namun tetap mau sama dia. Tidak memikirkan keharmonisan rumah tangga orang. Ini jelas bukan perempuan baik-baik. Padahal mantan istrinya Muni itu kurang apa coba?. Sudah mau menerima Muni dari awal apa adanya, dia sendiri juga mandiri mau membantu meringankan ekonomi keluarga mereka dengan bekerja."
"Kurang cantik, kurang muda, kurang bahenol. Nggak ngaca tuh si Muni!?."
"Kalau sampai tipe yang ini, sudah bisa dipastikan kalaupun dia bukan janda, berarti juga bukan lagi "gadis". Minimal sudah pernah beeeeep sama lelaki lain. Makanya mau sekalipun sama yang modelnya macam Muni".
"Napa sih omonganmu pakai disensor segala!?. Bilang saja langsung bahwa dia sudah pernah ******* sama lelaki lain makanya mau sama babi macam Muni!".
"Lah, pak Toyeng kok malah lebih parah lagi nyensornya, pakai icon bintang-bintang segala -_- ".
"Kalau itu Allahualam".
"Yang jelas pasti mau karena Muni punya duit!. Kalau begitu Dena juga sudah ambil bagian menjadi penyebabnya."
"Yang saya tahu Asmuni sampai mengemis-ngemis, merengek-rengek sama Pak Dena agar tidak sampai dipecat gegara urusan pribadinya ini. Bagi pak Dena sendiri, karena tidak punya ikatan apapun sama mantan istri pertamanya Asmuni, bahkan kenal saja tidak. Jadinya pak Dena hanya meminta Asumuni untuk tetap bertanggungjawab menafkahi anak perempuannya dari mantan istri pertamanya itu."
"Padahal anaknya itu juga perempuan lho. Kok ia berani berbuat sampai seperti itu?."
"Seringkali nafsu membutakan akal pikiran seseorang pak. Apalagi orangnya macam Asmuni ini."
"Bukan hanya menyakiti, namun juga menghancurkan hati mantan istrinya yang baik, yang di waktu lalu ia lamar sendiri dan menjanjikannya kebahagiaan. Tapi juga bahkan secara langsung tega sama mertuanya. Tega mengkhianati kepercayaan mantan bapak mertuanya yang bukan hanya menerima Muni apa adanya, bahkan mendukung apapun yang diusahakan mantan anak menantunya itu. Dulu waktu Muni nikahan rencananya dia nggak ngadain pesta karena memang enggak ada uangnya. Sayang, lebih baik buat ditabung katanya. Tapi mertuanya justru berisikeras mengadakan pesta gede-gedean dari simpanan pribadinya. Menandakan ia sangat gembira dengan adanya Muni yang hendak bertanggungjawab menjadi pendamping hidup anaknya. Bisa diserahi. Bahkan kalau saja dulu tidak diterima bekerja di Toko komputernya pak Dena. Daripada kelamaan nganggur, rencananya mertuanya itu bakalan mendukung, menemani Muni untuk usaha jualan Soto. Contoh nyata orang yang cuma memikirkan syahwatnya. Ujian bagi Muni dimulai saat ia mempunyai cukup harta dalam genggaman tangannya. Saat itulah ia memberanikan diri menampakkan sifat aslinya. Dia tabrak semua pembatas itu, hingga tega menceraikan istrinya demi memilih perempuan yang baru saja dikenalnya".
"Ini hanya perkawinan kedua bagi Asumuni. Tapi bagi istrinya, bisa jadi itu adalah perkawinan pertama juga sekaligus terakhirnya. Dia janda beranak satu dengan penampilan yang biasa-biasa saja. Kalau cantik sih nggak usah dikhawatirkan. Janda anak satu tapi cantik tetap aja banyak lelaki gatel yang mendekat."
"Sejarah akan mencatatnya. Putrinya akan mengingat bapaknya sebagai lelaki brengsek yang menempatkan syahwat diatas segalanya."
"Terus sekarang ia ngontrak sama istri barunya?."
"Enggak pak, Si Muni tinggal di rumah istri barunya itu di kota sebelah, di kabupaten."
"Sebelas dua belas sama Pandot ya si Asmuni ini. Untung saja anaknya Gelis perempuan, jadi wajahnya mirip sama Gelis. Cerita ini Pandot jangan sampai tahu lho. Kasihan si Gelis. Dia kan juga butuh hiburan."
"Biarin saja si pandot membangga-banggakan diri bahwa hidupnya sangatlah disayang oleh Tuhan.
Bisa mencibir orang, buat apa cuma punya fisik elok tapi nggak bisa punya pekerjaan seenak dia dan istri secantik istrinya. Kalah sama orang sepertinya.
Bisa bilang kesemua orang kalau dia bisa diterima jadi PNS berkat otaknya yang cemerlang, padahal berkat informasi temannya, waktu itu belum online dan info sangat terbatas berasal dari departemen yang tidak populer. Lalu setelah itu, langsung berhasil menyunting perempuan cantik yang bisa dia ceritakan, bangga-banggakan kemudahan yang didapatkannya untuk bisa mengawininya. Namanya juga jodoh katanya. Menganggap semua orang iri kepadanya. Padahal... HAHAHAHA!!!."
"Tahu juga pasti tetap nggak bakalan diceraiin kok pak. Sudah punya anak juga dari dia kan. Paling cuma syok sebentar lalu ngomong sama istrinya itu untuk tidak mengulanginya lagi dengan mengancam tidak akan memberinya uang belanja.
Pandot pasti berpikir toh Gelis itukan bekasnya dia, dia yang dapetin pertama, jadi gapapa kok pada mau sama bekasannya. Kenapa enggak dibalik, kok Pandot masih mau, padahal sudah dibekasi oleh banyak laki-laki.
Pandot itukan nafsu banget sama Gelis. Nafsu itu pula yang menjadi dasar pernikahan mereka berdua. Selagi Pandot masih punya nafsu, ya masih aman. Pandot juga nyadar bahwa nggak bakalan ada kesempatan kedua kalinya buat dia bisa beli perempuan dengan kualitas fisik macam Gelis dengan harga miring. Masih perawan pula dulunya. Musti nemu syarat kondisi yang sama juga dong. Dan itu tidaklah mudah. Gadis cantik yang bukan hanya miskin. Namun juga miskin mental dan pikirannya, tapi bukan pelacur. Jadi begitu diajak kenalan dan dengar profesi si Pandot, langsung minta dilamar begitu saja. Enggak salah juga sih. Nggak papa, cocok kok buat perempuan seperti dia.
"Makanya Gelis jadi seperti itukan. Terlambat sadar kalau dirinya menjual diri terlalu murah, sama orang macam Pandot pula".
"Fenomena saat ini.. ada yang namanya Sugar Baby. Dimana si perempuan bisa mengharapkan keamanan ekonomi dari seorang pria. Umumnya dijadikan perempuan simpanan atau kalau tidak ya dinikahi secara siri, tapi tetap untuk dijadikan simpanan. Terlalu rendah levelnya kalo menjadikan Pandot sebagai Sugar Dady."
"Andai saja dia tahu penghasilan pelacur profesional".
"Ngomong-ngomong nyonya sama mbak El kok nggak kelihatan pak?."
Toying terkejut mendapat pertanyaan tersebut.
"Mereka sedang keluar. Belum balik, biasalah perempuan kalo belanja."
'Nggak mungkin aku bilang terus terang bahwa mereka pergi dari rumah.'
'Cih aku disuruh belajar *nani lagi biar mengetahui rasanya orang yang dihalangi untuk menikah. Sayang aku sudah sejauh ini melakukan tobat nasuha. Nggak papa, nanti di surga aku bisa dapat istri lagi yang lebih cantik, dapat bidadari. Tunggu saja nanti di surga.' Toying nyengar-nyegir sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).