Tirta Amerta mengaliri tubuhku. Meresap ke dalam pori-pori, menyatu dalam nadi yang menyebar ke seluruh penjuru tubuhku, kesemua bagian organku.
Waskito jalaran soko niteni. Semakin lama, aku semakin berpikir. Dalam kesenyapan saat ini berpikir adalah satu-satunya hal yang bisa kulakukan.
Aku tak ingin melihatmu lagi baik didunia maupun diakherat nanti. Orang-orang menyangsikan ucapanku itu. Apa aku bersungguh-sungguh mengenai hal itu?. Kenapa begitu?. Kenapa tidak?.
Biar aku bantu memutuskannya. Bukankah aku justru mempermudah dirimu untuk melakukannya?.
Ingat saat itu. Saat bapakmu hendak melamarku langsung untukmu. Kau menahannya. Kau mengatakan lebih baik aku menjadi suami dari Eliza sehingga kehidupan masa depan aku dan keluargaku menjadi lebih baik. Terutama demi adik-adikku ucapmu.
Tanpa kau ketahui wanita itu hanya bisa omong kosong. Tanpa kau ketahui, tua bangka itu mengingkari janji kepada anaknya, pengecut yang tidak bertanggungjawab dengan semua hal yang sudah terjadi. Ia sama sekali tidak berusaha memperbaikinya. Mengatakan bahwa anaknyalah yang merusak hidupku, bukan dirinya. Justru terkekeh-kekeh senang mengetahui apa yang telah terjadi. Dengan sengaja tidak memberitahukan apapun kepada kita, dan ia menyukai hal itu.
"Aku tidak peduli" katanya. Ucapnya dengan sinis.
Sementara dirimu sekarang berada didekatnya, bekerja pada makhluk busuk itu. Membiarkan dirinya menatapmu secara menjijikkan, kau bukanlah pelacur yang hendak ia sewa untuk dipakainya.
Ia mengancammu bukan?. Agar kau bersikap biasa saja saat bertemu lagi dengannya. Setelah kau mengetahuinya, setelah ia menunjukkan tatapan matanya yang menjijikkan kepadamu.
Dulu kau mengatakan demi adik-adikku?. Lalu apa yang kau lakukan sekarang?. Tarik ucapanmu!.
Adik-adikkku masing-masing saat ini sudah berjuang sendiri!. Kau sama sekali tidak memikirkan keluargaku.
Waktu sudah membuktikannya. Semua orang bisa berubah, entah kamu yang berubah atau ini memang kenyataan sifat asalmu. Yang kau pikirkan hanyalah tentang dirimu sendiri.
Kau pernah menjawabnya. Siapa yang akan kau pilih. Jika kau menolakku dan menerimanya, aku pasti berbesar hati menerima keputusanmu itu, tidak akan ada resiko buruk apapun yang akan terjadi kepadamu. Namun itu menjadi berbeda jika sampai kau menolaknya dan memilih diriku menjadi suamimu, ia bisa kalap, mengancammu akan berbuat apapun juga, termasuk memperkosamu hingga tak ada lagi laki-laki yang sudi kepadamu. Mengancam jiwa dirimu dan keluargamu. Kau yang mengatakannya sendiri. Kau tidak menganggap dirinya sakit jiwa. Pasti kau senang dijilat oleh pria lemah yang tergila-gila pada kecantikan fisikmu itu.
Manakah yang baik untukmu. Karena kau memikirkan resiko yang bisa saja terjadi, maka dari itu kau memilihnya. Dan membuang diriku dalam pilihanmu .
Perkataanku agar kau bisa bersama mantan suamimu itu, agar ia menjadi pendampingmu satu-satunya diakherat kelak apa itu salah?. Itu "kebaikan" yang kau pilih sendiri.
Kamu memang pantas didapatkan oleh pecundang itu. Kamu memang pantas mendapatkan pecundang sepertinya.
Sulit meyakinkan Lalat bahwa bunga lebih indah daripada sampah.
Andai semua orang tahu mengenai hal ini. Andai si Ito tahu, cara mendapatkanmu ternyata sangat-sangatlah mudah, mungkin ia takkan sungkan untuk menerapkannya kepadamu. Sakit jiwa.
Semua laki-laki bahkan perempuan sekalipun takjub akan kecantikanmu. Mereka mengagumi rupa fisikmu yang sempurna, layaknya bidadari katanya. Membuat laki-laki semakin bernafsu mendapatkanmu. Andai mereka semua tahu. Semua laki-laki yang menginginkan dirimu pasti akan melakukan hal itu.
Siapakah yang lebih menjadi pecundang itulah yang akan berhasil
mendapatkanmu. Bukan begitu?.
Aku?. Kukira kau lebih dari itu.
Aku yang salah. Harusnya aku menyadari dari awal. Bahwa kau sudah mendapatkan apa yang kau impikan didunia ini. Urus saja anakmu dengan lelakimu itu. Teruslah bekerja pada makhluk berhati busuk itu. Dia benar-benar tahu bagaimana cara mengeksploitasi dirimu.
Aku yang bodoh. Terpedaya oleh air mata buaya.
Mengenai trauma atau sejenisnya.
Jangan pernah kau ucapkan kata-kata itu lagi!.
Karena satu-satunya yang kau pikirkan hanyalah dirimu sendiri. Semuanya hanyalah tentang dirimu sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).