Parlente, berkelas dan elegan. Setiap gerak-gerik lelaki itu seolah sedang mengikuti glade resik. Tersetting sedemikian rupa sehingga menunjukkan keseriusannya. Walaupun saat ini dirinya sedang berhadapa-hadapan dengan kaca lemari di kamar rumahnya.
"Katanya dipaksa tapi akhirnya mau juga. Munafik!."
"Memangnya memaksa itu dosa!?. Mana ayat Al-Qurannya!?. Di pengajian-pengajian yang kutonton dari aplikasi U-tap saja setiap penceramahnya cuma ngomong kalo itu tidak baik, menyebabkan orang tidak suka, menjadi sakit hati. Blah, cuma gitu doang. Nggak ada mereka bahas serius-seriusnya. Urusan sakit peduli amat, mereka yang rasain. Toh yang penting tujuan tercapai."
"Menurutku itu justru keberhasilan persuasif. "
"Perempuan itu lemah kalau sudah disentuh. Baik disentuh hatinya, apalagi disentuh secara fisik. Munafik!.
Kalimat-kalimat Toying lainnya tidak bisa saya tulis karena terlalu vulgar. Dan tak ada manfaatnya saya tulis lebih lanjut.
"Perempuan yang cuma ingin numpang hidup enak".
"Hal yang baru-baru ini kupelajari. Memaksa ada dua."
"Pertama: Memaksa yang membuat tidak ada pilihan sama sekali, seperti orang yang akan dilempar dari ketinggian. Bentuk pemaksaan seperti ini dinamakan ikrah mulji’.
Kedua: Memaksa yang tetap masih ada pilihan, seperti orang yang ditakut-takuti untuk dibunuh, dipotong anggota tubuhnya, dipenjara atau dipukul. Bentuk pemaksaan seperti ini dinamakan ikrah ghairu mulji’."
"Dalam bahasan itu nggak nyebut-nyebut itu dosa. Cih."
Lagipula tujuannya merapat ke aku kan demi uang. Demi kemapanan. Kesempatan emas yang tak akan datang lagi. Tentu saja dia tak akan pikir dua kali. Munafik!.
"Lihat saja. Kalo dia tidak mau menuruti keinginanku. Akan aku wujudkan ancamanku!.Aku akan beritahu mantannya itu lokasi dimana dirinya berada. Toh dia sudah berada dalam genggamanku, sudah menjadi pegawaiku."Toying terkekeh-kekeh.
Toying turun ke lantai satu dimana ia menemukan keluarganya sedang sarapan.
"Cie.. Semangat amat pagi-pagi dah rapi.. kayak kado."
"Kamu ini gimana kok belum siap!. Jadi contoh dong!."
"Tumben, biasanya juga berangkatnya siang-siangan". Eliza mencibir.
Mau berangkat kemana Pak?"
"Kemana lagi?. Ya ngantor dong".
Sambil tetap mengunyah santai sandwitch ditangannya.
"Inikah hari Minggu pak".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).