"Rusaknya gimana?" tanggapnya saat melihat aku menenteng sebuah printer Dotmatrik besar ukuran A3 dari kendaraanku.
"Mati total pak" ucapku.
"Mau dijadikan sekarang atau besok?"
"Sekarang saja pak, jadi besok bisa saya antar".
Perkenalkan beliau adalah Pak Karto, salah satu teknisi terbaik di kota ini. Lelaki berumur 50th nan yang penampakannya masih seperti umur 40th nan. Seorang Master of Electronik yang mempunyai banyak koleksi suku cadang simpanan yang tidak banyak tersedia, hampir tidak ada, bahkan yang tidak ada di tempat lain.
Seperti biasa sambil mengerjakan beliau suka mengajakku mengobrol ingin mengetahui tentang diri dan kehidupanku. Sampai-sampai terlintas dalam pikiranku, andai ia punya anak perempuan pasti akan diperkenalkannya padaku. Ya.. sebenarnya dia mempunyai seorang keponakan yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri. Ia pernah memperlihatkan kepadaku fotonya, memperlihatkannya dengan wajah berbinar terpancar rasa kebanggan akan dirinya. Anaknya cukup cantik, namun mungkin karena dia sudah bekerja di luarkota dengan posisi dan penghasilan yang cukup bagus. Beliau jadi ragu untuk membahasnya kepadaku. Sedangkan aku sendiri tidak mungkin berani menanyakannya karena aku bukanlah seorang pengusaha besar. Kami sama-sama tahu, yang namanya kehidupan pasti harus dekat dengan sumber penghidupannya.
Akupun menceritakan kejadian terbaru di lingkungan rumahku. Ada tetangga beda gang yang mengumbar gosip bahwa ibuku memberi kado berisi plastik untuk cucunya yang baru lahir. Saat ini keadaan sepi. Biasanya ada beberapa teknisi yang mampir kesini juga. Padahal obrolan biasa bisa menjadi seru kalau ada beberapa orang yang standbye menunggu disana.
"maksudnya?"
"Iya, ia bilang kalo isi kado yang diberikan ibuku hanya berisi plastik. Dan dia menyebarkannya ke tetangga-tetangga yang lain. Hal itu sampai ke telinga Ibu. Tentu saja ibu tersinggung. Jelas-jelas beliau mengkadonya sendiri celana-celana kecil. Memangnya ibu orang gila dan mau bikin sensasi.
"Memang, maksud baik kita belum tentu diterima orang dengan baik pula. Tapi kalau seperti itu kok.. lingkunganmu itu kok ngeri ya? semudah itu mencemarkan nama orang."
"Dah biasa kok pak. Namanya angkara murka bisa ditemui dalam bentuk apa saja. Setiap orang memunyai sisi baik dan sisi buruk. Hanya saja di lingkungan saya itu kebetulan saja sebagian besar sisi buruknyalah yang dominan.
"Kerjaan dia apa?"
"Suaminya dulu polisi pak"
"Oh pantes.. ~ percakapan saya percepat ~ "
"Anaknya juga polisi"
"Halah paling.. ~ percakapan saya percepat ~ "
"Tanggapan tetangga-tetanggamu gimana?"
"Kalau tetangga sebelah bilang terus terang tidak percaya karena isi kadonya tahu. Dan beberapa waktu sebelum ngado kesana ibu sudah ngado ke beberapa tetangga lain yang kebetulan juga ada lahiran. Isinya juga sama celana, malahan yang terakhir itu celananya dikasih ibu lebih banyak dan barangnya lebih bagus. Tapi malah dibilang cuma isinya plastik. Ibu juga sudah menghitung sisa celana buat kado yang disimpannya dan jumlahnya tepat. Kalo kata tetangga yang rumahnya 4 rumah setelah rumah saya malah bilang minta maaf. Lha nggak merasa ngisi gituan masa minta maaf. Dia lalu cuma mengatakan Wallahu A'lam akan hal itu.
Saat ibu kesana mengkonfirmasi hal itu dianya cuma bilang
"Halah, nggak papa. Tidak usah dibahas, itu sudah lewat. Sudah saya
buang plastiknya" Wut!. Setelah menyebarkan fitnah seperti itu tanpa
bukti dan saksi dia dengan entengnya malah menanggapi dengan berkata
seperti itu.
Kalau dia memang orang bener, dan hal itu benar
terjadi tanpa rekayasa. Kan cukup di foto lalu langsung mengatakannya
kepada ibu, langsung konfirmasi. bukan gosip sana sini. Apakah ada yang
menyabotase kan bisa diselidiki".
"Kalau aku lihat, dilihat dari integritas si penebar gosip itu saja. Harusnya orang yang punya nalar bisa berfikir mana yang berbohong". Ujar pak Karto menanggapi.
"Gimana internetmu? sudah terpasang?"
"Belum pak. Bakalan lama ini kayaknya".
"Lho kenapa?"
"Oleh RW tidak boleh memasang tiang disana".
Pak karto melongo ke arahku dengan mimik tidak mengerti.
"Waktu itu sama marketingnya pertama menghadap ke pak RT. RTnya bilang ini namanya bisnis pasti ada kompensasinya, kompensasinya apa? Lalu ia arahkan langsung ke pak RWnya saja. Nurut keputusan RW. Sampai di RW kami baru mengetahui sepertinya beliau tersinggung akan kata-kata dalam surat proposal. Yang saya dengar disana mengatakan memberi kompensasi kepada masjid rp15juta. Kata ia masjid bisa dapat dari donatur kembalikan saja itu uang nggak seberapa. Ia dikira dapat uang juga padahal tidak dapat sepeserpun. Makanya tersinggung. Ya rp15juta nggak seberapalah buat dia. Usaha kos-kosannya saja sebulan bisa dapat lebih dari itu pasti".
"Selang beberapa hari, di telpon kepala marketingnya bilang katanya tidak ada masalah dengan kelurahan. Dipertemuan dia juga sudah berbicara dengan para RW dan tidak ada masalah. Ya kalau saya sebagai pelanggan kan pinginnya tahu beres mas. Lha saya dan adik-adik juga membutuhkannya.
Waktu penancapan tiang adegannya sudah kayak sinetron saja. Ternyata tetap ditentang.
Kalo RTnya sih nurut RW katanya. Tapi entah mengapa aku kok merasa dalam hati dia girang berkali kali mengatakan itu temanku itu temanku. Dia bangga mengakui pak RW sebagai temannya".
"Oh aki-aki pendengki yang kamu ceritakan itu ya".
"Sekalipun mengatakan bukan bermaksud mempersulit. Tapi kenyataannya buat saya seperti itu. Sampai saya bilang ke teknisinya kalau nanti prosesnya terlalu lama dan berbelit-belit. Saya minta ditarikkan kabel dari RW belakang saja, biar saya yang kulonuwun kepada rumah dibelakang".
"Internetan pakai kartu kan boros mas. Pemakaiannya juga terbatas tidak bisa bebas. Modem cuma 1 biji, dulu harganya rp300rb an itu. Kalau sekarang yang versi terbaru harganya rp500rb-600rb. Itu cuma modem doang. Kalau dari provider kabel kan tarif sama tapi bisa menggunakan semaksimal mungkin tanpa takut kuota habis. Apalagi saya keluarga besar. Justru lebih murah seperti itu. Ya sudahlah, sabar nunggu kabar saja dulu".
"Marketingnya juga terlalu naif. Kalau mau memberi kompensasi kan bisa langsung kasih ke kas RT sama kas RW yang bersangkutan. Pasti bakalan lancar".
Serigala berbulu domba
![](https://lh5.googleusercontent.com/-QEteLchZv9Q/T7xgWCWhdvI/AAAAAAAAAaY/MCbOMqwYPqc/s40/logo.png)
Diposting oleh
tutorial
16.54
Pikiranku melayang-layang mengingat kejadian tempo hari. Dadaku terasa bergejolak.
Aku baru mengetahui secara jelas bila ternyata seseorang yang ada di dekatku itu sangat berbeda dengan yang aku kira. Benar kata peribahasa "Dalamnya laut dapat diukur dalamnya hati siapa yang tahu". Seorang pelanggan baruku yang ternyata mantan pegawai di perusahaan rekanan yang dulu pernah aku tangani saat menjadi pegawai di toko Komputer membeberkan informasi yang diketahuinya saat secara tidak sengaja aku membahas sebuah kisah dari masa lalu.
"Mas kenapa dulu tidak pernah mampir lagi ke Bank Artha Daya?".
"Kan outlet kami tidak pernah dihubungi lagi oleh bagian IT mas Bagiyo. Saat dihubungi follow up selalu mengatakan stoknya masih". Ujarku mengingat.
"Tapi teman mas setiap bulannya selalu datang kesana lho. Itu yang orangnya pendek, potongan rambutnya cepak kayak gundul".
"Boby?"
"Nggak hafal namanya mas. Tempat duduk saya ada ditengah tidak jauh dari tempat duduk kerja mas Bagiyo makanya seringkali melihatnya".
"Oh dia waktu itu memang sudah keluar duluan dari outlet jauh sebelum saya keluar mbak.
"Kalau tidak salah dulu saya memang pernah mendengar percakapannya dengan Bagiyo. Membahas masalah servis.. katanya terserah Bagiyo mau lewat toko atau langsung ke dia. Kalau lewat toko katanya nanti juga bakalan ke dia, karena dia yang nyervis. Bagiyo menjawab wah ya mending langsung ke dia saja katanya". Padahal mas kan yang melayani BAD sejak awal berdiri dan beroperasi"
Kalau masalah ngambil mengambil pelanggan aku kira itu hanya masalah bisnis saja. Namun tetap aku sayangkan karena ia telah melanggar etika yang tidak tertulis untuk menjaga agar toko tempat kerjanya sebelumnya tetap hidup. Aku memang mengetahui ia mengambil beberapa pelanggan toko. Mungkin dari segi pandangnya, yang penting bagaimana aku bisa ada pemasukan untuk menjalankan usahaku. Ia sudah berpikiran ia sudah tidak mempunyai gaji lagi dan harus mendapatkan pemasukan bagaimanapun caranya. Sementara kami yang masih menjadi orang gajian mulai berfikir bagaimana toko bisa menggaji kami bila pelanggan semakin sedikit, penjualan semakin menurun, selalu merugi ? . Sepertinya ia tidak mau mengambil pusing akan hal itu.
Hanya masalah kebaikan dari Boss pemilik usaha yang masih melakukan kewajibannya menggaji kami tepat waktu. Sampai kesabarannya mulai habis. Lingkungan kerja menjadi tempat yang tidak menyenangkan. Membuatku terpaksa keluar dari lingkungan yang sudah tidak sehat ini. Memulai bisnisku sendiri.
Ya.. sejujurnya aku memang sudah lelah akan semua itu. Disanapun aku seolah-olah bekerja sendiri. Dari mencari pelanggan, mengantarkan barang hingga mengatasi complain. Sedangkan rekan kerjaku yang seharusnya berbagi tugas denganku hanyalah si gendut yang pemalas. Dari "lambe turah"nya juga aku bisa mengetahui desas desus disekitarku yang mereka bicarakan dibelakangku, yang mereka rahasiakan dariku. Ya.. apa bedanya dengan bekerja sendiri? malahan hasilnya bisa lebih besar karena kita sendiri yang mengatur pendapatan.
Aku masih ingat saat Boby berkunjung ke outlet untuk mengambil barang servisan outlet untuk diservisnya. Posisi dia sebelumnya memang teknisi toko dan kami belum punya teknisi pengganti yang punya kemampuan sama dengannya. Salah satu rekan berkata sebentar lagi bulan Ramadhan. Dia langsung menyeletuk "Dadi pegawai sing diarep-arep THR terus, pikirane kok THR wae. Sing iso diandalke kok cuma THR"(Jadi pegawai yang diharap-harap hanya THR melulu, pikirannya THR melulu, yang bisa diandalkan hanya THR) sambil tertawa sinis. Padahal rekan yang berkata demikian tidak berpikiran ke arah itu. Ia terlihat sombong dan merendahkan kami dengan berkata demikian.
Aku sambi mengerjakan printer di depanku.
"Dia sekarang sudah menikah mas".
Perkataan itu membuat jantungku seakan berhenti sejenak. Untuk beberapa detik aku hanya terdiam tidak tahu bagaimana sebaiknya merespon.
"Dia menangis seharian buat mas".
Aku menghentikan sejenak pekerjaaanku. Perlahan menengok ke arahnya.
"Apa maksud mbak?..."
"Bagiyo tahu dari Boby mengatakan pada saat itu mas sebentar lagi mau dilamar teman SMA mas yang punya perusahaan besar. Terlihat jelas saat itu dia menunduk, matanya berkaca saat mendengarnya. Tetap berusaha tegar. Sambil mengatakan ya sudah kalau gitu dia akan tetap jadi dengan pacarnya. Tapi tetap saja yang namanya perempuan tidak lama berselang ia kebelakang, air matanya meleleh dengan derasnya. Sampai-sampai pak Heru General Manager kami mengomando kami untuk membiarkannya sendirian, tidak mengganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan yang malah membuatnya semakin sedih.
"Mas sekarang sudah menikah?" ucapnya ragu.
Aku hanya bisa tersenyum.. sebuah garis lengkung yang patah.
Betapa aku tidak menyangka dipermainkan oleh orang-orang disekitarku.
Boby tidak mengatakannya kepadaku tapi mengatakannya kepada orang lain, kepada kekasihku. Sementara aku adalah orang pertama yang berhak mengetahui hal itu. Aku tak pernah membahasnya karena bagiku ia bukanlah hal nyata. Tidak lebih dari sebuah delusi yang menggangu kehidupanku.
Bagaimana aku bisa menyebutnya nyata sedangkan dia sampai detik ini tidak pernah mau menampakkan diri kepadaku. Bagaimana aku bisa menyebutnya nyata sedangkan dia sampai detik ini sama sekali tidak pernah menghubungiku. Dan kenyataannya hal itulah yang terjadi. Dia hanya mempermainkanku dengan segala omong kosongnya tentang.. entah apa ia menyebutnya untuk dirinya sendiri.
Lelaki juga punya hati, punya airmata untuk diteteskan dikala ia merasa sakit. Wanita memang menangis dengan air mata, tapi lelaki lebih sering menangis dalam hati. Dan itu jauh lebih sakit.
Aku bisa mengatakan aku memang mengenal Boby, karena aku telah menjalin hubungan perniagaan dengannya selepas ku mengundurkan diri dan membangun usahaku sendiri. Saat ia memasuki penawaran ke perusahaan-perusahaan sekitar lingkungan rumahku, walaupun beberapa lama sebelum itu ia tahu domisiliku akan berpindah ke daerah situ. Tak mengapa bagiku kalau dia mau susah-susah, jauh-jauh datang ke daerah sini dari domisilinya untuk mendapatkan pelanggan. Ujung ke ujung sih kalau aku menyebutnya. Aku pribadi lebih suka efektifitas wilayah pemasaran. Teringat saat ia langsung menjatuhkan harga sparepart yang sudah terpasang di sebuah printer A3, sebuah benda kecil bernilai sekian ratus ribu rupiah, nominal yang wow pada saat itu. Membuatku merasa bersalah kepada pelanggan karena pelanggan merasa tidak dikonfirmasi terlebih dahulu. Padahal akupun mengalami hal yang sama. Akhirnya pelangganku itu tidak pernah menghubungiku sama sekali. Entah ia mengambil untung berapa, sementara bagiku merupakan sebuah kerugian karena kehilangan pelanggan yang merupakan aset. Begitu juga saat aku sakit dan meminta bantuannya mengatasi keluhan seorang pelanggan. Aku tidak meminta keuntungan jasa, itu haknya dia. Aku hanya berharap menjaga pelanggan agar tidak ke lain hati. Ternyata ia tidak menganggapnya sama sekali. Dan aku baru mengetahuinya setelah beberapa hari, setelah aku sehat kembali saat mengkonfirmasikan hal tersebut ke pelanggan. Lagi-lagi aku kehilangan aset. Kalau memang benar-benar tidak bisa kan bisa mengatakannya kepadaku. Sehingga aku bisa menyerahkan kepada yang lain. Bukan hanya diam dan pura-pura lupa, seperti tidak pernah terjadi.
Potongan-potongan puzzle itu mulai tersusun. Saat ia mencoba menawarkan jodoh dengan seseorang perempuan yang tidak sepadan dengan ku. Ia memperlihatkan fotonya di layar HP miliknya. Aku waktu itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepala isyarat menolaknya. Setelah aku pamit dan berlalu dari tokonya dari jauh aku mendengar istrinya mengatakan "Yah, kamu tu lucu. Temanmu tuh ganteng, gagah, bagus. Kamu tawarkan yang seperti itu. Apa kamu mau dengan perempuan yang kamu tawarkan itu?. Ia menjawab "Emoh" sambil tertawa terkekeh. Lalu saat ia menasehati anak lelakinya yang saat itu baru saja masuk SMP. Masalah jodoh. Agar tidak boleh putus kontak bila nantinya ada teman perempuan yang dia taksir. Ia mencontohkan diriku. Hal itu aku dengar setelah beberapa jauh meninggalkan rumahnya. Mozaik-mozaik itu mulai terlihat jelas, tidak lagi buram.
Sikapnya terhadapku saat awal aku merintis usaha, menganggap aku hanyalah beban. Menjawabku dengan nada sinis. Ternyata itulah dirinya yang sebenarnya. Aku yang saat ini bukan lagi seorang naif yang hanya melihat dia sebagai satu satunya rekan. Aku bersyukur akan hal itu. Kesombongannya akan keahliannya, padahal dirinya bukan satu-satunya teknisi diluar sana. Diatas langit masih ada langit. Masih ada banyak langit dan aku menemukannya. Membuka wawasanku, pergaulanku ke arah yang lebih luas. Tidak hanya berkutat kepada ia seorang. Dan bagi mereka aku juga merupakan rekan kerja, seorang aset.
Kami terpedaya dengan sosoknya yang kelihatannya jujur. Saat-saat susahnya bersama kami saat menjadi sesama rekan pegawai outlet.
Aku tidak menyangka bahwa Boby.. ia ternyata tak lebih dari manusia tamak yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Keluarganya itu termasuk kepentingan pribadinya. Ia tidak peduli kepada kepentingan selain kepentingan dirinya.
Malangnya aku masuk ke dalam lingkup kehidupannya.
Didepanku telah tergeletak sesuatu yang terbakar oleh api hitam dan hampir hilang tak berbekas.
Tidak seperti biasanya aku tidak ingat apa yang barusan terjadi.
"Ketemu!"
Aku memalingkan wajahku ke arah suara barusan. Sosoknya terlihat sedikit berbeda dengan para angkara yang biasa kulenyapkan. Wujudnya lebih kekar, Susunan armor di tubuhnya terlihat lebih kompleks dan tebal berisi. Ia berjalan ke arahku.
"Jangan kau pikir aku ini sama dengan mereka-mereka yang telah kau kalahkan sebelumnya" ucapnya penuh percaya diri. Kau pasti belum pernah bertemu lawan sepertiku. Akan aku tunjukkan perbedaan level 3.
Aku tidak memikirkan apa yang ada didepanku ini. Aku sama sekali tidak menganggapnya. Ingatanku masih berputar dalam alam bawah sadarku.
Dari sana aku juga mengetahui Bagiyo memiliki visi yang sama dengan Boby. Mereka menilai harta memiliki peran yang sangat besar akan kebahagiaan hidup seseorang. Semua ditentukan hanya oleh harta, tidak ada variabel lainnya. Bila Boby berfikir doi tidak akan bahagia denganku karena pengalaman pribadinya. Maka ia salah. Ia tak berhak menghakimiku!. Doi berbeda, ia adalah seorang yang mandiri. Doi pasti mau berjuang denganku membangun kehidupan dari awal. Berbeda dengannya yang merasa seorang suami yang harus mengerjakan dan mencukupi semuanya, menahan segala bebannya sendiri. Sekalipun harus mengorbankan orang lain. Padahal pendidikan yang dimilikinya tidaklah tinggi. Ia terlalu sombong bila berfikiran demikian lalu menghakimiku. Lalu mengapa ia meneruskan perkawinannya dengan istrinya sampai saat ini?. Bukankah harta yang menjadi tolak ukurnya? Apa ia sudah kaya dari dulu? sekarang?.
Aku juga berhak untuk bahagia!
Aku membalikkan tubuhku menyongsong serangan makhluk yang menerjang kearahku itu. Menangkap tangan kanannya, memeluknya lalu menerkamnya ke tanah. Nampaknya ia terkejut begitu mudahnya diriku menjatuhkannya. Ia kutindih dan kembali aku hujamkan cakarku berkali-kali. Dengan sekuat tenaga ia berhasil mendorong tubuhku kesamping lalu bergegas bangkit.
"Apa-apaan ini!?" Ia mundur menjauh sambil meraba luka terkamanku. Tampak dirinya mulai gentar menghadapiku.
Aku yakin jauh dalam lubuk hati Bagiyo ia juga pasti merendahkan Boby yang memiliki tingkat pendidikan jauh lebih rendah dibawahnya. Sedangkan Boby hanya melihat apa yang menguntungkan bagi dirinya. Kalau ia juga menganggapku sebagai orang susah. Aku justru melihatnya sebagai orang susah yang sebenarnya. Ia tega menjual kebahagiaanku demi beberapa lembar rupiah setiap bulannya yang pastinya mempunyai nominal yang saangat besar bagi orang semacam dia. Ikatan bagi ia hanyalah masalah untung dan rugi. Dan ikatan seperti itu tidak bertahan selamanya. Terbukti, semenjak Bagiyo risen, Boby tidak digunakan lagi oleh BAD.
Amarah, rasa kecewa bergejolak mengaduk-aduk dadaku membuatnya terbakar meledak-ledak tak karuan. Perlahan kesadaranku mulai menghilang.
Bukan di sinetron-sinetron maupun film-film drama. Aku menemuinya di dunia nyata, di dekatku. Ada manusia sebusuk itu.
Tak kuberi kesempatan ia bernafas. Aku melesat dengan kecepatan yang belum pernah aku capai sebelumnya. Mengaum lalu menerjangnya. Baru kali ini aku menggunakan style bertarung seperti ini. Liar, ganas dan tanpa ampun.
Perlahan tapi pasti aku mengikis semua armor pertahanan yang menempel ditubuhnya. Sedangkan ia hanya bisa bertahan.
"Jangan remehkan aku!!!" Ia yang sudah kewalahan membuka pertahanannya dan mencoba adu pukulan denganku. Sepertinya itu adalah kesalahan yang fatal.. untuk saat ini.
Kesadaranku lenyap tak berbekas.. seolah ada kekuatan asing yang mengambil alih tubuhku. Cakaran, tusukan, terkaman. Tubuh yang terkoyak-koyak lamat-lamat membekas dalam ingatanku.
Aku baru mengetahui secara jelas bila ternyata seseorang yang ada di dekatku itu sangat berbeda dengan yang aku kira. Benar kata peribahasa "Dalamnya laut dapat diukur dalamnya hati siapa yang tahu". Seorang pelanggan baruku yang ternyata mantan pegawai di perusahaan rekanan yang dulu pernah aku tangani saat menjadi pegawai di toko Komputer membeberkan informasi yang diketahuinya saat secara tidak sengaja aku membahas sebuah kisah dari masa lalu.
"Mas kenapa dulu tidak pernah mampir lagi ke Bank Artha Daya?".
"Kan outlet kami tidak pernah dihubungi lagi oleh bagian IT mas Bagiyo. Saat dihubungi follow up selalu mengatakan stoknya masih". Ujarku mengingat.
"Tapi teman mas setiap bulannya selalu datang kesana lho. Itu yang orangnya pendek, potongan rambutnya cepak kayak gundul".
"Boby?"
"Nggak hafal namanya mas. Tempat duduk saya ada ditengah tidak jauh dari tempat duduk kerja mas Bagiyo makanya seringkali melihatnya".
"Oh dia waktu itu memang sudah keluar duluan dari outlet jauh sebelum saya keluar mbak.
"Kalau tidak salah dulu saya memang pernah mendengar percakapannya dengan Bagiyo. Membahas masalah servis.. katanya terserah Bagiyo mau lewat toko atau langsung ke dia. Kalau lewat toko katanya nanti juga bakalan ke dia, karena dia yang nyervis. Bagiyo menjawab wah ya mending langsung ke dia saja katanya". Padahal mas kan yang melayani BAD sejak awal berdiri dan beroperasi"
Kalau masalah ngambil mengambil pelanggan aku kira itu hanya masalah bisnis saja. Namun tetap aku sayangkan karena ia telah melanggar etika yang tidak tertulis untuk menjaga agar toko tempat kerjanya sebelumnya tetap hidup. Aku memang mengetahui ia mengambil beberapa pelanggan toko. Mungkin dari segi pandangnya, yang penting bagaimana aku bisa ada pemasukan untuk menjalankan usahaku. Ia sudah berpikiran ia sudah tidak mempunyai gaji lagi dan harus mendapatkan pemasukan bagaimanapun caranya. Sementara kami yang masih menjadi orang gajian mulai berfikir bagaimana toko bisa menggaji kami bila pelanggan semakin sedikit, penjualan semakin menurun, selalu merugi ? . Sepertinya ia tidak mau mengambil pusing akan hal itu.
Hanya masalah kebaikan dari Boss pemilik usaha yang masih melakukan kewajibannya menggaji kami tepat waktu. Sampai kesabarannya mulai habis. Lingkungan kerja menjadi tempat yang tidak menyenangkan. Membuatku terpaksa keluar dari lingkungan yang sudah tidak sehat ini. Memulai bisnisku sendiri.
Ya.. sejujurnya aku memang sudah lelah akan semua itu. Disanapun aku seolah-olah bekerja sendiri. Dari mencari pelanggan, mengantarkan barang hingga mengatasi complain. Sedangkan rekan kerjaku yang seharusnya berbagi tugas denganku hanyalah si gendut yang pemalas. Dari "lambe turah"nya juga aku bisa mengetahui desas desus disekitarku yang mereka bicarakan dibelakangku, yang mereka rahasiakan dariku. Ya.. apa bedanya dengan bekerja sendiri? malahan hasilnya bisa lebih besar karena kita sendiri yang mengatur pendapatan.
Aku masih ingat saat Boby berkunjung ke outlet untuk mengambil barang servisan outlet untuk diservisnya. Posisi dia sebelumnya memang teknisi toko dan kami belum punya teknisi pengganti yang punya kemampuan sama dengannya. Salah satu rekan berkata sebentar lagi bulan Ramadhan. Dia langsung menyeletuk "Dadi pegawai sing diarep-arep THR terus, pikirane kok THR wae. Sing iso diandalke kok cuma THR"(Jadi pegawai yang diharap-harap hanya THR melulu, pikirannya THR melulu, yang bisa diandalkan hanya THR) sambil tertawa sinis. Padahal rekan yang berkata demikian tidak berpikiran ke arah itu. Ia terlihat sombong dan merendahkan kami dengan berkata demikian.
Aku sambi mengerjakan printer di depanku.
"Dia sekarang sudah menikah mas".
Perkataan itu membuat jantungku seakan berhenti sejenak. Untuk beberapa detik aku hanya terdiam tidak tahu bagaimana sebaiknya merespon.
"Dia menangis seharian buat mas".
Aku menghentikan sejenak pekerjaaanku. Perlahan menengok ke arahnya.
"Apa maksud mbak?..."
"Bagiyo tahu dari Boby mengatakan pada saat itu mas sebentar lagi mau dilamar teman SMA mas yang punya perusahaan besar. Terlihat jelas saat itu dia menunduk, matanya berkaca saat mendengarnya. Tetap berusaha tegar. Sambil mengatakan ya sudah kalau gitu dia akan tetap jadi dengan pacarnya. Tapi tetap saja yang namanya perempuan tidak lama berselang ia kebelakang, air matanya meleleh dengan derasnya. Sampai-sampai pak Heru General Manager kami mengomando kami untuk membiarkannya sendirian, tidak mengganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan yang malah membuatnya semakin sedih.
"Mas sekarang sudah menikah?" ucapnya ragu.
Aku hanya bisa tersenyum.. sebuah garis lengkung yang patah.
Betapa aku tidak menyangka dipermainkan oleh orang-orang disekitarku.
Boby tidak mengatakannya kepadaku tapi mengatakannya kepada orang lain, kepada kekasihku. Sementara aku adalah orang pertama yang berhak mengetahui hal itu. Aku tak pernah membahasnya karena bagiku ia bukanlah hal nyata. Tidak lebih dari sebuah delusi yang menggangu kehidupanku.
Bagaimana aku bisa menyebutnya nyata sedangkan dia sampai detik ini tidak pernah mau menampakkan diri kepadaku. Bagaimana aku bisa menyebutnya nyata sedangkan dia sampai detik ini sama sekali tidak pernah menghubungiku. Dan kenyataannya hal itulah yang terjadi. Dia hanya mempermainkanku dengan segala omong kosongnya tentang.. entah apa ia menyebutnya untuk dirinya sendiri.
Lelaki juga punya hati, punya airmata untuk diteteskan dikala ia merasa sakit. Wanita memang menangis dengan air mata, tapi lelaki lebih sering menangis dalam hati. Dan itu jauh lebih sakit.
Aku bisa mengatakan aku memang mengenal Boby, karena aku telah menjalin hubungan perniagaan dengannya selepas ku mengundurkan diri dan membangun usahaku sendiri. Saat ia memasuki penawaran ke perusahaan-perusahaan sekitar lingkungan rumahku, walaupun beberapa lama sebelum itu ia tahu domisiliku akan berpindah ke daerah situ. Tak mengapa bagiku kalau dia mau susah-susah, jauh-jauh datang ke daerah sini dari domisilinya untuk mendapatkan pelanggan. Ujung ke ujung sih kalau aku menyebutnya. Aku pribadi lebih suka efektifitas wilayah pemasaran. Teringat saat ia langsung menjatuhkan harga sparepart yang sudah terpasang di sebuah printer A3, sebuah benda kecil bernilai sekian ratus ribu rupiah, nominal yang wow pada saat itu. Membuatku merasa bersalah kepada pelanggan karena pelanggan merasa tidak dikonfirmasi terlebih dahulu. Padahal akupun mengalami hal yang sama. Akhirnya pelangganku itu tidak pernah menghubungiku sama sekali. Entah ia mengambil untung berapa, sementara bagiku merupakan sebuah kerugian karena kehilangan pelanggan yang merupakan aset. Begitu juga saat aku sakit dan meminta bantuannya mengatasi keluhan seorang pelanggan. Aku tidak meminta keuntungan jasa, itu haknya dia. Aku hanya berharap menjaga pelanggan agar tidak ke lain hati. Ternyata ia tidak menganggapnya sama sekali. Dan aku baru mengetahuinya setelah beberapa hari, setelah aku sehat kembali saat mengkonfirmasikan hal tersebut ke pelanggan. Lagi-lagi aku kehilangan aset. Kalau memang benar-benar tidak bisa kan bisa mengatakannya kepadaku. Sehingga aku bisa menyerahkan kepada yang lain. Bukan hanya diam dan pura-pura lupa, seperti tidak pernah terjadi.
Potongan-potongan puzzle itu mulai tersusun. Saat ia mencoba menawarkan jodoh dengan seseorang perempuan yang tidak sepadan dengan ku. Ia memperlihatkan fotonya di layar HP miliknya. Aku waktu itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepala isyarat menolaknya. Setelah aku pamit dan berlalu dari tokonya dari jauh aku mendengar istrinya mengatakan "Yah, kamu tu lucu. Temanmu tuh ganteng, gagah, bagus. Kamu tawarkan yang seperti itu. Apa kamu mau dengan perempuan yang kamu tawarkan itu?. Ia menjawab "Emoh" sambil tertawa terkekeh. Lalu saat ia menasehati anak lelakinya yang saat itu baru saja masuk SMP. Masalah jodoh. Agar tidak boleh putus kontak bila nantinya ada teman perempuan yang dia taksir. Ia mencontohkan diriku. Hal itu aku dengar setelah beberapa jauh meninggalkan rumahnya. Mozaik-mozaik itu mulai terlihat jelas, tidak lagi buram.
Sikapnya terhadapku saat awal aku merintis usaha, menganggap aku hanyalah beban. Menjawabku dengan nada sinis. Ternyata itulah dirinya yang sebenarnya. Aku yang saat ini bukan lagi seorang naif yang hanya melihat dia sebagai satu satunya rekan. Aku bersyukur akan hal itu. Kesombongannya akan keahliannya, padahal dirinya bukan satu-satunya teknisi diluar sana. Diatas langit masih ada langit. Masih ada banyak langit dan aku menemukannya. Membuka wawasanku, pergaulanku ke arah yang lebih luas. Tidak hanya berkutat kepada ia seorang. Dan bagi mereka aku juga merupakan rekan kerja, seorang aset.
Kami terpedaya dengan sosoknya yang kelihatannya jujur. Saat-saat susahnya bersama kami saat menjadi sesama rekan pegawai outlet.
Aku tidak menyangka bahwa Boby.. ia ternyata tak lebih dari manusia tamak yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Keluarganya itu termasuk kepentingan pribadinya. Ia tidak peduli kepada kepentingan selain kepentingan dirinya.
Malangnya aku masuk ke dalam lingkup kehidupannya.
Didepanku telah tergeletak sesuatu yang terbakar oleh api hitam dan hampir hilang tak berbekas.
Tidak seperti biasanya aku tidak ingat apa yang barusan terjadi.
"Ketemu!"
Aku memalingkan wajahku ke arah suara barusan. Sosoknya terlihat sedikit berbeda dengan para angkara yang biasa kulenyapkan. Wujudnya lebih kekar, Susunan armor di tubuhnya terlihat lebih kompleks dan tebal berisi. Ia berjalan ke arahku.
"Jangan kau pikir aku ini sama dengan mereka-mereka yang telah kau kalahkan sebelumnya" ucapnya penuh percaya diri. Kau pasti belum pernah bertemu lawan sepertiku. Akan aku tunjukkan perbedaan level 3.
Aku tidak memikirkan apa yang ada didepanku ini. Aku sama sekali tidak menganggapnya. Ingatanku masih berputar dalam alam bawah sadarku.
Dari sana aku juga mengetahui Bagiyo memiliki visi yang sama dengan Boby. Mereka menilai harta memiliki peran yang sangat besar akan kebahagiaan hidup seseorang. Semua ditentukan hanya oleh harta, tidak ada variabel lainnya. Bila Boby berfikir doi tidak akan bahagia denganku karena pengalaman pribadinya. Maka ia salah. Ia tak berhak menghakimiku!. Doi berbeda, ia adalah seorang yang mandiri. Doi pasti mau berjuang denganku membangun kehidupan dari awal. Berbeda dengannya yang merasa seorang suami yang harus mengerjakan dan mencukupi semuanya, menahan segala bebannya sendiri. Sekalipun harus mengorbankan orang lain. Padahal pendidikan yang dimilikinya tidaklah tinggi. Ia terlalu sombong bila berfikiran demikian lalu menghakimiku. Lalu mengapa ia meneruskan perkawinannya dengan istrinya sampai saat ini?. Bukankah harta yang menjadi tolak ukurnya? Apa ia sudah kaya dari dulu? sekarang?.
Aku juga berhak untuk bahagia!
Aku membalikkan tubuhku menyongsong serangan makhluk yang menerjang kearahku itu. Menangkap tangan kanannya, memeluknya lalu menerkamnya ke tanah. Nampaknya ia terkejut begitu mudahnya diriku menjatuhkannya. Ia kutindih dan kembali aku hujamkan cakarku berkali-kali. Dengan sekuat tenaga ia berhasil mendorong tubuhku kesamping lalu bergegas bangkit.
"Apa-apaan ini!?" Ia mundur menjauh sambil meraba luka terkamanku. Tampak dirinya mulai gentar menghadapiku.
Aku yakin jauh dalam lubuk hati Bagiyo ia juga pasti merendahkan Boby yang memiliki tingkat pendidikan jauh lebih rendah dibawahnya. Sedangkan Boby hanya melihat apa yang menguntungkan bagi dirinya. Kalau ia juga menganggapku sebagai orang susah. Aku justru melihatnya sebagai orang susah yang sebenarnya. Ia tega menjual kebahagiaanku demi beberapa lembar rupiah setiap bulannya yang pastinya mempunyai nominal yang saangat besar bagi orang semacam dia. Ikatan bagi ia hanyalah masalah untung dan rugi. Dan ikatan seperti itu tidak bertahan selamanya. Terbukti, semenjak Bagiyo risen, Boby tidak digunakan lagi oleh BAD.
Amarah, rasa kecewa bergejolak mengaduk-aduk dadaku membuatnya terbakar meledak-ledak tak karuan. Perlahan kesadaranku mulai menghilang.
Bukan di sinetron-sinetron maupun film-film drama. Aku menemuinya di dunia nyata, di dekatku. Ada manusia sebusuk itu.
Tak kuberi kesempatan ia bernafas. Aku melesat dengan kecepatan yang belum pernah aku capai sebelumnya. Mengaum lalu menerjangnya. Baru kali ini aku menggunakan style bertarung seperti ini. Liar, ganas dan tanpa ampun.
Perlahan tapi pasti aku mengikis semua armor pertahanan yang menempel ditubuhnya. Sedangkan ia hanya bisa bertahan.
"Jangan remehkan aku!!!" Ia yang sudah kewalahan membuka pertahanannya dan mencoba adu pukulan denganku. Sepertinya itu adalah kesalahan yang fatal.. untuk saat ini.
Kesadaranku lenyap tak berbekas.. seolah ada kekuatan asing yang mengambil alih tubuhku. Cakaran, tusukan, terkaman. Tubuh yang terkoyak-koyak lamat-lamat membekas dalam ingatanku.
Pengiriman bantuan
![](https://lh5.googleusercontent.com/-QEteLchZv9Q/T7xgWCWhdvI/AAAAAAAAAaY/MCbOMqwYPqc/s40/logo.png)
Diposting oleh
tutorial
21.07
Dahulu kala dari generasi ke generasi selalu ada pejuang yang berperang melawan kemaksiatan dari balik bayangan.
Bermuka seram, matanya melotot tajam, gerahamnya terkatup menahan geram hingga memperlihatkan taring depannya yang mencuat tajam.
Badannya kalau tidak bersisik maka berbulu, bercakar di tangan dan kakinya. Semua ciri kebuasan ada padanya. Konon ia merupakan simbol hawa nafsu manusia.
Hanya sedikit manusia yang berhasil mengekang hawa nafsunya, mengendalikannya sampai di titik tersebut. Hanya mereka yang menang inilah yang berhasil mengendalikan kekuatan wujud itu.
Berbeda dengan diri kita yang mendapatkan wujud ini karena dikuasai penuh oleh hawa nafsu. Ia makhluk merdeka yang tidak dikendalikan oleh siapapun atau apapun.
"Bisa dipercepat dikit gak Ko. Aku mulai ngantuk nih".
"Panggil aku Boss!. Baru prolognya saja kamu sudah bosan!?. Ini bahkan belum ada 5 menit".
"langsung ke intinya saja. Waktu adalah uang. Aku ini seorang bisnisman".
"Dagang narkoba aja pake nyebut diri Bisnisman".
"Pasar lagi kacau nih. Gembong-gembongku dari luar kota banyak yang ditangkapi BNN".
"Lha terus orang-orang kamu yang "didalam" pada ngapain!?"
"Itulah yang aneh. Banyak diantara mereka yang menghilang tanpa jejak. Hilang, lenyap!. Anehnya lagi itu banyak terjadi hanya di satu wilayah.
Begitu juga dengan para anak buah spesialku yang berperan sebagai pemasok disana. Sekalipun hanya satu wilayah, ini sudah memutus mata rantai komandoku".
"Kudengar ada berita gembira kemarin. Salah satu anak buahmu ada yang berhasil mencapai evolusi level 3.
"Ya, si Pendi. Tidak percuma aku menempatkan dia sebagai tangan kananku".
"Bagus kita membutuhkannya. Kirim dia ke wilayah konflik. Barusan aku kirim filenya. Nanti kamu bisa emailmu untuk hal yang lebih detail.
"Kenapa harus anak buahku!?"
"Kamu mau bisnismu terus-terusan merugi?. Banyak teman-teman kita disana yang menghilang tanpa jejak. Jangan lupa kalau tujuan kita adalah memerahkan negara ini.
Dominasi! daerah hijau tersebut adalah hutan rimba yang harus berhasil minimal kita kuningkan.
Dan kita membutuhkan kekuatan yang lebih untuk menyelidiki kasus ini. Desas desus mengatakan ini adalah perbuatan makhluk mitologi yang kuceritakan di awal".
"Kamu masih percaya mitos?"
"Kamu masih belum percaya? sekalipun diri kamu sendiri mengalaminya!?"
Suasana hening.
"Organisasi sudah memutuskan untuk mengangkatnya sebagai satuan penyelidik Elite untuk ditugaskan disana".
"Ya sudah. Kapan dia berangkat ditugaskan?
"Besok pagi. Suruh dia berkemas. Aku sudah menyiapkan identitas baru untuknya disana. Lebih rinci bisa kamu buka di Email.
"Oke, aku kabari dia habis ini. Bye bye Ko".
Aplikasi Skype dalam monitor laptopku menjadi gelap.
"Dasar Kecoak!, selalu tidak pernah memanggil aku Boss!. Padahal aku ini kan bossnya!".
Bermuka seram, matanya melotot tajam, gerahamnya terkatup menahan geram hingga memperlihatkan taring depannya yang mencuat tajam.
Badannya kalau tidak bersisik maka berbulu, bercakar di tangan dan kakinya. Semua ciri kebuasan ada padanya. Konon ia merupakan simbol hawa nafsu manusia.
Hanya sedikit manusia yang berhasil mengekang hawa nafsunya, mengendalikannya sampai di titik tersebut. Hanya mereka yang menang inilah yang berhasil mengendalikan kekuatan wujud itu.
Berbeda dengan diri kita yang mendapatkan wujud ini karena dikuasai penuh oleh hawa nafsu. Ia makhluk merdeka yang tidak dikendalikan oleh siapapun atau apapun.
"Bisa dipercepat dikit gak Ko. Aku mulai ngantuk nih".
"Panggil aku Boss!. Baru prolognya saja kamu sudah bosan!?. Ini bahkan belum ada 5 menit".
"langsung ke intinya saja. Waktu adalah uang. Aku ini seorang bisnisman".
"Dagang narkoba aja pake nyebut diri Bisnisman".
"Pasar lagi kacau nih. Gembong-gembongku dari luar kota banyak yang ditangkapi BNN".
"Lha terus orang-orang kamu yang "didalam" pada ngapain!?"
"Itulah yang aneh. Banyak diantara mereka yang menghilang tanpa jejak. Hilang, lenyap!. Anehnya lagi itu banyak terjadi hanya di satu wilayah.
Begitu juga dengan para anak buah spesialku yang berperan sebagai pemasok disana. Sekalipun hanya satu wilayah, ini sudah memutus mata rantai komandoku".
"Kudengar ada berita gembira kemarin. Salah satu anak buahmu ada yang berhasil mencapai evolusi level 3.
"Ya, si Pendi. Tidak percuma aku menempatkan dia sebagai tangan kananku".
"Bagus kita membutuhkannya. Kirim dia ke wilayah konflik. Barusan aku kirim filenya. Nanti kamu bisa emailmu untuk hal yang lebih detail.
"Kenapa harus anak buahku!?"
"Kamu mau bisnismu terus-terusan merugi?. Banyak teman-teman kita disana yang menghilang tanpa jejak. Jangan lupa kalau tujuan kita adalah memerahkan negara ini.
Dominasi! daerah hijau tersebut adalah hutan rimba yang harus berhasil minimal kita kuningkan.
Dan kita membutuhkan kekuatan yang lebih untuk menyelidiki kasus ini. Desas desus mengatakan ini adalah perbuatan makhluk mitologi yang kuceritakan di awal".
"Kamu masih percaya mitos?"
"Kamu masih belum percaya? sekalipun diri kamu sendiri mengalaminya!?"
Suasana hening.
"Organisasi sudah memutuskan untuk mengangkatnya sebagai satuan penyelidik Elite untuk ditugaskan disana".
"Ya sudah. Kapan dia berangkat ditugaskan?
"Besok pagi. Suruh dia berkemas. Aku sudah menyiapkan identitas baru untuknya disana. Lebih rinci bisa kamu buka di Email.
"Oke, aku kabari dia habis ini. Bye bye Ko".
Aplikasi Skype dalam monitor laptopku menjadi gelap.
"Dasar Kecoak!, selalu tidak pernah memanggil aku Boss!. Padahal aku ini kan bossnya!".
Hero Without (True)Friends
![](https://lh5.googleusercontent.com/-QEteLchZv9Q/T7xgWCWhdvI/AAAAAAAAAaY/MCbOMqwYPqc/s40/logo.png)
Diposting oleh
tutorial
20.19
Di siang yang terik ini aku memainkan gigi kendaraanku agar bisa
melaju lebih kencang. Melesat membawa serta sebuah monitor komputer lcd
yang tertelungkup menempel erat, terikat dengan jok belakang sepeda
motorku.
Mendaki gunung, menuruni lembah lalu mendaki lagi... . Jalanan yang berkelok-kelok dan hembusan semilir angin sepoi-sepoi yang sejuk menyegarkan mengiringi perjalanku sampai akhirnya aku tiba di sebuah dusun. Disini jarak antara rumah yang satu dengan rumah tetangga lumayan renggang, tipikal pemukiman desa pada umumnya. Sungguh berbeda dengan lingkungan kota tempat aku dibesarkan; antara rumah satu dan rumah lainnya langsung berdempetan hanya dibatasi oleh tembok bersama.
Aku melambatkan laju motorku, menggunakan pandanganku untuk menyisir dan menemukan sebuah rumah yang ada tempelan papan putih bertuliskan Ketua RT berwarna hitam di bagian depannya. Ini dia, aku masuk ke sebuah halaman dengan hamparan rumput mini lalu berhenti dan memarkirkan kuda besiku di depan sebuah rumah dengan lingkungan yang asri. Rumah sederhana yang dikelilingi pepohonan rindang dan tanaman pagar hidup.
Setelah mengetuk pintu dan memberikan salam. Tak lama kemudian sosok wanita muda berparas cantik keluar sambil menjawab salam. Ia adalah istri sang pemilik rumah. "Tunggu dulu ya, Boby masih salin" ucapnya sambil mempersilahkan aku masuk. Tak lama kemudian ia membawa keluar cemilan beserta sepasang wedang teh. Seorang lelaki muda berjalan dibelakangnya mengenakan kaus oblong putih dengan celana panjang hitam. Lelaki ini adalah temanku, salah satu dari sedikit teman yang aku punya. Ia bernama Boby.
Sungguh ia adalah seorang yang beruntung. Di usia semuda itu sudah mempunyai seorang istri yang cantik, yang mengaruniakannnya dua orang anak lucu; yang sulung lelaki dan yang bungsu perempuan. Kebahagiannya telah lengkap.
Nampaknya ia juga baru saja tiba. Kami berdua mempunyai profesi yang sama, yaitu teknisi panggilan. Namun aku akui secara kemampuan teknik, dirinya lebih unggul dariku karena pada dasarnya ia memang mempunyai basic teknisi, berbeda dengan diriku seorang otodidak yang menjadi teknisi karena tuntutan keadaan. Hehehe. Kalau diibaratkan grade aku adalah A, maka grade Boby adalah S.
Akhir-akhir ini intensitas bertemu para Angkara sering terjadi. Hingga hal itu sedikit mengganggu kegiatan ekonomiku. Itulah salah satu alasan pertemuanku ini dengan Boby, untuk meminta bantuannya mengerjakan monitor. Sebagai seorang (self)entrepreneur wajar bahkan suatu keharusan untuk memiliki rekan, karena bila datangnya suatu pekerjaan beruntun dan membutuhkan waktu pengerjaan yang cepat pula, kita tidak mungkin bisa menanganinya sendirian.
Aku menjelaskan gejala kerusakan yang terjadi. Sambil menikmati minuman dan cemilan yang disajikan oleh istrinya, kami juga sedikit mengobrol. Seperti layaknya teman kami mengobrol dan bercanda mengenai hal-hal kecil yang berkaitan dengan pekerjaan misalnya. Meskipun begitu ada suatu tembok tak terlihat diantara kami. Tembok yang membuat kami hanya bisa berinteraksi dalam zona nyaman.
Terus terang ia telah beberapa kali membuatku kecewa. Karena suatu hal pribadi, yang tidak bisa dibicarakan begitu saja kepada khalayak umum. Salah satunya adalah hal fatal dalam kehidupanku.
Sebut saja ia telah menyembunyikan hal yang seharusnya aku ketahui. Tidak melakukan apapun. Tidak melakukan tindakan yang seharusnya bisa ia lakukan. Sekalipun demi kebaikanku, menganggap itu adalah ranah pribadi yang tidak seharusnya ia campuri. Setidaknya itulah yang sampai saat ini aku ketahui.
Akhir-akhir ini, akupun mulai memikirkan kembali arti kata "itu".. yang sebenarnya.
Apakah ini adalah pengaruh lingkungan yang telah diajarkan oleh kita semenjak kita kecil?. Mengeneralisasi semua tingkat hubungan adalah teman?. Misalnya kumpulan orang yang sekelas dalam lingkup sekolah adalah teman sekelas. Lebih jauh yaitu kumpulan orang yang satu sekolah dengan kita dalam hubungannya dengan kita disebut teman sekolah. Meskipun kita hanya sekedar tahu, pernah melihat wajahnya,tidak tahu namanya, namun mereka dan kita tetap menyebutnya teman sekolah.
Ada hal yang perlu dibicarakan, dan ada hal yang tidak perlu disampaikan. Aku tidak bisa menyalahkan dirinya. Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga dikenal sebagai makhluk pribadi. Dan itu adalah pilihannya. Hal itu juga yang membuatku tidak bisa mempercayainya secara penuh.
Yah.. jalani saja interaksi dengannya dengan sikap yang biasa saja. Toh tidak ada yang special diantara kami. Hanya rekan kerja biasa.
Setelah sekian tahun aku mengenalnya.. ya mengenalnya. Karena aku telah menjalin hubungan perniagaan dengannya. Maka dari itu aku bisa mengatakan bahwa aku sedikit mengenalnya. Itulah yang membuatku menyadari bahwa ia tidak terlalu baik.
Ciri seorang teman adalah seseorang yang bisa kita percayai, menjadi tempat berbagi kelelahan, berbagi kesedihan dan ia tak akan pernah menjual rahasia kita. Seseorang dimana kita bisa menjadi diri sendiri, dan menjadi tenang saat bersamanya.
Aku.. mungkin hanya tidak bisa melihat hal itu dari dirinya.
Mendaki gunung, menuruni lembah lalu mendaki lagi... . Jalanan yang berkelok-kelok dan hembusan semilir angin sepoi-sepoi yang sejuk menyegarkan mengiringi perjalanku sampai akhirnya aku tiba di sebuah dusun. Disini jarak antara rumah yang satu dengan rumah tetangga lumayan renggang, tipikal pemukiman desa pada umumnya. Sungguh berbeda dengan lingkungan kota tempat aku dibesarkan; antara rumah satu dan rumah lainnya langsung berdempetan hanya dibatasi oleh tembok bersama.
Aku melambatkan laju motorku, menggunakan pandanganku untuk menyisir dan menemukan sebuah rumah yang ada tempelan papan putih bertuliskan Ketua RT berwarna hitam di bagian depannya. Ini dia, aku masuk ke sebuah halaman dengan hamparan rumput mini lalu berhenti dan memarkirkan kuda besiku di depan sebuah rumah dengan lingkungan yang asri. Rumah sederhana yang dikelilingi pepohonan rindang dan tanaman pagar hidup.
Setelah mengetuk pintu dan memberikan salam. Tak lama kemudian sosok wanita muda berparas cantik keluar sambil menjawab salam. Ia adalah istri sang pemilik rumah. "Tunggu dulu ya, Boby masih salin" ucapnya sambil mempersilahkan aku masuk. Tak lama kemudian ia membawa keluar cemilan beserta sepasang wedang teh. Seorang lelaki muda berjalan dibelakangnya mengenakan kaus oblong putih dengan celana panjang hitam. Lelaki ini adalah temanku, salah satu dari sedikit teman yang aku punya. Ia bernama Boby.
Sungguh ia adalah seorang yang beruntung. Di usia semuda itu sudah mempunyai seorang istri yang cantik, yang mengaruniakannnya dua orang anak lucu; yang sulung lelaki dan yang bungsu perempuan. Kebahagiannya telah lengkap.
Nampaknya ia juga baru saja tiba. Kami berdua mempunyai profesi yang sama, yaitu teknisi panggilan. Namun aku akui secara kemampuan teknik, dirinya lebih unggul dariku karena pada dasarnya ia memang mempunyai basic teknisi, berbeda dengan diriku seorang otodidak yang menjadi teknisi karena tuntutan keadaan. Hehehe. Kalau diibaratkan grade aku adalah A, maka grade Boby adalah S.
Akhir-akhir ini intensitas bertemu para Angkara sering terjadi. Hingga hal itu sedikit mengganggu kegiatan ekonomiku. Itulah salah satu alasan pertemuanku ini dengan Boby, untuk meminta bantuannya mengerjakan monitor. Sebagai seorang (self)entrepreneur wajar bahkan suatu keharusan untuk memiliki rekan, karena bila datangnya suatu pekerjaan beruntun dan membutuhkan waktu pengerjaan yang cepat pula, kita tidak mungkin bisa menanganinya sendirian.
Aku menjelaskan gejala kerusakan yang terjadi. Sambil menikmati minuman dan cemilan yang disajikan oleh istrinya, kami juga sedikit mengobrol. Seperti layaknya teman kami mengobrol dan bercanda mengenai hal-hal kecil yang berkaitan dengan pekerjaan misalnya. Meskipun begitu ada suatu tembok tak terlihat diantara kami. Tembok yang membuat kami hanya bisa berinteraksi dalam zona nyaman.
Terus terang ia telah beberapa kali membuatku kecewa. Karena suatu hal pribadi, yang tidak bisa dibicarakan begitu saja kepada khalayak umum. Salah satunya adalah hal fatal dalam kehidupanku.
Sebut saja ia telah menyembunyikan hal yang seharusnya aku ketahui. Tidak melakukan apapun. Tidak melakukan tindakan yang seharusnya bisa ia lakukan. Sekalipun demi kebaikanku, menganggap itu adalah ranah pribadi yang tidak seharusnya ia campuri. Setidaknya itulah yang sampai saat ini aku ketahui.
Akhir-akhir ini, akupun mulai memikirkan kembali arti kata "itu".. yang sebenarnya.
Apakah ini adalah pengaruh lingkungan yang telah diajarkan oleh kita semenjak kita kecil?. Mengeneralisasi semua tingkat hubungan adalah teman?. Misalnya kumpulan orang yang sekelas dalam lingkup sekolah adalah teman sekelas. Lebih jauh yaitu kumpulan orang yang satu sekolah dengan kita dalam hubungannya dengan kita disebut teman sekolah. Meskipun kita hanya sekedar tahu, pernah melihat wajahnya,tidak tahu namanya, namun mereka dan kita tetap menyebutnya teman sekolah.
Ada hal yang perlu dibicarakan, dan ada hal yang tidak perlu disampaikan. Aku tidak bisa menyalahkan dirinya. Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga dikenal sebagai makhluk pribadi. Dan itu adalah pilihannya. Hal itu juga yang membuatku tidak bisa mempercayainya secara penuh.
Yah.. jalani saja interaksi dengannya dengan sikap yang biasa saja. Toh tidak ada yang special diantara kami. Hanya rekan kerja biasa.
Setelah sekian tahun aku mengenalnya.. ya mengenalnya. Karena aku telah menjalin hubungan perniagaan dengannya. Maka dari itu aku bisa mengatakan bahwa aku sedikit mengenalnya. Itulah yang membuatku menyadari bahwa ia tidak terlalu baik.
Ciri seorang teman adalah seseorang yang bisa kita percayai, menjadi tempat berbagi kelelahan, berbagi kesedihan dan ia tak akan pernah menjual rahasia kita. Seseorang dimana kita bisa menjadi diri sendiri, dan menjadi tenang saat bersamanya.
Aku.. mungkin hanya tidak bisa melihat hal itu dari dirinya.
Residivis tingkat dewa
![](https://lh5.googleusercontent.com/-QEteLchZv9Q/T7xgWCWhdvI/AAAAAAAAAaY/MCbOMqwYPqc/s40/logo.png)
Diposting oleh
tutorial
20.12
"Kurang ajar!" aku membanting majalah yang barusan kubaca kelantai. Ternyata benar yang dikatakan Kardi salah satu pegawaiku. Berani sekali majalah ini menyebutku seorang pembunuh dalam artikelnya.
Aku memang mantan narapidana kasus pembunuhan. Tapi aku sudah menebusnya selama 6 tahun. Dan sekarang aku telah dinyatakan bebas. Bukan lagi seorang pesakitan!.
Sekitar sepuluh tahun yang lalu aku memang pernah melenyapkan seorang Hakim yang berani memenjarakan diriku. Memangnya siapa dirinya berani melawanku!? Dia hanya seorang anak miskin yang kebetulan saja berhasil menjadi hakim. Berbeda denganku yang ditakdirkan lahir sebagai anak seorang petinggi negara. Tuntutan 18 bulan penjara dan denda sekian puluh milyard rupiah dikabulkan olehnya dalam kasus Korupsi yang melibatkan diriku dengan oknum lembaga usaha negara.
Tapi aku tidak mengotori tanganku sendiri. Saat itu aku hanya perlu membayar dua orang pengangguran yang dikenal sebagai preman di wilayah mereka segepok uang yang tidak terlalu banyak bagi diriku, namun aku yakin itu nominal yang sangat banyak bagi mereka. Bahkan bermimpipun mereka tidak akan pernah bisa mendapatkannya. Dengan sepucuk pistol yang aku pinjamkan, pasti mereka merasa itu adalah pekerjaaan yang sangat mudah. Pembunuhan memang berhasil.
Namun sialnya polisi berhasil mencium keberadaanku. Dua cecunguk kurang ajar itu ternyata buka mulut mengenai diriku. Polisi berhasil menangkapku dan pengadilan memutuskan 15 tahun penjara untukku. Malang bagiku karena saat itu kekuasaan keluargaku mulai melemah.
Pasti karena ketakutan olehku hakim yang bertugas dalam kasusku mengurangi masa hukumanku dari 15 tahun penjara menjadi 10 tahun penjara. Sungguh orang yang pintar, membuang idealisme demi sebuah realitas. Pilihannya untuk hidup tenang adalah sebuah pilihan yang bijak. Ia bisa nyaman menjalani kehidupannya dan keluarganya tidak perlu menangisi mayatnya. Setidaknya ia bisa tenang karena telah aku hapus dalam blacklistku.
Rata-rata setiap tahunnya aku mendapatkan remisi hingga 5 bulan.. jadi tidak terlalu buruk juga. Ruangan berfasilitas penuh yang bisa disetarakan dengan hotel bintang 5, aku juga masih bisa melenggang keluar masuk penjara dengan alasan menjalani perawatan dengan sakit yang berbeda-beda.
Dan sekarang ada yang berani menyentil masa laluku ke permukaan! Saat masyarakat mulai melupakannya. Padahal sebentar lagi mereka pasti sudah melupakannya, karena masyarakat kita adalah masyarakat yang pemaaf.
Aku mengangkat telpon genggamku, mencari di list sebuah nama seorang pengacara terkenal yang sudah melayani keluargaku selama puluhan tahun.
"Halo mas Jarwo apa kabar? tumben nelpon saya. Ada apa nih?" ujar suara di seberang.
Akupun menceritakan panjang lebar kegeramanku kepada sebuah media.
"Saya yakin Om bisa memenangkannya dengan mudah . Karena jelas tidak ada relevansinya penyebutan nama saya sebagai pembunuh dengan isi beritanya yang sedang membahas tentang bisnis perusahaan yang saya kelola. Undang-undang pers pun pasti tidak bisa membelanya". Ucapku penuh keyakinan.
"Hahaha mangsa yang mudah. Ini malahan terlalu mudah bagi pengacara senior seperti saya. Jangankan hal seperti ini. Salahpun bisa Om bikin menang Hahaha. Mas tinggal duduk dan menerima berita gembiranya saja. Pasti saya kabari secepatnya".
"Jangan lupa ya Om, untuk memiskinkan perusahaan media kurang ajar itu. Ya.. karena kelihatannya bukan perusahaan bonafit setidaknya saya mau menuntun kerugian immateril 10-20 Milyar dari mereka. Pokoknya harus lebih dari maksimal yang bisa mereka bayar".
Tawa bergema dalam ruangan.
Aku menutup telpon genggamku dengan perasaan puas. Tak berapa lama terdengar dering darinya. Aku angkat dan..
"Halo gimana perkembangannya Is?"
"Gawat Bos!. Dia mengancam bakalan membeberkan kongkalikong dengannya ke polisi bila tuntutan dia tidak kita penuhi. Sepertinya sih dia sungguh-sungguh".
Aku tersenyum. Aku sudah pernah melakukannya dan.. aku tidak keberatan untuk mengulang perbuatan itu kembali.
Kali ini... akan kubuat seperti sebuah kecelakaan.
Aku memang mantan narapidana kasus pembunuhan. Tapi aku sudah menebusnya selama 6 tahun. Dan sekarang aku telah dinyatakan bebas. Bukan lagi seorang pesakitan!.
Sekitar sepuluh tahun yang lalu aku memang pernah melenyapkan seorang Hakim yang berani memenjarakan diriku. Memangnya siapa dirinya berani melawanku!? Dia hanya seorang anak miskin yang kebetulan saja berhasil menjadi hakim. Berbeda denganku yang ditakdirkan lahir sebagai anak seorang petinggi negara. Tuntutan 18 bulan penjara dan denda sekian puluh milyard rupiah dikabulkan olehnya dalam kasus Korupsi yang melibatkan diriku dengan oknum lembaga usaha negara.
Tapi aku tidak mengotori tanganku sendiri. Saat itu aku hanya perlu membayar dua orang pengangguran yang dikenal sebagai preman di wilayah mereka segepok uang yang tidak terlalu banyak bagi diriku, namun aku yakin itu nominal yang sangat banyak bagi mereka. Bahkan bermimpipun mereka tidak akan pernah bisa mendapatkannya. Dengan sepucuk pistol yang aku pinjamkan, pasti mereka merasa itu adalah pekerjaaan yang sangat mudah. Pembunuhan memang berhasil.
Namun sialnya polisi berhasil mencium keberadaanku. Dua cecunguk kurang ajar itu ternyata buka mulut mengenai diriku. Polisi berhasil menangkapku dan pengadilan memutuskan 15 tahun penjara untukku. Malang bagiku karena saat itu kekuasaan keluargaku mulai melemah.
Pasti karena ketakutan olehku hakim yang bertugas dalam kasusku mengurangi masa hukumanku dari 15 tahun penjara menjadi 10 tahun penjara. Sungguh orang yang pintar, membuang idealisme demi sebuah realitas. Pilihannya untuk hidup tenang adalah sebuah pilihan yang bijak. Ia bisa nyaman menjalani kehidupannya dan keluarganya tidak perlu menangisi mayatnya. Setidaknya ia bisa tenang karena telah aku hapus dalam blacklistku.
Rata-rata setiap tahunnya aku mendapatkan remisi hingga 5 bulan.. jadi tidak terlalu buruk juga. Ruangan berfasilitas penuh yang bisa disetarakan dengan hotel bintang 5, aku juga masih bisa melenggang keluar masuk penjara dengan alasan menjalani perawatan dengan sakit yang berbeda-beda.
Dan sekarang ada yang berani menyentil masa laluku ke permukaan! Saat masyarakat mulai melupakannya. Padahal sebentar lagi mereka pasti sudah melupakannya, karena masyarakat kita adalah masyarakat yang pemaaf.
Aku mengangkat telpon genggamku, mencari di list sebuah nama seorang pengacara terkenal yang sudah melayani keluargaku selama puluhan tahun.
"Halo mas Jarwo apa kabar? tumben nelpon saya. Ada apa nih?" ujar suara di seberang.
Akupun menceritakan panjang lebar kegeramanku kepada sebuah media.
"Saya yakin Om bisa memenangkannya dengan mudah . Karena jelas tidak ada relevansinya penyebutan nama saya sebagai pembunuh dengan isi beritanya yang sedang membahas tentang bisnis perusahaan yang saya kelola. Undang-undang pers pun pasti tidak bisa membelanya". Ucapku penuh keyakinan.
"Hahaha mangsa yang mudah. Ini malahan terlalu mudah bagi pengacara senior seperti saya. Jangankan hal seperti ini. Salahpun bisa Om bikin menang Hahaha. Mas tinggal duduk dan menerima berita gembiranya saja. Pasti saya kabari secepatnya".
"Jangan lupa ya Om, untuk memiskinkan perusahaan media kurang ajar itu. Ya.. karena kelihatannya bukan perusahaan bonafit setidaknya saya mau menuntun kerugian immateril 10-20 Milyar dari mereka. Pokoknya harus lebih dari maksimal yang bisa mereka bayar".
Tawa bergema dalam ruangan.
Aku menutup telpon genggamku dengan perasaan puas. Tak berapa lama terdengar dering darinya. Aku angkat dan..
"Halo gimana perkembangannya Is?"
"Gawat Bos!. Dia mengancam bakalan membeberkan kongkalikong dengannya ke polisi bila tuntutan dia tidak kita penuhi. Sepertinya sih dia sungguh-sungguh".
Aku tersenyum. Aku sudah pernah melakukannya dan.. aku tidak keberatan untuk mengulang perbuatan itu kembali.
Kali ini... akan kubuat seperti sebuah kecelakaan.
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
![](https://lh5.googleusercontent.com/-QEteLchZv9Q/T7xgWCWhdvI/AAAAAAAAAaY/MCbOMqwYPqc/s40/logo.png)
Diposting oleh
tutorial
03.05
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan berbangsa-bangsa,dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orng yg paling mulia di antaramu disisi Allah ialah orng yg paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal."(Q.S al hujuraat: 13).
Itulah yang diperjuangkan oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah (kita mengenalnya sebagai Buya Hamka) saat itu. Saat dimana tradisi, adat istiadat justru menjadi pembatas. Di dalam tulisan-tulisannya itulah kritikannya atas tradisi tersampaikan.
Menariknya sekalipun karya-karyanya dilabeli sebagai sastra Islam namun didalamnya bahasan mengenai Islam masih bisa dihitung dengan jari, jangankan mengutip A-Quran dan Hadist. Novel karya beliau layaknya novel-novel pada umumnya. Berbeda dengan sastra Islam yang umumnya kita baca dipasaran yang menuliskan dengan gamblang dan sangat detail mengenai simbol-simbol dan hukum-hukum Islam. Mungkin tujuan beliau agar setiap orang bisa dengan mudah menerimanya, memperluas pasar pembaca agar bukan hanya dari golongan tertentu saja. Beliau sangat piawai menyisipkan nilai-nilai keislaman secara implisit.
Waktu telah membuktikan kisah-kisah yang ditorehkannya tidak tertelan oleh zaman. Tahun 2013 kemarin Soraya Intercine Films menganggkatnya menjadi sebuah film. Dan.. meskipun saya sudah mengenal karya satra ini sejak lama, saya belum sempat menonton filmnya. Barusan kemarin saya tonton hehehe.
Inilah kira-kira ringkasan cerita filmnya;
Berlatar tahun 1930-an, dari tanah kelahirannya Makassar, Zainuddin (Herjunot Ali) berkunjung menuju kampung halaman ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Di sana, ia bertemu dengan Hayati (Pevita Pearce), seorang gadis cantik jelita yang menjadi bunga desa. Kedua muda-mudi itu jatuh cinta. Namun, adat dan istiadat yang kuat meruntuhkan cinta mereka berdua. Zainuddin hanya seorang melarat yang tak bersuku; karena ibunya berdarah Bugis dan ayah berdarah Minang, statusnya dalam masyarakat Minang yang bernasabkan garis keturunan ibu tidak diakui. Oleh sebab itu, ia dianggap tidak memiliki pertalian darah lagi dengan keluarganya di Minangkabau. Sedangkan Hayati adalah perempuan Minang santun keturunan bangsawan. Zainuddin diusir dari Batipuh oleh tetua adat(mamak Hayati). Disaat hatinya hancur datanglah Hayati melepas kepergian Zainuddin dan mengucapkan janji setia kepada Zainuddin, janji yang mampu menguatkan hatinya.
Pada akhirnya, lamaran Zainuddin ditolak keluarga Hayati. Hayati dipaksa menikah dengan Aziz (Reza Rahadian), laki-laki kaya terpandang dan mempunyai darah Minangkabau tulen yang lebih disukai keluarga Hayati daripada Zainuddin. Nampaknya Hayati mulai terpengaruh oleh pendapat orang-orang disekitarnya dan bersedia menerima Aziz sebagai pendamping hidupnya. Janji tinggallah janji.
Kecewa, Zainuddin jatuh sakit. Akibat nasehat dari Bang Muluk (Randy Danistha) Ia pun memutuskan untuk berjuang, pergi dari ranah Minang dan merantau ke tanah Jawa;Batavia demi bangkit melawan keterpurukan cintanya. Zainudin bekerja keras membuka lembaran baru hidupnya. Sampai akhirnya ia menjadi penulis terkenal dengan karya-karya masyhur dan diterima masyarakat seluruh Nusantara.
Takdir mempertemukan mereka kembali. Di tengah gelimang harta dan kemasyhurannya, dalam sebuah pertunjukan opera, Zainuddin bertemu Hayati, kali ini bersama Aziz, suaminya. Aziz dan Hayati menumpang di rumah Zainuddin setelah semua harta bendanya ludes akibat kegemarannya berjudi. Karena malu Aziz memutuskan untuk menceraikan Hayati dan bunuh diri. Sepeninggal Aziz. Hayati dikirim pulang ke kampung halamannya oleh Zainuddin dengan menaiki kapal Van der Wijck. Di tengah-tengah perjalanan, kapal tersebut tenggelam. Sebelum kapal tenggelam, dari Surat Hayati yang disampaikan oleh bang Muluk. Zainuddin mengetahui bahwa Hayati juga masih mencintainya.
Seperti halnya novelnya. Film ini juga merupakan masterpiece. Setiap dialognya benar-benar indah dan enak didengar. Meresap di hati dan ingatan. Membuat kita terus tergiang-ngiang.
Begitu juga dengan alunan musik pengiring adegan yang dibawakan oleh Nidji sangatlah pas.
Saya menontonnya dua kali setelah tahu ternyata film ini ada versi Extended-nya. Versi Bioskopnya lama durasinya 2 jam 34 menit 33 detik. Sedangkan versi Extended (DVD)nya 3 jam 14 menit 32 detik. Bedanya pada versi Extended terdapat tambahan adegan untuk lebih memperjelas cerita, adegan-adengan yang dipotong pada versi sebelumnya dimasukkan kembali.
Jadi saran saya langsung tonton yang versi Extended-nya saja.
Cast di film ini benar-benar cocok/sesuai. Apalagi Reza Rahadian secara fisik jauh lebih cocok berperan sebagai Aziz pria gagah yang angkuh daripada berperan sebagai Habibie. Yang setuju angkat tangan
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbTblPPCJxv09mDDeDTsXpdlotX_oQ5kZO79UYB0NmY_1U4rDySVGrZppvE3FllxFqsQQYUeSitTdDY0zJ1V7GdWerluVkPpQ-tmMPbl_arCCrvmEnN2Ac8rcpBI3HISggxKgAfFHJe70/s1600/crazy-monkey-emoticon-127.gif)
Itulah yang diperjuangkan oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah (kita mengenalnya sebagai Buya Hamka) saat itu. Saat dimana tradisi, adat istiadat justru menjadi pembatas. Di dalam tulisan-tulisannya itulah kritikannya atas tradisi tersampaikan.
Menariknya sekalipun karya-karyanya dilabeli sebagai sastra Islam namun didalamnya bahasan mengenai Islam masih bisa dihitung dengan jari, jangankan mengutip A-Quran dan Hadist. Novel karya beliau layaknya novel-novel pada umumnya. Berbeda dengan sastra Islam yang umumnya kita baca dipasaran yang menuliskan dengan gamblang dan sangat detail mengenai simbol-simbol dan hukum-hukum Islam. Mungkin tujuan beliau agar setiap orang bisa dengan mudah menerimanya, memperluas pasar pembaca agar bukan hanya dari golongan tertentu saja. Beliau sangat piawai menyisipkan nilai-nilai keislaman secara implisit.
Waktu telah membuktikan kisah-kisah yang ditorehkannya tidak tertelan oleh zaman. Tahun 2013 kemarin Soraya Intercine Films menganggkatnya menjadi sebuah film. Dan.. meskipun saya sudah mengenal karya satra ini sejak lama, saya belum sempat menonton filmnya. Barusan kemarin saya tonton hehehe.
Inilah kira-kira ringkasan cerita filmnya;
Berlatar tahun 1930-an, dari tanah kelahirannya Makassar, Zainuddin (Herjunot Ali) berkunjung menuju kampung halaman ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Di sana, ia bertemu dengan Hayati (Pevita Pearce), seorang gadis cantik jelita yang menjadi bunga desa. Kedua muda-mudi itu jatuh cinta. Namun, adat dan istiadat yang kuat meruntuhkan cinta mereka berdua. Zainuddin hanya seorang melarat yang tak bersuku; karena ibunya berdarah Bugis dan ayah berdarah Minang, statusnya dalam masyarakat Minang yang bernasabkan garis keturunan ibu tidak diakui. Oleh sebab itu, ia dianggap tidak memiliki pertalian darah lagi dengan keluarganya di Minangkabau. Sedangkan Hayati adalah perempuan Minang santun keturunan bangsawan. Zainuddin diusir dari Batipuh oleh tetua adat(mamak Hayati). Disaat hatinya hancur datanglah Hayati melepas kepergian Zainuddin dan mengucapkan janji setia kepada Zainuddin, janji yang mampu menguatkan hatinya.
Pada akhirnya, lamaran Zainuddin ditolak keluarga Hayati. Hayati dipaksa menikah dengan Aziz (Reza Rahadian), laki-laki kaya terpandang dan mempunyai darah Minangkabau tulen yang lebih disukai keluarga Hayati daripada Zainuddin. Nampaknya Hayati mulai terpengaruh oleh pendapat orang-orang disekitarnya dan bersedia menerima Aziz sebagai pendamping hidupnya. Janji tinggallah janji.
Kecewa, Zainuddin jatuh sakit. Akibat nasehat dari Bang Muluk (Randy Danistha) Ia pun memutuskan untuk berjuang, pergi dari ranah Minang dan merantau ke tanah Jawa;Batavia demi bangkit melawan keterpurukan cintanya. Zainudin bekerja keras membuka lembaran baru hidupnya. Sampai akhirnya ia menjadi penulis terkenal dengan karya-karya masyhur dan diterima masyarakat seluruh Nusantara.
Takdir mempertemukan mereka kembali. Di tengah gelimang harta dan kemasyhurannya, dalam sebuah pertunjukan opera, Zainuddin bertemu Hayati, kali ini bersama Aziz, suaminya. Aziz dan Hayati menumpang di rumah Zainuddin setelah semua harta bendanya ludes akibat kegemarannya berjudi. Karena malu Aziz memutuskan untuk menceraikan Hayati dan bunuh diri. Sepeninggal Aziz. Hayati dikirim pulang ke kampung halamannya oleh Zainuddin dengan menaiki kapal Van der Wijck. Di tengah-tengah perjalanan, kapal tersebut tenggelam. Sebelum kapal tenggelam, dari Surat Hayati yang disampaikan oleh bang Muluk. Zainuddin mengetahui bahwa Hayati juga masih mencintainya.
Seperti halnya novelnya. Film ini juga merupakan masterpiece. Setiap dialognya benar-benar indah dan enak didengar. Meresap di hati dan ingatan. Membuat kita terus tergiang-ngiang.
Begitu juga dengan alunan musik pengiring adegan yang dibawakan oleh Nidji sangatlah pas.
Saya menontonnya dua kali setelah tahu ternyata film ini ada versi Extended-nya. Versi Bioskopnya lama durasinya 2 jam 34 menit 33 detik. Sedangkan versi Extended (DVD)nya 3 jam 14 menit 32 detik. Bedanya pada versi Extended terdapat tambahan adegan untuk lebih memperjelas cerita, adegan-adengan yang dipotong pada versi sebelumnya dimasukkan kembali.
Jadi saran saya langsung tonton yang versi Extended-nya saja.
Cast di film ini benar-benar cocok/sesuai. Apalagi Reza Rahadian secara fisik jauh lebih cocok berperan sebagai Aziz pria gagah yang angkuh daripada berperan sebagai Habibie. Yang setuju angkat tangan
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbTblPPCJxv09mDDeDTsXpdlotX_oQ5kZO79UYB0NmY_1U4rDySVGrZppvE3FllxFqsQQYUeSitTdDY0zJ1V7GdWerluVkPpQ-tmMPbl_arCCrvmEnN2Ac8rcpBI3HISggxKgAfFHJe70/s1600/crazy-monkey-emoticon-127.gif)
Orange (Drama Romantis Jepang)
![](https://lh5.googleusercontent.com/-QEteLchZv9Q/T7xgWCWhdvI/AAAAAAAAAaY/MCbOMqwYPqc/s40/logo.png)
Diposting oleh
tutorial
21.40
Yang saya review kali ini adalah Orange versi Live actionnya(2015). Adaptasi dari manga karya Ichigo Takano. Berawal dari manga yang kemudian langsung di buat Live actionnya, mungkin sesuatu yang tidak umum. Umumnya itu Manga-Anime-baru Live Action.
Bagi yang mau menonton versi agak panjangnya(penceritaannya) bisa menonton versi animenya(2016) yang dirilis setahun kemudian setelah versi Live Actionnya. Animenya saat ini sudah complete lho.
Pernahkan kita mempunyai banyak penyesalan dalam hidup ini? Lalu ingin diri kita dari masa lalu untuk memperbaikinya. Inilah yang menjadi ide cerita "Orange".
Berawal dari sebuah surat misterius yang tiba-tiba diterima oleh Naho Takamiya, seseorang murid SMU berumur 16 tahun. Dan yang mengejutkan adalah bahwa surat itu datang dari seseorang yang menyebutkan dirinya sebagai Naho Takamiya dari 10 tahun yang akan datang(dirinya sendiri). Surat tersebut mengatakan bahwa Naho akan mengalami penyesalan yang begitu besar bersangkutan dengan teman sekolahnya yang bernama Kakeru Naruse. Naho dari masa depan memohon bantuannya untuk menebus penyesalannya dan menyelamatkan orang yang paling penting dalam hidupnya tersebut. Pada hari yang sama, seorang murid pindahan bernama Kakeru Naruse datang dan masuk dalam kehidupannya.
Persahabatan kental yang erat bersama keempat teman-temannya yang lain; Hiroto Suwa, Takako Chino, Azusa Murasaka, dan Saku Hagita. Naho dan Kakeru mengalami masa-masa indah. Beruntung sekali mereka dianugerahi Tuhan teman-teman seperti itu. Naho pun akhirnya menyadari betapa ia mencintai Kakeru. Namun, dalam surat tertulis, Kakeru membawa luka menyakitkan dalam dirinya karena sang ibu yang meninggal bunuh diri dan tragisnya Kakeru juga meninggal setahun setelahnya berhubungan dengan hal tersebut.
Awalnya, Naho mencoba mengabaikan surat tersebut, namun semua yang tertulis dalam surat tersebut benar-benar terjadi. Naho yang masih SMU saat ini, demi dirinya sendiri 10 tahun yang akan datang, berusaha mengubah masa depannya.
Kasih sayang; Cinta dan persahabatan, perasaan yang kuat bisa mencegah seseorang dari perbuatan negatif. Itulah yang ingin disampaikan dalam film ini.
Meskipun kita tidak bisa kembali ke masa lampau
Penyesalan adalah kegiatan introspeksi diri disetiap kekhilafan.
Tapi penyesalan itu tidak akan memiliki arti jika kau tidak mengiringinya dengan perubahan.
NB: Saya rasa film ini aman ditonton oleh segala usia. Adegan kissnya hanya sebatas mencium pipi.
Coba yang jadi sutradara diganti dari Indonesia. Pasti adegan ciumannya diganti di bibir, dengan alasan biar dapat feelnya. Sekalipun artis yang bersangkutan beragama Islam, sudah punya kekasih bahkan pendamping hidup tetap melaksanakannya dengan profesional (karena dibayar).
Balas dendam yang benar dalam Islam
![](https://lh5.googleusercontent.com/-QEteLchZv9Q/T7xgWCWhdvI/AAAAAAAAAaY/MCbOMqwYPqc/s40/logo.png)
Diposting oleh
tutorial
15.31
Pertama-tama saya akan menjelaskan apa itu ghibah dan apa itu fitnah.
Ghibah artinya membuka aib yang ada pada diri seseorang dengan maksud menjelek jelekannya atau agar orang membencinya tanpa alasan yang dbenarkan syariat(menggunjing).
Fitnah adalah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan, memecah belah dan menghancurkan seseorang/suatu kaum/generasi/suatu bangsa.
Beruntunglah kita-kita yang bisa menjaga lisannya. Karena mulutmu adalah harimaumu , itulah yang akan saya bahas kali ini.
Disini saya mengajak para pembaca agar dapat mengetahui ciri-ciri pendengki di sekitar kita. Mereka-mereka yang suka mengamalkan kedengkiannya dengan menyebar ghibah dan fitnah. Dan bagaimana menyikapi bila ada orang seperti ini di lingkungan kita. Bagaimana apalagi ternyata anda adalah subyek si pendengki. Wooh mengerikan...
Oh salah, anda adalah orang yang beruntung bila sampai hal ini terjadi kepada anda. Itu berarti anda memiliki banyak hal yang tidak dimiliki oleh sang pendengki. Dan hal selanjutnya akan saya bahas nanti.
Islam tidak menganjurkan umatnya untuk mempunyai sifat pendendam. Rasa dendam sendiri mempunyai efek negatif terhadap diri kita, baik dari segi fisik maupun rohani. Memaafkan adalah opsi terbaik .
"Tidaklah seseorang memafkan kezaliman (terhadap dirinya) kecuali Allah akan menambah kemuliannya" (HR. Ahmad, Muslim dan At Tirmidzi).
Lalu bagaimana dengan membela diri saat terzalimi?
"Dan bagi orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa yang memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah, sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.
Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri setelah teraniaya tidak ada satupun dosa atas mereka, sesungguhnya dosa itu atas orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat adzab yang pedih. Tetapi orang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang amat utama" (QS. Asy Syuro: 39-43).
Adapun hukuman bagi orang yang mendzalimi/menyakiti diri kita;
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al Akzab:58)
“Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka) . Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim,” (QS. Al A’raaf [7]: 41)
Sebagaimana Allah tegaskan di dalam al-Qur’an: “Fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan ( QS : Albaqarah: 191) “Fitnah itu lebih besar dosanya dari pada membunuh.” ( QS : Albaqarah: 217)
Apabila orang menjadi pendengar ghibah/fitnahnya adalah segolongan dengannya, maka gayungpun bersambut, obrolan akan menjadi seru. Namun bagaimana bila orang yang menjadi sasaran penyebaran ghibah/fitnahnya sama sekali berbeda dengan dirinya; seseorang yang berfikir, seseorang yang mempunyai akhlak , yang mempunyai iman. Pasti tidak akan menelan begitu saja apa yang didengarkannya. Karena telah nampak siapa dirinya yang sebenarnya. Bila kita adalah golongan ini; yang akan dan harus kita lakukan adalah tidak menanggapinya, alihkan saja pembicaraan ke hal lain. Tidak ada faedahnya menanggapi hal-hal tersebut. Kalau dia masih belum mengerti juga, katakan saja bahwa anda ada keperluan yang harus dikerjakan.
Oleh si pendengki bila kita bersikap tidak seperti yang diharapkannya maka ia akan menggerutu; tidak akan menganggap diri kita temannya. Hanya ancaman lemah seperti itulah yang bisa ia kemukakan, sepertinya hanya "pertemanan" itulah yang bisa ia tawarkan. Sedangkan bagi kita tidak ada kerugian apapun terhadap kita tentang hal itu.Masih mending kalo dianggap teman dia kasih kita uang cuma-cuma sekian puluh ribu rupiah tiap hari, atau dimodalin usaha sekian ratus juta rupiah(-_-"), lha ini cuma disuruh jadi lawan ngerumpinya, ndengarin ocehannya tentang ghibah, hal vulgar, guyonan joroknya, fitnahannya secara live terupdate.(-_-")
Namun kita harus tetap waspada terhadap pendengki di sekitar kita, karena bisa jadi orang yang tidak berpengetahuan dan mempunyai iman yang tidak tebal dapat terjerumus dan ikut-ikutan meneruskan ghibah/fitnah yang disampaikannya. Jadi pengikutnya si pendengki gitu deh. Hal itu pasti membuatSetan si pendengki tertawa senang.
Diriwayatkan bahwa Yahya bin Abi Katsir pernah berkata, “Seseorang yang baik perkataannya dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya, dan orang yang jelek perkataannya pun dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya
Secara umum ciri-ciri pendengki yang mengamalkan kedengkiannya dengan menyebarkan ghibah dan fitnah itu sama;
Ciri yang paling ketara adalah "Sudah putus urat malunya". Jangankan menyebarkan ghibah dan fitnnah. Dalam kesehariannya ia juga tidak segan-segan berbicara hal-hal yang tidak seharusnya/sepantasnya dibicarakan di depan umum. Misal berbicara hal-hal vulgar/saru bahkan di pertemuan umum(seperti pertemuan RT misalnya), sekalipun ada anak kecil di sana. Padahal ada beberapa anak kecil yang rasa ingin tahunya tinggi dan pasti mencari tahu apa yang hal yang ia bicarakan. Tidak jarang ia bahkan berbicara sendiri kepanjangan dari suatu kata yang kepanjangannya itu kata-kata vulgar/saru yang ia bikin sendiri. Kalau saya pribadi sampai mendengar hal itu tentunya saya tidak perlu tertawa karena menertawakan hal yang tabu itu suatu kemunduran menurut saya. Berbeda dengannya, saya terbiasa membuat humor cerdas.
Menganggap hal-hal vulgar/saru itu hal yang sangat biasa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya ada seseorang yang mengucapkan kalimat yang ia anggap biasa tetapi karenanya ia terjun ke neraka sejauh tujuh puluh tahun.”
“Orang mukmin bukanlah orang yang suka menghujat, mengutuk, berkata keji dan jorok” (HR Tirmidzi)
Teman-teman pembaca, menghadapi orang seperti ini. Kita mempunyai cara terbaik untuk membalasnya Yaitu
Jangan menjadi seperti dirinya membalas fitnah dengan fitnah.
Tidak usah dipedulikan, ingatlah selalu peribahasa "Anjing menggonggong, khafilah berlalu".
Biarkan si Dungu itu meneruskan kebodohannya (MUHAHAHA)
Note: Artikel ini untuk menambah pengetahuan dan bagi para calon-calon pendengki yang membacanya agar berfikir kembali bila akan melakukan hal-hal tidak berfaedah tersebut.
Baca juga Artikel;
Kesombongan yang tidak perlu (NEW UPDATE)
Kesombongan tentang makanan
Bersyukur
Ghibah artinya membuka aib yang ada pada diri seseorang dengan maksud menjelek jelekannya atau agar orang membencinya tanpa alasan yang dbenarkan syariat(menggunjing).
Fitnah adalah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan, memecah belah dan menghancurkan seseorang/suatu kaum/generasi/suatu bangsa.
Beruntunglah kita-kita yang bisa menjaga lisannya. Karena mulutmu adalah harimaumu , itulah yang akan saya bahas kali ini.
Disini saya mengajak para pembaca agar dapat mengetahui ciri-ciri pendengki di sekitar kita. Mereka-mereka yang suka mengamalkan kedengkiannya dengan menyebar ghibah dan fitnah. Dan bagaimana menyikapi bila ada orang seperti ini di lingkungan kita. Bagaimana apalagi ternyata anda adalah subyek si pendengki. Wooh mengerikan...
Oh salah, anda adalah orang yang beruntung bila sampai hal ini terjadi kepada anda. Itu berarti anda memiliki banyak hal yang tidak dimiliki oleh sang pendengki. Dan hal selanjutnya akan saya bahas nanti.
Islam tidak menganjurkan umatnya untuk mempunyai sifat pendendam. Rasa dendam sendiri mempunyai efek negatif terhadap diri kita, baik dari segi fisik maupun rohani. Memaafkan adalah opsi terbaik .
"Tidaklah seseorang memafkan kezaliman (terhadap dirinya) kecuali Allah akan menambah kemuliannya" (HR. Ahmad, Muslim dan At Tirmidzi).
Lalu bagaimana dengan membela diri saat terzalimi?
"Dan bagi orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa yang memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah, sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.
Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri setelah teraniaya tidak ada satupun dosa atas mereka, sesungguhnya dosa itu atas orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat adzab yang pedih. Tetapi orang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang amat utama" (QS. Asy Syuro: 39-43).
Adapun hukuman bagi orang yang mendzalimi/menyakiti diri kita;
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al Akzab:58)
“Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka) . Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim,” (QS. Al A’raaf [7]: 41)
Sebagaimana Allah tegaskan di dalam al-Qur’an: “Fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan ( QS : Albaqarah: 191) “Fitnah itu lebih besar dosanya dari pada membunuh.” ( QS : Albaqarah: 217)
Apabila orang menjadi pendengar ghibah/fitnahnya adalah segolongan dengannya, maka gayungpun bersambut, obrolan akan menjadi seru. Namun bagaimana bila orang yang menjadi sasaran penyebaran ghibah/fitnahnya sama sekali berbeda dengan dirinya; seseorang yang berfikir, seseorang yang mempunyai akhlak , yang mempunyai iman. Pasti tidak akan menelan begitu saja apa yang didengarkannya. Karena telah nampak siapa dirinya yang sebenarnya. Bila kita adalah golongan ini; yang akan dan harus kita lakukan adalah tidak menanggapinya, alihkan saja pembicaraan ke hal lain. Tidak ada faedahnya menanggapi hal-hal tersebut. Kalau dia masih belum mengerti juga, katakan saja bahwa anda ada keperluan yang harus dikerjakan.
Oleh si pendengki bila kita bersikap tidak seperti yang diharapkannya maka ia akan menggerutu; tidak akan menganggap diri kita temannya. Hanya ancaman lemah seperti itulah yang bisa ia kemukakan, sepertinya hanya "pertemanan" itulah yang bisa ia tawarkan. Sedangkan bagi kita tidak ada kerugian apapun terhadap kita tentang hal itu.
Namun kita harus tetap waspada terhadap pendengki di sekitar kita, karena bisa jadi orang yang tidak berpengetahuan dan mempunyai iman yang tidak tebal dapat terjerumus dan ikut-ikutan meneruskan ghibah/fitnah yang disampaikannya. Jadi pengikutnya si pendengki gitu deh. Hal itu pasti membuat
Diriwayatkan bahwa Yahya bin Abi Katsir pernah berkata, “Seseorang yang baik perkataannya dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya, dan orang yang jelek perkataannya pun dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya
Secara umum ciri-ciri pendengki yang mengamalkan kedengkiannya dengan menyebarkan ghibah dan fitnah itu sama;
Ciri yang paling ketara adalah "Sudah putus urat malunya". Jangankan menyebarkan ghibah dan fitnnah. Dalam kesehariannya ia juga tidak segan-segan berbicara hal-hal yang tidak seharusnya/sepantasnya dibicarakan di depan umum. Misal berbicara hal-hal vulgar/saru bahkan di pertemuan umum(seperti pertemuan RT misalnya), sekalipun ada anak kecil di sana. Padahal ada beberapa anak kecil yang rasa ingin tahunya tinggi dan pasti mencari tahu apa yang hal yang ia bicarakan. Tidak jarang ia bahkan berbicara sendiri kepanjangan dari suatu kata yang kepanjangannya itu kata-kata vulgar/saru yang ia bikin sendiri. Kalau saya pribadi sampai mendengar hal itu tentunya saya tidak perlu tertawa karena menertawakan hal yang tabu itu suatu kemunduran menurut saya. Berbeda dengannya, saya terbiasa membuat humor cerdas.
Menganggap hal-hal vulgar/saru itu hal yang sangat biasa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya ada seseorang yang mengucapkan kalimat yang ia anggap biasa tetapi karenanya ia terjun ke neraka sejauh tujuh puluh tahun.”
“Orang mukmin bukanlah orang yang suka menghujat, mengutuk, berkata keji dan jorok” (HR Tirmidzi)
Teman-teman pembaca, menghadapi orang seperti ini. Kita mempunyai cara terbaik untuk membalasnya Yaitu
"Apabila ada seseorang yang mencacimu atau menjelek-jelekkanmu dengan aib yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah kamu balas memburukkannya dengan aib yang kamu ketahui ada padanya. Maka pahalanya untuk dirimu dan dosanya untuk dia" (HR Al Muhamili dalam Amalinya No 354, Hasan).
Jangan menjadi seperti dirinya membalas fitnah dengan fitnah.
Tidak usah dipedulikan, ingatlah selalu peribahasa "Anjing menggonggong, khafilah berlalu".
Biarkan si Dungu itu meneruskan kebodohannya (MUHAHAHA)
Note: Artikel ini untuk menambah pengetahuan dan bagi para calon-calon pendengki yang membacanya agar berfikir kembali bila akan melakukan hal-hal tidak berfaedah tersebut.
Baca juga Artikel;
Kesombongan yang tidak perlu (NEW UPDATE)
Kesombongan tentang makanan
Bersyukur
Munafik (Film malaysia)
![](https://lh5.googleusercontent.com/-QEteLchZv9Q/T7xgWCWhdvI/AAAAAAAAAaY/MCbOMqwYPqc/s40/logo.png)
Diposting oleh
tutorial
12.21
Sebenarnya mau saya posting kemarin pas Ramadhan tapi malah nggak sempat-sempat melulu.
Waktu itu selain nonton Dr Zakir Naik, Berita Islami siang, Khazanah dan Mozaik islam via youtube, saya mencoba untuk menonton film dan menemukan bahwa film-film barat ternyata tidak aman ditonton apalagi pas keadaan puasa. Dan saat scrolling nonton film streaming saya menemukan sebuah film yg ada tanda kurungnya bertuliskan "film malaysia" dijudulnya.
Film tersebut berjudul "Munafik" hmm karena ini film Malaysia pasti aman nih pikir saya. Mulailah saya putar film itu di layar PC kami. Ngabuburit nonton film.
Awal film menceritakan sebuah keluarga yang mengalami sebuah kecelakaan mobil. Adam (syamsul Yusof) berhasil selamat, namun istrinya Zulaikha meninggal dalam kecelakaan tersebut. Meninggalnya sang istri membuat semangatnya untuk hidup dan berdakwah meredup. Ia mulai mempertanyakan akan Qada dan Qadar tuhan, seakan-akan tidak mau menerima keadaan tersebut. Keimanannya mulai rapuh tidak sekuat dulu. Ia menjadi murung dan lebih senang beribadah di rumahnya mengasingkan diri dari para jamaah masjid. Hanya Amir anaknyalah yang menemaninya sendirian.
Di saat yang sama di kampungnya ada seorang perempuan bernama Maria yang sering diganggu makhluk halus, semakin lama gangguan itu meningkat. Hingga Ibu tirinya Zati meminta tolong kepada Iman kampung. Imam kampung meminta tolong kepada Adam yang ternyata memiliki kelebihan untuk melakukan ruqyah. Mulanya Adam tidak mau, enggan untuk melakukannya dan meminta agar ustad Saiful yang melakukannya. Tapi karena ustad Saiful masih belum pulang dari tanah suci, dan hanya ia satu-satunya yang bisa membantunya sebelum terlambat. Akhirnya Adam menerimanya.
Disaat saat imannya mulai goyah, ketakwaannya diuji. Adam harus berhadapan dengan kekuatan jahat.
Secara resmi saya nyatakan ini adalah film Malaysia pertama yang saya tonton dan salah satu yang terbaik yang pernah saya lihat. Film ini horror banget , levelnya benar-benar tinggi. Disertai unsur dakwah pula.
Pokoknya film ini keren habis. Wajib ditonton.
Sisi lain sebuah cerita (Kasus JIS 2014 lalu)
![](https://lh5.googleusercontent.com/-QEteLchZv9Q/T7xgWCWhdvI/AAAAAAAAAaY/MCbOMqwYPqc/s40/logo.png)
Diposting oleh
tutorial
03.37
Masih ingat kasus Jis 2014 lalu?
Saat itu media santer memberitakan dengan isi berita yang sama. Penilaian secara subjektif, yang menggiring opini publik. Menghakimi bahkan sebelum hukum menetapkan bersalah. Padahal opini publik cenderung mempengaruhi keputusan hakim akan sebuah kasus. Dan sayangnya mereka (media/para wartawan waktu itu) hanya mengikuti arus, hanya menulis kembali apa yang disuguhkan pada mereka di konferensi pers.
Padahal... bukankah tugas wartawan adalah mencari kebenaran? (referensi film "Pinocchio" yg sudah pernah saya review). Syarat menjadi wartawan Indonesia itu harus punya ijasah S1 lho.
Ternyata masalah itu belum selesai.
Kisah yang kebetulan saya baca di kaskus membuat saya trenyuh.
Disitu dipaparkan akan kejanggalan kasus , memandang dari sisi lain. Kisah kriminalisasi dengan twist yang... pantas untuk difilmkan.
Karena terlalu panjang saya kasih linknya untuk langsung dibaca. Dan saya beritahukan sebelumnya isi trit tersebut mengandung konten dewasa; kekerasan dan hal vulgar.
http://www.kaskus.co.id/thread/5714b6a594786844608b4567/hot-news-investigasi-kurawa-quotkriminalisasi-kasus-jisquot/
Hayoo siapa yang waktu itu hanya melihat dari media dan marah-marah mengutuk pelaku yang 6 orang cleaning service(tinggal 5 orang, karena 1 orang meninggal dunia) dan pelaku tambahan 2 orang guru ? Bahkan menandatangani petisi online-nya untuk menghukum mati para cleaning dan guru tersebut?
Setelah melihat dari kedua sisi. Versi media, penyidik waktu itu dan versi Investigasi independen. Silahkan anda membuat penilaian sendiri.
Petisi online;
https://www.change.org/p/usut-tuntas-kriminalisasi-kasus-jis-jakarta-international-school
Saat itu media santer memberitakan dengan isi berita yang sama. Penilaian secara subjektif, yang menggiring opini publik. Menghakimi bahkan sebelum hukum menetapkan bersalah. Padahal opini publik cenderung mempengaruhi keputusan hakim akan sebuah kasus. Dan sayangnya mereka (media/para wartawan waktu itu) hanya mengikuti arus, hanya menulis kembali apa yang disuguhkan pada mereka di konferensi pers.
Padahal... bukankah tugas wartawan adalah mencari kebenaran? (referensi film "Pinocchio" yg sudah pernah saya review). Syarat menjadi wartawan Indonesia itu harus punya ijasah S1 lho.
Ternyata masalah itu belum selesai.
Kisah yang kebetulan saya baca di kaskus membuat saya trenyuh.
Disitu dipaparkan akan kejanggalan kasus , memandang dari sisi lain. Kisah kriminalisasi dengan twist yang... pantas untuk difilmkan.
Karena terlalu panjang saya kasih linknya untuk langsung dibaca. Dan saya beritahukan sebelumnya isi trit tersebut mengandung konten dewasa; kekerasan dan hal vulgar.
http://www.kaskus.co.id/thread/5714b6a594786844608b4567/hot-news-investigasi-kurawa-quotkriminalisasi-kasus-jisquot/
Hayoo siapa yang waktu itu hanya melihat dari media dan marah-marah mengutuk pelaku yang 6 orang cleaning service(tinggal 5 orang, karena 1 orang meninggal dunia) dan pelaku tambahan 2 orang guru ? Bahkan menandatangani petisi online-nya untuk menghukum mati para cleaning dan guru tersebut?
Setelah melihat dari kedua sisi. Versi media, penyidik waktu itu dan versi Investigasi independen. Silahkan anda membuat penilaian sendiri.
Petisi online;
https://www.change.org/p/usut-tuntas-kriminalisasi-kasus-jis-jakarta-international-school
Sejarah yang tidak perlu terulang kembali
![](https://lh5.googleusercontent.com/-QEteLchZv9Q/T7xgWCWhdvI/AAAAAAAAAaY/MCbOMqwYPqc/s40/logo.png)
Diposting oleh
tutorial
11.57
Rasa sakit karena pertempuran yang lalu masih terasa nyeri di dadaku. Beberapa area tubuhku masih lebam, namun syukurlah tidak terlihat karena tertutup oleh pakaian. Aku tetap melanjutkan pekerjaanku membongkar barang yang ada di depanku untuk nantinya kuperbaiki. Karena aku bukanlah seseorang yang menerima gaji buta. Lebih tepatnya aku memang tidak mempunyai kesempatan itu. Hehehe.
Akhir-akhir ini hal itu mulai menggangguku.
Aku merasa beruntung terlahir di keluargaku yang sekarang. Terlahir dari keluarga berada. Keluarga baik-baik. Terlahir dengan fisik yang rupawan. Menjadi pusat perhatian orang-orang disekitarku.
Bukanlah dramatika kehidupan bila semua berjalan dengan mulus. Aku mempunyai ibu yang sangat cantik. Dan ayahku adalah seorang intelektual, seorang pejabat tinggi di sebuah instansi. Namun beliau hidup bersahaja dan sederhana. Tidak mau mengumbar gaya hidup mewah. Tetap saja hal itu menghampiri. Mungkin karena kami bertempat tinggal dilingkungan yang tidak sehat. Perumahan kalangan menengah yang sebagian besar dihuni oleh para pendengki. Para tetangga yang sebagian besar gemar menggunjing, bergosip bahkan membuat fitnah. Acara dangdutan semalaman suntuk saat akhir pekan selalu menghiasi kampung kami. Dari tukang kutuk akibat jatuh hati kepada rupa parasku hingga kekerasan fisik pada ayahku terjadi. Itu semua adalah imbas buah kedengkian orang-orang berhati kerdil.
Sebenarnya cara agar bahagia dan menikmati hidup itu cukup sederhana. Caranya adalah dengan mensyukuri apa yang telah kita miliki. Namun mereka tidak melakukan itu. Mereka tidak puas dengan keadaan dirinya saat ini hanya bisa memalingkan pandangan kepada orang yang lain yang mereka rasa mempunyai segalanya. Yang mendapatkan itu semua dari jerih payah dan kerja keras diselingi doa.
Mungkin adalah suatu ketidaknyamanan ketika ada beberapa orang yang mengunjungi tempat tinggal kami sebagai calon pembeli karena melihat iklan di surat kabar bahwa rumah kami dijual, atau motor ayahku dijual. Ayahku menanggapinya dengan bersikap biasa dan justru melihat hal itu sebagai suatu kesempatan dengan menawarkan harga yang lumayan menguntungkan. Sayangnya tidak terjadi deal.
Akupun tidak luput dari ujian itu. Keelokan paras justru adalah sebuah ujian tersendiri bagiku, sekalipun aku adalah seorang laki-laki.
Apapun masalah yang kita hadapi, hadapilah dengan sabar, jangan sampai menurunkan kualitas diri kita.
Bila setiap cerita hidup kita selalu indah, hati kita pasti sangat rapuh karena tidak pernah menghadapi ujian.
Sampai akhirnya Ayahku memutuskan untuk hijrah.
Beliau menilai lingkungan kami saat itu bukan lingkungan yang baik untuk membesarkan putra-putrinya. Ayahku sangat mencintai kota ini, karena itulah beliau selalu menolak bahkan setiap saat temannya yang bertugas merolling pegawai belum sempat mengucapkan apapun. Sampai-sampai hal itu membuat frustasi teman beliau. Walaupun itu adalah kewenangannya tapi tetap saja yang namanya teman.. tidak bisa berbuat apa-apa. Sudah habis kata-kata.
Pemindahtugasan pns yang mempunyai jabatan adalah suatu system untuk mencegah korupsi. Karena bila mereka telah menepati suatu posisi dalam masa yang cukup lama, sudah mengetahui segala sesuatu luar dan dalam akan hal itu. Maka dengan mudahnya mereka bisa menyalahgunakan jabatan yang mereka miliki tanpa adanya filter. Walaupun yang namanya korupsi tidak perlu menunggu selama itu. Itu hanyalah masalah mentalitas.
Ayahku menyampaikan hal itu kepadaku dan ibuku. Bahwa hanya pelaksana saja yang bisa menetap di suatu kota sampai pensiun. "Apa Papa jadi pelaksana saja ya?" ucap beliau sambil tersenyum. Tentu saja hal itu langsung mendapat tentangan dari ibuku. Karena penghasilan pelaksana lebih sedikit. Hehehe.
Ayahku setuju untuk dipindahtugaskan dan mengatakan kepada temannya tersebut. Yang disambut oleh temannya dengan senyum berbinar karena berhasil melaksanakan tugasnya. Dengan syarat tidak mau dipindahkan keluar pulau Jawa. Suatu permintaan yang membuat teman ayah kembali memeras otak untuk mengatur strategi.
Beliau hijrah terlebih dahulu lebih awal setahun sebagai persiapan kehidupan kami disana. Sambil menunggu saya dan putra nomer duanya menggenapi kelas. Saya lulus SMP dan adik saya lulus SD.
Manusia tidak pernah lepas dari ujian. Begitu juga di tempat baru kami. Yang namanya hidup bermasyarakat pasti akan ada yang namanya tetangga yang kurang baik. Kami menghadapinya dengan lebih dewasa.
Dan tetap merasa tempat baru ini jauh berbeda dengan tempat yang lama. Di kota baru itu aku merasa lebih nyaman, mengenal banyak teman-teman yang sangat berbeda sifatnya seperti teman-teman SMPku dulu yang nakal kekanakan, suka membuly diriku karena mungkin mereka iri terhadapku yang mereka anggap berbeda. Menganggap yang paling jago berbuat nakal adalah yang terhebat. Untuk itulah ayahku memasukanku ke sebuah perguruan Karate. Agar aku bisa percaya diri dan bisa membela diri dari orang-orang yang mempunyai niat tidak baik. Semua hal bocah itu hilang dihadapan teman-teman baruku.
Masa SMA adalah masa masa yang indah.
Semua yang tuhan berikan kepadaku adalah titipan yang tidak boleh disalahgunakan. Untuk itulah aku selalu menjaga diriku dari perbuatan negatif.
Kesedihan, kekecewaan dan rasa sakit yang begitu dalam yang ia berikan adalah sebuah petunjuk dari tuhan untukku bahwa dia bukanlah yang terbaik buatku.
Hal itu menambah pengalaman yang membuatku lebih tegar.
Sampai aku merasa keberuntunganku telah berakhir. Ayah meninggalkan kami keluarganya selepas aku lulus SMA untuk selamanya.
Kami sekeluarga kembali ke kota asal kami. Disini aku mulai melangkah setelah ada seseorang yang baik hati mempercayakan suatu pekerjaan kepadaku.
Ada yang datang dan ada yang pergi dalam hidup.
Dan point disini inilah yang membuatku galau.
Sebagai pewaris kekuatan Wara. Bukan saja indera penciumanku yang menjadi lebih tajam berlipat-lipat. Begitu juga indera penglihatan dan pendengaranku pun mengalami hal yang sama.
Bolehlah mereka mengetahui sejarahku itu, namun cukuplah mereka simpan untuk diri sendiri. Tak perlu terus menerus menceritakannya kepada orang lain. Sampai-sampai hal itu terdengar beberapa kali olehku. Bahkan sempat terdengar dari mulut beberapa kerabat, yang membicarakannya dibelakangku tanpa mereka tahu aku mengetahuinya. Membicarakan betapa malangnya diriku.
Suatu cerita yang mereka rasa sangat sayang sekali. Tak pernah sekalipun, bahkan aku menganggapnya tak perlu membahas hal ini karena yang aku lihat bukanlah rasa simpati melainkan hanya sebatas rasa ingin tahu.
Awal dari cerita saat dirinya menanyakan tentang diriku di warung toserba sembako tetangga sebelah rumah di pemukiman lama kami. Yang informasi ini tak pernah disampaikan kepadaku.
Beliau terkejut akan kedatangan seorang perempuan cantik secantik bidadari yang menanyakan perihal diriku.
Waktu tak akan pernah bisa berputar kembali. Biarlah itu menjadi bagian dari masa lampau.
Aku sempat jatuh hati di masa dewasaku ini kepada seorang gadis yang bekerja sebagai pegawai di perusahaan rekanan. Getaran itu sedemikian kuatnya hingga aku berusaha melawan rasa takutku. Rasa nervous yang terjadi karena aku bukanlah Sang Arjuna, bukan pula seorang Don Juan yang bisa dengan mudahnya mengumbar rayuan gombal. Aku selalu mencari-cari sosok dirinya saat berkunjung ke tempat itu. Sekedar ingin melihatnya. Kuberanikan diri untuk menyapanya, namun kehilangan kata-kata akan materi yang seharusnya aku lontarkan. Dirinya seakan mengetahui hal yang kurasakan dan mulai menjaga jarak denganku. Tidak berani menatapku lama-lama. Iapun meminta managernya untuk memindahkannya ke bagian belakang, bukan bagian depan tempat ia bisa berinteraksi dengan siapa saja. Karena ia sudah mempunyai seorang pria yang mencintainya.
Mulanya ia mengira aku seperti umumnya stereotipe Mahasiswa yang beredar di khalayak umum. Stereotipe pergaulan mahasiswa yang memprihatinkan. Apalagi untuk seseorang yang sangat menarik secara fisik. Ia langsung menghakimi diriku pasti melakukan pergaulan bebas. Bahkan berkata-kata ketus tentangku.
Dan sebenarnya hal itu bisa dengan mudah aku patahkan karena aku bukanlah mahasiswa.
Kuberanikan diri menghubungi seseorang yang menjadi penghubung antara pekerjaanku dengan tempatnya bekerja. Seseorang yang menghubungi kami untuk meminta jasa kami.
Menanyakan apakah doi telah berkeluarga. Pertanyaan blak-blakan ini mungkin bisa menggores perasaanmu bila mendengarkan jawaban yang tidak kita harapkan, namun hal itu diperlukan untuk mengakhiri rasa penasaran dalam hatimu, sehingga kita dapat menentukan tujuan yang lebih jelas menuju ke depan dengan semangat.
Pada umumnya bila mengetahui yang ditanyai sedang in relation. Si penjawab yang tidak mau mengambil pusing akan dengan mudahnya menjawab dengan jawaban bahwa Doi sudah berkeluarga. Habis perkara. Untungnya dirinya tidak menjawab seperti itu. Walaupun jawaban darinya tidak lebih baik.
Ia mengatakan Doi beragama Kristen dan sebentar lagi mau menikah.
"JLEB!" jawaban yang pasti membuat penanya kehilangan harapan.
Hanya orang yang lemah dan menyerah yang mengatakan "Cinta tak harus saling memiliki".
Entah mengapa aku menjawabnya dengan ringan ya kalau begitu tinggal meyakinkan dirinya agar masuk Islam agama yang aku anut. Ia mengatakan kepada diriku berkali-kali doi sebentar lagi mau menikah. Dia sudah ada calon, dia sudah punya pacar.
"Mas aku nggak salah. Sebelum janur kuning melengkung, dia bukan milik siapa-siapa. Cuma pacarkan? Aku mau kok melamar dia" terdengar hening di seberang.
Dia pun akhirnya membenarkan jawabanku.
Di tempat kerja sepertinya Mas tersebut menyampaikan yang aku sampaikan. Perkataannya tentang dirinya yang beragama Kristen ternyata memang doi yang menyuruhnya agar aku mundur.
Berkali-kali dia mengatakan aku nggak bisa. Aku ini perempuan. Ia berandai-andai kami datang bersamaan. maka iapun bisa memilih. Dia terjebak dalam kesetiaan buta dengan meniadakan persaingan. Seperti yang diajarkan oleh sinetron-sinetron alay jaman sekarang.
Padahal kita harus memisahkan arti dari sebuah kata perselingkuhan dan cinta sejati. Sebuah perselingkuhan akan sarat dengan erotik maupun ketidaksetiaan dan juga kepalsuan. Sedangkan cinta sangat berkaitan erat dengan ketulusan dan pengorbanan. Dan disebut perselingkuhan, bila sudah dalam ikatan pernikahan.
Bagaimanapun juga tuhan mempertemukan kami saat itu bukan saat yang lebih lalu. Kami mempunyai latar kehidupan yang berbeda. Dan dengan cara itulah tuhan mempertemukan kami.
Mengetahui aku bukan seperti stereotipe yang ia bayangkan. Dirinya mulai goyah. Fakta tentang diriku ternyata berbalik 180 derajat dari kesan awal sosok "mahasiswa" yang ia kira.
Waktu itu ingin sekali aku menanyakan "Apa aku berhasil masuk ke dalam hatimu?".
Hari hari berlanjut. Suatu hal yang indah ketika dua orang saling merindu, tidak pernah berkomunikasi, tetapi saling mendoakan di dalam sujudnya masing-masing.
Sampai hal itu doi utarakan kepada Ayahnya. Dia mengatakan bahwa ada pemuda ganteng, ganteng banget katanya. Yang naksir dirinya. Setelah itu beliau terharu mendengar alasan menerima pacarnya saat itu adalah karena wajahnya yang mirip dengan sang ayah.
"Anakku yang cantik, kamu berhak mendapatkan yang lebih dari ayah" (dalam bahasa jawa).
Sekalipun mengetahui diriku adalah lulusan SMA dan berhenti untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Beliau terharu akan kesungguhan putrinya dan berjanji akan pasang badan untuk berbicara baik-baik kepada pihak lelaki.
Hari Rabu itu seharusnya menjadi awal dari kebahagiaan kami berdua.
Kegalauan dirinya masih berlanjut, dia tidak bisa melupakan ibu dari pacarnya yang telah menganggapnya seperti putrinya sendiri. Hal itu ia sampaikan kepada teman-teman kantornya. Ia memilihku dengan Ibu dari pacarnya. Sebuah pilihan yang tidak mungkin.
"Kamu plin-plan. Menikahi seseorang berarti juga "menikahi" keluarganya, bukan sebaliknya."
Inilah salah satu alasan mengapa Islam melarang pacaran. Karena bisa menimbulkan keterikatan yang tidak seharusnya, rasa ikatan yang tidak sewajarnya.
Sebenarnya dari awal, niatmu itu menikah dengan laki-laki atau menikah dengan ibu-ibu?.
Terakhir kali bertemu kami tak mengeluarkan sepatah katapun. Terlihat dalam pandangan matanya ia berkali-kali mengatakan tidak bisa. Sekalipun aku ratusan kali lebih tampan, ratusan kali lebih baik dari lelaki itu. Bila belum apa-apa dia sudah mengatakan tidak bisa, maka hal itulah yang akan terjadi.
Ia hanyalah seorang perempuan. Mungkin ia hanya memilih jalan yang lebih mudah. Sepertinya ia telah mantap dengan keputusan tersebut. Setelah aku melangkahkan kaki keluar dari kantornya, mas penghubung memberikan pendapatnya kepada doi, mengatakan bahwa diriku bukanlah seorang pecundang. Aku hanya bisa tersenyum mengetahui hal itu.
Saat dunia berkata menyerahlah. Harapan berbisik cobalah sekali lagi.
Aku menekan tombol-tombol itu, menghubungi Mas penghubung. Selain memberikan jawaban yang sama, ia mengatakan bahwa doi telah mengajukan risen. Ia tak lagi bekerja di tempat itu. Seperti yang lalu, ia juga tidak memberikan apapun untuk bisa menghubungi dirinya. Ucapan itu telah menghancurkan harapanku. Sampai sebegitunya dirinya menolakku, demi menghindari diriku.
Apa yang bisa aku lakukan waktu itu demi dia?..
Andai saja saat itu dia mau sedikit saja membukakan kesempatan untukku agar kami bisa berkomunikasi...
Memberikan kontaknya, nomer telpon yang bisa dihubungi atau minimal alamat rumahnya. Aku mungkin bisa berbicara dari hati ke hati dengannya.
Kekuatan besar mempunyai tanggungjawab yang besar. Besar kapal besar pula gelombangnya.
Banyak perempuan cantik yang tidak bisa menjaga pergaulannya di luar sana. Karena mereka mempunyai kelebihan, ujian yang lebih berat mengenai hal itu. Itulah yang membuat dirinya berkualitas. Itulah yang membuat dirinya bersinar di mataku.
Jika kau tanya kenapa aku memilihnya, itu karena Allah memberikanku cinta yang ditujukan kepadanya.
Yang aku cari bukanlah wanita tercantik di dunia. Melainkan gadis jelita yang mempunyai akhlak. Yang parasnya bisa meneduhkanku, membuatku untuk terus mengingatnya dan menyemangatiku dalam hidup. Seorang gadis baik-baik yang berasal dari keluarga baik-baik dan dirinya mempunyai semua kualifikasi itu.
Aku tidak bisa menyalahkan dirinya. Ia berhak memilih. Ia berhak memilih jalan yang lebih mudah.
Mengapa memilih jalan yang membutuhkan perjuangan bila ada jalan yang mudah tanpa melakukan apapun. Lelaki yang berhasrat terhadap dirinya berasal dari keluarga mapan. Hal itu jelas berbeda denganku yang masih harus berjuang. Ia telah menyerah dan memilih jalan yang telah ada.
Kini aku mempunyai sudut pandang lain Cinta tidak selamanya harus saling memiliki mungkin benar adanya. Kini aku hanya bisa berdoa agar kamu bisa mendapatkan kebahagiaan yang tidak sempat aku berikan.
Aku kembali dari dunia mayaku. Disinilah aku saat ini, kembali ke pemukiman masa kecilku.
Cukuplah kisah itu sampai disana. Tak ada keperluannya mengungkit kembali hal itu di masa sekarang.
Masa dimana ia telah menjadi milik orang lain.
Aku tidak membutuhkan cerita itu untuk tersebar. Tidak akan berpengaruh positif terhadap kehidupanku.
Entah mereka mendapatkan cerita itu darimana. Tentu saja mereka tidak akan memikirkan bagaimana perasaanku bila mendengar hal itu kembali.
Kenangan tidak bisa berubah, meskipun orang-orang didalamnya mungkin telah berubah. Tapi kita harus belajar untuk tidak mengingatnya jika ingin terus melangkah.
The worst part of being strong is no one ask you if youre okay
Akhir-akhir ini hal itu mulai menggangguku.
Aku merasa beruntung terlahir di keluargaku yang sekarang. Terlahir dari keluarga berada. Keluarga baik-baik. Terlahir dengan fisik yang rupawan. Menjadi pusat perhatian orang-orang disekitarku.
Bukanlah dramatika kehidupan bila semua berjalan dengan mulus. Aku mempunyai ibu yang sangat cantik. Dan ayahku adalah seorang intelektual, seorang pejabat tinggi di sebuah instansi. Namun beliau hidup bersahaja dan sederhana. Tidak mau mengumbar gaya hidup mewah. Tetap saja hal itu menghampiri. Mungkin karena kami bertempat tinggal dilingkungan yang tidak sehat. Perumahan kalangan menengah yang sebagian besar dihuni oleh para pendengki. Para tetangga yang sebagian besar gemar menggunjing, bergosip bahkan membuat fitnah. Acara dangdutan semalaman suntuk saat akhir pekan selalu menghiasi kampung kami. Dari tukang kutuk akibat jatuh hati kepada rupa parasku hingga kekerasan fisik pada ayahku terjadi. Itu semua adalah imbas buah kedengkian orang-orang berhati kerdil.
Sebenarnya cara agar bahagia dan menikmati hidup itu cukup sederhana. Caranya adalah dengan mensyukuri apa yang telah kita miliki. Namun mereka tidak melakukan itu. Mereka tidak puas dengan keadaan dirinya saat ini hanya bisa memalingkan pandangan kepada orang yang lain yang mereka rasa mempunyai segalanya. Yang mendapatkan itu semua dari jerih payah dan kerja keras diselingi doa.
Mungkin adalah suatu ketidaknyamanan ketika ada beberapa orang yang mengunjungi tempat tinggal kami sebagai calon pembeli karena melihat iklan di surat kabar bahwa rumah kami dijual, atau motor ayahku dijual. Ayahku menanggapinya dengan bersikap biasa dan justru melihat hal itu sebagai suatu kesempatan dengan menawarkan harga yang lumayan menguntungkan. Sayangnya tidak terjadi deal.
Akupun tidak luput dari ujian itu. Keelokan paras justru adalah sebuah ujian tersendiri bagiku, sekalipun aku adalah seorang laki-laki.
Apapun masalah yang kita hadapi, hadapilah dengan sabar, jangan sampai menurunkan kualitas diri kita.
Bila setiap cerita hidup kita selalu indah, hati kita pasti sangat rapuh karena tidak pernah menghadapi ujian.
Sampai akhirnya Ayahku memutuskan untuk hijrah.
Beliau menilai lingkungan kami saat itu bukan lingkungan yang baik untuk membesarkan putra-putrinya. Ayahku sangat mencintai kota ini, karena itulah beliau selalu menolak bahkan setiap saat temannya yang bertugas merolling pegawai belum sempat mengucapkan apapun. Sampai-sampai hal itu membuat frustasi teman beliau. Walaupun itu adalah kewenangannya tapi tetap saja yang namanya teman.. tidak bisa berbuat apa-apa. Sudah habis kata-kata.
Pemindahtugasan pns yang mempunyai jabatan adalah suatu system untuk mencegah korupsi. Karena bila mereka telah menepati suatu posisi dalam masa yang cukup lama, sudah mengetahui segala sesuatu luar dan dalam akan hal itu. Maka dengan mudahnya mereka bisa menyalahgunakan jabatan yang mereka miliki tanpa adanya filter. Walaupun yang namanya korupsi tidak perlu menunggu selama itu. Itu hanyalah masalah mentalitas.
Ayahku menyampaikan hal itu kepadaku dan ibuku. Bahwa hanya pelaksana saja yang bisa menetap di suatu kota sampai pensiun. "Apa Papa jadi pelaksana saja ya?" ucap beliau sambil tersenyum. Tentu saja hal itu langsung mendapat tentangan dari ibuku. Karena penghasilan pelaksana lebih sedikit. Hehehe.
Ayahku setuju untuk dipindahtugaskan dan mengatakan kepada temannya tersebut. Yang disambut oleh temannya dengan senyum berbinar karena berhasil melaksanakan tugasnya. Dengan syarat tidak mau dipindahkan keluar pulau Jawa. Suatu permintaan yang membuat teman ayah kembali memeras otak untuk mengatur strategi.
Beliau hijrah terlebih dahulu lebih awal setahun sebagai persiapan kehidupan kami disana. Sambil menunggu saya dan putra nomer duanya menggenapi kelas. Saya lulus SMP dan adik saya lulus SD.
Manusia tidak pernah lepas dari ujian. Begitu juga di tempat baru kami. Yang namanya hidup bermasyarakat pasti akan ada yang namanya tetangga yang kurang baik. Kami menghadapinya dengan lebih dewasa.
Dan tetap merasa tempat baru ini jauh berbeda dengan tempat yang lama. Di kota baru itu aku merasa lebih nyaman, mengenal banyak teman-teman yang sangat berbeda sifatnya seperti teman-teman SMPku dulu yang nakal kekanakan, suka membuly diriku karena mungkin mereka iri terhadapku yang mereka anggap berbeda. Menganggap yang paling jago berbuat nakal adalah yang terhebat. Untuk itulah ayahku memasukanku ke sebuah perguruan Karate. Agar aku bisa percaya diri dan bisa membela diri dari orang-orang yang mempunyai niat tidak baik. Semua hal bocah itu hilang dihadapan teman-teman baruku.
Masa SMA adalah masa masa yang indah.
Semua yang tuhan berikan kepadaku adalah titipan yang tidak boleh disalahgunakan. Untuk itulah aku selalu menjaga diriku dari perbuatan negatif.
Kesedihan, kekecewaan dan rasa sakit yang begitu dalam yang ia berikan adalah sebuah petunjuk dari tuhan untukku bahwa dia bukanlah yang terbaik buatku.
Hal itu menambah pengalaman yang membuatku lebih tegar.
Sampai aku merasa keberuntunganku telah berakhir. Ayah meninggalkan kami keluarganya selepas aku lulus SMA untuk selamanya.
Kami sekeluarga kembali ke kota asal kami. Disini aku mulai melangkah setelah ada seseorang yang baik hati mempercayakan suatu pekerjaan kepadaku.
Ada yang datang dan ada yang pergi dalam hidup.
Dan point disini inilah yang membuatku galau.
Sebagai pewaris kekuatan Wara. Bukan saja indera penciumanku yang menjadi lebih tajam berlipat-lipat. Begitu juga indera penglihatan dan pendengaranku pun mengalami hal yang sama.
Bolehlah mereka mengetahui sejarahku itu, namun cukuplah mereka simpan untuk diri sendiri. Tak perlu terus menerus menceritakannya kepada orang lain. Sampai-sampai hal itu terdengar beberapa kali olehku. Bahkan sempat terdengar dari mulut beberapa kerabat, yang membicarakannya dibelakangku tanpa mereka tahu aku mengetahuinya. Membicarakan betapa malangnya diriku.
Suatu cerita yang mereka rasa sangat sayang sekali. Tak pernah sekalipun, bahkan aku menganggapnya tak perlu membahas hal ini karena yang aku lihat bukanlah rasa simpati melainkan hanya sebatas rasa ingin tahu.
Awal dari cerita saat dirinya menanyakan tentang diriku di warung toserba sembako tetangga sebelah rumah di pemukiman lama kami. Yang informasi ini tak pernah disampaikan kepadaku.
Beliau terkejut akan kedatangan seorang perempuan cantik secantik bidadari yang menanyakan perihal diriku.
Waktu tak akan pernah bisa berputar kembali. Biarlah itu menjadi bagian dari masa lampau.
Aku sempat jatuh hati di masa dewasaku ini kepada seorang gadis yang bekerja sebagai pegawai di perusahaan rekanan. Getaran itu sedemikian kuatnya hingga aku berusaha melawan rasa takutku. Rasa nervous yang terjadi karena aku bukanlah Sang Arjuna, bukan pula seorang Don Juan yang bisa dengan mudahnya mengumbar rayuan gombal. Aku selalu mencari-cari sosok dirinya saat berkunjung ke tempat itu. Sekedar ingin melihatnya. Kuberanikan diri untuk menyapanya, namun kehilangan kata-kata akan materi yang seharusnya aku lontarkan. Dirinya seakan mengetahui hal yang kurasakan dan mulai menjaga jarak denganku. Tidak berani menatapku lama-lama. Iapun meminta managernya untuk memindahkannya ke bagian belakang, bukan bagian depan tempat ia bisa berinteraksi dengan siapa saja. Karena ia sudah mempunyai seorang pria yang mencintainya.
Mulanya ia mengira aku seperti umumnya stereotipe Mahasiswa yang beredar di khalayak umum. Stereotipe pergaulan mahasiswa yang memprihatinkan. Apalagi untuk seseorang yang sangat menarik secara fisik. Ia langsung menghakimi diriku pasti melakukan pergaulan bebas. Bahkan berkata-kata ketus tentangku.
Dan sebenarnya hal itu bisa dengan mudah aku patahkan karena aku bukanlah mahasiswa.
Kuberanikan diri menghubungi seseorang yang menjadi penghubung antara pekerjaanku dengan tempatnya bekerja. Seseorang yang menghubungi kami untuk meminta jasa kami.
Menanyakan apakah doi telah berkeluarga. Pertanyaan blak-blakan ini mungkin bisa menggores perasaanmu bila mendengarkan jawaban yang tidak kita harapkan, namun hal itu diperlukan untuk mengakhiri rasa penasaran dalam hatimu, sehingga kita dapat menentukan tujuan yang lebih jelas menuju ke depan dengan semangat.
Pada umumnya bila mengetahui yang ditanyai sedang in relation. Si penjawab yang tidak mau mengambil pusing akan dengan mudahnya menjawab dengan jawaban bahwa Doi sudah berkeluarga. Habis perkara. Untungnya dirinya tidak menjawab seperti itu. Walaupun jawaban darinya tidak lebih baik.
Ia mengatakan Doi beragama Kristen dan sebentar lagi mau menikah.
"JLEB!" jawaban yang pasti membuat penanya kehilangan harapan.
Hanya orang yang lemah dan menyerah yang mengatakan "Cinta tak harus saling memiliki".
Entah mengapa aku menjawabnya dengan ringan ya kalau begitu tinggal meyakinkan dirinya agar masuk Islam agama yang aku anut. Ia mengatakan kepada diriku berkali-kali doi sebentar lagi mau menikah. Dia sudah ada calon, dia sudah punya pacar.
"Mas aku nggak salah. Sebelum janur kuning melengkung, dia bukan milik siapa-siapa. Cuma pacarkan? Aku mau kok melamar dia" terdengar hening di seberang.
Dia pun akhirnya membenarkan jawabanku.
Di tempat kerja sepertinya Mas tersebut menyampaikan yang aku sampaikan. Perkataannya tentang dirinya yang beragama Kristen ternyata memang doi yang menyuruhnya agar aku mundur.
Berkali-kali dia mengatakan aku nggak bisa. Aku ini perempuan. Ia berandai-andai kami datang bersamaan. maka iapun bisa memilih. Dia terjebak dalam kesetiaan buta dengan meniadakan persaingan. Seperti yang diajarkan oleh sinetron-sinetron alay jaman sekarang.
Padahal kita harus memisahkan arti dari sebuah kata perselingkuhan dan cinta sejati. Sebuah perselingkuhan akan sarat dengan erotik maupun ketidaksetiaan dan juga kepalsuan. Sedangkan cinta sangat berkaitan erat dengan ketulusan dan pengorbanan. Dan disebut perselingkuhan, bila sudah dalam ikatan pernikahan.
Bagaimanapun juga tuhan mempertemukan kami saat itu bukan saat yang lebih lalu. Kami mempunyai latar kehidupan yang berbeda. Dan dengan cara itulah tuhan mempertemukan kami.
Mengetahui aku bukan seperti stereotipe yang ia bayangkan. Dirinya mulai goyah. Fakta tentang diriku ternyata berbalik 180 derajat dari kesan awal sosok "mahasiswa" yang ia kira.
Waktu itu ingin sekali aku menanyakan "Apa aku berhasil masuk ke dalam hatimu?".
Hari hari berlanjut. Suatu hal yang indah ketika dua orang saling merindu, tidak pernah berkomunikasi, tetapi saling mendoakan di dalam sujudnya masing-masing.
Sampai hal itu doi utarakan kepada Ayahnya. Dia mengatakan bahwa ada pemuda ganteng, ganteng banget katanya. Yang naksir dirinya. Setelah itu beliau terharu mendengar alasan menerima pacarnya saat itu adalah karena wajahnya yang mirip dengan sang ayah.
"Anakku yang cantik, kamu berhak mendapatkan yang lebih dari ayah" (dalam bahasa jawa).
Sekalipun mengetahui diriku adalah lulusan SMA dan berhenti untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Beliau terharu akan kesungguhan putrinya dan berjanji akan pasang badan untuk berbicara baik-baik kepada pihak lelaki.
Hari Rabu itu seharusnya menjadi awal dari kebahagiaan kami berdua.
Kegalauan dirinya masih berlanjut, dia tidak bisa melupakan ibu dari pacarnya yang telah menganggapnya seperti putrinya sendiri. Hal itu ia sampaikan kepada teman-teman kantornya. Ia memilihku dengan Ibu dari pacarnya. Sebuah pilihan yang tidak mungkin.
"Kamu plin-plan. Menikahi seseorang berarti juga "menikahi" keluarganya, bukan sebaliknya."
Inilah salah satu alasan mengapa Islam melarang pacaran. Karena bisa menimbulkan keterikatan yang tidak seharusnya, rasa ikatan yang tidak sewajarnya.
Sebenarnya dari awal, niatmu itu menikah dengan laki-laki atau menikah dengan ibu-ibu?.
Terakhir kali bertemu kami tak mengeluarkan sepatah katapun. Terlihat dalam pandangan matanya ia berkali-kali mengatakan tidak bisa. Sekalipun aku ratusan kali lebih tampan, ratusan kali lebih baik dari lelaki itu. Bila belum apa-apa dia sudah mengatakan tidak bisa, maka hal itulah yang akan terjadi.
Ia hanyalah seorang perempuan. Mungkin ia hanya memilih jalan yang lebih mudah. Sepertinya ia telah mantap dengan keputusan tersebut. Setelah aku melangkahkan kaki keluar dari kantornya, mas penghubung memberikan pendapatnya kepada doi, mengatakan bahwa diriku bukanlah seorang pecundang. Aku hanya bisa tersenyum mengetahui hal itu.
Saat dunia berkata menyerahlah. Harapan berbisik cobalah sekali lagi.
Aku menekan tombol-tombol itu, menghubungi Mas penghubung. Selain memberikan jawaban yang sama, ia mengatakan bahwa doi telah mengajukan risen. Ia tak lagi bekerja di tempat itu. Seperti yang lalu, ia juga tidak memberikan apapun untuk bisa menghubungi dirinya. Ucapan itu telah menghancurkan harapanku. Sampai sebegitunya dirinya menolakku, demi menghindari diriku.
Apa yang bisa aku lakukan waktu itu demi dia?..
Andai saja saat itu dia mau sedikit saja membukakan kesempatan untukku agar kami bisa berkomunikasi...
Memberikan kontaknya, nomer telpon yang bisa dihubungi atau minimal alamat rumahnya. Aku mungkin bisa berbicara dari hati ke hati dengannya.
Kekuatan besar mempunyai tanggungjawab yang besar. Besar kapal besar pula gelombangnya.
Banyak perempuan cantik yang tidak bisa menjaga pergaulannya di luar sana. Karena mereka mempunyai kelebihan, ujian yang lebih berat mengenai hal itu. Itulah yang membuat dirinya berkualitas. Itulah yang membuat dirinya bersinar di mataku.
Jika kau tanya kenapa aku memilihnya, itu karena Allah memberikanku cinta yang ditujukan kepadanya.
Yang aku cari bukanlah wanita tercantik di dunia. Melainkan gadis jelita yang mempunyai akhlak. Yang parasnya bisa meneduhkanku, membuatku untuk terus mengingatnya dan menyemangatiku dalam hidup. Seorang gadis baik-baik yang berasal dari keluarga baik-baik dan dirinya mempunyai semua kualifikasi itu.
Aku tidak bisa menyalahkan dirinya. Ia berhak memilih. Ia berhak memilih jalan yang lebih mudah.
Mengapa memilih jalan yang membutuhkan perjuangan bila ada jalan yang mudah tanpa melakukan apapun. Lelaki yang berhasrat terhadap dirinya berasal dari keluarga mapan. Hal itu jelas berbeda denganku yang masih harus berjuang. Ia telah menyerah dan memilih jalan yang telah ada.
Kini aku mempunyai sudut pandang lain Cinta tidak selamanya harus saling memiliki mungkin benar adanya. Kini aku hanya bisa berdoa agar kamu bisa mendapatkan kebahagiaan yang tidak sempat aku berikan.
Aku kembali dari dunia mayaku. Disinilah aku saat ini, kembali ke pemukiman masa kecilku.
Cukuplah kisah itu sampai disana. Tak ada keperluannya mengungkit kembali hal itu di masa sekarang.
Masa dimana ia telah menjadi milik orang lain.
Aku tidak membutuhkan cerita itu untuk tersebar. Tidak akan berpengaruh positif terhadap kehidupanku.
Entah mereka mendapatkan cerita itu darimana. Tentu saja mereka tidak akan memikirkan bagaimana perasaanku bila mendengar hal itu kembali.
Kenangan tidak bisa berubah, meskipun orang-orang didalamnya mungkin telah berubah. Tapi kita harus belajar untuk tidak mengingatnya jika ingin terus melangkah.
The worst part of being strong is no one ask you if youre okay
Kekuatan istimewa
![](https://lh5.googleusercontent.com/-QEteLchZv9Q/T7xgWCWhdvI/AAAAAAAAAaY/MCbOMqwYPqc/s40/logo.png)
Diposting oleh
tutorial
05.45
Aura gelap menyelimuti tubuhku. Berpendar selama beberapa detik lalu mulai meredup.
Kini tampak sosokku telah berbeda , sosok yang hanya aku tunjukkan pada
saat-saat tertentu. Saat akan memangsa korbanku. Ini adalah pertama kalinya aku
memunculkan wujud ini karena merasakan bahaya. Terus terang aku tidak menyukai
sosok ini karena tidak indah. Tidak ada
lagi rupa seorang wanita glamour.
Sesosok makhluk berbadan hitam ramping dengan setelan rok panjang
menutup sampai ujung kakinya. Wajahnya putih dengan riasan eyes shadow yang
tebal dibagian mata, bibir mungil yang hitam, di pipi kanannya terlihat motif
seperti retakan dengan garis hitam. Kepala yang hitam dan berbentuk punuk unta.
Warna hitam juga menutupi kedua tanganku yang lentik, masing-masing kuku di
tangannku sangat panjang menyerupai cakar yang tajam. Karena kau telah melihat sosok yang
kusembunyikan ini. Maka akan kucabut nyawamu. Sekalipun kau bukanlah mangsaku. Sayang
sekali padahal wajah yang tampan itu
sejenak telah memikat hatiku.
‘Sepertinya ia terkejut bagaimana diriku bisa mengetahui ia
adalah makhluk yang akhir-akhir ini telah menghabisi banyak Angkara’.
'Untunglah tempat parkir bawah tanah di bawah ruko perkantoran ini sedang lenggang karena jam kerja. Aku bisa mengeluarkan kekuatanku tanpa ragu.
'Untunglah tempat parkir bawah tanah di bawah ruko perkantoran ini sedang lenggang karena jam kerja. Aku bisa mengeluarkan kekuatanku tanpa ragu.
‘Aku mempunyai kekuatan special anak muda’.
Aku langsung menerjangnya dan memulai mengayun-ayunkan
tanganku yang berkuku tajam kearahnya. Tak akan kuberikan kesempatan untuk
dirinya berubah wujud. Karena itu adalah kebodohan yang nyata. Harus
kuseleseikan dengan cepat. Karena aku juga tidak tahan lama-lama berada di
wujud seperti ini.
Serangan demi serangan kulancarkan. Namun berkali-kali dia
memiringkan tubuhnya, menangkis tanganku, mementahkan semua seranganku. Tak
satupun jemari tajamku yang mempunyai racun pelemas tubuh menyentuh tubuhnya. Nampaknya
dia adalah seorang ahli bela diri.
Tidak bisa. Semua seranganku tidak berguna. Secara fisik kami angkara wanita memang tidak
sekuat angkara pria. Tapi diriku mempunyai satu kelebihan yang tidak dimiliki
angkara pria. Yaitu kekuatan special. Baiklah hanya ini satu-satunya cara yang
bisa kugunakan untuk melawannya.
Aku mundur beberapa jarak darinya.
Aku mengajaknya berbicara berbasa basi. “Apa yang kau
inginkan dariku?. Apa aku merugikanmu?. Semuanya bisa dibicarakan bukan?.”
“Jangan berfikir untuk melarikan diri.
Tak ada yang perlu kubicarakan padamu”.
Kalimatnya yang singkat itulah kesempatanku untuk menyelinap
dalam pikirannya, saat mata kami saling bertemu. Aku memfokuskan pikiranku, menyamakan
gelombang otakku dengan gelombang otak miliknya. Manusia dalam keadaan pikiran tidak
fokus akan mudah untuk dirasuki. Namun tidak untuk keadaan ini. Aku harus bisa dengan
cepat menemukan sesuatu, sekalipun itu hanya remang-remang. Aku yakin dengan
pengalamanku selama ini.
‘Hmm. gadis ini pasti bisa digunakan’. Aku melihat sekilas
seorang gadis yang mempesona. Walaupun aku tidak tahu jelas bagaimana latar
belakangnya. Kemungkinan minimal bisa jadi dia adalah adiknya. Namun aku yakin
dia adalah seseorang yang istimewa. Karena yang aku tahu darinya usia mereka tidak
terpaut jauh.
"Paralyze Synchro!" Seberkas kilat cahaya meyilaukan keluar
dari mataku. Membuat dirinya tidak bisa melihatku untuk beberapa saat.
Saat
itulah aku berganti rupa. Menjelma menjadi salah seorang gadis yang
dicintainya. Seseorang yang pernah mengisi relung hatinya.
'Hahaha, telah
kupastikan kemenanganku. Aku yakin dia takkan sanggup bahkan untuk sekedar
menggores sosok ini. Sementara aku bisa melenggang dengan leluasa mendekatinya
dan menusuk titik fatal dirinya yang saat ini masih berwujud manusia biasa.
Hehehe dia masih terpana. Terlihat jelas pupil matanya membesar memandangku.
Tak akan ada manusiapun didunia ini yang bisa melawan orang terkasihnya.
Jarakku dengannya semakin dekat. Sebentar lagi dia masuk jangkauan seranganku'.
“JLEB!”
‘Apa ini...
Sesuatu telah menusuk dadaku. Kuarahkan pandanganku sedikit
kebawah..
Aku melihat lengannya
masuk ke dadaku.. Tidak mungkin ..
bagaimana mungkin .. Ia telah mengubah lengannya menjadi lengan bercakar dan
menusukku. Ia bisa merubah hanya pada bagian tertentu dari dirinya. Bagaimana
mungkin ia melakukan hal itu kepada sosok kekasihnya?..
Aku telah membacanya, aku
benar-benar yakin aku tidak salah menjelma. Aku benar-benar yakin sosok ini
sosok tanpa cela bagi dirinya.
Tapi kenapa?...’
“Bagaimana kamu tega melakukan ini kepada...”
“Dasar bodoh, sudah jelaskan kalau dia tidak mungkin ada
disini. Yang berada di depanku ini jelas-jelas kamu yang menyamar menjadi
dirinya.
Ia melemparku kesamping dengan keras hingga lengannya yang
menembus tubuhku terlepas dariku dan diriku membentur tembok. Aku terpelanting jatuh terbujur, aku mendudukkan tubuhku dan perlahan wujudku kembali seperti semula.
Mulutku memuntahkan cairan kental berwarna hitam. Dadaku
berlubang.
“Aku akan sangat malu bertemu dengannya bila aku sampai
tertipu dengan sosok dirinya yang palsu”
‘Tapi tetap saja... apa dia sudah
membuang semua perasaannya. Hanya untuk memburu kami?
Atau mungkinkah itu adalah lubang
di hatinya?...’
Rasa sakit mulai menjalar ke
seluruh tubuhku. Diikuti oleh rasa yang sangat panas, sejenis api hitam menyala keluar dari tubuhku dan mulai membakarnya. Setelah sekian lama, akhirnya aku bisa merasakan rasa sakit
seperti ini.
Pandangan mataku mulai meredup..
Perlahan akupun menutup mataku..
Untuk selama-lamanya...
The Fallen
![](https://lh5.googleusercontent.com/-QEteLchZv9Q/T7xgWCWhdvI/AAAAAAAAAaY/MCbOMqwYPqc/s40/logo.png)
Diposting oleh
tutorial
16.18
Hari-hariku berlalu seperti biasanya. Tanpa ada kesulitan dan halangan apapun. Terasa hampa. Entah sudah berapa lama hal ini berlangsung. Pada hari-hari tertentu aku masih menyempatkan diri datang ke villa pribadi simpananku untuk beristirahat. Seperti biasa, saat ini ada empat sampai lima orang perempuan secantik kuntum bunga menyertaiku. Seperti yang dinasehatkan ustad tempo hari, aku menyuruh pulang seorang diantara mereka. Pertemuan berikutnya aku ulangi menyuruh pulang salah seorang lagi. Begitu seterusnya dengan pertemuan-pertemuan berikutnya hingga tersisa hanya seorang perempuan manis yang menemaniku saat ini.
Pikiran itu datang kembali saat aku sedang menikmati dunia dengannya, mengganggu konsentrasiku. Rasa itu datang dengan kuat. Ketika ia sedang terlena di atas tempat tidur. Aku mengambil pistol, kuarahkan dan kutembak tepat ke keningnya. Aku terkejut setelah mendengarkan letusan pistolku sendiri dihadapan tubuh yang telah tak bernyawa. Terdengar suara dobrakan pintu. Supir pribadi sekaligus bodyguardku masuk diikuti para penjaga villa. "Bapak tidak apa-apa!?" ucapan pertamanya sambil menggenggam pundakku dengan kedua tangannya. Mereka kalang kabut mengurus mayatnya.
Aku mematung di sudut kamar sambil menangis karena menyesal. 'Biarkan aku menebus dosaku, biarkan aku dipenjara'. Aku berdiri tenang memperhatikan orang-orangku menyelesaikan pekerjaannya mengurus mayat itu.
"Apa yang kalian lakukan? kenapa tidak memanggil polisi?" tanyaku.
"Tenang Pak! Ini urusan kecil" jawab mereka.
"Sebuah pembunuhan adalah urusan kecil?"
"Bapak hanya membela diri, bapak diancam bukan?. Nyawa bapak jauh lebih berharga dan tidak bisa dibandingkan dengan perempuan jalang ini". Kata salah seorang diantara pegawaiku.
Aku berjalan keluar mengambil mobilku dan melarikannya ke arah manapun yang bisa kutempuh. Hingga ia membawaku ke sebuah kota kecil mungkin kabupaten. Malam menjelang, aku tertidur di dalam mobilku. Esoknya aku mampir ke sebuah kios membeli koran. Di salah satu kotak di halaman utama tertulis berita "Seorang perempuan bernama Bunga, ditemukan di bawah jurang. Lagi-lagi korban perampokan yang meresahkan wilayah xxx". 'Apa-apaan ini? Padahal aku yang menembaknya. Satu lagi pekerjaan rapi anak buahku'.
Aku memutuskan untuk menginap semalam di sebuah hotel di kota itu. Paginya petugas hotel menyelipkan koran baru di bawah pintu kamarku. Kubaca koran itu; 'Pejabat xxx tak sengaja terlihat memantau..." dengan sebuah foto besar diriku yang kemarin sedang mampir ke kios untuk membeli koran dan rokok. Siapa yang memotretku? padahal tak ada satupun wartawan yang mewawancaraiku.
aku melanjutkan membaca; Jarang ada pejabat yang langsung turun ke lapangan, melihat keadaan rakyat'.
"Hahahaha" aku hanya bisa tertawa. Apa-apaan ini. Seolah seperti ada tangan tak terlihat sedang menuntunku ke jalan ini".
Aku tertawa sambil memperhatikan bayanganku di cermin. Sebuah makhluk dengan kepala besar tanpa rambut, bermuka lebar, mata besar yang melotot, hidung pesek, bibir yang melebar, juga jemari tangan yang berselaput.
Apa sekarang aku masih bisa disebut sebagai manusia?
Pikiran itu datang kembali saat aku sedang menikmati dunia dengannya, mengganggu konsentrasiku. Rasa itu datang dengan kuat. Ketika ia sedang terlena di atas tempat tidur. Aku mengambil pistol, kuarahkan dan kutembak tepat ke keningnya. Aku terkejut setelah mendengarkan letusan pistolku sendiri dihadapan tubuh yang telah tak bernyawa. Terdengar suara dobrakan pintu. Supir pribadi sekaligus bodyguardku masuk diikuti para penjaga villa. "Bapak tidak apa-apa!?" ucapan pertamanya sambil menggenggam pundakku dengan kedua tangannya. Mereka kalang kabut mengurus mayatnya.
Aku mematung di sudut kamar sambil menangis karena menyesal. 'Biarkan aku menebus dosaku, biarkan aku dipenjara'. Aku berdiri tenang memperhatikan orang-orangku menyelesaikan pekerjaannya mengurus mayat itu.
"Apa yang kalian lakukan? kenapa tidak memanggil polisi?" tanyaku.
"Tenang Pak! Ini urusan kecil" jawab mereka.
"Sebuah pembunuhan adalah urusan kecil?"
"Bapak hanya membela diri, bapak diancam bukan?. Nyawa bapak jauh lebih berharga dan tidak bisa dibandingkan dengan perempuan jalang ini". Kata salah seorang diantara pegawaiku.
Aku berjalan keluar mengambil mobilku dan melarikannya ke arah manapun yang bisa kutempuh. Hingga ia membawaku ke sebuah kota kecil mungkin kabupaten. Malam menjelang, aku tertidur di dalam mobilku. Esoknya aku mampir ke sebuah kios membeli koran. Di salah satu kotak di halaman utama tertulis berita "Seorang perempuan bernama Bunga, ditemukan di bawah jurang. Lagi-lagi korban perampokan yang meresahkan wilayah xxx". 'Apa-apaan ini? Padahal aku yang menembaknya. Satu lagi pekerjaan rapi anak buahku'.
Aku memutuskan untuk menginap semalam di sebuah hotel di kota itu. Paginya petugas hotel menyelipkan koran baru di bawah pintu kamarku. Kubaca koran itu; 'Pejabat xxx tak sengaja terlihat memantau..." dengan sebuah foto besar diriku yang kemarin sedang mampir ke kios untuk membeli koran dan rokok. Siapa yang memotretku? padahal tak ada satupun wartawan yang mewawancaraiku.
aku melanjutkan membaca; Jarang ada pejabat yang langsung turun ke lapangan, melihat keadaan rakyat'.
"Hahahaha" aku hanya bisa tertawa. Apa-apaan ini. Seolah seperti ada tangan tak terlihat sedang menuntunku ke jalan ini".
Aku tertawa sambil memperhatikan bayanganku di cermin. Sebuah makhluk dengan kepala besar tanpa rambut, bermuka lebar, mata besar yang melotot, hidung pesek, bibir yang melebar, juga jemari tangan yang berselaput.
Apa sekarang aku masih bisa disebut sebagai manusia?
Langganan:
Postingan (Atom)