"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan berbangsa-bangsa,dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orng yg paling mulia di antaramu disisi Allah ialah orng yg paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal."(Q.S al hujuraat: 13).
Itulah yang diperjuangkan oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah (kita mengenalnya sebagai Buya Hamka) saat itu. Saat dimana tradisi, adat istiadat justru menjadi pembatas. Di dalam tulisan-tulisannya itulah kritikannya atas tradisi tersampaikan.
Menariknya sekalipun karya-karyanya dilabeli sebagai sastra Islam namun didalamnya bahasan mengenai Islam masih bisa dihitung dengan jari, jangankan mengutip A-Quran dan Hadist. Novel karya beliau layaknya novel-novel pada umumnya. Berbeda dengan sastra Islam yang umumnya kita baca dipasaran yang menuliskan dengan gamblang dan sangat detail mengenai simbol-simbol dan hukum-hukum Islam. Mungkin tujuan beliau agar setiap orang bisa dengan mudah menerimanya, memperluas pasar pembaca agar bukan hanya dari golongan tertentu saja. Beliau sangat piawai menyisipkan nilai-nilai keislaman secara implisit.
Waktu telah membuktikan kisah-kisah yang ditorehkannya tidak tertelan oleh zaman. Tahun 2013 kemarin Soraya Intercine Films menganggkatnya menjadi sebuah film. Dan.. meskipun saya sudah mengenal karya satra ini sejak lama, saya belum sempat menonton filmnya. Barusan kemarin saya tonton hehehe.
Inilah kira-kira ringkasan cerita filmnya;
Berlatar tahun 1930-an, dari tanah kelahirannya Makassar, Zainuddin (Herjunot Ali) berkunjung menuju kampung halaman ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Di sana, ia bertemu dengan Hayati (Pevita Pearce), seorang gadis cantik jelita yang menjadi bunga desa. Kedua muda-mudi itu jatuh cinta. Namun, adat dan istiadat yang kuat meruntuhkan cinta mereka berdua. Zainuddin hanya seorang melarat yang tak bersuku; karena ibunya berdarah Bugis dan ayah berdarah Minang, statusnya dalam masyarakat Minang yang bernasabkan garis keturunan ibu tidak diakui. Oleh sebab itu, ia dianggap tidak memiliki pertalian darah lagi dengan keluarganya di Minangkabau. Sedangkan Hayati adalah perempuan Minang santun keturunan bangsawan. Zainuddin diusir dari Batipuh oleh tetua adat(mamak Hayati). Disaat hatinya hancur datanglah Hayati melepas kepergian Zainuddin dan mengucapkan janji setia kepada Zainuddin, janji yang mampu menguatkan hatinya.
Pada akhirnya, lamaran Zainuddin ditolak keluarga Hayati. Hayati dipaksa menikah dengan Aziz (Reza Rahadian), laki-laki kaya terpandang dan mempunyai darah Minangkabau tulen yang lebih disukai keluarga Hayati daripada Zainuddin. Nampaknya Hayati mulai terpengaruh oleh pendapat orang-orang disekitarnya dan bersedia menerima Aziz sebagai pendamping hidupnya. Janji tinggallah janji.
Kecewa, Zainuddin jatuh sakit. Akibat nasehat dari Bang Muluk (Randy Danistha) Ia pun memutuskan untuk berjuang, pergi dari ranah Minang dan merantau ke tanah Jawa;Batavia demi bangkit melawan keterpurukan cintanya. Zainudin bekerja keras membuka lembaran baru hidupnya. Sampai akhirnya ia menjadi penulis terkenal dengan karya-karya masyhur dan diterima masyarakat seluruh Nusantara.
Takdir mempertemukan mereka kembali. Di tengah gelimang harta dan kemasyhurannya, dalam sebuah pertunjukan opera, Zainuddin bertemu Hayati, kali ini bersama Aziz, suaminya. Aziz dan Hayati menumpang di rumah Zainuddin setelah semua harta bendanya ludes akibat kegemarannya berjudi. Karena malu Aziz memutuskan untuk menceraikan Hayati dan bunuh diri. Sepeninggal Aziz. Hayati dikirim pulang ke kampung halamannya oleh Zainuddin dengan menaiki kapal Van der Wijck. Di tengah-tengah perjalanan, kapal tersebut tenggelam. Sebelum kapal tenggelam, dari Surat Hayati yang disampaikan oleh bang Muluk. Zainuddin mengetahui bahwa Hayati juga masih mencintainya.
Seperti halnya novelnya. Film ini juga merupakan masterpiece. Setiap dialognya benar-benar indah dan enak didengar. Meresap di hati dan ingatan. Membuat kita terus tergiang-ngiang.
Begitu juga dengan alunan musik pengiring adegan yang dibawakan oleh Nidji sangatlah pas.
Saya menontonnya dua kali setelah tahu ternyata film ini ada versi Extended-nya. Versi Bioskopnya lama durasinya 2 jam 34 menit 33 detik. Sedangkan versi Extended (DVD)nya 3 jam 14 menit 32 detik. Bedanya pada versi Extended terdapat tambahan adegan untuk lebih memperjelas cerita, adegan-adengan yang dipotong pada versi sebelumnya dimasukkan kembali.
Jadi saran saya langsung tonton yang versi Extended-nya saja.
Cast di film ini benar-benar cocok/sesuai. Apalagi Reza Rahadian secara fisik jauh lebih cocok berperan sebagai Aziz pria gagah yang angkuh daripada berperan sebagai Habibie. Yang setuju angkat tangan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).