Hari-hariku berlalu seperti biasanya. Tanpa ada kesulitan dan halangan apapun. Terasa hampa. Entah sudah berapa lama hal ini berlangsung. Pada hari-hari tertentu aku masih menyempatkan diri datang ke villa pribadi simpananku untuk beristirahat. Seperti biasa, saat ini ada empat sampai lima orang perempuan secantik kuntum bunga menyertaiku. Seperti yang dinasehatkan ustad tempo hari, aku menyuruh pulang seorang diantara mereka. Pertemuan berikutnya aku ulangi menyuruh pulang salah seorang lagi. Begitu seterusnya dengan pertemuan-pertemuan berikutnya hingga tersisa hanya seorang perempuan manis yang menemaniku saat ini.
Pikiran itu datang kembali saat aku sedang menikmati dunia dengannya, mengganggu konsentrasiku. Rasa itu datang dengan kuat. Ketika ia sedang terlena di atas tempat tidur. Aku mengambil pistol, kuarahkan dan kutembak tepat ke keningnya. Aku terkejut setelah mendengarkan letusan pistolku sendiri dihadapan tubuh yang telah tak bernyawa. Terdengar suara dobrakan pintu. Supir pribadi sekaligus bodyguardku masuk diikuti para penjaga villa. "Bapak tidak apa-apa!?" ucapan pertamanya sambil menggenggam pundakku dengan kedua tangannya. Mereka kalang kabut mengurus mayatnya.
Aku mematung di sudut kamar sambil menangis karena menyesal. 'Biarkan aku menebus dosaku, biarkan aku dipenjara'. Aku berdiri tenang memperhatikan orang-orangku menyelesaikan pekerjaannya mengurus mayat itu.
"Apa yang kalian lakukan? kenapa tidak memanggil polisi?" tanyaku.
"Tenang Pak! Ini urusan kecil" jawab mereka.
"Sebuah pembunuhan adalah urusan kecil?"
"Bapak hanya membela diri, bapak diancam bukan?. Nyawa bapak jauh lebih berharga dan tidak bisa dibandingkan dengan perempuan jalang ini". Kata salah seorang diantara pegawaiku.
Aku berjalan keluar mengambil mobilku dan melarikannya ke arah manapun yang bisa kutempuh. Hingga ia membawaku ke sebuah kota kecil mungkin kabupaten. Malam menjelang, aku tertidur di dalam mobilku. Esoknya aku mampir ke sebuah kios membeli koran. Di salah satu kotak di halaman utama tertulis berita "Seorang perempuan bernama Bunga, ditemukan di bawah jurang. Lagi-lagi korban perampokan yang meresahkan wilayah xxx". 'Apa-apaan ini? Padahal aku yang menembaknya. Satu lagi pekerjaan rapi anak buahku'.
Aku memutuskan untuk menginap semalam di sebuah hotel di kota itu. Paginya petugas hotel menyelipkan koran baru di bawah pintu kamarku. Kubaca koran itu; 'Pejabat xxx tak sengaja terlihat memantau..." dengan sebuah foto besar diriku yang kemarin sedang mampir ke kios untuk membeli koran dan rokok. Siapa yang memotretku? padahal tak ada satupun wartawan yang mewawancaraiku.
aku melanjutkan membaca; Jarang ada pejabat yang langsung turun ke lapangan, melihat keadaan rakyat'.
"Hahahaha" aku hanya bisa tertawa. Apa-apaan ini. Seolah seperti ada tangan tak terlihat sedang menuntunku ke jalan ini".
Aku tertawa sambil memperhatikan bayanganku di cermin. Sebuah makhluk dengan kepala besar tanpa rambut, bermuka lebar, mata besar yang melotot, hidung pesek, bibir yang melebar, juga jemari tangan yang berselaput.
Apa sekarang aku masih bisa disebut sebagai manusia?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).