Hari ini aku pergi mengendarai mobil Van milikku. Di Jalur arteri ini penuh kendaraan lalu lalang dari motor sampai berbagai macam jenis mobil. Yang berjenis pick up sampai truk juga ada, komplit. Ya sebenarnya aku kurang suka melalui jalur ini karena ya itu, banyak kendaraan besar. Selain membuat jalan menjadi penuh, polusi udara yang dihasilkan, laju kecepatan juga otomatis berkurang. Rawan kecelakaan bila sampai terhantam apalagi tertiban kendaraan berbody besar semacam truk. Apalagi yang tronton tuh, truk Gandeng. Miris.
Bagi aku sendiri bukan masalah kena kecelakaannya. Toh bila badanku hancur tergencet Truk sekalipun aku masih hidup dan dapat memulihkan diri. Masalahnya kalau sampai ada orang-orang yang melihat kejadian itu bila hal tersebut sampai terjadi. Jangan sampai deh.
Ada kegiatan yang mengharuskanku keluar kota, jadi ya terpaksa mau nggak mau melewati jalur ini. Sekalipun sudah melewati siklus sebagai manusia, Angkara masih tetap harus bekerja ya. Menyebalkan memang, tapi tentunya pekerjaan yang kami lakukan tingkatannya sudah berbeda dari yang dilakukan manusia pada umumnya. Karena manusia menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja demi menghidupi dirinya, demi kemakmuran dirinya. Kami sudah mendapatkan semua hal dasar itu dan waktu yang kami miliki juga "tidak terbatas". Hanya saja ini adalah pekerjaan dengan tujuan memastikan hal tersebut tetap berlangsung. Anggap saja mengisi dengan kegiatan ketimbang diam tidak melakukan apa-apa.
Kejenuhan sepanjang perjalanan, dan yang bisa menghiburku saat ini ya cuma berbagai macam gambar dan tulisan menarik yang digoreskan di bagian belakang mobil para pemakai jalan. Terutama jenis truk, jarang kalau motor karena mungkin terlalu kecil, jadi dianggap tidak maksimal. Umumnya berupa gambar yang disertakan kalimat yang eye catching. Misalnya di lukisi perempuan cantik dengan tagline nyeleneh "Kutunggu Jandamu". Atau terdapat gambar yang kita bisa mengenalinya sebagai artis cantik ibu kota yang disertai dengan tulisan "Cuma untuk dinikmati, bukan untuk dicintai". Dan masih banyak lagi "kalimat-kalimat mutiara nyeleneh" dari mereka yang bisa kita temui disana, yang cukup bisa membuat orang tersenyum simpul.
Belajar tentang gaung kehidupan dari belakang pantat truk. Menarik.
Gambaran tersebut adalah bentuk komunikasi dari kaum marjinal yang terpinggirkan secara ekonomi, sosial, maupun pendidikan. Disanalah mereka membuat medianya sendiri, sebagai bentuk ekspresi.
Buah dari hasrat, keresahan, pemikiran, cita-cita, dan tujuan hidup yang disatukan melalui media yang menurut mereka paling strategis(pantat kendaraan mereka) demi untuk menyuarakannya. Agar orang lain bisa melihat ekspresi yang ingin mereka sampaikan. Jangan dulu berbicara mengenai makna dan filosofi. Sarana mereka bisa eksis saja bagi mereka sudah menjadi suatu kepuasan tersendiri.
Ditaruh dibelakang pantat truk karena tentunya "falsafah" itu ditujukan kepada mereka yang sedang mengantri di belakang, sembari bisa sekilas menikmati. Biarlah orang yang kebetulan ditentukan oleh takdir berada dibelakang mereka, dan kebetulan menghadapi permasalahan yang sama bisa meresapi dan menikmati hasil karya mereka tersebut. Itu juga suatu bentuk amalkah?.
Seperti halnya dua mobil yang ada didepanku saat ini. Satu mobil pick up didepan kiriku dengan stiker kalimat tertempel dibelakang baknya yang bertuliskan "Semoga lelahku menjadi ladang ibadahku".
Hal itu nampaknya disikapi berbeda dengan Truk yang ada tepat disebelah kanannya. Walaupun bagian belakang bak nya yang besar itu bersih polosan tanpa coretan apapun, namun pada media karpet lumpurnya nan besar dan memanjang terpasang secara penuh dibagian bawah dari kiri ke kanan bertuliskan huruf kapital "TUYULE BOSE" dengan cat semprot berwarna hijau. Aku menebak kemungkinan cat yang digunakannya juga jenis "Glow in the dark", bersinar dalam gelap.
Aku melihat ada nama PT di truk tersebut. Oh ternyata milik Si Dayus.
Memang ada orang yang sadar akan keadaan mereka, namun tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menjalaninya saja.
Jadi teringat tempo hari Si Dayus tetawa puas sampai terbahak-bahak saat mengetahui penghasilan total kotor seorang pemuda yang diawasinya sehari itu mencapai Rp 250rb. Dia bilang "Hebat dong dua hari jadi lima ratus ribu, sebulan bisa jadi.."
Toying mengambil smartphonenya lalu menjalankan aplikasi kalkulator.
"Penghasilannya sebulan Tujuh juta lima ratus ribu". Masih melihat ke arah kalkulator. Ia mengalikannya tiga puluh.
"Hebat dong, orang kaya". Kembali ia tertawa terbahak-bahak.
Dirinya bersikap seperti itu karena tahu persis bahwa sang pemuda yang berprofesi sebagai ojol tersebut bisa seharian mencapai pendapatan kotor Rp250rb karena hari itu adalah hari Minggu dimana sebagian besar ojol memilih untuk off/libur(memperkecil persaingan, permintaan yang datang jadinya lebih banyak). Itupun setelah 16 jam kerja. Murni tanpa bonus karena aplikator yang menaunginya tidak memberikan bonus. Bekerja keras secara penuh bahkan hampir tanpa istirahat. Banyaknya orderan seperti itu tidak terjadi setiap hari, dan andaikan terpenuhi pun.. fisik akan mencapai batasnya. Bisa jadi esoknya jatuh sakit. Pekerjaan lapangan menuntut fisik dan konsentrasi yang tinggi. Apalagi harus berjibaku dengan rawannya resiko kecelakaan di jalan.
Berbeda dengan dirinya yang tanpa berkeringat sedikitpun bisa menghasilkan cuan yang berkali-kali lipat. Layaknya sistem Piramida, dirinya berada paling puncak, bersantai menginjak yang ada dibawahnya untuk bekerja keras demi dirinya. Sampai sekarang ia hidup dari hasil keringat orang lain.
Yang penting dengan input minimun bisa mendapatkan output maksimum. Sudah terbiasa menggunakan cara kotor, dan tanpa malu ia menyebut itu sebagai kerja keras nya.
*****
Mengetahui isi hati seseorang adalah hal yang tidak mungkin. Tetapi isi hati akan tergambar melalui "sikap dan perkataan".
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).