Aku duduk di sebuah batu. Berzirah keemasan lengkap dari badan, tangan, sampai kaki. Sebuah perisai dengan warna yang sama tergantung di punggungku. Menancapkan pedangku di tanah yang ditumbuhi rerumputan, untuk menjadikannya sebagai tumpuan tanganku. Lebatnya tetumbuhan hijau menghiasi sisi kanan dan kiriku. Di depanku terdapat sebuah pagar kecil yang terbuat dari kayu sebagai pengaman dari jurang disisi lainnya. Pemandangan kota terhampar luas dari sini, dari sudut yang tinggi ini. Ini adalah spot kesukaanku di dunia ini.
Aku sedang menunggu seorang temanku login. Teman dunia mayaku di game Arterisia Online. Sebuah dunia Fantasi MMORPG (Massively Multiplayer Online Role-Playing Game).
Hari ini aku tak tahu harus kemana lagi. Lelah sekali rasanya. Teman sejati, aku tak punya. Aku masih mempunyai ibu dan adik-adik. Namun aku bukan orang yang terbuka. Berbicara hal pribadi kepada keluargapun rasanya juga tidak mungkin. Mungkin aku masih menganggap adikku masih belum terlalu dewasa, atau mungkin rasanya malu bila harus membicarakannya dengan orang yang kita kenal, sekalipun dekat apalagi keluarga.
Saat ini aku sudah menjadi pemain pasif. Guild sudah sepi. Sebagian besar pemain angkatanku sudah pensiun dari game. Para anggota guild yang masih aktif sudah banyak yang keluar dari guild untuk bergabung dengan guild aktif.
Lagi-lagi malam ini dia tidak login. Intensitasnya dalam dunia ini semakin berkurang. Dulunya setiap hari login. Berkurang semenjak dia berkeluarga. Selamat ya Suz (^-^). Dan semakin berkurang setelah istrinya mengandung. Selamat ya, bentar lagi punya momongan! (^-^).. Terakhir kabar darinya.. sudah lahiran. Selamat ya sudah jadi bapak!, sudah bisa dipanggil bapak-bapak dong (^-^).
Setelah itu dia hampir tidak pernah login lagi.. sampai sekarang.
"Vein kasih selamat terus ke ane. Kapan nih giliran ane bisa gantian kasih selamat ke Vein?. Nyindir aku nih ceritanya (-_-) . IGN(In Game Name)ku di dunia ini adalah Vein. Ini adalah kehidupanku yang lain. Seorang pemain level tinggi dengan class Guardian. Class dengan status pertahanan tertinggi. Sebagian besar skill yang kumiliki adalah skill pertahanan. Bisa dibilang disini aku adalah pemain legendaris. Sebagian besar pemain lama pasti mengenalku. Aku pernah menjadi legenda. Aku juga seorang Guild Master/Ketua Guild. Dan "Suzuki Honda"(kami memanggilnya SH/sh biar singkat) adalah salah satu anggota guildku. Salah satu aset berharga guild. Dia adalah anggota lama yang sudah bergabung dengan guild kami ini semenjak level guild masih rendah, masih baru saja didirikan.
Dan dia adalah seorang Wibu.
Kalian pasti bertanya-tanya kenapa ada wibu yang justru menamai karakternya dengan nama otomotif. Seorang archer(pemanah) dengan avatar perempuan, yang tidak bisa dibilang hode(pemain cowok dengan avatar cewek) juga. Panjang ceritanya.
Dulu awalnya pemain Suzuki Honda adalah seorang perempuan muda. Seorang pemain aktif. Hari demi hari kami lalui bersama. Guild sudah menjadi keluarga kedua yang menyenangkan. Sampai-sampai dia tetap masuk ke dunia AO(Arterisia Online) walaupun secara diam-diam karena dimarahi ibunya yang khawatir kacamata miliknya akan jadi semakin tebal. Suatu hari aku dengar kabar darinya bahwa sebentar lagi dia akan menikah. Lebih tepatnya dinikahkan/dijodohkan. Jadi dia mungkin akan pensi dari AO. Cuma sesekali mampir. Tapi pasti karena loyalitasnya yang tinggi kepada guild. Dia berpesan agar karakternya jangan sampai ditendang dari guild untuk memberikan kursi kepada pemain baru sekalipun dia tidak online lama. Awas!. Bilangnya sambil ngancem lho itu. Masa minta izinnya gitu sih. Hahaha.
Beberapa hari kemudian dia mengabari bahwa karakternya akan dimainkan oleh teman dekatnya sedari kecil. Seorang laki-laki yang sekarang kami kenal dengan sebutan SH2/sh2 untuk membedakannya dengan SH1/sh1 secara spesifik. SH2 inilah yang memainkan karakter SH sampai sekarang. SH1 atau Nadia yang merupakan nama pemain aslinya hanya sesekali memainkan untuk melepas kangen.
Aku ingat hari pertama SH2 di dunia AO ini, mulanya teman guild aktif memanggilnya joki. Mas joki. Dilanjutkan dengan perkenalan mereka. Keadaannya sama sekali tidak canggung. Dia dengan mudah akrab dengan setiap orang. Hingga kamipun menerimanya dengan sebutan Suz. Nama avatar yang dimainkannya.
SH adalah orang yang mengagumkan. Dia adalah badut di guild kami. Pelindung sekaligus penjaga senyuman kami. Dia senantiasa membuat kami tertawa, minimal tersenyum membaca kalimat-kalimat darinya yang dia ketik di chat guild setiap dia didalam game. Senantiasa menghibur kami dikala chat guild sepi. Pancingan-pancingan darinya tak pernah gagal membuat chat guild hidup, menjadi ramai penuh keceriaan. Itulah mengapa popularitasnya di kalangan Guild tidak pernah terlupakan. Sekalipun anggota guild kami yang mengenalnya sudah pensi, pindah ke guild lain atau bahkan mendirikan guild mereka sendiri. Ingatan akan dirinya terus hidup dalam kenangan. Menjadikannya seseorang yang takkan terlupakan.
Itulah yang membuatku membicarakan masalah pribadiku kepadanya. Karena aku percaya kepadanya. Disaat aku terpuruk. Terus merasa sedih. Waktu itu.. aku gagal mendapatkan gadis impianku.
Tidak pernah bertemu secara langsung, Kami hanyalah orang asing di dunia nyata. Dan sepertinya tidak akan pernah bertemu secara nyata. Identitas anonim membuatku nyaman membicarakan banyak hal kepadanya. Aku tidak ingin menanyakan identitas dirinya yang sebenarnya. Begitu juga dengannya. Mungkin lebih baik tetap seperti ini.
Namun ikatanku dengannya di dunia maya ini begitu erat. Aku berani mengatakan bahwa dia adalah salah satu sahabatku di Arterisia Online ini.
"Bentar. Ane mau ngomong kutipan favorit ane."
"Beginilah cinta. Deritanya tiada akhir" (bye:Cu Pat Kay)
Awalnya dia bertanya terlebih dahulu kepadaku.
"Vein di dunia nyata ganteng gak?"
"Ganteng. Ganteng banget malahan."
"Ganteng beneran ato cuma kata Ibu Vein saja?"
"Ganteng banget. Beneran." aku iringi dengan emoticon serius"
Dia mengirimiku sebuah link forum.
"Eh.. ini bukan link yang bukan-bukan kan?"
Ia hanya menjawab dengan emoticon khas yang selalu dipakainya, emoticon perpaduan wajah datar+nyindir.
Aku membuka link tersebut.
Perbedaan Antara Cowok Ganteng & Cowok Jelek di mata Cewek
Kalo cowok ganteng pendiam cewek2 bilang: woow, cool banget…
Kalo cowok jelek pendiam cewek2 bilang: ih kuper banget…
Kalo cowok ganteng jomblo cewek2 bilang: pasti dia perfeksionis
Kalo cowok jelek jomblo cewek2 bilang: sudah jelas…kagak laku…
Kalo cowok ganteng berbuat jahat cewek2 bilang: nobody’s perfect
Kalo cowok jelek berbuat jahat cewek2 bilang: pantes…tampangnya kriminal
Kalo cowok ganteng nolongin cewe yang diganggu preman cewek2 bilang: wuih jantan…kayak di filem2
Kalo cowok jelek nolongin cewe yang diganggu preman cewek2 bilang: pasti premannya temennya dia…
Kalo cowok ganteng dapet cewek cantik cewek2 bilang: klop…serasi banget…
Kalo cowok jelek dapet cewek cantik cewek2 bilang: pasti main dukun.
Kalo cowok ganteng diputusin cewek cewek2 bilang: jangan sedih, khan masih ada aku…
Kalo cowok jelek diputusin cewek cewek2 bilang:…(terdiam, tapi telunjuknya meliuk-liuk dari atas ke bawah)…kaciaaan deh lo…..
Kalo cowok ganteng ngaku indo cewek2 bilang: emang mirip-mirip bule sih…
Kalo cowok jelek ngaku indo cewek2 bilang: pasti ibunya Jawa bapaknya robot…
Kalo cowok ganteng penyayang binatang cewek2 bilang: perasaannya halus…penuh cinta kasih
Kalo cowok jelek penyayang binatang cewek2 bilang: sesama keluarga emang harus menyayangi…
Kalo cowok ganteng bawa BMW cewek2 bilang: matching…keren luar dalem
Kalo cowok jelek bawa BMW cewek2 bilang: mas, majikannya mana?…
Kalo cowok ganteng males difoto cewek2 bilang: pasti takut fotonya kesebar-sebar
Kalo cowok jelek males difoto cewek2 bilang: nggak tega ngeliat hasil cetakannya
Kalo cowok ganteng naek motor gede cewek2 bilang: wah kayak lorenzo lamas…bikin lemas…
Kalo cowok jelek naek motor gede cewek2 bilang: awas!! mandragade lewat…
Kalo cowok ganteng nuangin air ke gelas cewek cewek2 bilang: ini baru cowok gentlemen
Kalo cowok jelek nuangin air ke gelas cewek cewek2 bilang: naluri pembantu, emang gitu…
Kalo cowok ganteng bersedih hati cewek2 bilang: let me be your shoulder to cry on
Kalo cowok2 jelek bersedih hati cewek2 bilang: cengeng amat!!…laki-laki bukan sih?
Kalo cowok ganteng baca blog ini langsung ngaca sambil senyum2 kecil, lalu berkata “life is beautifull”
Kalo cowok jelek baca ini: Frustasi, kebelakang ngambil tali jemuran, trus triak sekeras-kerasnya “HIDUP INI KEJAAAAMMM….!!!”
Aku benar-benar tertawa lepas pada waktu itu.
"Dasar Suzu". ^_^ .
Aku pernah mencetak ini sebagai hasil test print dari printer pelanggan. Dan menyertakannya bersama printer yang kubawa. Kuharap mereka satu kantor akan tertawa seharian membaca jokes ini.
Sekarang aku tahu kenapa seseorang bisa menutup hatinya. Karena dia membiarkan rasa cinta itu mengalir terlalu dalam, lalu kecewa.
"Jika kau membuat tertawa seseorang pada hari itu. Kau juga akan membuat dia tertawa di kesempatan yang lain, di masa mendatang. Saat dia mengenang peristiwa itu."
***
Langit yang semula tenang tiba-tiba berubah menjadi gelap, hitam dan merah. Kedua warna itu berpadu membentuk pusaran. Angin berhembus kencang, kilatan petir terlihat dilangit, suara guntur menggelegar mulai terdengar. Ditengah pusaran perpaduan dua warna itu, terbentuk sebuah lubang cacing yang perlahan terbuka, dari yang mulanya kecil, diameternya mulai membesar. Posisinya tak jauh dari kota. Aku berdiri, mencabut pedangku dari tanah dan menyarungkannya. Berjalan mendekat ke pagar pembatas untuk melihatnya lebih jelas. Nampak olehku dibawah sana, para penduduk kota terlihat panik. Begitu juga para pemain berhamburan keluar menuju tempat terbuka untuk melihat fenomena ini.
Sebuah layar pop out muncul dihadapanku memberitahukan sebuah Quest. Emergency Quest.
"Monster level Disaster telah muncul"
Hadapi?
Ya atau Tidak
"Event World Boss ya?.
Perlindungan dariku akan membuat mereka lebih mudah menghadapinya."
Segera aku memanggil mount/tunggangan milikku yang berwujud kuda putih bersayap. Terbang melesat kesana sambil menekan opsi "Ya".
Kenapa memilih class Guardian?. Aku tersenyum. Kurasa karena dalam diriku terdapat jiwa seorang pelindung.
Cinta dan Materi
Diposting oleh
tutorial
05.52
"Yang mau sama dia itu kalau nggak Lonte ya minimal Cewek Matre!."
Itulah yang dikatakan Sugeharto di kedai Kopi saat mereka membahas tentang harta kekayaan Toying yang wah. Bahkan beberapa mobil mewah semacam Ferari dan Jaguar tersimpan di garasi rumahnya sebagai koleksi pribadi. Sementara bila Toying, orang yang notabene "bisa membeli pahala" sampai mengetahui hal ini. Ia pasti akan membalasnya dengan berkata "Aku sih masih mending. Bila pahalaku dikurangi oleh hutang dosaku. Sisanya masih lebih banyak daripada dia yang cuma mengandalkan Shalat Jumat!." diiringi oleh suara tawanya yang terdengar meremehkan. Dan kalau Sugeharto sampai mendengarkan balasan ini, dia akan menjawab "Sok tahu!, sudah berapa kali ini aku tidak shalat Jumat. Dan semua orang yang mendengar perkataan Sugeharto itu akan mengarahkan pandangan kepadanya.
Apa yang dikatakan Sugeharto tidaklah sepenuhnya benar. Meskipun mengetahui suaminya suka "jajan". Istri Toying tidak pernah membalas perbuatannya dengan hal serupa. Dia adalah istri yang setia. Puas berbelanja barang bermerk memang bisa mengobati stres dan beban hidup.
Hal ini disikapi secara berbeda oleh Gelis Istri dari Pandot.
Mereka masih bisa dikatakan pengantin baru. Namun kekecewaan menyelimuti hati sang istri. Dirinya akhirnya sadar walaupun terlambat, merasa bahwa dirinya terlalu baik untuk Pandot. Dia kecewa oleh keputusannya. Namun apa mau dikata, semua sudah terjadi.
3 M. Macak, Masak, Manak (berdandan, memasak, melahirkan). Itulah yang hampir setiap hari dikatakan oleh Pandot tanpa tedeng aling-aling. Hal itu bahkan dikatakannya sesaat sebelum mereka melakukan hubungan suami istri. Dari cara berbicaranya, justru terkesan dia merendahkan sang istri. Gelis istrinya sendiri bukannya tidak mengetahui peringai Pandot yang seperti ini. Orang-orang disekitarnya yang kasihan menyayangkan kok mau-maunya dia jadi budak seksnya Pandot. Mindset pendidikannya yang rendah mengalahkan akal sehatnya, lanjut mereka.
Sebelumnya, tempat kerja Pandot bersebelahan dengan tempat kerja Gelis. Pandot bekerja sebagai pegawai percetakan dan Gelis sebagai pegawai sebuah Butik. Sifat Pandot seperti apa juga sudah diketahui oleh semua yang ada dilingkungan tersebut.
Pandot adalah laki-laki berperangai buruk, berkelakuan minus, dan berhati busuk. Kulitnya sawo matang, badannya pendek. Dan sama sekali tidak tampan.
Sebelumnya Pandot sangat membenci PNS. Pengangguran tapi dapat gaji besar!. Membenci jelas bukanlah kata yang tepat mengenai hal tersebut, melainkan ia iri kepada mereka. Bahkan saat Dyah rekan satu outletnya izin sehari untuk ikut tes CPNS, Pandot segera menyorakinya "Percuma percuma. Kamu tidak bakalan keterima, percaya sama aku!. Kalo kamu nyogok baru bisa!". Itu karena Dyah mendaftar sebagai CPNS Balai Kota yang semua orang satu kota tahu mengenai lowongan tersebut. Sampai-sampai dikomersilkan oleh para calo, mereka menjual lembaran fotocopy persyaratan sampai kejalan raya. Sedangkan Pandot berhasil diterima di Balai Meteorologi yang tingkat popularitas dan penyebaran informasi lowongannya masih sangat terbatas, tidak banyak orang yang tahu. Persyaratan jurusan formasi yang dibutuhkan juga kebetulan sesuai dengan ijazah Pandot. Itupun berkat informasi teman sekampusnya yang sudah berhasil diterima ditempat tersebut sebelumnya. Penilaian Pandot terhadap pekerjaan tersebut berubah 180 derajat setelah berhasil diterima sebagai salah satunya. Dia membuat pengakuan kepada salah satu mantan pelanggan outlet percetakan yang bekerja di Balai Pemberdayaan Wanita yang sekarang Pandot jadikan teman karena seprofesi. Pandot yang menghubunginya untuk memamerkan "keberhasilannya". Dulu dia sampai mencela-cela pekerjaan ini, membencinya. Tapi sekarang berbeda. Memang ini pekerjaan yang enak ujarnya. Hipokrit.
"Pandot nggak jelek kok. Ya.. cuma bau sih. Tapi dia nggak jelek kok. ujar Gelis membela suaminya kini.
"Gimana pengalaman Dharma Wanitanya?. Kamu pasti jadi yang paling cantik disana. cecar temannya.
"Uang belanjamu sebulan dikasih berapa?. Enak dong setiap hari bisa ke Salon buat perawatan".
"Nggak mau aku kalau makan Tempe. Kalau jadi sama si A sih nggak papa makan Tempe setiap hari sekalipun. Ungkapnya.
"Sudah terlanjur. Jangan sampai bercerai. Ingat kamu bukan Ranti." Temannya berulang kali mengingatkannya akan realitas kehidupan yang mereka jalani. Karena dirinya sendirinyalah sebagai wanita yang akan mengalami kerugian bila sampai bercerai. Dia hanya punya satu(keperawanan) dan itu sudah dia serahkan pada Pandot. Gelis sendiri berasal dari keluarga yang tidak kaya.
Gelis berpikir "realistis" bila menikah dengan Pandot yang seorang PNS itu lebih baik daripada menikah dengan pemuda lainnya yang secara ekonomi tidak jauh darinya. Stabil secara ekonomi, terlindungi oleh sistem. Bisa mengangkat dirinya dari jurang kemiskinan. Sekalipun hanya untuk dirinya sendiri. Gaya hidup kedua orangtuanya tetap sama, mereka tetap bekerja seperti biasa, tidak ada perubahan.
Gelis sudah merendahkan dirinya sendiri dengan anggapan seperti itu. Bukankah selama ini dia adalah perempuan mandiri yang bekerja, tidak berpangku tangan?.
Catatan: Ranti adalah nama salah seorang anak orang kaya yang mereka kenal.
Sebelumnya Gelis adalah perempuan baik-baik. Dia bahkan langsung meminta Pandot untuk melamarnya waktu Pandot berkenalan dengannya dan meminta Gelis untuk menjadi pacarnya, setelah memperkenalkan diri bekerja sebagai PNS tentunya.
Walaupun saat itu, Gelis juga sadar dan mengakui bahwa waktu berkenalan. Pandot melihatnya dengan begitu bernafsu. Tatapan mata nakal yang dipadukan dengan raut mukanya yang mesum. Sungguh mulia sekali perempuan ini. Langsung dikasih yang halal.
"Lho malah nantang!. Jelas berani!." Gayung bersambut. Pandot berbinar, penuh senyuman. Tidak menyangka justru mendapat jawaban seperti itu. Itulah yang berkali-kali diceritakan dengan bangganya oleh Pandot kepada teman-teman dan para kenalannya. Kemudahan yang dia dapatkan.
Bahkan sampai bercerita dengan bangganya tentang kehidupan ranjang mereka kepada kenalannya yang seorang pemilik warung Penyet yang mendirikan usahanya didepan percetakan tempat dahulu Pandot bekerja, yang buka sore hari menjelang percetakan tutup. Ia bercerita kepada pemilik warung penyet yang juga pasti didengar oleh kedua pegawainya yang notabene pernah menaruh hati kepada Gelis. Mereka hanya bisa kecut dalam hati. Bercerita sambil mempraktekkan gerakan memaju-mundurkan pantatnya. Main kuda-kudaan katanya. Tentu saja hal itu ditanggapi negatif oleh sang Boss penyet. Sambil mengolok-olok kelakuan Pandot pada masa lalu. Dari saat dirinya girang bukan kepalang saat dirinya "laku" sampai kegemarannya menonton film porno sambil menggoyang-goyangkan kepala dan menjulur-julurkan lidah. Dan tentu saja hal itu dibalas kembali oleh Pandot dengan sumpah serapah dan mengatakan bahwa dia tidak akan dolan kesini lagi!. Beberapa bulan setelahnya orang baik seperti sang Boss penyet ini tiba-tiba meninggal dunia karena mengalami kecelakaan.
Tidak sampai berpikir dua kali. Selanjutnya Pandot segera memutuskan pacarnya yang sebelumnya, dengan alasan bahwa dirinya sudah dijodohkan oleh orangtuanya. Sunguh alasan yang pengecut. Siapa yang percaya?.
"Kenapa tidak kamu jelaskan saja tentang hubungan kita kepada kedua orangtuamu?. Kita sudah lama jadian. Mereka pasti mengerti."
Tapi Pandot tetap berisikeras pada pendiriannya. Demi membahagiakan orangtuanya dan menjadi anak yang berbakti katanya. Ia tidak bisa menolaknya.
Bagaimanapun juga dia seorang perempuan yang mempunyai harga diri. Menyadari dirinya telah "dibuang". Apapun yang dia katakan akan percuma saja.
"Kita tidak punya hubungan apa-apa lagi. Tapi aku punya syarat. Aku tidak ingin bertemu kamu lagi, tidak ingin melihat mukamu lagi seumur hidupku." ucapnya. Dia berusaha tegar, namun percuma karena air mulai merembes dari sudut matanya.
Langsung disanggupi oleh Pandot.
Tidak ingatkah dirinya saat dulu masih menjadi pegawai swasta. Saat menembak pacarnya dan diterima, dirinya senang bukan main.
"Sudah laku!. Aku sudah laku!.
Aku laku!. Sudah laku!"
Kalimat-kalimat itu dinyanyikannya berulang-ulang dengan girang. Ia berkata kepada setiap orang di outlet percetakan tempatnya bekerja. Kalimat yang berkali-kali dia ulang kepada para rekan kerjanya. Bahkan pernah suatu saat ia membanggakan pacarnya itu dengan mengatakan bahwa pacarnya itu putih. Putih luar dalam lanjutnya. Putih sampai dalam-dalamnya. Entah apa maksud perkataannya itu.
Penampilan pacarnya biasa saja. Cukup sepadanlah buat Pandot. Sepertinya dia memakai pemutih kulit.
Jadi Pandot tidak menganggap kebersamaannya selama ini?. Sungguh kasihan perempuan itu. Bahkan saking niatnya sama Pandot. Pacarnya ini sampai berusaha menjaga hati Pandot. Misalnya dengan berusaha jengkel dan cuek kepada rekan kerja Pandot yang disentimeni oleh Pandot, karena Pandot iri kepadanya yang mempunyai perawakan gagah dan wajah yang tampan. Sudah berkali-kali Pandot mengatakan rencana pulang kampung kepada para rekan kerjanya. Setelah menikah dengan calonnya itu. Dirinya akan mendampingi istrinya yang akan menjadi Bidan di desa. Tak lupa dia menginginkan sebuah poster besar seukuran tembok rumah bergambar foto pernikahan mereka untuk ditempel dikamarnya.
Dan sekarang semua itu dia abaikan begitu saja. Dan langsung melangsungkan pernikahan dengan Gelis hanya dalam waktu beberapa hari saja.
Tiwas bersuka cita calon suaminya berhasil diterima sebagai PNS. Dia yang mau menerima Pandot sewaktu dirinya masih bukan siapa-siapa. Mau mendampingi Pandot, yang sayangnya hanya saat dukanya saja(waktu masih jadi pegawai biasa dengan penghasilan minim). Saat suka datang(sudah keterima sebagai PNS dengan gaji tinggi beserta segala fasilitas dan tunjangan), dirinya ditinggalkan begitu saja, demi seorang perempuan cantik yang baru saja dikenalnya.
Lidah tak bertulang. Janji hanyalah tinggal janji.
"Aku nggak mau ikut campur masalah rumahtanggamu. Tapi harusnya kamu bisa berpikir, kamu nerima Pandot cuma karena dia PNS!?. Pandot itu D3. Gaji Pandot yang seorang PNS itu sama kok sama pegawai swasta lainnya yang pendidikannya D3-S1. Memangnya dia konglomerat!. Pandot sama sekali gak ganteng, kelakuannya dia kamu juga tahukan seperti apa!?. Kamu itu cantik. Kalau kamu mau, aku bisa menempatkan kamu di Butikku yang lain, yang lebih besar dan ramai. Disana ada banyak bujang yang berbelanja. Minimal kamu bisa dapetin pegawai yang pendidikannya S1. Kamu sama dia sekarang juga ngekoskan!?. Sebenarnya percuma juga aku ucapin sekarang." ucap si Boss mengungkapkan kekecewaannya. Kecewa bahwa mantan pegawainya yang cantik justru mendapatkan lelaki seperti Pandot. Kekecewaannya sebagai sesama perempuan.
"Sudah terlanjur Cik" jawab Gelis pasrah.
Catatan : Pandot berasal dari luar kota. Orangtuanya kata dia sih kaya raya. Tapi diluar kota, di Kabupaten tepatnya. Perkataan mantan Boss dari istri Pandot memang ada benarnya.. pada saat itu.
Karena setelah Presiden SBY menjabat kembali, salah satu kebijakannya adalah dengan menaikkan besaran gaji PNS secara sangat signifikan, sehingga masyarakat secara umum tidak bisa lagi mengejar standart tersebut. Kita pasti mengetahui bahwa sejak jaman dahulu, selang beberapa saat setelah gaji PNS mengalami kenaikan. Harga barangpun ikut-ikutan naik. Seolah itu adalah patokan untuk menaikkan harga, sehingga akhirnya tidak ada jurang pembeda. Kenaikan gaji menjadi tidak terasa.
Dengan naiknya gaji PNS hingga dua kali lipat tentunya membuat masyarakat umum tidak akan bisa menyainginya. Reaksi masyarakatpun kaget. Karena daya beli masyarakat jelas tidak akan mampu bila harus langsung menyamai standart tersebut.
Nyesel kan waktu lihat Agum, teman sejawat Pandot waktu pesta pernikahan?. Yang punya fisik jauh lebih menarik ketimbang Pandot. Yang sengaja tidak diperkenalkan oleh Pandot kepada Gelis diwaktu perkenalan keduanya yang singkat itu. Pandot tidak sebodoh itu memberikan keluangan pertimbangan kepada Gelis untuk berpikir kembali. Lagipula bukannya itu juga berasal dari omongan "tantangan" dari Gelis sendiri?. Padahal baru saja masih hitungan jam dari akad nikahnya dengan Pandot tapi sudah nyesel. Cuma bisa saling memandang, disertai gemuruh rasa didalam dada. Yang satunya mengucapkan selamat karena telah menikah dengan Pandot dan satunya lagi menerima ucapan selamat karena sudah menikah dengan Pandot. Selamat deh.
Namun akhirnya karena Gelis merasa tidak bahagia dengan keputusan yang tidak bisa dia tarik kembali.
Merasa bahwa dirinya "terlalu baik" untuk Pandot. Dia melakukan "balas dendam" dengan melakukan perbuatan terlarang dengan lelaki lain. Yang penting anak yang dikandungnya nanti tetaplah anak dari Pandot.
Balas dendam kepada takdir karena berjodoh dengan Pandot?. Bukankah dia sendiri yang membuat pilihan dengan menjadikan Pandot sebagai jodohnya!?. Bukankah dia sendiri yang membuat pilihan untuk terjebak bersama Pandot seumur hidupnya?. Bukan seumur hidupnya sih, melainkan selamanya. Karena di akherat nanti dia juga tetap bakal jadi isterinya. Surgo nunut Neroko katut (Surga ikut numpang, Neraka juga ikut terbawa). Bukankah itu adalah pilihannya?.
Sungguh ironis. Dirinya yang sebelumnya perempuan baik-baik justru merusak dirinya sendiri.
Pilihlah lelaki yang bisa menghargaimu, bukan membelimu.
Atau kalau ingin dibeli ya.. jangan tanggung-tanggung, minimal harus sama konglomerat. Jadi setidaknya.. kamu bisa mendapatkan "kebahagiaan lain" yang bisa menghiburmu.
Itulah yang dikatakan Sugeharto di kedai Kopi saat mereka membahas tentang harta kekayaan Toying yang wah. Bahkan beberapa mobil mewah semacam Ferari dan Jaguar tersimpan di garasi rumahnya sebagai koleksi pribadi. Sementara bila Toying, orang yang notabene "bisa membeli pahala" sampai mengetahui hal ini. Ia pasti akan membalasnya dengan berkata "Aku sih masih mending. Bila pahalaku dikurangi oleh hutang dosaku. Sisanya masih lebih banyak daripada dia yang cuma mengandalkan Shalat Jumat!." diiringi oleh suara tawanya yang terdengar meremehkan. Dan kalau Sugeharto sampai mendengarkan balasan ini, dia akan menjawab "Sok tahu!, sudah berapa kali ini aku tidak shalat Jumat. Dan semua orang yang mendengar perkataan Sugeharto itu akan mengarahkan pandangan kepadanya.
Apa yang dikatakan Sugeharto tidaklah sepenuhnya benar. Meskipun mengetahui suaminya suka "jajan". Istri Toying tidak pernah membalas perbuatannya dengan hal serupa. Dia adalah istri yang setia. Puas berbelanja barang bermerk memang bisa mengobati stres dan beban hidup.
Hal ini disikapi secara berbeda oleh Gelis Istri dari Pandot.
Mereka masih bisa dikatakan pengantin baru. Namun kekecewaan menyelimuti hati sang istri. Dirinya akhirnya sadar walaupun terlambat, merasa bahwa dirinya terlalu baik untuk Pandot. Dia kecewa oleh keputusannya. Namun apa mau dikata, semua sudah terjadi.
3 M. Macak, Masak, Manak (berdandan, memasak, melahirkan). Itulah yang hampir setiap hari dikatakan oleh Pandot tanpa tedeng aling-aling. Hal itu bahkan dikatakannya sesaat sebelum mereka melakukan hubungan suami istri. Dari cara berbicaranya, justru terkesan dia merendahkan sang istri. Gelis istrinya sendiri bukannya tidak mengetahui peringai Pandot yang seperti ini. Orang-orang disekitarnya yang kasihan menyayangkan kok mau-maunya dia jadi budak seksnya Pandot. Mindset pendidikannya yang rendah mengalahkan akal sehatnya, lanjut mereka.
Sebelumnya, tempat kerja Pandot bersebelahan dengan tempat kerja Gelis. Pandot bekerja sebagai pegawai percetakan dan Gelis sebagai pegawai sebuah Butik. Sifat Pandot seperti apa juga sudah diketahui oleh semua yang ada dilingkungan tersebut.
Pandot adalah laki-laki berperangai buruk, berkelakuan minus, dan berhati busuk. Kulitnya sawo matang, badannya pendek. Dan sama sekali tidak tampan.
Sebelumnya Pandot sangat membenci PNS. Pengangguran tapi dapat gaji besar!. Membenci jelas bukanlah kata yang tepat mengenai hal tersebut, melainkan ia iri kepada mereka. Bahkan saat Dyah rekan satu outletnya izin sehari untuk ikut tes CPNS, Pandot segera menyorakinya "Percuma percuma. Kamu tidak bakalan keterima, percaya sama aku!. Kalo kamu nyogok baru bisa!". Itu karena Dyah mendaftar sebagai CPNS Balai Kota yang semua orang satu kota tahu mengenai lowongan tersebut. Sampai-sampai dikomersilkan oleh para calo, mereka menjual lembaran fotocopy persyaratan sampai kejalan raya. Sedangkan Pandot berhasil diterima di Balai Meteorologi yang tingkat popularitas dan penyebaran informasi lowongannya masih sangat terbatas, tidak banyak orang yang tahu. Persyaratan jurusan formasi yang dibutuhkan juga kebetulan sesuai dengan ijazah Pandot. Itupun berkat informasi teman sekampusnya yang sudah berhasil diterima ditempat tersebut sebelumnya. Penilaian Pandot terhadap pekerjaan tersebut berubah 180 derajat setelah berhasil diterima sebagai salah satunya. Dia membuat pengakuan kepada salah satu mantan pelanggan outlet percetakan yang bekerja di Balai Pemberdayaan Wanita yang sekarang Pandot jadikan teman karena seprofesi. Pandot yang menghubunginya untuk memamerkan "keberhasilannya". Dulu dia sampai mencela-cela pekerjaan ini, membencinya. Tapi sekarang berbeda. Memang ini pekerjaan yang enak ujarnya. Hipokrit.
"Pandot nggak jelek kok. Ya.. cuma bau sih. Tapi dia nggak jelek kok. ujar Gelis membela suaminya kini.
"Gimana pengalaman Dharma Wanitanya?. Kamu pasti jadi yang paling cantik disana. cecar temannya.
"Uang belanjamu sebulan dikasih berapa?. Enak dong setiap hari bisa ke Salon buat perawatan".
"Nggak mau aku kalau makan Tempe. Kalau jadi sama si A sih nggak papa makan Tempe setiap hari sekalipun. Ungkapnya.
"Sudah terlanjur. Jangan sampai bercerai. Ingat kamu bukan Ranti." Temannya berulang kali mengingatkannya akan realitas kehidupan yang mereka jalani. Karena dirinya sendirinyalah sebagai wanita yang akan mengalami kerugian bila sampai bercerai. Dia hanya punya satu(keperawanan) dan itu sudah dia serahkan pada Pandot. Gelis sendiri berasal dari keluarga yang tidak kaya.
Gelis berpikir "realistis" bila menikah dengan Pandot yang seorang PNS itu lebih baik daripada menikah dengan pemuda lainnya yang secara ekonomi tidak jauh darinya. Stabil secara ekonomi, terlindungi oleh sistem. Bisa mengangkat dirinya dari jurang kemiskinan. Sekalipun hanya untuk dirinya sendiri. Gaya hidup kedua orangtuanya tetap sama, mereka tetap bekerja seperti biasa, tidak ada perubahan.
Gelis sudah merendahkan dirinya sendiri dengan anggapan seperti itu. Bukankah selama ini dia adalah perempuan mandiri yang bekerja, tidak berpangku tangan?.
Catatan: Ranti adalah nama salah seorang anak orang kaya yang mereka kenal.
Sebelumnya Gelis adalah perempuan baik-baik. Dia bahkan langsung meminta Pandot untuk melamarnya waktu Pandot berkenalan dengannya dan meminta Gelis untuk menjadi pacarnya, setelah memperkenalkan diri bekerja sebagai PNS tentunya.
Walaupun saat itu, Gelis juga sadar dan mengakui bahwa waktu berkenalan. Pandot melihatnya dengan begitu bernafsu. Tatapan mata nakal yang dipadukan dengan raut mukanya yang mesum. Sungguh mulia sekali perempuan ini. Langsung dikasih yang halal.
"Lho malah nantang!. Jelas berani!." Gayung bersambut. Pandot berbinar, penuh senyuman. Tidak menyangka justru mendapat jawaban seperti itu. Itulah yang berkali-kali diceritakan dengan bangganya oleh Pandot kepada teman-teman dan para kenalannya. Kemudahan yang dia dapatkan.
Bahkan sampai bercerita dengan bangganya tentang kehidupan ranjang mereka kepada kenalannya yang seorang pemilik warung Penyet yang mendirikan usahanya didepan percetakan tempat dahulu Pandot bekerja, yang buka sore hari menjelang percetakan tutup. Ia bercerita kepada pemilik warung penyet yang juga pasti didengar oleh kedua pegawainya yang notabene pernah menaruh hati kepada Gelis. Mereka hanya bisa kecut dalam hati. Bercerita sambil mempraktekkan gerakan memaju-mundurkan pantatnya. Main kuda-kudaan katanya. Tentu saja hal itu ditanggapi negatif oleh sang Boss penyet. Sambil mengolok-olok kelakuan Pandot pada masa lalu. Dari saat dirinya girang bukan kepalang saat dirinya "laku" sampai kegemarannya menonton film porno sambil menggoyang-goyangkan kepala dan menjulur-julurkan lidah. Dan tentu saja hal itu dibalas kembali oleh Pandot dengan sumpah serapah dan mengatakan bahwa dia tidak akan dolan kesini lagi!. Beberapa bulan setelahnya orang baik seperti sang Boss penyet ini tiba-tiba meninggal dunia karena mengalami kecelakaan.
Tidak sampai berpikir dua kali. Selanjutnya Pandot segera memutuskan pacarnya yang sebelumnya, dengan alasan bahwa dirinya sudah dijodohkan oleh orangtuanya. Sunguh alasan yang pengecut. Siapa yang percaya?.
"Kenapa tidak kamu jelaskan saja tentang hubungan kita kepada kedua orangtuamu?. Kita sudah lama jadian. Mereka pasti mengerti."
Tapi Pandot tetap berisikeras pada pendiriannya. Demi membahagiakan orangtuanya dan menjadi anak yang berbakti katanya. Ia tidak bisa menolaknya.
Bagaimanapun juga dia seorang perempuan yang mempunyai harga diri. Menyadari dirinya telah "dibuang". Apapun yang dia katakan akan percuma saja.
"Kita tidak punya hubungan apa-apa lagi. Tapi aku punya syarat. Aku tidak ingin bertemu kamu lagi, tidak ingin melihat mukamu lagi seumur hidupku." ucapnya. Dia berusaha tegar, namun percuma karena air mulai merembes dari sudut matanya.
Langsung disanggupi oleh Pandot.
Tidak ingatkah dirinya saat dulu masih menjadi pegawai swasta. Saat menembak pacarnya dan diterima, dirinya senang bukan main.
"Sudah laku!. Aku sudah laku!.
Aku laku!. Sudah laku!"
Kalimat-kalimat itu dinyanyikannya berulang-ulang dengan girang. Ia berkata kepada setiap orang di outlet percetakan tempatnya bekerja. Kalimat yang berkali-kali dia ulang kepada para rekan kerjanya. Bahkan pernah suatu saat ia membanggakan pacarnya itu dengan mengatakan bahwa pacarnya itu putih. Putih luar dalam lanjutnya. Putih sampai dalam-dalamnya. Entah apa maksud perkataannya itu.
Penampilan pacarnya biasa saja. Cukup sepadanlah buat Pandot. Sepertinya dia memakai pemutih kulit.
Jadi Pandot tidak menganggap kebersamaannya selama ini?. Sungguh kasihan perempuan itu. Bahkan saking niatnya sama Pandot. Pacarnya ini sampai berusaha menjaga hati Pandot. Misalnya dengan berusaha jengkel dan cuek kepada rekan kerja Pandot yang disentimeni oleh Pandot, karena Pandot iri kepadanya yang mempunyai perawakan gagah dan wajah yang tampan. Sudah berkali-kali Pandot mengatakan rencana pulang kampung kepada para rekan kerjanya. Setelah menikah dengan calonnya itu. Dirinya akan mendampingi istrinya yang akan menjadi Bidan di desa. Tak lupa dia menginginkan sebuah poster besar seukuran tembok rumah bergambar foto pernikahan mereka untuk ditempel dikamarnya.
Dan sekarang semua itu dia abaikan begitu saja. Dan langsung melangsungkan pernikahan dengan Gelis hanya dalam waktu beberapa hari saja.
Tiwas bersuka cita calon suaminya berhasil diterima sebagai PNS. Dia yang mau menerima Pandot sewaktu dirinya masih bukan siapa-siapa. Mau mendampingi Pandot, yang sayangnya hanya saat dukanya saja(waktu masih jadi pegawai biasa dengan penghasilan minim). Saat suka datang(sudah keterima sebagai PNS dengan gaji tinggi beserta segala fasilitas dan tunjangan), dirinya ditinggalkan begitu saja, demi seorang perempuan cantik yang baru saja dikenalnya.
Lidah tak bertulang. Janji hanyalah tinggal janji.
"Aku nggak mau ikut campur masalah rumahtanggamu. Tapi harusnya kamu bisa berpikir, kamu nerima Pandot cuma karena dia PNS!?. Pandot itu D3. Gaji Pandot yang seorang PNS itu sama kok sama pegawai swasta lainnya yang pendidikannya D3-S1. Memangnya dia konglomerat!. Pandot sama sekali gak ganteng, kelakuannya dia kamu juga tahukan seperti apa!?. Kamu itu cantik. Kalau kamu mau, aku bisa menempatkan kamu di Butikku yang lain, yang lebih besar dan ramai. Disana ada banyak bujang yang berbelanja. Minimal kamu bisa dapetin pegawai yang pendidikannya S1. Kamu sama dia sekarang juga ngekoskan!?. Sebenarnya percuma juga aku ucapin sekarang." ucap si Boss mengungkapkan kekecewaannya. Kecewa bahwa mantan pegawainya yang cantik justru mendapatkan lelaki seperti Pandot. Kekecewaannya sebagai sesama perempuan.
"Sudah terlanjur Cik" jawab Gelis pasrah.
Catatan : Pandot berasal dari luar kota. Orangtuanya kata dia sih kaya raya. Tapi diluar kota, di Kabupaten tepatnya. Perkataan mantan Boss dari istri Pandot memang ada benarnya.. pada saat itu.
Karena setelah Presiden SBY menjabat kembali, salah satu kebijakannya adalah dengan menaikkan besaran gaji PNS secara sangat signifikan, sehingga masyarakat secara umum tidak bisa lagi mengejar standart tersebut. Kita pasti mengetahui bahwa sejak jaman dahulu, selang beberapa saat setelah gaji PNS mengalami kenaikan. Harga barangpun ikut-ikutan naik. Seolah itu adalah patokan untuk menaikkan harga, sehingga akhirnya tidak ada jurang pembeda. Kenaikan gaji menjadi tidak terasa.
Dengan naiknya gaji PNS hingga dua kali lipat tentunya membuat masyarakat umum tidak akan bisa menyainginya. Reaksi masyarakatpun kaget. Karena daya beli masyarakat jelas tidak akan mampu bila harus langsung menyamai standart tersebut.
Nyesel kan waktu lihat Agum, teman sejawat Pandot waktu pesta pernikahan?. Yang punya fisik jauh lebih menarik ketimbang Pandot. Yang sengaja tidak diperkenalkan oleh Pandot kepada Gelis diwaktu perkenalan keduanya yang singkat itu. Pandot tidak sebodoh itu memberikan keluangan pertimbangan kepada Gelis untuk berpikir kembali. Lagipula bukannya itu juga berasal dari omongan "tantangan" dari Gelis sendiri?. Padahal baru saja masih hitungan jam dari akad nikahnya dengan Pandot tapi sudah nyesel. Cuma bisa saling memandang, disertai gemuruh rasa didalam dada. Yang satunya mengucapkan selamat karena telah menikah dengan Pandot dan satunya lagi menerima ucapan selamat karena sudah menikah dengan Pandot. Selamat deh.
Namun akhirnya karena Gelis merasa tidak bahagia dengan keputusan yang tidak bisa dia tarik kembali.
Merasa bahwa dirinya "terlalu baik" untuk Pandot. Dia melakukan "balas dendam" dengan melakukan perbuatan terlarang dengan lelaki lain. Yang penting anak yang dikandungnya nanti tetaplah anak dari Pandot.
Balas dendam kepada takdir karena berjodoh dengan Pandot?. Bukankah dia sendiri yang membuat pilihan dengan menjadikan Pandot sebagai jodohnya!?. Bukankah dia sendiri yang membuat pilihan untuk terjebak bersama Pandot seumur hidupnya?. Bukan seumur hidupnya sih, melainkan selamanya. Karena di akherat nanti dia juga tetap bakal jadi isterinya. Surgo nunut Neroko katut (Surga ikut numpang, Neraka juga ikut terbawa). Bukankah itu adalah pilihannya?.
Sungguh ironis. Dirinya yang sebelumnya perempuan baik-baik justru merusak dirinya sendiri.
Pilihlah lelaki yang bisa menghargaimu, bukan membelimu.
Atau kalau ingin dibeli ya.. jangan tanggung-tanggung, minimal harus sama konglomerat. Jadi setidaknya.. kamu bisa mendapatkan "kebahagiaan lain" yang bisa menghiburmu.
Etika
Diposting oleh
tutorial
21.12
Motorku melesat diantara celah-celah lowong para pemakai jalan raya. Saat ini aku hendak menuju ke kantor salah satu customer. Untuk mengembalikan Laptop nya karena sudah sebulan dan tidak ada kabar mengenai part pengganti. Daripada hanya menjadi beban, pengembalian Laptop sempat tertunda beberapa hari karena kesibukan yang menguras otak dan mental ku. Mau tidak mau aku harus menyempatkan hari ini. Walaupun aku tidak ada pekerjaan kearah sana. Aku tidak bisa malas. Menunda hanya menambah beban. Apa mau dikata coba, aku bilang minggu depan. Hari Senin malah ini sudah jadi hari Kamis.
Saat enak-enaknya melaju. Tiba-tiba mata kananku terasa perih serasa ada benda asing yang menempel. Aku segera menepikan kendaraanku. Membuka kaca helmku dan mengucek-ucek mataku yang bermasalah, namun tiada hasil. Perihnya tidak berkurang. Setelah beberapa lama tanpa hasil. Aku putuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan mencoba menahan perih. Aku tutup mata kananku, rasa itu sempat sedikit berkurang, tapi kemudian berlanjut. Mengganggu penglihatanku dalam mengendara. Air mata mengalir deras dari mata kananku, warna mata yang semula putih berubah memerah. Hal itu menyebabkan mata kiriku yang sehat ikut menitikkan air mata.
Cepat sampai ke tujuan adalah satu-satunya pilihan. Jadi aku bisa segera meminjam kamar kecil untuk membilas mataku. Gas motor aku geber untuk menambah kecepatan.
Heran, sudah pakai helm full face masih juga bisa kelilipan. Yah.. ini bukan yang pertama kalinya terjadi sih.
Setelah sampai tujuan, aku segera meminta izin mbak customer menggunakan kamar kecil untuk membilas mataku.
Masih tidak terdapat perbedaan. Rasa perih masih mendominasi mata kananku.
Aku jelaskan keadaan Laptop yang aku bawa. Aku katakan seadanya bahwa part yang ada didalamnya tidak lengkap. Tidak terdapat fan didalamnya.
Mbak customer mengaku bahwa sebelumnya Laptop tersebut memang pernah dia servicekan di tempat lain. Tapi itu cuma sebentar dan tidak pakai dibongkar. Eh.. aku jadi bingung, masa begitu?. Aku katakan mungkin itu Laptop lain yg aku periksa. Atau mungkin itu sistem beda, tidak memakai fan yang bentuknya umum. Sebenarnya aku ingin segera mengakhiri pembicaraan karena perih di mata kananku ini. Waktu aku pamit hendak pergi. Mbak customer menawarkan bahwa dia punya tetes mata Insto. Aku berterimakasih dan segera meneteskannya di mata kananku. Sekalipun begitu rasanya masih ngganjel. Belum berkurang secara signifikan. Mbak customer membuka tas Laptopnya dan terkejut.
"Ini bukan Laptop ku mas!. Laptop ku bagus, nggak jelek seperti ini!. Dengan nada meninggi.
Ah. Ternyata Laptopnya salah masuk tas. Aku ingat benar tas Laptop punya mbak customer bewarna hitam dan lerekan tengahnya rusak.
"Terus Laptop saya kemana!?. Jangan-jangan Laptop saya dibongkar terus partnya dimasukin Laptop lain. Ini nggak jadi, yang itu jadi!." Suasana semakin runyam.
"Jangan macam-macam dengan saya!. Saya bisa nuntut mas tahu!. Saya orangnya baik mas. Saya orangnya baik!. Tapi kalau kayak gini. Saya bisa nuntut mas karena nggak benar!. Kita ini baru saja kenal tapi sudah saya serahin Laptop. Mas sebenarnya service apa!?."
Aku yang sebelumnya diam saja menjawab dengan datar. "Saya service Printer mbak."
Dia juga jelas tahu hal itu. Karena sudah dua kali dia memesan cartidge printer dari aku.
"Demi Allah mbak. Saya nggak ngelakuin hal kayak gitu." Seharusnya perkataan sumpahku ini sudah bisa menenangkannya. Tapi tidak, dia masih meneruskan berkata yang macam-macam. Berbagai prasangka buruk dilontarkannya.
Tahu nggak. Kalau saja ada orang lain masuk ke ruangan ini dan melihat wanita ini yang bersemangat memarahiku dengan keadaan diriku yang bermata merah dan mengalirkan air mata. Pasti kalian tahukan apa yang ada dipikirannya.
'Hah. Berbuat yang nggak jujur buat keuntungan yang cuma rp100rb!?. Untuk service Laptopnya aku cuma cas Rp100 rb kalau jadi. Sebuah pengorbanan yang tidak bisa dikatakan sepadan seharusnya. Awalnya wanita ini mengatakan bahwa Laptopnya mengalami blue screen jadi hanya membutuhkan install ulang saja katanya. Dan aku katakan biayanya Rp100rb dan butuh waktu satu malam. Pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Dia berbohong. Laptopnya bahkan tidak bisa menyala. Saat kuhubungi untuk konfirmasi keadaan Laptop dan langkah berikutnya. Karena pasti masalah hardware, bukan softwarenya. Dia mengatakan bahwa kalau itu terjadi, maka aku harus menekan tombol powernya lebih lama sambil di charge. Tentu variasi seperti ini sudah kulakukan sebelumya. Dan memang tidak bisa. Dengan pengakuannya itu, membuat kebohongan menjadi lebih jelas.
Kalau keuntungannya milyaran atau minimal jutaan, bolehlah dipertimbangkan. Sekalipun dapat kesempatan seperti itu. Aku tetap lebih memilih untuk tidak mengambilnya.
Jaman sekarang memakai jilbab sudah menjadi formalitas. Kita tidak bisa menyalahkan jilbabnya hanya karena ada personil semacam wanita yang ada didepanku ini. Jaman dulu jarang yang memakai jilbab, namun sekalinya pakai, pada umumnya sifat mereka juga sesuai dengan ajaran. Karena istilah lawas "jilbabi hati dulu baru jilbab secara fisik". Kalau jaman sekarang sih pada pakai karena fashion, tuntutan pekerjaan. Dan bagi mereka yang tahu, karena merupakan perintah agama. Masalah sifat asli urusan belakang. Nggak malu apa ya?.
"Pikiran saya pasti kacau mbak, sehingga salah. Ada 3 buah laptop ditangan saya saat ini. Kebetulan dua diantaranya sama-sama bermerk Lenovo." Aku pamit untuk mengambil yang satunya.
Melesat dengan segera, dan kembali dengan segera. Aku kira masalah sudah selesai. Tapi tensi runyam masih sama. Dia masih mengulang hal yang sama.
"Ini pekerjaan yang tingkat stressnya tinggi mbak. Saya harus mikir banyak hal. Bongkar sana sini. Kesana kemari."
"Saya nggak bisa bilang apa-apa mas. Sekarang ini saya hanya bisa berbaik sangka." Ucapnya.
Setelah Laptop yang benar aku bawapun.
Dia bahkan masih berusaha mencari-cari kesalahan. Jadi itu yang dia namakan berbaiksangka?.
"Ini laptopku aku ingat betul harusnya bisa menutup dengan sempurna!". Sambil dirinya membuka nutup Laptop.
"Ini nutupnya nggak sempurna!".
Laptop miliknya mempunyai Lcd yang tipis dan ringan. Mengatupnya sedikit terbuka mungkin sekitar nol koma centimeter. Apa dia tahu Laptop yang kubawa sebelumnya bisa menutup secara 100% tanpa pengunci karena Lcdnya berat? Dan ada yang namanya gaya gravitasi. Apa dia tahu pada beberapa tipe Laptop ada yang menggunakan pengunci, tombol/slide lock agar bisa menutup secara rapat sehingga waktu hendak mau membuka Laptop untuk memakainya kita harus menggeser tombol tersebut? Karena kalau tidak kita geser tombolnya, Laptop tidak bisa dibuka.
Tepat sebelum ini. Dia memesan cartidge kepadaku. Aku membawakannya sembari membawa printer pelanggan yang sudah jadi. Karena memang arahnya satu jalur.
Sampai disana saat aku masuk kantor aku disuruh keluar menunggu karena Bossnya berada disana sedang memberikan wejangannya yang panjang dan lebar . Padahalkan tinggal menyerahkan barang yang ukurannya kecil dan menerima pembayarannya. Selesai.
Aku tunggu di luar sampai lebih dari dua puluh menit. Kok masih belum ada panggilan untuk masuk. Padahal saat itu sudah memasuki musim penghujan dan awan sedari tadi sudah gelap. Sedangkan yang ada didalam kantor pasti bisa melihat bahwa kendaraan yang saya parkirkan di depan terdapat sebuah printer LaserJet Multifungsi besar di jok belakangnya. Akupun mengambil inisiatif masuk kesana dan meminta untuk mengantarkan printer pelanggan dulu.
Sekembalinya dari sana mbak customer ini meminta maaf karena dia nggak mau pusing ditanyai macam2 sama Bossnya.
Tentu saja aku maafkan. Untung saja tidak kehujanan.
Tapi sekarang.. dengan memarahiku seperti ini?. Mengatakan dia bisa menuntutku. Melontarkan berbagai tuduhan dan prasangka buruk. Dan mengulang-ulang semua hal tadi. Apa dia merasa hebat!?.
Apa yang sudah dikatakan tidak bisa ditarik kembali.
Dirinya tidak rugi apapun. Justru aku yang rugi waktu dan tenaga. Rugi biaya, boros ban dan bensin. Rugi pikiran. Karena aku hanya menerima bayaran jika barang tersebut jadi. Suatu pengorbanan yang tidak sebanding sebenarnya. Waktu itu saat Laptopnya dia dibawa ke kantornya aku ada keperluan darurat, jadi nggak bisa ngambil di hari itu. Keesokan harinya Laptop nggak dia bawa. Nggak papa dah ngalahin ngambil Laptop dia ke rumahnya yg ternyata ada di atas gunung. Yang aku pikir-pikir sekarang, ternyata kalo pake jasa Gojek udah bisa dapat Rp20rb.
Bisa dimaklumi bila Laptop tersebut menyangkut hal fatal seperti mata pencaharian misalnya. Sebelumnya dia mengatakan kepadaku, dia membutuhkan Laptop tersebut untuk memutar film anaknya.
Dan sampai diakhirpun tidak ada permintaan maaf ataupun penyesalan.
Tidak peduli dia PMS/menstruasi pada saat itu atau bahkan ada urusan pribadi yang mengganggu mentalnya.
Semoga dia sadar dan mengakui bahwa dirinya..
Tidak Punya Etika.
Saat enak-enaknya melaju. Tiba-tiba mata kananku terasa perih serasa ada benda asing yang menempel. Aku segera menepikan kendaraanku. Membuka kaca helmku dan mengucek-ucek mataku yang bermasalah, namun tiada hasil. Perihnya tidak berkurang. Setelah beberapa lama tanpa hasil. Aku putuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan mencoba menahan perih. Aku tutup mata kananku, rasa itu sempat sedikit berkurang, tapi kemudian berlanjut. Mengganggu penglihatanku dalam mengendara. Air mata mengalir deras dari mata kananku, warna mata yang semula putih berubah memerah. Hal itu menyebabkan mata kiriku yang sehat ikut menitikkan air mata.
Cepat sampai ke tujuan adalah satu-satunya pilihan. Jadi aku bisa segera meminjam kamar kecil untuk membilas mataku. Gas motor aku geber untuk menambah kecepatan.
Heran, sudah pakai helm full face masih juga bisa kelilipan. Yah.. ini bukan yang pertama kalinya terjadi sih.
Setelah sampai tujuan, aku segera meminta izin mbak customer menggunakan kamar kecil untuk membilas mataku.
Masih tidak terdapat perbedaan. Rasa perih masih mendominasi mata kananku.
Aku jelaskan keadaan Laptop yang aku bawa. Aku katakan seadanya bahwa part yang ada didalamnya tidak lengkap. Tidak terdapat fan didalamnya.
Mbak customer mengaku bahwa sebelumnya Laptop tersebut memang pernah dia servicekan di tempat lain. Tapi itu cuma sebentar dan tidak pakai dibongkar. Eh.. aku jadi bingung, masa begitu?. Aku katakan mungkin itu Laptop lain yg aku periksa. Atau mungkin itu sistem beda, tidak memakai fan yang bentuknya umum. Sebenarnya aku ingin segera mengakhiri pembicaraan karena perih di mata kananku ini. Waktu aku pamit hendak pergi. Mbak customer menawarkan bahwa dia punya tetes mata Insto. Aku berterimakasih dan segera meneteskannya di mata kananku. Sekalipun begitu rasanya masih ngganjel. Belum berkurang secara signifikan. Mbak customer membuka tas Laptopnya dan terkejut.
"Ini bukan Laptop ku mas!. Laptop ku bagus, nggak jelek seperti ini!. Dengan nada meninggi.
Ah. Ternyata Laptopnya salah masuk tas. Aku ingat benar tas Laptop punya mbak customer bewarna hitam dan lerekan tengahnya rusak.
"Terus Laptop saya kemana!?. Jangan-jangan Laptop saya dibongkar terus partnya dimasukin Laptop lain. Ini nggak jadi, yang itu jadi!." Suasana semakin runyam.
"Jangan macam-macam dengan saya!. Saya bisa nuntut mas tahu!. Saya orangnya baik mas. Saya orangnya baik!. Tapi kalau kayak gini. Saya bisa nuntut mas karena nggak benar!. Kita ini baru saja kenal tapi sudah saya serahin Laptop. Mas sebenarnya service apa!?."
Aku yang sebelumnya diam saja menjawab dengan datar. "Saya service Printer mbak."
Dia juga jelas tahu hal itu. Karena sudah dua kali dia memesan cartidge printer dari aku.
"Demi Allah mbak. Saya nggak ngelakuin hal kayak gitu." Seharusnya perkataan sumpahku ini sudah bisa menenangkannya. Tapi tidak, dia masih meneruskan berkata yang macam-macam. Berbagai prasangka buruk dilontarkannya.
Tahu nggak. Kalau saja ada orang lain masuk ke ruangan ini dan melihat wanita ini yang bersemangat memarahiku dengan keadaan diriku yang bermata merah dan mengalirkan air mata. Pasti kalian tahukan apa yang ada dipikirannya.
'Hah. Berbuat yang nggak jujur buat keuntungan yang cuma rp100rb!?. Untuk service Laptopnya aku cuma cas Rp100 rb kalau jadi. Sebuah pengorbanan yang tidak bisa dikatakan sepadan seharusnya. Awalnya wanita ini mengatakan bahwa Laptopnya mengalami blue screen jadi hanya membutuhkan install ulang saja katanya. Dan aku katakan biayanya Rp100rb dan butuh waktu satu malam. Pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Dia berbohong. Laptopnya bahkan tidak bisa menyala. Saat kuhubungi untuk konfirmasi keadaan Laptop dan langkah berikutnya. Karena pasti masalah hardware, bukan softwarenya. Dia mengatakan bahwa kalau itu terjadi, maka aku harus menekan tombol powernya lebih lama sambil di charge. Tentu variasi seperti ini sudah kulakukan sebelumya. Dan memang tidak bisa. Dengan pengakuannya itu, membuat kebohongan menjadi lebih jelas.
Kalau keuntungannya milyaran atau minimal jutaan, bolehlah dipertimbangkan. Sekalipun dapat kesempatan seperti itu. Aku tetap lebih memilih untuk tidak mengambilnya.
Jaman sekarang memakai jilbab sudah menjadi formalitas. Kita tidak bisa menyalahkan jilbabnya hanya karena ada personil semacam wanita yang ada didepanku ini. Jaman dulu jarang yang memakai jilbab, namun sekalinya pakai, pada umumnya sifat mereka juga sesuai dengan ajaran. Karena istilah lawas "jilbabi hati dulu baru jilbab secara fisik". Kalau jaman sekarang sih pada pakai karena fashion, tuntutan pekerjaan. Dan bagi mereka yang tahu, karena merupakan perintah agama. Masalah sifat asli urusan belakang. Nggak malu apa ya?.
"Pikiran saya pasti kacau mbak, sehingga salah. Ada 3 buah laptop ditangan saya saat ini. Kebetulan dua diantaranya sama-sama bermerk Lenovo." Aku pamit untuk mengambil yang satunya.
Melesat dengan segera, dan kembali dengan segera. Aku kira masalah sudah selesai. Tapi tensi runyam masih sama. Dia masih mengulang hal yang sama.
"Ini pekerjaan yang tingkat stressnya tinggi mbak. Saya harus mikir banyak hal. Bongkar sana sini. Kesana kemari."
"Saya nggak bisa bilang apa-apa mas. Sekarang ini saya hanya bisa berbaik sangka." Ucapnya.
Setelah Laptop yang benar aku bawapun.
Dia bahkan masih berusaha mencari-cari kesalahan. Jadi itu yang dia namakan berbaiksangka?.
"Ini laptopku aku ingat betul harusnya bisa menutup dengan sempurna!". Sambil dirinya membuka nutup Laptop.
"Ini nutupnya nggak sempurna!".
Laptop miliknya mempunyai Lcd yang tipis dan ringan. Mengatupnya sedikit terbuka mungkin sekitar nol koma centimeter. Apa dia tahu Laptop yang kubawa sebelumnya bisa menutup secara 100% tanpa pengunci karena Lcdnya berat? Dan ada yang namanya gaya gravitasi. Apa dia tahu pada beberapa tipe Laptop ada yang menggunakan pengunci, tombol/slide lock agar bisa menutup secara rapat sehingga waktu hendak mau membuka Laptop untuk memakainya kita harus menggeser tombol tersebut? Karena kalau tidak kita geser tombolnya, Laptop tidak bisa dibuka.
Tepat sebelum ini. Dia memesan cartidge kepadaku. Aku membawakannya sembari membawa printer pelanggan yang sudah jadi. Karena memang arahnya satu jalur.
Sampai disana saat aku masuk kantor aku disuruh keluar menunggu karena Bossnya berada disana sedang memberikan wejangannya yang panjang dan lebar . Padahalkan tinggal menyerahkan barang yang ukurannya kecil dan menerima pembayarannya. Selesai.
Aku tunggu di luar sampai lebih dari dua puluh menit. Kok masih belum ada panggilan untuk masuk. Padahal saat itu sudah memasuki musim penghujan dan awan sedari tadi sudah gelap. Sedangkan yang ada didalam kantor pasti bisa melihat bahwa kendaraan yang saya parkirkan di depan terdapat sebuah printer LaserJet Multifungsi besar di jok belakangnya. Akupun mengambil inisiatif masuk kesana dan meminta untuk mengantarkan printer pelanggan dulu.
Sekembalinya dari sana mbak customer ini meminta maaf karena dia nggak mau pusing ditanyai macam2 sama Bossnya.
Tentu saja aku maafkan. Untung saja tidak kehujanan.
Tapi sekarang.. dengan memarahiku seperti ini?. Mengatakan dia bisa menuntutku. Melontarkan berbagai tuduhan dan prasangka buruk. Dan mengulang-ulang semua hal tadi. Apa dia merasa hebat!?.
Apa yang sudah dikatakan tidak bisa ditarik kembali.
Dirinya tidak rugi apapun. Justru aku yang rugi waktu dan tenaga. Rugi biaya, boros ban dan bensin. Rugi pikiran. Karena aku hanya menerima bayaran jika barang tersebut jadi. Suatu pengorbanan yang tidak sebanding sebenarnya. Waktu itu saat Laptopnya dia dibawa ke kantornya aku ada keperluan darurat, jadi nggak bisa ngambil di hari itu. Keesokan harinya Laptop nggak dia bawa. Nggak papa dah ngalahin ngambil Laptop dia ke rumahnya yg ternyata ada di atas gunung. Yang aku pikir-pikir sekarang, ternyata kalo pake jasa Gojek udah bisa dapat Rp20rb.
Bisa dimaklumi bila Laptop tersebut menyangkut hal fatal seperti mata pencaharian misalnya. Sebelumnya dia mengatakan kepadaku, dia membutuhkan Laptop tersebut untuk memutar film anaknya.
Dan sampai diakhirpun tidak ada permintaan maaf ataupun penyesalan.
Tidak peduli dia PMS/menstruasi pada saat itu atau bahkan ada urusan pribadi yang mengganggu mentalnya.
Semoga dia sadar dan mengakui bahwa dirinya..
Tidak Punya Etika.
Terpesona
Diposting oleh
tutorial
10.54
Hari ini aku pulang dari membeli beberapa obat yang bisa mengatasi nyeri otot di Apotek langgananku. Pertarungan dengan para Angkara membuat tubuhku cukup luruh redam. Apalagi bila sampai bertemu dengan Angkara Lv tinggi. Yah selama ini sih aku selalu menang. Tubuhku memang mempunyai tingkat regenerasi yang cukup tinggi. Namun tetap saja trauma, rasa njarem tetap melekat pada tubuhku. Mungkin juga karena saat bertiwikrama menjadi Wara, selain pertahanan tubuhku yang menjadi jauh lebih keras, kekuatan serangan yang kugunakan juga menjadi super, jauh melebihi kekuatan manusia normal pada umumnya. Sehingga saat kembali ke wujudku semula, tubuhku menjadi terbebani.
Lagi-lagi aku mendengarnya. Kurasa ini merupakan simpati yang mereka katakan tidak secara terang-terangan.
Bulan lalu, di Apotek ini aku kembali bertemu dengannya. Entah dua tahun yang lalu atau setahun yang lalu aku pertama kali melihatnya. Waktu itu rekannyalah yang melayani pesananku. Dia berdiri disampingnya. Sekilas aku melihatnya. Setelah itu, entah mengapa seakan ada godaan yang begitu kuat agar diriku melirik kesamping, ke arah dirinya berada. Dan aku melakukannya sampai beberapa kali. Ah.. betapa indahnya saat itu.
Aku menyadari bahwa mengenakan jilbab pasti sudah menjadi SOP(Standard Operasional Prosedur-Prosedur Standar) tempat dia bekerja. Namun aku tidak bisa menyangkal bahwa sosoknya begitu ideal dimataku. 'Calon istri masa depanku' kalimat tersebut keluar begitu saja dalam hatiku. Kyaaa (>o<). Aku segera berusaha menghapus pikiran yang tidak-tidak itu. Karena bagaimanapun juga aku sadar, waktu itu ada seseorang yang seharusnya aku tunggu, seseorang yang ternyata tidak akan pernah datang. Pertemuan berikutnya waktu membeli obat, aku kembali bertemu dengannya. Lagi-lagi aku masih berusaha mencuri-curi pandang dirinya, walaupun yang melayaniku adalah rekannya yang lain. Nampaknya Doi menyadari hal tersebut. Dia segera menghilang ke belakang dan kembali dengan mengenakan masker. Ugh!. Aku langsung merasa ditolak. Dia sampai melakukan hal itu. Apa mungkin dia sudahmempunyai suami?. Karena itulah pada pertemuan-pertemuan berikutnya aku berusaha menundukkan pandanganku kepadanya. Namanya juga perjaka.Arjuna Yudhistira mencari cinta.
Setelahnya, aku tidak pernah berjumpa dengannya lagi. Sampai hari itu. Begitu turun dari motor aku langsung melihat sosoknya kembali. Dan rasa itu hadir kembali. Jantungku berdesir, lagi-lagi senyumanku mengembang tanpa bisa aku kontrol, namun aku tidak tahu apakah mataku juga berbinar pada saat itu.
Jarang-jarang aku bisa bertemu rasa seperti ini. Daripada hanya menjadi ganjalan di hati. Akupun memutuskan untuk mencari suatu kepastian. Hitam-putihnya, terang-gelapnya. Aku akan berusaha menanyakan apakah dirinya sudah berkeluarga. Kalaupun sudah. Itu bukanlah suatu jawaban yang buruk. Justru akan membuatku bisa melupakan 'rasa itu'. Untuk langkah awal, aku harus mengetahui nama Doi terlebih dahulu. Dari suatu pertemuan sebelumnya terdengar percakapan antara Doi dengan rekannya, sepertinya mengenai diriku. Doi mengatakan bahwa bila kalau memang jodoh tidaklah kemana. Menurutku ada satu hal yang kurang, faktor diri kita sendirilah yang ikut andil, menentukan apakah seseorang itu bisa menjadi jodoh kita atau tidak.
Suasana siang itu sangat mendukung untukku menyampaikannya. Dia berada disana seorang diri. Sepertinya Tuhan membantuku dengan membukakan kesempatan kepadaku. Dan sebagai laki-laki aku harus berani menghadapi tantangan ini. Doi mengatakan dirinya belum berkeluarga. Tapi mau berkeluarga dan sudah ada calon lanjutnya. Tentu saja jawaban tersebut sempat membuatku down. Sebelum aku melanjutkan pertanyaan selanjutnya lebih detail. Ada seorang pelanggan Ibu-ibu datang, sontak aku langsung mengakhiri percakapan dan ngeloyor pergi dari sana.
Masih dengan tubuh bergetar dan jantung berdebar aku memikirkan bagaimana selanjutnya. Aku berpikiran optimis. Mungkin saja calon yang dimaksud adalah diriku (^_^) .
Akhirnya walaupun dengan lisan yang agak terbata. Aku berhasil mendapatkan nomer kontaknya. Yey! (*0*). Malunya diriku karena saat itu bersamanya ternyata ada seorang rekannya yang duduk dibawah. Dia mengatakan nomer tersebut hanya bisa menerima SMS. Bukan suatu masalah bagiku, justru aku lebih lancar dalam menyampaikan sesuatu dalam bentuk tulisan. Kalau secara lisan malahan bisa jadi semua kata-kata tersebut justru tertahan, bahkan semua rangkaian kalimat yang sudah kususun hendak kuucapkan justru lari kesana kemari karena kacaunya pikiranku bila harus berhadapan dengannya. Setelah aku berlalu beberapa saat. Rekannya yang ada dilantai berseloroh "sebentar lagi juga botak". Sedangkan Doi menjawab "Tapi mase lucu" terdengar sambil tertawa kecil dan mengharap aku adalah lelaki yang baik untuknya. Dan aku merasa.. mereka tahu sesuatu tentang aku.
Lewat SMS tersebut, aku menyampaikan apa yang harus kusampaikan. Aku kenalkan diriku begitu juga umurku. Sengaja aku tidak mau menutupi apapun. Dan dia harus mengetahuinya dari awal. Aku berharap kami bisa saling bertukar informasi mengenai diri kami. Dan bisa saling mengenal.
Hampir seminggu aku tunggu jawabannya. Aku berpikir positif, mungkin karena ada banyak hari libur saat itu. Suatu hari aku berkendara lewat didepan tempat kerjanya. Tak sengaja telinga superku menangkap suatu percakapan yang sepertinya suara laki-laki.
"Dia mungkin lelaki yang baik. Mungkin juga hidupmu akan bahagia bila bersamanya. Tapi itu terjadi selama dia masih hidup. Pikirkan bila dia sampai meninggal dunia duluan. Bagaimana kamu harus menghidupi anak kalian sendirian. Dengan selisih umur kalian saat ini. Pikirkan baik-baik. kamu masih muda. Masa depanmu masih jauh." Itulah beberapa kalimat yang sempat terdengar.
Hingga akhirnya SMS jawaban itu datang. Doi mengatakan "Maaf mas, saya sudah bertunangan dan bulan depan menikah."
Setelah membuang nafas panjang aku langsung menjawab SMS Doi. Aku terima keputusannya. Terimakasih sudah mau memberikan jawaban. Bukan menggantungkannya begitu saja. Tentunya aku juga tidak mau pertemuan kami berikut dengannya menjadi canggung. Dan aku sampaikan hal tersebut kepadanya. Doi sudah memberikan keputusannya , dan aku harus harus segera melupakannya. Akupun membuang nomer Doi.
Hari-hari selanjutnya aku ingin menjalaninya seperti biasa. Dan seperti biasa aku secara berkala membeli stok obat-obatan yang keluargaku butuhkan.
Malam itu pertama kalinya aku kembali bertemu dengan Doi setelah dia menolakku. Dia langsung pergi kebelakang. Yah.. sebelumnya aku pikir dia bisa bersikap biasa saja melihat SMS jawaban darinya saat kukatakan agar tidak canggung. Sepertinya sudah tidak bisa biasa lagi ya?. Masih disana, aku mendengar percakapannya dengan rekannya tentang diriku. Bila sampai Doi menerimaku, dia bisa dikira suka sama "om-om". Kalau saja aku kuliah Doi bisa menyampaikan kepada bapaknya. Dan beberapa hal kemarahan lainnya. Aku yakin dengan pendengaran normalku saja, aku masih bisa mendengar percakapan tersebut. Aku sadar dirinya ternyata masih sangat belia. Pasti masih banyak hal yang ingin dia capai. Menabung untuk kuliah. Diwisuda dan berbagai pengalaman lain saat muda. Sedangkan diriku saat ini sudah memasuki usia untuk menikah.
Dari awal aku sudah bilang. Aku akan menerima segala keputusannya. Aku bukan lelaki yang egois. Dan aku juga sudah bersiap untuk hal ini. Walaupun aku gagah, mempunyai badan tinggi ideal orang Indonesia, sangat ganteng, berkepribadian menarik, cerdas dan kreatif, anak baik-baik pula. Namun tak bisa dielakkan kemungkinan itu tetap ada. Dan akhirnya akupun mengetahui dia menolakku karena faktor umur. Dia memikirkan keresahan yang terlalu jauh.
Padahal masalah takdir tak ada yang bisa mengetahuinya. Sampai berapa lama umur seseorang. Manusia seperti layaknya Kelapa, bisa diambil kapan saja.
Kalaupun bila akhirnya aku menikah dengannya. Bila dia khawatir sampai aku meninggal duluan dan harus berjuang sendirian. Aku tetap akan memastikan, saat itu anak kita sudah cukup dewasa dan mempunyai modal buat njagain kamu. Lagipula aku yakin adik-adikku pasti tidak akan lepas tangan begitu saja.
Bila mengkhawatirkan kebutuhan "batin". Seorang wanita mengalami menopause, sedangkan laki-laki.. kemarin saja musisi Ahmad Albar misalnya, masih bisa bikin anak saat usianya 70 tahun. Ya tapi aku ya jangan sampai seusia segitu juga. Kasihan aku.
Mengenai materi. Aku cuma miskin. Bukan Si bodoh yang pemalas.
Tanteku sendiri menikah dengan suaminya yang mempunyai selisih umur 15 tahun diatasnya. Bahkan saat ini anak mereka yang juga sepupuku sudah menjadi dokter dan sudah menikah pula mendahului diriku. -_-. Dan sampai saat ini baik Tanteku dan suaminya, keduanya masih hidup. Salah satu pelangganku mengatakan bahwa dia 12 tahun lebih tua dari istrinya. Dan sebagian dari mereka mengatakan usia suami yang lebih dari 10 tahun lebih tua itu hal yang lumrah. Itu bukanlah suatu masalah. Bila memang dia mencintaimu itu bukanlah suatu masalah, salah seorang dari mereka memperjelasnya. Saat mereka membahas kepada diriku "pertanyaan Legendaris" tersebut. -_-
Dan disinilah semua ini kembali berlanjut. Baik sepulang dari Apotek, secara tidak sengaja aku mendengar perkataan rekan-rekannya. Mungkin dari 10 cuma ada 1 yang mempunyai saran negatif memikirkan kekhawatiran terlampau jauh. Perkataan yang tidak langsung disampaikan kepadaku itu adalah suatu bentuk simpati mereka kepadaku. 3X kan bukan 4Xkan?. Menanyakan apa usia bapaknya seusia"diriku" oleh beberapa rekannya. Padahal usia adikku juga nggak jauh darinya.
Ada yang mengatakan secara tidak langsung pula(bicara pelan saat aku beranjak darisana), kalau memang masih berniat mengejar Doi, aku bisa menemuinya sore hari. Ada juga yang mengatakan bodoh bila aku kesini hanya dengan niat untuk melihatnya, karena Doi saja sampai berkata seperti itu tentang aku, Doi tidak menghargaiku. Setiap kesana, tujuanku memang membeli obat. Aku sendiri sebenarnya anti minum obat, hanya meminumnya bila dalam keadaan terpaksa. Begitu juga dengan berbagai suplemen vitamin. Aku membelikannya untuk Ibuku, vitamin A titipan dari adikku yang sambat bahwa akhir-akhir ini pandangan matanya tidak terlalu bagus. Karena aku yakin pada tubuhku yang masih bisa menyerap semua itu dari makanan yang kukonsumsi. Obat sakit kepala untuk Budheku. Begitu juga stok obat-obatan lainnya.
Aku mempunyai harga diri. Dengan mengatakan "Maaf mas, saya sudah bertunangan dan bulan depan menikah." Entah itu benar ataupun bohong. Dia tahukan betapa seriusnya kalimat tersebut?. Dengan itu dia sudah mematikan semua langkahku. Memupuskan semua harapanku. Aku menghargai keputusannya dan tidak akan mengganggunya lagi. Akupun sudah membuang nomernya dan tidak mungkin memintanya kembali.
Bilamana dirinya memilih lelaki yang dijodohkan oleh ayahnya. Kuharap Doi memang menyukainya dan tidak menjalaninya secara terpaksa. Karena dulu aku pernah mempunyai teman perempuan yang waktu SMP "dijual" oleh orangtuanya, agar orangtuanya bisa hidup berkecukupan sampai tua. Anak dari Boss pemilik perusahaan tempat ayah temanku itu bekerja. Mungkin akan kusampaikan lebih detail dilain kesempatan.
Ya.. terakhir aku mendengar Doi berkata ketus, memangnya hanya karena aku ganteng banget dan baik. Pasti akan dia terima!?.
"Biarlah image tentang dirimu tetap menjadi kenangan indah. Jangan berkata seperti itu demi membuatku ilfill. Bila kau menyadari hal ini. Saat aku berada disana, berhentilah berkata seperti itu. Aku sudah tidak berhasil mendapatkan hatimu, dan perkataanmu itu hanya membuatku menjadi lebih sedih lagi.
Menjadi tua itu pasti.
Menjadi dewasa itu pilihan.
Dengarkanlah suara hatimu, bukan pendapat orang lain. Karena yang bertanggung jawab atas kebahagiaanmu adalah dirimu sendiri, bukan dia/mereka.
Aku jadi penasaran kepada ia yang memberikan ide saran memikirkan baik-baik tentang masa depan yang masih panjang. Apa ia sungguh memikirkanmu?. Kalaupun ada, harusnya dia menyarankan untuk mengambil pekerjaan dengan penghasilan UMK Kota yang saat ini berkisar Dua juta-an rupiah. Sehingga Doi bisa lebih cepat menggapai tujuannya. Misalnya dengan menjadi pengawai Indomart atau Alfamart.
Lagi-lagi aku mendengarnya. Kurasa ini merupakan simpati yang mereka katakan tidak secara terang-terangan.
Bulan lalu, di Apotek ini aku kembali bertemu dengannya. Entah dua tahun yang lalu atau setahun yang lalu aku pertama kali melihatnya. Waktu itu rekannyalah yang melayani pesananku. Dia berdiri disampingnya. Sekilas aku melihatnya. Setelah itu, entah mengapa seakan ada godaan yang begitu kuat agar diriku melirik kesamping, ke arah dirinya berada. Dan aku melakukannya sampai beberapa kali. Ah.. betapa indahnya saat itu.
Aku menyadari bahwa mengenakan jilbab pasti sudah menjadi SOP(Standard Operasional Prosedur-Prosedur Standar) tempat dia bekerja. Namun aku tidak bisa menyangkal bahwa sosoknya begitu ideal dimataku. 'Calon istri masa depanku' kalimat tersebut keluar begitu saja dalam hatiku. Kyaaa (>o<). Aku segera berusaha menghapus pikiran yang tidak-tidak itu. Karena bagaimanapun juga aku sadar, waktu itu ada seseorang yang seharusnya aku tunggu, seseorang yang ternyata tidak akan pernah datang. Pertemuan berikutnya waktu membeli obat, aku kembali bertemu dengannya. Lagi-lagi aku masih berusaha mencuri-curi pandang dirinya, walaupun yang melayaniku adalah rekannya yang lain. Nampaknya Doi menyadari hal tersebut. Dia segera menghilang ke belakang dan kembali dengan mengenakan masker. Ugh!. Aku langsung merasa ditolak. Dia sampai melakukan hal itu. Apa mungkin dia sudahmempunyai suami?. Karena itulah pada pertemuan-pertemuan berikutnya aku berusaha menundukkan pandanganku kepadanya. Namanya juga perjaka.
Setelahnya, aku tidak pernah berjumpa dengannya lagi. Sampai hari itu. Begitu turun dari motor aku langsung melihat sosoknya kembali. Dan rasa itu hadir kembali. Jantungku berdesir, lagi-lagi senyumanku mengembang tanpa bisa aku kontrol, namun aku tidak tahu apakah mataku juga berbinar pada saat itu.
Jarang-jarang aku bisa bertemu rasa seperti ini. Daripada hanya menjadi ganjalan di hati. Akupun memutuskan untuk mencari suatu kepastian. Hitam-putihnya, terang-gelapnya. Aku akan berusaha menanyakan apakah dirinya sudah berkeluarga. Kalaupun sudah. Itu bukanlah suatu jawaban yang buruk. Justru akan membuatku bisa melupakan 'rasa itu'. Untuk langkah awal, aku harus mengetahui nama Doi terlebih dahulu. Dari suatu pertemuan sebelumnya terdengar percakapan antara Doi dengan rekannya, sepertinya mengenai diriku. Doi mengatakan bahwa bila kalau memang jodoh tidaklah kemana. Menurutku ada satu hal yang kurang, faktor diri kita sendirilah yang ikut andil, menentukan apakah seseorang itu bisa menjadi jodoh kita atau tidak.
Suasana siang itu sangat mendukung untukku menyampaikannya. Dia berada disana seorang diri. Sepertinya Tuhan membantuku dengan membukakan kesempatan kepadaku. Dan sebagai laki-laki aku harus berani menghadapi tantangan ini. Doi mengatakan dirinya belum berkeluarga. Tapi mau berkeluarga dan sudah ada calon lanjutnya. Tentu saja jawaban tersebut sempat membuatku down. Sebelum aku melanjutkan pertanyaan selanjutnya lebih detail. Ada seorang pelanggan Ibu-ibu datang, sontak aku langsung mengakhiri percakapan dan ngeloyor pergi dari sana.
Masih dengan tubuh bergetar dan jantung berdebar aku memikirkan bagaimana selanjutnya. Aku berpikiran optimis. Mungkin saja calon yang dimaksud adalah diriku (^_^) .
Akhirnya walaupun dengan lisan yang agak terbata. Aku berhasil mendapatkan nomer kontaknya. Yey! (*0*). Malunya diriku karena saat itu bersamanya ternyata ada seorang rekannya yang duduk dibawah. Dia mengatakan nomer tersebut hanya bisa menerima SMS. Bukan suatu masalah bagiku, justru aku lebih lancar dalam menyampaikan sesuatu dalam bentuk tulisan. Kalau secara lisan malahan bisa jadi semua kata-kata tersebut justru tertahan, bahkan semua rangkaian kalimat yang sudah kususun hendak kuucapkan justru lari kesana kemari karena kacaunya pikiranku bila harus berhadapan dengannya. Setelah aku berlalu beberapa saat. Rekannya yang ada dilantai berseloroh "sebentar lagi juga botak". Sedangkan Doi menjawab "Tapi mase lucu" terdengar sambil tertawa kecil dan mengharap aku adalah lelaki yang baik untuknya. Dan aku merasa.. mereka tahu sesuatu tentang aku.
Lewat SMS tersebut, aku menyampaikan apa yang harus kusampaikan. Aku kenalkan diriku begitu juga umurku. Sengaja aku tidak mau menutupi apapun. Dan dia harus mengetahuinya dari awal. Aku berharap kami bisa saling bertukar informasi mengenai diri kami. Dan bisa saling mengenal.
Hampir seminggu aku tunggu jawabannya. Aku berpikir positif, mungkin karena ada banyak hari libur saat itu. Suatu hari aku berkendara lewat didepan tempat kerjanya. Tak sengaja telinga superku menangkap suatu percakapan yang sepertinya suara laki-laki.
"Dia mungkin lelaki yang baik. Mungkin juga hidupmu akan bahagia bila bersamanya. Tapi itu terjadi selama dia masih hidup. Pikirkan bila dia sampai meninggal dunia duluan. Bagaimana kamu harus menghidupi anak kalian sendirian. Dengan selisih umur kalian saat ini. Pikirkan baik-baik. kamu masih muda. Masa depanmu masih jauh." Itulah beberapa kalimat yang sempat terdengar.
Hingga akhirnya SMS jawaban itu datang. Doi mengatakan "Maaf mas, saya sudah bertunangan dan bulan depan menikah."
Setelah membuang nafas panjang aku langsung menjawab SMS Doi. Aku terima keputusannya. Terimakasih sudah mau memberikan jawaban. Bukan menggantungkannya begitu saja. Tentunya aku juga tidak mau pertemuan kami berikut dengannya menjadi canggung. Dan aku sampaikan hal tersebut kepadanya. Doi sudah memberikan keputusannya , dan aku harus harus segera melupakannya. Akupun membuang nomer Doi.
Hari-hari selanjutnya aku ingin menjalaninya seperti biasa. Dan seperti biasa aku secara berkala membeli stok obat-obatan yang keluargaku butuhkan.
Malam itu pertama kalinya aku kembali bertemu dengan Doi setelah dia menolakku. Dia langsung pergi kebelakang. Yah.. sebelumnya aku pikir dia bisa bersikap biasa saja melihat SMS jawaban darinya saat kukatakan agar tidak canggung. Sepertinya sudah tidak bisa biasa lagi ya?. Masih disana, aku mendengar percakapannya dengan rekannya tentang diriku. Bila sampai Doi menerimaku, dia bisa dikira suka sama "om-om". Kalau saja aku kuliah Doi bisa menyampaikan kepada bapaknya. Dan beberapa hal kemarahan lainnya. Aku yakin dengan pendengaran normalku saja, aku masih bisa mendengar percakapan tersebut. Aku sadar dirinya ternyata masih sangat belia. Pasti masih banyak hal yang ingin dia capai. Menabung untuk kuliah. Diwisuda dan berbagai pengalaman lain saat muda. Sedangkan diriku saat ini sudah memasuki usia untuk menikah.
Dari awal aku sudah bilang. Aku akan menerima segala keputusannya. Aku bukan lelaki yang egois. Dan aku juga sudah bersiap untuk hal ini. Walaupun aku gagah, mempunyai badan tinggi ideal orang Indonesia, sangat ganteng, berkepribadian menarik, cerdas dan kreatif, anak baik-baik pula. Namun tak bisa dielakkan kemungkinan itu tetap ada. Dan akhirnya akupun mengetahui dia menolakku karena faktor umur. Dia memikirkan keresahan yang terlalu jauh.
Padahal masalah takdir tak ada yang bisa mengetahuinya. Sampai berapa lama umur seseorang. Manusia seperti layaknya Kelapa, bisa diambil kapan saja.
Kalaupun bila akhirnya aku menikah dengannya. Bila dia khawatir sampai aku meninggal duluan dan harus berjuang sendirian. Aku tetap akan memastikan, saat itu anak kita sudah cukup dewasa dan mempunyai modal buat njagain kamu. Lagipula aku yakin adik-adikku pasti tidak akan lepas tangan begitu saja.
Bila mengkhawatirkan kebutuhan "batin". Seorang wanita mengalami menopause, sedangkan laki-laki.. kemarin saja musisi Ahmad Albar misalnya, masih bisa bikin anak saat usianya 70 tahun. Ya tapi aku ya jangan sampai seusia segitu juga. Kasihan aku.
Mengenai materi. Aku cuma miskin. Bukan Si bodoh yang pemalas.
Tanteku sendiri menikah dengan suaminya yang mempunyai selisih umur 15 tahun diatasnya. Bahkan saat ini anak mereka yang juga sepupuku sudah menjadi dokter dan sudah menikah pula mendahului diriku. -_-. Dan sampai saat ini baik Tanteku dan suaminya, keduanya masih hidup. Salah satu pelangganku mengatakan bahwa dia 12 tahun lebih tua dari istrinya. Dan sebagian dari mereka mengatakan usia suami yang lebih dari 10 tahun lebih tua itu hal yang lumrah. Itu bukanlah suatu masalah. Bila memang dia mencintaimu itu bukanlah suatu masalah, salah seorang dari mereka memperjelasnya. Saat mereka membahas kepada diriku "pertanyaan Legendaris" tersebut. -_-
Dan disinilah semua ini kembali berlanjut. Baik sepulang dari Apotek, secara tidak sengaja aku mendengar perkataan rekan-rekannya. Mungkin dari 10 cuma ada 1 yang mempunyai saran negatif memikirkan kekhawatiran terlampau jauh. Perkataan yang tidak langsung disampaikan kepadaku itu adalah suatu bentuk simpati mereka kepadaku. 3X kan bukan 4Xkan?. Menanyakan apa usia bapaknya seusia"diriku" oleh beberapa rekannya. Padahal usia adikku juga nggak jauh darinya.
Ada yang mengatakan secara tidak langsung pula(bicara pelan saat aku beranjak darisana), kalau memang masih berniat mengejar Doi, aku bisa menemuinya sore hari. Ada juga yang mengatakan bodoh bila aku kesini hanya dengan niat untuk melihatnya, karena Doi saja sampai berkata seperti itu tentang aku, Doi tidak menghargaiku. Setiap kesana, tujuanku memang membeli obat. Aku sendiri sebenarnya anti minum obat, hanya meminumnya bila dalam keadaan terpaksa. Begitu juga dengan berbagai suplemen vitamin. Aku membelikannya untuk Ibuku, vitamin A titipan dari adikku yang sambat bahwa akhir-akhir ini pandangan matanya tidak terlalu bagus. Karena aku yakin pada tubuhku yang masih bisa menyerap semua itu dari makanan yang kukonsumsi. Obat sakit kepala untuk Budheku. Begitu juga stok obat-obatan lainnya.
Aku mempunyai harga diri. Dengan mengatakan "Maaf mas, saya sudah bertunangan dan bulan depan menikah." Entah itu benar ataupun bohong. Dia tahukan betapa seriusnya kalimat tersebut?. Dengan itu dia sudah mematikan semua langkahku. Memupuskan semua harapanku. Aku menghargai keputusannya dan tidak akan mengganggunya lagi. Akupun sudah membuang nomernya dan tidak mungkin memintanya kembali.
Bilamana dirinya memilih lelaki yang dijodohkan oleh ayahnya. Kuharap Doi memang menyukainya dan tidak menjalaninya secara terpaksa. Karena dulu aku pernah mempunyai teman perempuan yang waktu SMP "dijual" oleh orangtuanya, agar orangtuanya bisa hidup berkecukupan sampai tua. Anak dari Boss pemilik perusahaan tempat ayah temanku itu bekerja. Mungkin akan kusampaikan lebih detail dilain kesempatan.
Ya.. terakhir aku mendengar Doi berkata ketus, memangnya hanya karena aku ganteng banget dan baik. Pasti akan dia terima!?.
"Biarlah image tentang dirimu tetap menjadi kenangan indah. Jangan berkata seperti itu demi membuatku ilfill. Bila kau menyadari hal ini. Saat aku berada disana, berhentilah berkata seperti itu. Aku sudah tidak berhasil mendapatkan hatimu, dan perkataanmu itu hanya membuatku menjadi lebih sedih lagi.
Menjadi tua itu pasti.
Menjadi dewasa itu pilihan.
Dengarkanlah suara hatimu, bukan pendapat orang lain. Karena yang bertanggung jawab atas kebahagiaanmu adalah dirimu sendiri, bukan dia/mereka.
Aku jadi penasaran kepada ia yang memberikan ide saran memikirkan baik-baik tentang masa depan yang masih panjang. Apa ia sungguh memikirkanmu?. Kalaupun ada, harusnya dia menyarankan untuk mengambil pekerjaan dengan penghasilan UMK Kota yang saat ini berkisar Dua juta-an rupiah. Sehingga Doi bisa lebih cepat menggapai tujuannya. Misalnya dengan menjadi pengawai Indomart atau Alfamart.
Langganan:
Postingan (Atom)