Motorku melesat diantara celah-celah lowong para pemakai jalan raya. Saat ini aku hendak menuju ke kantor salah satu customer. Untuk mengembalikan Laptop nya karena sudah sebulan dan tidak ada kabar mengenai part pengganti. Daripada hanya menjadi beban, pengembalian Laptop sempat tertunda beberapa hari karena kesibukan yang menguras otak dan mental ku. Mau tidak mau aku harus menyempatkan hari ini. Walaupun aku tidak ada pekerjaan kearah sana. Aku tidak bisa malas. Menunda hanya menambah beban. Apa mau dikata coba, aku bilang minggu depan. Hari Senin malah ini sudah jadi hari Kamis.
Saat enak-enaknya melaju. Tiba-tiba mata kananku terasa perih serasa ada benda asing yang menempel. Aku segera menepikan kendaraanku. Membuka kaca helmku dan mengucek-ucek mataku yang bermasalah, namun tiada hasil. Perihnya tidak berkurang. Setelah beberapa lama tanpa hasil. Aku putuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan mencoba menahan perih. Aku tutup mata kananku, rasa itu sempat sedikit berkurang, tapi kemudian berlanjut. Mengganggu penglihatanku dalam mengendara. Air mata mengalir deras dari mata kananku, warna mata yang semula putih berubah memerah. Hal itu menyebabkan mata kiriku yang sehat ikut menitikkan air mata.
Cepat sampai ke tujuan adalah satu-satunya pilihan. Jadi aku bisa segera meminjam kamar kecil untuk membilas mataku. Gas motor aku geber untuk menambah kecepatan.
Heran, sudah pakai helm full face masih juga bisa kelilipan. Yah.. ini bukan yang pertama kalinya terjadi sih.
Setelah sampai tujuan, aku segera meminta izin mbak customer menggunakan kamar kecil untuk membilas mataku.
Masih tidak terdapat perbedaan. Rasa perih masih mendominasi mata kananku.
Aku jelaskan keadaan Laptop yang aku bawa. Aku katakan seadanya bahwa part yang ada didalamnya tidak lengkap. Tidak terdapat fan didalamnya.
Mbak customer mengaku bahwa sebelumnya Laptop tersebut memang pernah dia servicekan di tempat lain. Tapi itu cuma sebentar dan tidak pakai dibongkar. Eh.. aku jadi bingung, masa begitu?. Aku katakan mungkin itu Laptop lain yg aku periksa. Atau mungkin itu sistem beda, tidak memakai fan yang bentuknya umum. Sebenarnya aku ingin segera mengakhiri pembicaraan karena perih di mata kananku ini. Waktu aku pamit hendak pergi. Mbak customer menawarkan bahwa dia punya tetes mata Insto. Aku berterimakasih dan segera meneteskannya di mata kananku. Sekalipun begitu rasanya masih ngganjel. Belum berkurang secara signifikan. Mbak customer membuka tas Laptopnya dan terkejut.
"Ini bukan Laptop ku mas!. Laptop ku bagus, nggak jelek seperti ini!. Dengan nada meninggi.
Ah. Ternyata Laptopnya salah masuk tas. Aku ingat benar tas Laptop punya mbak customer bewarna hitam dan lerekan tengahnya rusak.
"Terus Laptop saya kemana!?. Jangan-jangan Laptop saya dibongkar terus partnya dimasukin Laptop lain. Ini nggak jadi, yang itu jadi!." Suasana semakin runyam.
"Jangan macam-macam dengan saya!. Saya bisa nuntut mas tahu!. Saya orangnya baik mas. Saya orangnya baik!. Tapi kalau kayak gini. Saya bisa nuntut mas karena nggak benar!. Kita ini baru saja kenal tapi sudah saya serahin Laptop. Mas sebenarnya service apa!?."
Aku yang sebelumnya diam saja menjawab dengan datar. "Saya service Printer mbak."
Dia juga jelas tahu hal itu. Karena sudah dua kali dia memesan cartidge printer dari aku.
"Demi Allah mbak. Saya nggak ngelakuin hal kayak gitu." Seharusnya perkataan sumpahku ini sudah bisa menenangkannya. Tapi tidak, dia masih meneruskan berkata yang macam-macam. Berbagai prasangka buruk dilontarkannya.
Tahu nggak. Kalau saja ada orang lain masuk ke ruangan ini dan melihat wanita ini yang bersemangat memarahiku dengan keadaan diriku yang bermata merah dan mengalirkan air mata. Pasti kalian tahukan apa yang ada dipikirannya.
'Hah. Berbuat yang nggak jujur buat keuntungan yang cuma rp100rb!?. Untuk service Laptopnya aku cuma cas Rp100 rb kalau jadi. Sebuah pengorbanan yang tidak bisa dikatakan sepadan seharusnya. Awalnya wanita ini mengatakan bahwa Laptopnya mengalami blue screen jadi hanya membutuhkan install ulang saja katanya. Dan aku katakan biayanya Rp100rb dan butuh waktu satu malam. Pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Dia berbohong. Laptopnya bahkan tidak bisa menyala. Saat kuhubungi untuk konfirmasi keadaan Laptop dan langkah berikutnya. Karena pasti masalah hardware, bukan softwarenya. Dia mengatakan bahwa kalau itu terjadi, maka aku harus menekan tombol powernya lebih lama sambil di charge. Tentu variasi seperti ini sudah kulakukan sebelumya. Dan memang tidak bisa. Dengan pengakuannya itu, membuat kebohongan menjadi lebih jelas.
Kalau keuntungannya milyaran atau minimal jutaan, bolehlah dipertimbangkan. Sekalipun dapat kesempatan seperti itu. Aku tetap lebih memilih untuk tidak mengambilnya.
Jaman sekarang memakai jilbab sudah menjadi formalitas. Kita tidak bisa menyalahkan jilbabnya hanya karena ada personil semacam wanita yang ada didepanku ini. Jaman dulu jarang yang memakai jilbab, namun sekalinya pakai, pada umumnya sifat mereka juga sesuai dengan ajaran. Karena istilah lawas "jilbabi hati dulu baru jilbab secara fisik". Kalau jaman sekarang sih pada pakai karena fashion, tuntutan pekerjaan. Dan bagi mereka yang tahu, karena merupakan perintah agama. Masalah sifat asli urusan belakang. Nggak malu apa ya?.
"Pikiran saya pasti kacau mbak, sehingga salah. Ada 3 buah laptop ditangan saya saat ini. Kebetulan dua diantaranya sama-sama bermerk Lenovo." Aku pamit untuk mengambil yang satunya.
Melesat dengan segera, dan kembali dengan segera. Aku kira masalah sudah selesai. Tapi tensi runyam masih sama. Dia masih mengulang hal yang sama.
"Ini pekerjaan yang tingkat stressnya tinggi mbak. Saya harus mikir banyak hal. Bongkar sana sini. Kesana kemari."
"Saya nggak bisa bilang apa-apa mas. Sekarang ini saya hanya bisa berbaik sangka." Ucapnya.
Setelah Laptop yang benar aku bawapun.
Dia bahkan masih berusaha mencari-cari kesalahan. Jadi itu yang dia namakan berbaiksangka?.
"Ini laptopku aku ingat betul harusnya bisa menutup dengan sempurna!". Sambil dirinya membuka nutup Laptop.
"Ini nutupnya nggak sempurna!".
Laptop miliknya mempunyai Lcd yang tipis dan ringan. Mengatupnya sedikit terbuka mungkin sekitar nol koma centimeter. Apa dia tahu Laptop yang kubawa sebelumnya bisa menutup secara 100% tanpa pengunci karena Lcdnya berat? Dan ada yang namanya gaya gravitasi. Apa dia tahu pada beberapa tipe Laptop ada yang menggunakan pengunci, tombol/slide lock agar bisa menutup secara rapat sehingga waktu hendak mau membuka Laptop untuk memakainya kita harus menggeser tombol tersebut? Karena kalau tidak kita geser tombolnya, Laptop tidak bisa dibuka.
Tepat sebelum ini. Dia memesan cartidge kepadaku. Aku membawakannya sembari membawa printer pelanggan yang sudah jadi. Karena memang arahnya satu jalur.
Sampai disana saat aku masuk kantor aku disuruh keluar menunggu karena Bossnya berada disana sedang memberikan wejangannya yang panjang dan lebar . Padahalkan tinggal menyerahkan barang yang ukurannya kecil dan menerima pembayarannya. Selesai.
Aku tunggu di luar sampai lebih dari dua puluh menit. Kok masih belum ada panggilan untuk masuk. Padahal saat itu sudah memasuki musim penghujan dan awan sedari tadi sudah gelap. Sedangkan yang ada didalam kantor pasti bisa melihat bahwa kendaraan yang saya parkirkan di depan terdapat sebuah printer LaserJet Multifungsi besar di jok belakangnya. Akupun mengambil inisiatif masuk kesana dan meminta untuk mengantarkan printer pelanggan dulu.
Sekembalinya dari sana mbak customer ini meminta maaf karena dia nggak mau pusing ditanyai macam2 sama Bossnya.
Tentu saja aku maafkan. Untung saja tidak kehujanan.
Tapi sekarang.. dengan memarahiku seperti ini?. Mengatakan dia bisa menuntutku. Melontarkan berbagai tuduhan dan prasangka buruk. Dan mengulang-ulang semua hal tadi. Apa dia merasa hebat!?.
Apa yang sudah dikatakan tidak bisa ditarik kembali.
Dirinya tidak rugi apapun. Justru aku yang rugi waktu dan tenaga. Rugi biaya, boros ban dan bensin. Rugi pikiran. Karena aku hanya menerima bayaran jika barang tersebut jadi. Suatu pengorbanan yang tidak sebanding sebenarnya. Waktu itu saat Laptopnya dia dibawa ke kantornya aku ada keperluan darurat, jadi nggak bisa ngambil di hari itu. Keesokan harinya Laptop nggak dia bawa. Nggak papa dah ngalahin ngambil Laptop dia ke rumahnya yg ternyata ada di atas gunung. Yang aku pikir-pikir sekarang, ternyata kalo pake jasa Gojek udah bisa dapat Rp20rb.
Bisa dimaklumi bila Laptop tersebut menyangkut hal fatal seperti mata pencaharian misalnya. Sebelumnya dia mengatakan kepadaku, dia membutuhkan Laptop tersebut untuk memutar film anaknya.
Dan sampai diakhirpun tidak ada permintaan maaf ataupun penyesalan.
Tidak peduli dia PMS/menstruasi pada saat itu atau bahkan ada urusan pribadi yang mengganggu mentalnya.
Semoga dia sadar dan mengakui bahwa dirinya..
Tidak Punya Etika.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).