Toying saat ini sedang melihat-lihat tanah yang akan dia beli. Rencananya dia akan membangun masjid diatasnya.
"Ini adalah sumber investasi amal jariyah yang akan mengalir terus." Ujar Toying kepada asisten pribadinya dengan sumringah.
Asisten nya itu memang mengenal Toying dengan baik. Dia tahu benar semua usaha yang digeluti Toying selalu berhasil, seolah Tuhan sangat sayang kepadanya.
Banyak orang yang berkali-kali gagal sebelum akhirnya berhasil. Bahkan banyak orang selalu gagal dan sampai akhirnya menyadari bahwa mungkin rezekinya tidak ada disitu, itu bukanlah bidang yang tepat untuknya. Dan bahkan lebih banyak orang yang tidak bisa dibilang sukses dalam segi ekonomi sampai akhir seperti standart kesusksesan yang digadang-gadang oleh si Boss. Menganggap semua yang ada padanya saat ini adalah usaha dia sendiri semata. Tanpa campur tangan Tuhan?.
Jika kau berpikir bahwa Toying adalah orang yang pandai, seperti halnya dia menilai dirinya sendiri. Maka anggapanmu itu adalah salah. Ia hanyalah seorang opportunis dengan tingkat keberuntungan yang tinggi. Kalau pandai ya pasti jadi dokter. Banyak wiraswasta berhasil, yang tingkat pendidikannya bahkan tidak lulus SD. Dan tidak banyak dari mereka ngaku-ngaku diri mereka pandai, terutama dalam hal pelajaran/teori.
Asisten nya hanya mengangguk-angguk dengan semua ucapan Boss besar nya itu. Ia menyadari betul posisinya saat ini.
Ia bisa membayangkan saat si Bossnya berpapasan dengan orang tua pengemis/gelandangan yang sejak awal terlahir dari keluarga miskin. Pasti akan merasakan dirinya seorang superior. Dilahirkan dari keluarga berada dengan segala kemudahan akses. Jijik kepada mereka yang berkulit kulit coklat atau bahkan lebih gelap, kecuali istrinya dan para pelacur yang pernah ditidurinya. Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana bisa ia memandang dengan jijik kedua calon mertuanya, sementara dirinya sendiri hendak melamar putri mereka?. Dan bagaimana reaksi keduanya bila mengetahui sifat sejati menantunya itu lebih awal?. Sekarang saja Toying bisa lantang berkata tidak nikah sama istrinya yang sekarang juga nggak papa, sekalipun itu dikatakannya didepan putrinya sendiri bahkan didepan istrinya sendiri secara langsung. Dengan mudahnya mengumbar kata cerai demi memaksakan kehendaknya. Sungguh ia perlu belajar menjadi manusia, ia perlu belajar bagaimana menghargai seseorang, apalagi itu keluarganya sendiri. Jadi dirinya tidak bersyukur dengan keadaannya yang sekarang?.
Pada kenyataannya, apa yang dikatakannya itu hanyalah omong kosong. Bila waktu itu lamarannya ditolak, memangnya dirinya yang sekarang akan bisa berkata demikian?. Yang ada justru dirinya sakit hati, dendam, kebenciannya semakin menjadi. Mengatakan hal-hal tentang SARA dan sumpah serapah sejenisnya. Memfitnah "jenis" merekalah yang menjadi penyebabnya. Dan aku tak yakin ia akan berdiam diri dan tidak melakukan suatu keburukan terhadap mereka. Inilah yang dinamakan attitude. Sesuatu yang sulit untuk dirubah.
Memangnya kalau tidak jadi dengan istrinya yang sekarang, ia mau jadi sama siapa?. Perempuan "satu jenis" dengannya tapi jelek dan tidak dicintainya? atau.. palingan juga sama salah satu diantara perempuan nakal yang juga tidak "sejenis" dengannya, yang penting wajahnya cantik. Dah gitu doang, sesederhana itu. Toying boleh menyombongkan diri perempuan mana yang bakal menolak dirinya. Karena hal itu sebagian besar memang benar. Perempuan mana yang tidak mau sama hartanya?.
Juga para pelacur yang pernah ditidurinya. Ia pada dasarnya memang nggragas. Ada daging segar matang, dimasak, dibumbui dirumah. Tapi memilih daging mentah busuk sepahan bekas kunyahan banyak laki-laki, yang ada diluar rumah.
Ditambah lagi bila ia melihat mereka yang keriput karena sudah tua. Seperti dianya tidak akan pernah tua ya?. Memandang rendah orang yang ia anggap miskin sebagai pemalas.
Tapi semua itu duluuu. Kalau sekarang ya.. tidak tahu. Mungkin sudah tidak seperti itu. Semoga. Mungkin karena sudah tidak ada pilihan. Jadi ya terpaksa. Bagaimana lagi.. lebih dari 80% penduduk Indonesia berkulit coklat/gelap. Masa dirinya mau pindah ke negara 4 musim, yang mendekati kutub atau bahkan ke kutubnya
Sedangkan Si Boss menganugerahi dirinya sendiri julukan "pekerja keras" dengan bukti segala kekayaan yang dimilikinya. Walaupun pada kenyataannya, ia tidak pernah melakukan kata kerja tersebut dalam arti yang sebenarnya. Bila kita bekerja demi uang. Uang justru bekerja kepada Si Boss. Dia menilai sebagian besar orang berkulit coklat adalah orang susah, orang miskin. Dan miskin berarti pemalas.
Padahal sang Asisten mengakui sungguh suatu keanehan dikala sang Boss lebih malu dosanya diketahui manusia ketimbang oleh Tuhan yang senantiasa selalu melihat segala perbuatannya. Yang dengan penuh kepedean bangga akan segala amalannya yang ia katakan mengalir deras. Sang calon penghuni surga. Dikala para sahabat nabi justru khawatir bila sampai amalan mereka tidak diterima.
Sang Asisten pernah mendengar Toying sedikit berceramah kepadanya. "Lebih banyak orang yang gagal ujian kekayaan daripada ujian kemiskinan. Tapi aku sih tetap memilih ujian kekayaan." Ujarnya dengan penuh senyuman.
Tentu saja karena ia berpikir bahwa ia bisa membeli pahala. Bisa membeli surga layaknya ia membeli banyak "surga dunia". Itulah logika yang dimilikinya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).