Lagi-lagi aku merasakan tatapan lembut penuh perasaan kearahku. Aku sudah berkunjung ke tempat ini untuk ketiga kalinya memenuhi orderan pick up makanan dalam pekerjaanku sebagai rider Ojek Online. Dan lagi-lagi aku merasakan perasaan yang sama. Tatapan yang mengatakan 'Aku ingin kenalan'.
Tatapan halus, malu-malu yang secara sembunyi-sembunyi aku rasakan kuat ketika aku sedang mengalihkan perhatian ke tempat lain, seperti misalnya saat sedang berinteraksi dengan Ibu-ibu Ojol yang berada disitu.
Kebetulan saat itu tempatnya lumayan padat pengunjung. Tapi aku merasakan arahnya dari meja pengambilan order makanan. Dan hanya ada dua pegawai di toko Roti ini yang ada disana. Satu karyawan dan satu karyawati. Nggak mungkinkan kalau rasa tatapan itu berasal dari mas-mas itu?. Semoga enggak, ya enggaklah, masa gitu. Ya kan?.
Jadi tersangkanya mengerucut hanya kepada satu orang. Gadis tinggi semampai berjilbab bercelemek yang saat itu memenuhi standar protokol kesehatan dengan memakai masker. Kesan pertama saat melihat wajahnya yang sebagian tertutup masker adalah.. dia sangat mirip dengan Fairuz A. Rafiq. Seperti Fairuz A. Rafiq sedang memakai masker.
Jadi perkiraanku paras wajahnya kurang lebihnya ya pasti nggak berbeda jauh dengannya. Penampilannya menarik.
Kebetulan lagi-lagi aku mengambil orderan makanan darinya. Dan saat aku berlalu meninggalkan dirinya setelah mengucapkan terimakasih. Terdengar celetukan bernada kecewa.. "Paling wes bapak-bapak". Ya.. aku mempunyai indera pendengaran yang sangat tajam dan itu terjadi masih dalam jarak tiga meter, jarak jangkauan yang bahkan manusia normal masih bisa mendengarnya dengan jelas.
Ya.. seharusnya aku memang sudah bapak-bapak. Seusiaku itu seharusnya sudah punya anak istri.
Terjadi pergolakan dalam batinku bagaimana aku harus menanggapinya. Aku jadi GeEr kan. Sepanjang jalan aku jadi terus memikirkan hal itu. Dia ingin berkenalan denganku?. Sampai akhirnya aku putuskan untuk mengambil langkah penting dalam hidupku. Aku berusaha mengumpulkan semua keberanianku, walaupun sepertinya tidak berhasil karena aku tetap gemetaran walaupun hanya dengan memikirkan untuk bagaimana cara berkenalan dengannya.
Waktu itu aku nggak salah dengar kan?. Bagaimana kalau ternyata aku salah dengar atau itu bukan ditujukan kepadaku?. Pikiran-pikiran itu terus menghantuiku. Bagaimana baiknya ini?.
Hingga di malam itu aku putuskan untuk melakukannya. Lebih cepat lebih baikkan, jadi enggak jadi bahan pikiran terlalu lama. Cuma mengganggu.
Aku berkali-kali mengambil nafas panjang. Tapi rasa gemetaran itu tidak hilang. Ya Allah aku takut banget.
"Ayo Andika kamu itu laki-laki, jadi sudah seharusnya menjadi tugas bagimu untuk menentukan langkah selanjutnya!". Kamu sudah menghadapi banyak Angkara yang bukan hanya penampilannya saja yang mengerikan, tapi juga mara bahaya yang datang dari bertempur dengan mereka. Masa mengambil langkah untuk berkenalan saja takut.
Kamu itu laki-laki jadi kamu yang harus mendekatinya lebih dulu!". Aku berusaha menanamkan rasa tanggungjawab kepada diriku.
Kalian pasti nggak bisa membayangkan betapa gemetaran diriku waktu itu, bukan hanya detak jantung tapi tangan, kaki, seluruh tubuhku. Bahkan sampai sekarang saat mengingatnya. Tapi aku berusaha untuk berani. Akupun sudah menyusun rencana yang jitu, dan sudah aku simulasikan dalam pikiranku berkali-kali. Aku serahkan kartu namaku kepadanya dengan cepat lalu langsung kabur dari sana. Lagipula aku nanti memakai masker jadi rasa maluku pasti bisa tertutupi sebagian.
Celakanya waktu sampai didepan sana, pelanggannya malah ramai. Mereka semua padat duduk tepat didepannya. Aku terus menerus menyemangati diriku sendiri. Sampai kapan aku akan terus seperti ini, terus merasa takut dengan hal yang masih belum terjadi. Buktikan bahwa untuk kali ini aku harus berani mengambil langkah.
Aku parkirkan kendaraanku didepan. Aku bergerak kearahnya. Aku lupa mengambil kartu namaku yang berada didalam tas.
Sembari terus mengambil nafas dalam. Aku sekarang berada tepat didepannya. Aku kumpulkan keberanianku untuk menanyakan namanya. Nggak lucu kan kalau aku memutuskan untuk mengenalnya tanpa tahu namanya. Aku tanyakan beberapa kali untuk memastikan aku tidak salah mengingat namanya. Setelah itu aku segera menyerahkan kartu namaku. Tak lupa berdialog "Kalau ingin menambahkanku sebagai teman di WA". Dan dia malah berkali-kali menanyakanku maksudku ngasih kartu nama. Ya aku tahu itu kartu nama pekerjaan bisnisku sebagai teknisi printer komputer. Tapi masa tujuanku buat nawarin jasaku nyervis. Misi kuanggap selesai dan saatnya aku ngibrit keluar dari sana. Dan aku nggak bisa langsung kabur menghilang dari sana karena terpaksa berhenti sejenak untuk membayar parkir.
Aku terus berdoa kepada Tuhan agar dilancarkan usahaku ini. Kalau memang dia menjadi jodohku.
Langkah berikutnya biar dia yang mengambil, untuk menerimaku atau tidak.
Aku pernah melintas saat Tokonya tutupan dan dia hendak pulang. Tapi tidak bisa menghampiri dirinya bukan karena saat itu aku sedang dalam misi, tapi karena dia masih belum menghubungiku. Dan aku masih menunggu keputusannya untuk berkenalan denganku. Jadinya pasti canggungkan kalau aku berhenti didepannya. Dirinya memakai jaket Denim tanpa dikancingkan. Dan aku sudah melihat wajahnya tanpa masker. Terjawab sudah.
Cantik.
Dan aku mau kok sama dia(dasar bujangan).
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).