Sudah lebih dari sepuluh tahun ini Toying melarang putrinya Eliza
berhubungan dengan Andika apalagi menemuinya. Ia berharap dengan
seiringnya waktu berlalu putrinya akan melupakan tentang kekasihnya itu.
Eliza terpaksa mematuhinya, dia tidak bisa membiarkan ibunya mendapatkan status janda begitu saja. Seperti yang pernah dibahas di cerita sebelumnya, ancaman Toyinglah yang membuat Eliza bersikap demikian. Logika Toying memang rada-rada "ajaib", kenapa tidak langsung menggunakan itu untuk memaksa Eliza menikah dengan Hengky lelaki pilihannya?(Ide yang ini jangan sampai ketahuan Toying, kasihan Eliza-nya).
Eliza tahu Toying bersungguh-sungguh terhadap ancaman tersebut.
Kalian tidak tahu, kalian pikir berapa banyak hal kotor yang pernah dilakukannya demi mencapai puncak posisinya saat ini?. Orang-orang polos yang ada dibawah tidak pernah membayangkannya dan tidak perlu mengetahuinya. "Tega" merupakan kata yang lumrah dalam dunianya. Halalkan segala cara. Itu sudah menjadi bagian dari tarikan nafasnya. Tega dan memaksa itulah kunci "kesuksesannya".
Namun disisi yang lain Eliza juga tidak mau tunduk kepada keinginan bapaknya itu. Pada kenyataannya, dilebih dari sepuluh tahun itu setiap harinya
putrinya selalu membahas tentang Andika kepadanya. Tak satu haripun
luput terdengar nama Andika. Eliza berisikeras tidak mau dinikahkan
dengan laki-laki lain, sementara Toying juga tidak mau mengalah. Ia
berisikeras agar Eli menikah dengan lelaki pilihan dirinya, yang bukan orang
susah katanya. Sebagai orangtua Toying meminta anaknya itu untuk
berbakti kepadanya dengan menerima calon suami yang diajukan Toying
kepadanya. Dan pagi ini mereka mengulangi perdebatan yang sama.
"Bapak tahu nggak?. Sebenarnya Eli pinginnya kawin lari sama Andika".
"Bapak langsung laporin polisi. Andika bawa lari anak orang. Bahkan bisa diringkus sebelum kalian lari."
"Memangnya bisa melaporkan orang hilang sebelum 24 jam?."
"Bisa saja. Yang penting ada duwitnya!".
"Eli
pinginnya pakai wali pengganti tapi Andika nggak mau. Ia hanya mau
menikah kalau bapak merestui dan menjadi walinya. Ia bahkan tidak mau kami
bertemu sebelum hal itu bisa terlaksana. Dan mengikhlaskan bila
nanti Eli menikah dengan orang lain. Yang penting ada restu dari
orangtua, restu bapak sebagai wali."
"Andika itu kurang baik apa lagi pak?".
Raut wajah Toying langsung berubah sumringah. Tubuh Toying bergoyang-goyang saking senangnya.
"Kalo gitu kamu sama Hengky. Bapak merestuinya kalo kamu sama Hengky." masih sambil bergoyang-goyang.
"Sama Hengky". Sambil tersenyum lebar.
"Bapak!".
"Pokoknya, bapak maunya kamu sama Hengki". Toying merasa diuntungkan dengan pernyataan Andika tersebut.
"Eli sudah dewasa. Sudah berhak menentukan masa depan Eli sendiri".
Istri Toying, ibu dari Eliza juga berada disana mendengarkan perdebatan keduanya. Seperti hari-hari yang biasa mereka lalui. Namun dirinya hanya diam melihat keduanya.
Duluu sekali seperti layaknya keluarga semestinya. Ibunya pernah menyuarakan dukungan kepada putrinya untuk menjalin hubungan dengan Andika. "Ibu mendukungmu. Ya nggak papa. Bapakmu saja menikahi ibu yang "tidak sejenis dengannya". Wajar kalo kamu juga naksir Andika yang berasal dari suku yang sama dengan ibu". Percakapan yang disambut gelak tawa keduanya.
Namun Toying menghardiknya. Baginya perempuan tidak usah ikut campur dalam keputusan keluarga. Karena bagi Toying, istri itu cukup mengurusi hal dalam rumah tangga. Juga hanya sebagai pelampiasan syahwat saat dirinya berada di rumah. Tidak lebih. Itulah terakhir kalinya ibunya Eliza angkat bicara. Selanjutnya dirinya hanya diam. Diam demi menjaga keutuhan rumah tangganya.
"Kamu
mau mempermalukan bapak di depan kolega-kolega bapak?!. Kasta kita
berbeda!. Kasta keluarga kita itu jauh lebih tinggi dari dirinya!. Enak
aja, orang susah kok mimpi pingin jadi kaya."
"Bapak
kok bisa-bisanya berkata seperti itu?. Padahal bapak juga terlahir dari
orang kaya. Kakek walaupun bukan Trilyuner tapi tetap saja kaya. Kenapa
harus menikah dengan sesama orang kaya?. Tidak akan ada bedanya. Toh
sudah sama-sama kaya. Bukankah dengan menikah dengan orang yang tidak
kaya, akan membuat orang itu menjadi kaya juga?. Dengan begitu justru
bisa membantu keluarganya meningkatkan status ekonominya juga. Mengubah
mereka juga menjadi kaya."
"Enak saja!"
'Kalo Hengky sih nggak papa.'
"Suami
yang sukses adalah suami yang pendapatannya lebih besar dari belanja
istrinya". Ujar Toying meniru kalimat motivasi dari seorang motivator
ternama kala itu.
"Kamu mau makan sama garam!?."
"Terlahir miskin, itu bukan dosa kita. Tetapi jika meninggal dalam keadaan miskin, itu adalah dosa kita." Lanjutnya.
Eliza tidak menanggapi pernyataan bapaknya yang mengaitkan segala sesuatu dengan makan. Karena sudah bosan mengingatkan bapaknya itu bahwa semua makhluk di bumi sudah ada rezekinya masing-masing.
"Tapi Andika kan belum meninggal. Lalu miskin itu dosa?."
"Memangnya orang susah sepertinya bisa membangun masjid seperti bapak, bisa punya amal jariyah seperti itu!?. Hahaha, boro-boro menyumbang uang buat amal, buat makan saja susah!. Mimpi masuk surga padahal sendirinya nggak punya apa-apa!."
"Dan kamu mau diajak susah seperti itu!?."
"Oke,
kita bikin kesepakatan. Bapak sendiri yang bakalan datang melamar
Andika buat kamu kalo ia bisa membuktikan dirinya sukses. Bisa menjadi
kaya dengan usahanya sendiri!."
'Minimal harus sekaya aku'.
"Jadi itu syarat dari bapak?."
"Iya". Toying mengetahui bahwa mengharapkan seseorang bisa melampaui batas kemampuannya itu sama saja dengan berharap ia gagal.
"Eli
nggak setuju sama syarat bapak. Itu nggak berdasar. Bapak tahu
nggak kalau Eli sampai berzina. Maka bapak juga akan mendapatkan
dosanya."
"Bapak tinggal membangun masjid lebih banyak lagi. Menambah jatah menyantuni anak yatim lebih banyak lagi. Toying berkata dengan mimik bibir sinis.
"Aku
dan orang yang menanggung anak yatim adalah seperti ini di surga."
Toying berucap dengan senyuman lebar sambil mengacung-acungkan kedua
jari telunjuk dan jari tengahnya kedepan. Lalu menggerak-gerakkan engsel keempat jarinya itu menekuk kedepan dan keatas berkali-kali.
Menanggapi enteng semua hal tersebut.
Kali ini Eliza menampakkan kemarahannya setelah berusaha bersikap lembut.
"Tugas
terberat seorang suami bukanlah mencari nafkah untuk anak dan istrinya,
tetapi adalah menyelamatkan istri dan anaknya dari azab api neraka.
Seorang suami tidak akan masuk surga selagi belum ditanya tentang
kepemimpinannya dalam rumah tangga.
Untuk sesaat, Toying terdiam kehabisan kata-kata tidak bisa membalasnya.
. . .
"Cih, omongan itu pasti kamu dengar dari orang susah!".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).