Lagi-lagi kali ini kamu tidak ada di frontliner. Entah sudah berapa kali aku berkunjung kesini dan tidak bertemu dengannya. Apa mungkin dia sudah risen?. Tapi waktu aku tanya ke rekan kerjanya yang lain mereka memberi jawaban cuma nggak masuk saja. Namun dari segi pandangku.. kamu risen. Masa nggak masuk atau cuti bisa selama itu?.
"Mungkin dia marah sama kamu" jawaban ibu yang duduk dikursinya membuatku tersentak.
Jadi ini salahku?. Ya.. perempuan memang tidak pernah salah kan?. Laki-laki yang selalu salah. Kenapa tidak mau jujur dan terbuka terhadapku sepenuhnya?.
Kembali ke satu bulan sebelumnya.
Setelah berdoa bahkan shalat Istikharah akupun memantapkan hatiku. Aku memutuskan untuk membuka hatiku. Kepadamu.
Aku tak tahu apa yang kamu alami jeda hari-hari sebelum aku bertandang ke tempat kerjamu hari itu.
Setelah beberapa percakapan kecil. Akupun memulainya.
"Sebentar lagi Ramadhan tiba.. tapi aku nggak suka mengenai hal itu. Karena setelahnya saat Idul Fitri tiba, bakalan banyak yang menanyakan pertanyaaan legendaris itu. Bikin sebel". 'Aku yakin saat ini adalah saat yang paling tepat'.
"Mbak sudah punya calon?".
Dia menunduk saat menjawab.
"Sudah. Kemarin lamaran".
Aku terkejut mendengarnya. Aku mengulang pertanyaan yang sama untuk memastikan. Dan mendapat jawaban yang sama.
"Ah.. jadi aku telat ya?".
"Ya Allah. Dia sudah jadian sama aku lima tahun mas. Entah mengapa terdengar parau.
Walaupun bukan jawaban yang aku harapkan. Namun aku merasa lega karena aku sudah menanyakan sebuah kepastian. Satu ganjalan hatiku sudah keluar. Aku tidak mau merasa kecewa.
'Jadi untuk apa semua drama itu?.
Dasar tidak bertanggungjawab. Padahal dorongan darimu yang membuat aku membuka hatiku kembali'.
'Aku yakin kamu adalah perempuan baik-baik. Dan hal ini tidak membuat penilaianku berubah. Hanya saja keadaannya yang tidak memihak'.
Setelah menyelesaikan masalah perkerjaan dengannya, akupun pulang.
Manusia selalu saja terikat dengan alasan waktu dan tempat yang tepat saat ingin mengungkapkan sesuatu yang penting. Itulah yang aku dapatkan dari menonton "Proposal Daisakusen" sebuah J-Drama beberapa belas tahun silam. Ternyata aku tidak belajar apa-apa.
Tapi memang bagaimanapun juga kita tetap tidak bisa lepas dari semua hal itu. Tidak mungkin juga mengatakan secara langsung di depan umum tanpa tedeng aling-aling.
Dan kalau dia juga memikirkanku.. pasti dia akan minta waktu untuk memikirkannya, bukan langsung menerima lamaran tersebut begitu saja.
Yang aku ketahui tentang dirimu masihlah sedikit. Aku mengetahui bahwa kamu mempunyai alergi terhadap udang, saat aku menanyakan perihal dirimu yang tidak masuk kerja sampai tiga hari kepada salah satu rekan kerjamu. Tahu nggak apa yang aku pikirkan saat mengetahui hal itu?.
'Wah aku nggak bisa makan sambal terasi dong'. Dan kesempatan berikutnya aku mengetahui apa yang kamu gumankan waktu kamu tahu bahwa aku mengetahui tentang pantanganmu itu juga dari rekanmu. Kamu mengatakan bahwa kamu masih bisa memasakkanku sambal terasi walaupun tidak bisa ikut makan sambal itu bersamaku.
Eh.. padahal aku tidak pernah mengucapkan apapun tentang sambal terasi. Pengetahuan umum, bahwa orang Indonesia mencintai sambal. Terpikir olehku.. jangan-jangan waktu itu kamu berusaha sembuh dengan cara memerangi alergimu itu?. Dugaanku itu juga karena waktu itu ada percakapan rekanmu "Sudah tahu alergi udang, kenapa masih makan juga?". Tenang saja. Aku juga pernah terkena alergi juga kok(walaupun jarang terjadi). Pernah punggungku terasa gatal sehabis memakan daging. Namun dikesempatan lainnya tidak terjadi apapun walaupun aku memakannya dalam porsi besar.
Jatuh cinta itu indah ya? (^_^).
Kamu menganggap alasanku mengacuhkan perasaanmu itu karena kamu mempunyai mata yang kecil. Hehehe. Kamu lucu. Mau matanya kecil mau matanya belo juga kalau dasarnya cantik ya cantik aja. Sampai ada rekanmu yang menimpali. Malah bagus kalau nanti anakmu berwajah oriental jadinya lebih mudah dapat pekerjaan dengan posisi bagus.
Aku suka saat kamu mengatakan bahwa dirimu juga orang Jawa walaupun jelas terlihat kamu mempunyai wajah oriental. Warisan salah satu leluhurmu yang merupakan pedagang dari Guangzhou.
Jelas aku tidak bisa langsung menanggapi perasaanmu karena aku tidak tahu apa-apa mengenai dirimu. Apa agamamu?. Bagaimana tanggapan keluargamu?. Setahu aku keluarga Tionghua hanya menikahkan anak perempuannya dengan sesamanya. Kok jadi ngganjal ya pake kata Tionghua.. saya ganti jadi cina saja ya biar enak dan ngetiknya juga lebih cepat. Cina juga nikahnya sama cina lagi. Walaupun mempunyai agama yang sama dan saling suka, tetap saja pihak keluarga menentangnya. Saya rasa bukan lagi masalah marga. Sudah banyak yang nasabnya hilang tidak tercatat. Karena wajar saja sih seorang bapak cina ingin cucunya juga mempunyai fisik cina juga. Juga karena gengsi. Pada umumnya(nggak semuanya kok) walaupun punya darah jawa atau yang lainnya dari nenek ataupun nenek buyut ataupun nenek canggahnya. Namun mereka seolah mengabaikannya, apa mungkin mereka tidak mengetahuinya karena ditutupi?.
Kok yang dipermasalahkan cuma cina?. Tuh yang arab juga hanya menikah dengan sesama kok. Padahal mereka tidak dianggap non-pribumi. Ya peranakan arab juga melakukan hal yang sama demi nasab dan marga. Tergantung keluarganya juga sih.
Kalau jaman dulu sih orang-orang kulit putih malu bila sampai ada perempuan mereka yang dinikahi oleh ras selain mereka. Mereka merasa terhina karena mereka menganggap hal itu merendahkan harkat dan martabat mereka.
Jadi inget film "Tenggelamnya kapal Van Der Wijck". Ayah Minang, ibu Makasar. Yang Minang matrilineal yang Makasar patrilineal. Lah nggak masuk nasab keduanya dong. Malah disebut anak pisang. Untungnya saya yang mengukuhkan diri sebagai orang Jawa tidak begitu mempermasalahkan hal ini. Jawa fleksibel eui. Mengakui keduanya. Kalau dipikir-pikir kakek saya dari ayah adalah seorang yatim yang diangkat anak oleh orang Jawa. Kakek buyut yang dulu tinggal bersama ibu adalah orang Minang yang harusnya juga menikah dengan sesama Minang untuk melanjutkan nasab, namun malah menikah dengan perempuan ningrat yang tentunya karena menikah dengan kakek buyut saya menjadikannya kehilangan hak untuk meneruskan nasab dan menurunkan gelar kebangsawanan kepada keturunannya. Tuh segitu saja dah panjang dan rada ribet. Sebenarnya nggak ribet kok. Semua hal diatas tidak membuat saya kehilangan identitas saya. Saya keturunan Nusantara yang mempunyai darah dari banyak suku bangsa. (^_^).
Apalagi orang Indonesia itu sudah tercampur berbagai genetik. Ada teori yang mengatakan bahwa keanekaragaman percampuran genetis justru membuat kita menjadi manusia yang lebih baik. Mungkin ini adalah penjelasan kenapa saya bisa sangat ganteng.
Kok melebar kearah itu sih?.
Mengingatkanku beberapa belas tahun yang lalu. Saat aku masih menjadi pegawai dalam bidang yang sama dengan yang saat ini aku tekuni.
Sama sepertimu dia perempuan yang baik. Aku tidak memperhatikan dirinya secara detail. Aku kira dia sudah menikah karena penampilannya sebagai wanita dewasa yang matang. Sampai setelah Ramadhan aku ada pekerjaan ke arah sana dan ingin menyalaminya untuk minal aidzinan. Setelah aku keluar ruangan sekilas aku mendengarnya berkata kepada temannya "Kamu memberitahunya?". Temannya berkata tidak. Jadi itu kenapa ekspresinya waktu itu terlihat terkejut.
Kesempatan berikutnya aku kesana untuk mengatasi komplain pekerjaan. Temannya itu mengatakan kepadaku bahwa si Dia sudah tidak lagi bekerja di kantor itu lagi sebagai penanggungjawab keuangan. Tempo hari aku kesana adalah hari terakhirnya di kantor. Dia mengambil promosi sebagai sales. Di tempatkan di luar kota. Yogyakarta. Masih dekat sini saja.
Aku waktu itu tidak mau dan tidak bisa memikirkan hal lain selain bekerja. Karena semua adikku masih bersekolah. Aku masih punya tanggungan, aku tidak boleh memikirkan hal pribadi dulu. Dan sekarang aku menyadari keputusanku saat itu salah.
"Rezeki bisa dicari berdua" adalah salah satu perkataan dia yang secara tidak langsung aku ketahui.
Sampai entah tahun keberapa aku bekerja disana dan saat itu aku menunggu diluar gedung, menunggu rekan teknisiku yang memberikan pelayanan service kepada perusahaan rekanan.
Tak sengaja aku menangkap percakapan mereka. Terungkap, mbak bagian keuangan menjelaskan penyebab sebagian gedung masih memakai jasa kami, sedangkan sebagian gedung lainnya memakai jasa ex pegawai tempat kami bekerja. Karena pengambil keputusan dibagian yang lain adalah tetangga dari ex pegawai.
"Dia itu temenku sendiri mas!. Aku tahu dia itu seperti apa!. Temenku itu cantik, bening (mungkin sembari mengangkat kedua jempolnya). Kalau ada laki-laki sampai nggak suka sama dia berarti dianya nggak normal!. Agama dia bagus dan dia itu benar-benar masih ting-ting. Tahu nggak apa amanatnya kepadaku?. Dia menyuruhku tetap memakai jasa (perusahaan kami) dan tidak pindah ke yang lain. Karena ada faktor (aku) di perusahaan (kami). Dan selagi aku memegang jabatan ini akan tetap aku laksanakan amanat itu. Ini perusahaan besar, nggak ada masalah kok dengan harga. Walaupun penawaran dari (ex pegawai) berani memberikan setengah harga dari (perusahaan kami). Sedangkan dia sendiri malahan pindah dari sini. Disaat perempuan seumuran dia memulai rumah tangga dia malah mengambil karir. Itu karena siapa!?". Aku merasakan aura kemarahan keluar dari mbak itu.
Kalau aku ditanya sekarang. Jelas aku menyesal melepaskannya. Keadaan waktu itu tidak mendukungku untuk membuat keputusan untuk bersamanya.
Terakhir yang aku tahu. Kamu sudah menyampaikan hal ini kepada ayahmu sebagai wali dari kamu. Kamu mungkin sudah mencari tahu mengenai hal itu. Bahwa masih bisa dilakukan pembatalan lamaran bila ada yang lebih baik, hatimu berat ke yang lain. Karena itu bukanlah sebuah akad. Tinggal mengembalikan barang lamarannya. Tentunya tidak sesederhana itu. Ayahmu menolaknya. Tak kenal maka tak sayang. Beliau mungkin lebih mengenal calon kamu itu dibandingkan denganku. Mungkin itu penyebab kamu tidak berhasil. Malu bila sampai membatalkan dan beberapa pertimbangan lainnya.
Kalau kamu mengatakan bahwa mungkin akan berhasil bila aku langsung menghadap ayahmu dan berbicara langsung. Kamu tahu aku tidak akan melakukannya. Kamu tahu aku tidak bisa melakukannya. Kembali ke hal yang pertama. Kamu sudah terikat lamaran orang. Kecuali kalian sudah membatalkannya.
Aku tidak bisa menumpuk lamaran karena dia pasti juga muslim. Kecuali dia orang fasik.
Aku tidak mengenal lelaki itu. Namun selama ini kamu bisa menjaga diri dalam pergaulan kalian.
Andaikata soal agama kamu masih kurang. Insyaallah aku bisa membimbing kamu.
Tapi makasih kamu sudah mau mengusahakan mengenai kita.
Dalam text pertanyaan di ujian nasional pernah diajukan pertanyaan yang mempunyai jawaban benar "pernikahan tidak membatasi pergaulan". Namun kenyataannya tidaklah seperti itu. Itu hanyalah sebatas text teori yang seolah merupakan hal yang baik.
Dan setelah ini.. kamu tahukan tidak ada pertemanan antara lelaki dan
perempuan baliq. Kecuali mereka memang sudah berteman sejak kecil,
tetanggaan misalnya.
Tidak ada teman lawan jenis selain pasangan mereka
Sekian, aku akan menutup buku dari kisah ini.
Aku beritahukan sedikit rahasia diantara kita. Perkataanmu waktu itu.. kedengaran lho (^_^) .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).