Inilah yang tidak kusukai ketika harus berurusan dengan kota Metropolitan. Sebenarnya aku sudah cukup bahagia dengan kota kecilku Pati. Namun demi memperluas bisnisku, maka aku harus keluar dari zona nyaman membuka peluang di Ibu Kota yang lebih besar cakupannya. Tentu saja masalah yang harus dihadapi di kota yang lebih besar juga menjadi jauh lebih kompleks. Apalagi sekarang aku sudah ekspansi ke Kota yang jauh lebih besar yang dijuluki kota Metropolitan.
Disinilah masalah menjadi pelik. Disaat rekan bisnis yang kupercaya ternyata mengkhianatiku. Secara teknis Dirut nya lah yang menggelapkan dana perusahaan kami. Tapi kurasa dia cuma jadi kambing hitam. Pada kenyataannya pasti ada dalang utama dibalik itu semua, aku yakin tidak mungkin sesederhana itu.
Dia yang menyombongkan diri mendirikan perusahaan dari nol dan bisa berkembang pesat hingga dirinya bisa menjadi seorang Trilyuner.
Dia mengolok-ngolok diriku yang mempunyai perusahaan warisan bisnis keluarga, berbeda dengan dirinya yang walaupun anak orang kaya, tapi ayahnya bukanlah bisnisman. Cuma pegawai kaya biasa.
Aku memang mendapatkan privilege, segala kemudahan modal dan akses. Memangnya dia tidak?.
Perusahaan ku sekarang ini bisa besar bukan hanya usaha dari satu generasi. Tapi dari usaha banyak orang. Sungguh mengejutkan apabila dirinya hanya dalam satu generasi memulai dari nol dan bisa menggapai pencapaian mengejutkan seperti sekarang. Karena kutahu dia bukanlah orang yang cerdas dalam hal akademik. Tidak mengherankan bila seseorang yang cemerlang dalam akademik bisa mencapai titik sukses bahkan tanpa mendirikan suatu usaha. Mendapatkan gaji besar, oleh seorang brilliant bukan hal baru. Sebut saja Alm Habibie dan banyak orang sejenis dengannya yang memilih bekerja diluar negeri karena merasa lebih dihargai, gaji adalah suatu penghargaan.
Pencapaiannya itu...
Cih, orang sepertinya kalau bukan Anjing ya Ular, bahkan bisa jadi kombinasi dari keduanya, tergantung dari situasi yang dihadapi.
Sombong. Padahal cuma tukang sogok, cuma tukang tipu.
Tiba-tiba terdengar layaknya suara gaib entah darimana asalnya..
'Sing penting aku sugeh 🤪'
Aku baru saja merasa kena tipu oleh perusahaannya PT Batu Membara. Nggak cuma aku saja ternyata, ada beberapa investor besar. Skema terbesar mencapai trilyunan. Sebenarnya si Dirut itu sudah ditahan, tapi tiba-tiba dia bisa lepas dari tahanan. Nggak bisa terungkap dong siapa Dalang utama dibalik ini semua kalau gini caranya. Walaupun aku nggak yakin dia berani membocorkannya dan lebih memilih menerima semua dakwaan.
Aku labrak ternyata ada dua Jenderal bermain. Keduanya aku laporin ke PROPAM. Disitu pertama kali aku bisa kenal Kadiv Propamnya. Semua Propam pada kaget, pada ketakutan untuk ngambil karena yang aku laporin itu Brigjend bintang satu, satunya lagi bintang dua. Sedangkan kepala Kadiv Propam saja baru bintang dua, terus yang meriksa siapa?.
Jadi aku datang ke kantor polisi, aku bikin laporan polisi tes PKP, itu polisi melakukan pidana dan tetep kita ngelaporinnya ke polisi. Disinilah biarpun aku berbicara sampai berbusa, nggak berani petugas Rekom menerima laporan polisiku. Benar-benar parah.. mental kacungnya.
Padahal yang mau aku laporin itu pasal 421 penyalahgunaan wewenang. Karena ditolak ya aku bikin gugatan perdata, aku somasi, Kapolri aku somasi, dua jenderal itu juga aku somasi.
Ada aset 200 Milyar yang digelapin yang harusnya milik para korban. Berarti polisi sama kayak jadi maling. Aku lapor ke Propam, Kadivnya nggak mau ngurus. Aku masukin media dong. Aku gugat ke pengadilan.
Ketika ku somasi itu malam2 ajudan jenderal datangi rumahku. Minta tolong, ujung2nya dia minta cabut laporan polisi, cabut gugatan. Oke, tapi untungnya buat saya apa?. Masalahnya apa kemarin? Masalahnya kasus nggak jalan kan? Kita komit jalanin pak. Akhirnya bener setelah kucabut, diback up Kabareskrim bintang tiga, jalanlah tuh kasus.
Ditahan lagilah Si Dirut atas laporanku. Akhirnya berhasil p21, itupun ketemu juga sama oknum kejaksaan, Jaksa bintang tiga Jampidum (Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum ). Ultimatum saya kalau bongkar modus p19(Pengembalian Berkas Perkara untuk Dilengkapi), kasus kamu yang lama saya hidupin lagi. Jadi bener2 negara ini, aparat penegak hukum dari polisi, jaksa sampai hakim itu oknumnya banyak, sampah disitu banyak. Dan sampai sekarang saya rasa saya cetak rekor, ada duapuluhan lebih laporan polisi yang ngelaporin saya atas pencemaran nama baik. Pernah waktu kelepasan ngomong Kapolda Metro jenderal banci, sarang mafia. Wazem malah dadi nambah masalah. Yang laporin akupun bukan orang biasa, polisi semua!. Jadi aku kaget dong waktu dipanggil pelapornya AKBP A, AKBP Si B, AKBP Si C, entah siapa nama mereka semua aku nggak ingat karena memang nggak penting. AKBP Itu sudah Pamen lho, perwira menengah. Dua pangkat sebelum bintang.
Belum dipanggil tiba-tiba Sabtu-Minggu sudah kena sidik. Hebat sekali saya bilang.
Aku masukin media, aku bilang. Oke mau tangkap, tangkap saya tapi tangkap juga Kapolri. Dia nanya kenapa tangkap Kapolri juga?. Dia yang bilang silahkan warga kritik polisi, kalau perlu video in buat alat bukti. Saya buat video karena dia yang nyuruh. Saya melaksanakannya. Kalau dipermasalahkan jejak digital tidak akan bisa hilang. Saya WA juga ke Kapolri. Kapolri balas karena saya naikin semua ke media. Sampai nampang di banyak media online. Pasti pusing dia. Nggak lama setelah Kapolri WA, Si Kadiv nelpon saya minta ketemu. Tolong kamu WA Kapolri jgn bilang saya nggak mau angkat telpon kamu. Memang kenyataannya nggak diangkat kok. Inilah kelebihannya link, akses, kenalan dalam berbisnis. Kamu jadi nggak bisa dipermainkan begitu saja.
Disinilah kalau kasus belum viral, nggak akan dijalanin. Nggak semua orang beragama itu bener. Mulutnya mengatakan Tuhan2 tapi tangannya mengerjakan hal2 yg kotor. Bisa keangkat ke semua media dihalaman depan, karena latar belakangku ada uang. Aku beli program, aku beli program dimana-mana. Di TV terutama. Setelah saya ada nama baru saya singkirkan itu semua. Lumayan mahal, non sesi itu satu milyar., dan menurutku itu agak berlebihan. Untuk ada keadilan, yang saya tadi saja golongan menengah keatas, apalagi yang ke bawah. kalau nggak ada dukungan dari media, nggak akan diangkat, kedua pakai medsos(media sosial).
"Ri kemarin aku sudah chat kamu. Gimana lanjutannya?. Aku telpon Pengacara yang kupekerjakan untuk perusahaanku.
Ya aku tahu dia pasti takut berurusan dengan polisi, apalagi kalau nggak punya bekingan juga.
Kalau ada masyarakat jadi korban oknum, mereka punya bukti, mereka mau bongkar tapi pengacara mereka nggak bakal berani naikin.
"Maaf pak, saya nggak berani ambil kasus ini. Resikonya terlalu besar. Saya punya keluarga, punya anak istri".
"Terus apa kamu pikir mereka para korban tidak punya keluarga!?. Kamu sadar kan kalau kamu itu perbulan saya gaji buat ngurusin masalah hukum yang berkenaan dengan perusahaan saya!?. Kok nggak professional gini saat dibutuhkan!?.
Lawyer itu selalu takut kalau berbicara jelek soal polisi pak. Berani berbuat, besoknya akan ditarget, saya jamin. Karena oknum itu bukan cuma satu pak. Berjamaah.
Satgasus menangani kasus2 besar, tapi anehnya Satgasus ini tidak ambil dana dari kepolisian. Bayangin mereka disuruh cari anggaran sendiri, coba bayangin. Kalau enggak dapat anggaran dari APBN, uangnya darimana coba?.
Saya akan mengatakan data falid. Judi online... salah satunya.
Kita laporin polisi ke polisi. percuma. Anda bikin laporan ke Propam, besoknya polisi propam itu dapat duit dari polisi penyidik dan ditutup kasusnya. Selesai, kecuali kasus anda sudah viral, lha itu baru bisa jalan. Kalau nggak viral, nggak ada kekuasaan dan nggak ada duit ya nggak bisa jalan.
Jeleknya di Indonesia itu hukum akan bisa jalan kalau kita punya tiga hal. Duh kelepasan lagi, harusnya aku samarkan jadi Negeri Konoha atau Wakanda. Pasti mereka akan menyerang dan membungkamku dengan UU karet/pasal karet.
Minimal salah satu dari tiga hal tersebut.. yang pertama adalah kekuasaan. Dekat dengan penguasa, dekat dengan petinggi kepolisian, dekat dengan pejabat. Itu baru bisa kasus kita jalan.
Lalu kedua kalau kita punya duit; untuk nyogok untuk nyuap. Kalau nggak punya kedua hal itu ya harus yang ketiga yaitu viralin; media, people power. Pakai yang ketiga itu efektif untuk kasus-kasus besar.
"Kamu nggak usah takut. Saya, kamu yang berdiri di jalan kebenaran itu punya bekingan terkuat sejagat raya!. Malah ada dua, yang satu dunia akherat, sedangkan satunya lagi untuk masalah duniawi.
Yaitu Tuhan dan para Netizen Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).