Aku masih menunggu jawaban darinya. Keputusannya untuk menghubungiku lewat WA. Tapi sampai sekarang belum ada satupun chat masuk darinya.
Aku berkali-kali melewati toko roti itu dan tidak melihat keberadaan dirinya disana. Apa dia sudah keluar?.
Aku cuma mengetahui satu hal dari dirinya. Yaitu namanya. Lala.
Sebenarnya aku berharap dia menghubungiku sebelum Idul Fitri, karena lebaran adalah saat yang paling tepat untuk diriku memperkenalkan diri kepada keluarganya. Mikirnya terlalu jauh ya?. Bukan, itu adalah pikiran positif dariku. Karena aku berniat baik.
Bayangkan saat kau mengenal perempuan yang kau harapkan menerima jawaban darinya sebelum Idul Fitri, jadi saat lebaran bisa melamarnya. Tapi ternyata perempuan itu justru menikah dengan orang lain saat Ramadhan. Apa menurutmu pernikahan mereka saat itu membawa dampak yang baik?. Bisa dipastikan yang ada pasti cuma dipenuhi nafsu suami istri yang pasti melanggar hukum puasa disiang hari, sepanjang bulan puasa. Dan bodohnya, ada si Pria lain yang masih menunggu jawaban darinya. Sampai dirinya terkejut mengetahui dari perempuan itu sendiri, dengan penuh keceriaan memberitahukan bahwa dirinya justru berbulan madu saat bulan Ramadhan tersebut. Sesak bagaikan tersambar petir itu sudah pasti. Tapi mungkin itu pemberitahuan dari Tuhan bahwa dia bukan perempuan yang baik.. setidaknya untuk pria tadi. Jadi itu bukanlah hal yang perlu disesali. Semoga aku tidak akan pernah mengalami hal seperti itu. Karena itu pasti sangat menyakitkan.
Sedangkan tahun ini bulan puasa lagi-lagi telah berlalu, lebaran juga telah berlalu beberapa bulan. Dan aku masih belum dihubungi olehnya. Apakah keputusanku untuk menunggunya terlalu lama?, apa itu berarti aku sudah ditolaknya?.
Tentunya satu keputusan menunggu satu perempuan itu menjadi dilema.
Diwaktu yang bersamaan kamu juga merasakan perhatian lain dari beberapa perempuan yang berbeda. Aku baru beberapa kali mampir ke minimarket itu dan dua kali aku bertemu dengannya yang bertugas pada shif saat itu, merasakan perhatian yang sama dengan gadis toko roti. 'Aku ingin kenal'. Sayangnya minimarket itu letaknya tidak dekat dengan rumahku, jadi aku hanya singgah saat lewat sana dan membeli barang yang kubutuhkan sambil memakai voucher. Mungkin karena gadis minimarket itu secara fisik juga menarik, aku jadi dilema. Dia bahkan berbicara pelan seolah ingin aku mendengar nya bahwa yang penting aku tahu dia ada disini menungguku. Dan sekarang sudah berlalu berapa lama coba. Apa dia masih sendiri?.
Ada juga gadis karyawati resto cepat saji.. enggak instan juga sih, ternama. Cuma menunya makanan barat seperti steak dll, western cuisine. Dia bahkan sampai menggoda ku dengan bahasa tubuhnya. Yang menunjukkan bahwa dia sangat tertarik kepada ku. Aku bahkan dibuat sampai menelan ludahku. Duh... Beberapa kali kami berinteraksi saat aku mengambil orderan. Bahkan kami bertemu kembali saat dia dipindahkan ke cabang resto yang berbeda. Percakapan kecil seperti, sekarang kamu pindah disini dik?. Dan dirinya menjawab dengan malu-malu. Tapi aku hanya bisa berhenti disana, karena masih menaruh harapan kepada gadis Toko Roti. Dan sampai akhirnya dia dipindahkan ke cabang lain yang berada diluar kota, sehingga aku kehilangan jejaknya. Itu karena aku menahan diri untuk mengambil langkah berikutnya, walaupun ada dorongan yang kuat. Gelo. Gelo banget malah.
Yang aku acungi jempol dari mereka adalah, mereka berusaha agar aku mengetahui bahwa mereka tertarik kepadaku dan ingin berkenalan denganku. Bukan diam saja, terlihat cuek saat aku berada dihadapannya. Lalu setelah dia menikah sama orang lain dan mengetahui bahwa ternyata aku masih lajang. Dengan gampangnya mengatakan "Kalau tahu dari dulu ya aku juga mau sama dia". Lalu setelah mengatakan seperti itu dia bersikap judes kepada ku.
Harusnya aku memberikan mereka semua kartu nama ku ya?. Tapi kalau aku melakukannya dan mereka semua ternyata menghubungiku untuk melangkah ke jenjang berikutnya gimana?. Apa mereka mau dimadu?💁. Duh.. enggak kan🤷. Malah jadinya aku yang seakan menjadi mempermainkan mereka, menyakiti hati mereka.
Tapi karena aku menghargai dia yang terlebih dulu aku beri keputusan untuk kontak denganku. Hal ini justru menjadi dilema, disaat waktu terus berjalan dan tak akan pernah berjalan mundur. Umurku semakin bertambah. Dan semua menjadi stagnan ketika aku tidak berproses ke level berikutnya. Adik-adikku saja sampai tak ada satupun yang mengurus masalah asmara, hanya karena tidak mau mendahului ku. Sedangkan masalah ajal, tidak ada seorang pun yang tahu.
Gadis toko roti itu pasti cerdas. Kalaupun dia tidak mau langsung menghubungiku. Dia bisa sedikit mendapatkan info mengenai diriku, berbekal kartu nama identitasku.
Menghubungi penerangan 108 menanyakan jikalau tetangga sebelah rumahku mempunyai telepon kabel, bisa tanya-tanya tentangku. Misal apa aku masih single atau duda atau menjalin hubungan dengan seseorang gitu. Atau apa aku kuliah?. Dan aku yakin dia sudah menanyakannya.
Aku bisa menebak apa yang akan dikatakan tetangga sebelah rumahku itu.
Gini ya, dinalar saja. Saat ini, sampai detik ini satupun aku masih belum dapat. Nggak mungkin aku berpikiran jauh kemana-mana. Jadi itu juga berlaku baginya yang nggak usah berpikiran jauh mengenai poligami atau lain-lainnya.
Mereka cuma sekumpulan makhluk brengsek tidak bertanggungjawab yang bisanya cuma merusak hidup orang lain.
Niatku menikah untuk ibadah. Nggak mungkin aku justru berpikiran untuk menyakiti hati istriku nanti.
Itulah sebabnya aku menunggu "dia" sampai akhirnya justru kehilangan "dia yang lain". Dan akhirnya tidak satupun yang kudapatkan. Karena aku tidak pernah punya maksud untuk menduakan. Ternyata aku mengambil keputusan kepada orang yang salah.
Apa aku harus terus mengulangi hal yang sama?. Seharusnya memang ada batasan untuk menunggu yang masih bisa ditoleransi. Apa batas terakhir aku harus menunggu sebaiknya sampai Idul Adha besok?. Kalau itu tidak terjadi berarti bisa jadi keluarganya tidak merestui nya. Kalau itu yang terjadi, berarti lagi-lagi aku sudah membuang waktu percuma dan melewatkan beberapa gadis.
"Waktu terlalu lambat bagi orang yang menunggu, terlalu lama bagi orang yang berduka, terlalu singkat bagi orang yang bergembira. Semua orang punya waktu, tapi tidak banyak yang bisa menggunakannya dengan baik. Banyak orang yang punya jam tangan dengan harga yang cukup mahal, tapi tidak banyak yang merasakan berharganya waktu dan menikmati setiap detiknya.
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).