Tuh lihat Toying rajin sholat. Bahkan Sholat Subuhnyapun di masjid tepat waktu. Dan kamu membiarkannya begitu saja.
Ya wajar, kalau pengangguran sepertinya bisa dengan enteng melakukannya. Toh ia tidak terikat pekerjaan dan waktu. Hasil perputaran duit haramnya kan sudah sangat menghasilkan.
Terus memangnya kenapa?. Toh kita, dan dia juga sama-sama tahu bahwa apa yang dilakukannya itu hanyalah sekedar ritual. Bahkan sangat mungkin ia hanya menganggapnya sebagai olahraga.
Apa ibadahnya itu mengubah apa yang selama ini bercokol dalam dirinya? Kebusukannya?.
Kita sama-sama tahu jawabannya.
Nggak papa. Dia mau shalat atau bahkan kalau perlu mensedekahkan semua harta(haram)nya itu. Yang aku yakin ia takkan berani melakukannya. Sudah terlanjur enak menikmati harta(haram).
Asalkan yang penting status dia itu "ember bocor".
Alkisah ada seseorang yang setiap hari mengambil air disungai untuk diisikan ke sumur rumahnya yang mulai kering sebagai bahan pancingan.
Setiap hari dirinya ngangsu membawa dua buah ember berjalan bolak balik ke sungai terdekat. Semakin mendekati rumahnya, ia merasakan kedua embernya semakin ringan. Itu tidak menjadi bahan pikirannya dan tetap menuangkan kedua ember yang nyaris kosong tersebut.
Hal itu terjadi berulang terus menerus. Namun dengan kesadaran, hal itu sudah menjadi kesehariannya.
Tanpa diketahuinya ada seekor Kancil yang melihat kesehariannya itu. Dengan cerdik Si Kancilpun berinisiatif untuk menanam bibit pala kesimpar dan pala kirna disepanjang jalan setapak yang sehari-hari dilalui manusia tadi saat mengangsu.
Seiiring berjalannya waktu, hasilnyapun terlihat. Bibit-bibit tanaman mulai tumbuh, hingga mekar berbuah, karena setiap harinya mendapatkan kucuran air segar dari kedua ember bocor yang melaluinya. Sehingga Mentimun, Tomat, Terong siap dinikmati dan tumbuh seolah menjadi bingkai di sepanjang jalan. SI Kancil dan penghuni hutan lainnyapun mendapatkan manfaat bisa mengkonsumsi buah tanaman-tanaman itu.
Bisa dianalogikan bahwa sekalipun usahanya itu tidak bermanfaat bagi dirinya, namun menjadi manfaat bagi penerima kucuran "kebaikan" darinya.
Tetaplah berbuat baik dengan merekrut pegawai, membuka lapangan kerja dan gajilah mereka dengan sepadan. Teruslah bersedekah. Teruslah membantu anak-anak yatim dan fakir miskin. Niscaya bantuan itu sungguh dirasakan bermanfaat bagi mereka. Asalkan semua itu tidak bisa menjadi penolongnya di Akherat kelak.
Betapa banyak orang yang menyangka bahwa dirinya telah beramal baik, berniat baik, berbuat baik, berkurban dengan baik, lalu semua itu dikumpulkan pada hari Kiamat dan dilempar ke mukanya (tidak diterima)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).