Berpikir kembali
Diposting oleh
tutorial
15.09
Aku meragukan bila itu benar-benar cinta.
Bisa jadi itu hanyalah emosi sesaat.
Hal biasa yang juga dirasakan oleh perempuan-perempuan labil seperti dirinya.
Cuap-cuap di lingkunganku mengatakan.
Kasihan sekali diriku. Itu bukanlah cinta.
Bila hal itu benar adanya.
Dia tak akan membuatku menunggu, di saat dia sedang bergembira bersama "kebahagiannya".
Sudahlah. Dia takkan memikirkanku, karena dia sudah mempunyai "kebahagiaannya".
Kebahagiaan yang bahkan kamu belum punya.
Tiga bulan, enam bulan, satu tahun, dua tahun pun menjelang dan akan segera lewat.
Dan akan terus berlangsung tanpa tahu kapan akan berakhir.
Mungkin ia tidak tahu cara mengakhirinya.
Bila memang memiliki keinginan tuk memulai, Dia juga harusnya mempunyai keberanian dan keinginan untuk menyelesaikannya, bukan hanya sekedar mengakhiri. Namun itu tidak terjadi.
Bila dia mencintaiku, dia akan segerakan diriku menjadi "teman terbaiknya".
Nyatanya tidak, tanpa ada ucapan apapun sebagai itikad baiknya.
Bila kemarin tak berakhir seperti yang kamu harapkan, maka ingatlah.
Bila Tuhan ingin kemarinmu sempurna, Ia tak perlu menciptakan hari ini. .
Itulah sebenarnya yang ingin diucapkan oleh semua hal yang sudah terjadi selama ini.
Masih hening dalam diam. Tanpa ada suara apapun.
Kesunyian yang membuatku kembali berpikir.
Layakkah aku mempertaruhkan hidupku?.
Dalam suatu keadaan tanpa kepastian.
Jika engkau tidak mampu memberikanku kepastian.
Maka jangan membuatku mengharapkan kepastian darimu.
Sebenarnya aku sudah melakukannya. Dan hasilnya juga sudah bisa diduga.
Kebodohan semata. Hanya fokus pada satu pintu dan mengabaikan pintu lain yang terbuka. Hanya karena pintu itu nampak terlebih dulu.
Sampai akhirnya pintu lain itu tertutup untuk selamanya. Itu mungkin pintu terbaik yang mungkin aku takkan pernah lagi bisa menemukannya.
Silau oleh sesuatu yang ada di depanmu ya?.
Itu hal yang wajar kok.
Ember bocor yang senantiasa memakmurkan sekelilingnya.
Tanah yang dilewatinya. Membuat tunas tumbuh dari langkah-langkah tetesannya.
Teruskan saja. Selamanya.
Tidak membawa manfaat apapun kepada pemiliknya, itu hanyalah satu hal.
Satu hal lainnya adalah ia juga membuat kerugian dalam banyak hal kepada sang pemilik.
Teruskan saja. Selamanya.
Aku takkan pernah menanyakannya kepada tanah yang dilewatinya. Kepada tunas yang tumbuh karena tetesan airnya.
Karena aku sudah menanyakannya langsung kepada ember bocor itu. Apa maksud tujuannya.
Ia tetap dalam diam tanpa jawaban.
Aku menjadi muak. Ia sama sekali tidak menghargaiku.
Tak ada gunanya juga sih berbicara dengan benda mati.
Hanya akan menyakiti diri sendiri.
Jatuhkan hati hanya kepada dia yang siap menangkapnya.
Bukan kepada dia yang tak peduli hingga membiarkan hati itu jatuh dan pecah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).