Hari ini aku merasa terpukul...
Seperti biasa aku menjalani keseharianku mendatangi salah satu pelanggan kantor yang menggunakan jasaku.
Saat sampai di depan penerima tamu dia berdiri menyambutku dengan senyuman merekah dan raut wajah berbinar. Mengatakan hal yang biasa diucapkannya saat menghadapiku "Printer ya?" . Aku membalas senyumnya, mata kami saling bertatapan dan aku pun menjawabnya seperti biasa "Iya mbak". Akhirnya aku bertemu lagi dengannya setelah beberapa kali kesini tapi tidak melihatnya. Aku kira dia risen.
Namun sesaat kemudian dia menunduk, matanya berubah sayu. Aku merasa ada yang aneh, ada apa gerangan?.
Ah.. ternyata begitu.
Sekilas aku melihat terjadi perubahan pada perutnya. Walaupun sedikit tapi aku bisa melihat Maxi Dress yang dikenakannya sedikit membesar. Tanpaku bertanya aku bisa memastikan bahwa dia sedang mengandung. Perasaan berkecamuk macam apa ini yang ada dalam batinku..
Sebuah rasa kecewa? penyesalan?.
Sebagian diriku mengatakan bahwa aku adalah lelaki yang bodoh. Entah sudah berapa perempuan baik yang aku lewatkan begitu saja.
Lebih dari setahun telah berlalu semenjak aku berinteraksi dengannya. Sekalipun hanya sebatas formalitas; menyapa dan menyampaikan tujuan kedatangan. Tentu saja aku menyadari sorotan matanya yang bersinar itu, raut wajah yang merona. Sebuah kekaguman, suatu rasa simpati terhadapku. Aku bisa mengenalinya dengan mudah karena sudah banyak berpengalaman dengan hal semacam ini. Mungkin sudah tak terhitung, jumlah perempuan yang pernah naksir sama aku.
Aku tidak bisa menyalahkannya. Jelas aku tidak bisa menyalahkannya, yang terus menunggu tanpa kepastian, sedangkan usia terus merayap.
Aku bahkan tidak memberikannya harapan, sekalipun aku tahu dia menunjukkan perasaaan itu kepadaku.
Aku seorang laki-laki yang bisa dengan leluasa memutuskan dan bertindak berkenaan dengan calon pendamping hidupku nantinya. Sedangkan dia seorang perempuan yang hanya bisa menyampaikan perasaan hatinya sampai batas tertentu saja.
Dia pasti menerima ta'aruf dari keluarganya.
Gadis elok yang berumur lebih dari 25 tahun namun belum menikah menandakan satu hal; dia adalah seorang pemilih. Seperti halnya diriku.
Apa sih yang sebenarnya aku harapkan?. Ada perawan cantik berjilbab yang jelas-jelas menaruh hati kepadamu. Cantik.. jelas terlihat. Berakhlak.. yang pasti dia sudah berusaha untuk menjadi muslimah yang baik dengan menaati perintah agama.
Bahkan waktu berada di ruangan lainpun telingaku pernah mendengarnya dengan jelas waktu dia bercerita kepada teman sejawatnya. Bahwa dirinya juga bekerja, jadi pasti bisa membantu beban keluarga nantinya.
Apa yang hendak kamu harapkan dari sosok semu yang belum tentu ada. Yang bahkan sampai detik ini tidak pernah menampakkan wujudnya dihadapanmu. Sedangkan hal nyata yang berada di depanmu justru kau abaikan...
Bila mau masuk masuklah, bila tidak maka keluarlah.
Tapi jangan berdiri di depan pintu karena akan menghalangi orang lain yang akan masuk.
Dilema semacam ini...
Lagi-lagi aku melewatkannya. Idealisme hanya karena sebuah alasan... chemistery , hanya karena sebuah rasa klik. Adilkah diriku? terhadap mereka? terhadap diriku sendiri?
Ada seorang teman dari dunia maya yang mengatakan bahwa;
Jodoh ada di tangan tuhan. Tapi jika kita tidak mengambilnya, maka dia akan menjadi jodoh orang lain.
Kita pasti tak pernah mau bermain-main dengan perasaan oranglain bukan?. Namun.. membuatnya menunggu tanpa kepastian, tanpa kejelasan. Tidak ada hal nyata. Hanya semu belaka. Entahlah.. apakah itu juga bisa dikatakan mempermainkan?
Mereka yang iri dan menaruh dengki terhadapku hanya karena fisik rupawan yang kumiliki tidak pernah tahu kenyataan yang kuhadapi dengan segala resikonya. Jelas mereka tidak pernah tahu masalah apa saja yang dihadapi oleh orang semacam diriku. Mungkin yang terbayang dalam awang mereka hanyalah sebuah kesenangan, hal wow seperti bisa menjadi populer, dan semua yang berkenaan dengan syahwat duniawi mereka. Aku bisa mengatakan bahwa itu hanyalah angan mereka sendiri yang mungkin tercipta dari melihat kehidupan para artis di pusat sana. Jakarta. Hanya modal tampang dan mangap-mangap doang sudah bisa dapat uang banyak.
Bagi mereka yang menjalani "pekerjaan yang sebenarnya" sejatinya tidak ada bedanya kok dengan mereka yang "tidak special". Justru ini adalah anugerah yang seringkali membuat kita repot.
Sudah ada beberapa rekanan yang memutuskan untuk tidak lagi memakai jasaku. Karena aku berpegang pada profesionalitas. Aku datang menyapa, menyelesaikan tugasku, menerima pembayaran lalu pergi dan menunggu kesempatan berikutnya untuk datang kembali saat jasaku diperlukan.
Tapi tidak semua orang bisa melakukan hal itu.
"Aku akan membantumu melupakannya". Itulah hal yang sering aku dengar.
Tentu saja hal ini cukup berdampak terhadap aliran perekonomian usahaku.
Karena aku harus mencari pelanggan baru lagi.
Kalau hendak pergi, pamitlah. Jadi aku bisa membuka pintunya dengan leluasa. Tapi bila hendak menetap, beritahu aku. Biar aku bisa mengunci pintunya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).