Ucapan salam terdengar dari pintu depan. Wan pulang dengan tergesa langsung menuju ke dapur untuk mengambil air minum. Wajahnya seperti menahan geram. Istrinya menyapanya agar tahu apa yang bisa tahu dilakukan untuknya.
"Ada apa Pakne kok pulang gesa-gesa, terus kenapa mukanya ditekuk seperti itu?"
"Biasa Bune itu tetangga pojok bikin ulah lagi".
Oh.. Istri Wan melontarkan tebakan sambil menyanyi Sugeharto.. Sugeh Harto, Wan mengikuti, keduanya lalu menyanyikannya bersama sambil berjoget.
"Sugeharto.. Sugeh Harto!.
Sugeharto.. Sugeh Harto!."
Wan pun sejenak bisa melepas penatnya.
Dari dulu semua tingkah laku negatifnya aku anggap badut yang melontarkan banyolannya. Bahan hiburan.
Tapi lama-lama kok dianya semakin keluar dari jalur akidah.
"Kalau Pakne sejenis dengannya pasti ngobrolnya bakalan jadi seru, saling menambahi. Pakne sampai marah itu menunjukkan bahwa Pakne itu orang baik.
Memangnya ada apa?, sini bagi ke Bune biar bebannya berkurang.
"Kamu ingatkan kejadian tempo hari saat ia mengatakan berkali-kali bahwa tuhan itu tidak adil?"
"Ingat, ada apa? Apa dia nggak terima kamu nasehati? kamu diapain sama dia!? Bune jadi emosi".
Wan menenangkan istrinya.
"Dia mengatakan kalau dia tidak butuh nasehat. Lho diakan kaaya rayaaa! beda sepertiku yang dia katakan orang nggak punya, sehingga seharusnya dia yang lebih pantas memberikan nasehat bukan menerima nasehat. Watak kok bisa sama persis seperti tokoh pewayangan Drona!"
"Mobiilku banyak, uangku melimpah, hartaku dimana-mana. Kelasku berbeda." Ucap Wan sambil menaikkan dagunya dan memonyongkan mulutnya, sesekali menepuk dadanya dan memainkan gerak tangan bak sedang main drama.
Istri Wan memukuli pundak Wan sambil tertawa lepas. "Aduh, memangnya aku salah apa Bune!?" ucap Wan sambil mengelus-elus pundaknya yang tidak sakit.
"Ya sudah, orang kayak dia biarin saja. Mau jempalitan kayak apa, biarin saja. Pakne itu terlalu baik jadi orang".
"Begitulah kalau orang dihantui oleh perbuatannya sendiri. Sampai-sampai waktu kemarin ceramah Jumatan membahas hal yang seperti itu. Dia tidak terima. Dia merasa pihak masjid bersekongkol menyindir dia.
Apalagi saat khatib berkali-kali mengatakan yang kurang lebih bahwa kalau orang yang berani mengatakan Allah tidak adil maka ya jangan tinggal di buminya Allah!.
Seperti biasa dirinya meradang. Katanya dia adalah orang yang tersakiti, terzhalimi. Kata dia lagi berarti doa dia itu manjur.
Istri Wan mendengarkan sambil geleng-geleng.
"Mulai lah dia mengutuki orang-orang yang dia benci. Sumpah serapah, melaknatnya."
"Naudzubillah! Itu khatibnya juga dilaknat sama dia?"
"Nggak tahu deh" ujar Wan mengangkat bahu. Yang aku tahu dia sampai menghina rasulullah dengan kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan hanya karena rasulullah adalah leluhur dari pemuda yang didengkinya. Efek dari merasa ruangannya dibatasi. Dia juga langsung menuduh anggota Takmir(pengurus) Masjid dari RT kita sebagai pelaku dan mencibirnya sebagai pengangguran!."
"Naudzubillah!. Kok bisa ya ada orang kayak gitu".
Ckckck. Istri Wan menanggapi.
"Kutukan dan laknat adalah hak Allah SWT semata, dalam menghukum setiap hambanya.
"Sudahlah biarin saja kalau tidak butuh nasehat. Lagian dia sudah tahu bukan konsekuensinya?" Istri Wan menanyakan.
Hadist riwayat Abu Daud mengatakan;
“Sesungguhnya
seorang hamba apabila melaknat sesuatu, niscaya laknatnya akan naik ke
langit, maka tertutuplah pintu-pintu langit hingga ia tak
dapat masuk, maka kembalilah ia terhujam ke bumi, akan tetapi
pintu-pintu bumi pun tertutup untuknya, maka ia berputar-putar ke kanan
dan kiri, dan jika tak menemui jalan keluar (menuju sasarannya), maka ia
akan tertuju pada orang yang dilaknat jika memang ia pantas untuk
dilaknat, akan tetapi jika tidak pantas, maka ia akan kembali kepada
orang yang mengucapkan laknat tadi.”
'Hebath juga hafalan hadist istriku ini' Wan bangga.
"Lagian kapan pun dan dimana pun, dalam peradaban mana pun. Seseorang mendengki karena ia lemah dan hina, merasa tidak memiliki apa-apa."
"Lantas apa kekuatan yang bisa diandalkan oleh seorang pendengki?
Tidak ada!. Tidak akan pernah sama orang yang mulia dengan orang yang hina."
"Itulah Bune. Hanya dari satu penyakit hatinya itu bisa sampai menjadi seperti ini.
Kalaupun dalam ceramah itu menyindirnya, harusnya dia merasa bersyukur sudah ada yang mau mengingatkannya. Lagipula memangnya umat itu cuma dia saja?. Itukan ceramah umum agar orang lain tidak mengikuti kebodohan seperti yang ia perbuat."
"Tidak butuh nasehat katanya. Padahal dari Abu Ruqoyyah Tamim bin Aus Ad-Daary menyatakan bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda,
”Agama adalah nasehat". Kami, para sahabat, bertanya, ”Bagi siapa wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab, ”Bagi Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para
pemimpin kaum muslimin serta segenap umat Islam.”
"Bahkan yang menjadikan Abu
Bakar lebih tinggi derajatnya daripada sahabat-sahabat yang lain
bukanlah puasa ataupun shalatnya. Akan tetapi karena sesuatu yang ada
dalam hatinya. Yang ada dalam hatinya adalah kecintaan kepada Allah dan
nasehat terhadap sesamanya.”
"Berkali-kali mengatakan tentang kehormatan. Tahu apa dia soal kehormatan?. Kehormatan itu didapatkan bukan diminta. Orang kok tidak tahu aturan!. Tidak mau menghormati orang lain tapi minta dihormati?. Gila hormat. Memangnya dirinya siapa? yang keturunan raja, pahlawan, dan ulama besar saja tahu aturan.
Qarun manusia terkaya di zamannya saja bukan orang yang terhormat. Ia tidak memenuhi satu hal. Yaitu asas manfaat. Bermanfaatkan dirinya bagi orang lain disekitarnya. Yaa.. oke aku akui dia memang bermanfaat sebagai model percontohan agar tidak dicontoh. Sebagai pengingat."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).