Publik dikejutkan oleh vonis bebas yang dlakukan oleh hakim Tipikor kepada seorang terdakwanya.
Sementara terdakwa melalui kuasa hukumnya menyambut baik
keputusan majelis hakim tersebut. Sejak awal ia memang sudah memprediksikan bahwa
terdakwa akan divonis bebas.
Apalagi hal yang dilakukannya dinilai tidak masuk ranah perbuatan pidana, melainkan perbuatan perdata.
Terdakwa langsung melakukan sujud syukur disambut teriakan kebahagiaan yang memenuhi ruang sidang oleh sanak keluarganya.
Agenda pembuktian berjalan tidak seperti yang diharapkan karena kesaksian dari saksi yang dihadirkan dirasa menguntungkan terdakwa. Sehingga dakwaan jaksa tidak memenuhi unsur.
Layar monitor berdering di ruang kerja sebuah rumah. Diangkatnya pelayanan video call tersebut.
Sebuah percakapanpun terjadi..
"Halo bang gimana kabarnya?.
"Masa belum tahu?
"Iya tahu, hebath banget bang. Ajarin ilmunya dong kok bisa lepas gitu aja dari Tipikor kemarin?"
Pria berdasi yang belum sempat mengganti pakaiannya itu terkekeh.
"Aku ajak dia bicara secara baik-baik".
"Kamu suap dia bang?".
"Enggaklah. Orang macam dia mana mempan sama yang begituan".
"Kamu ancam dia bang?. Pakai apaan?"
"Huss jangan bilang gitu. Nggak bakalan mempan juga dia saya ancam pakai fisik".
"Saya hanya mengingatkan dia tentang hadist fitnah dan menyebarkan aib.
Apa dia mau memakan bangkai saudaranya sendiri?. Dia membicarakan sesuatu yang tidak aku sukai. Apakah dia bisa tenang sedangkan dia sedang membuka aibku yang aku tidak menyukainya. Selama ini aibku itu tertutupi. Namun kenapa dia malah berusaha mengutak atiknya!?. Biarlah itu menjadi urusanku dengan yang diatas.
Kan memang ada hadistnya".
"Dosa dia bakalan menumpuk dan bahwa nantinya dia juga bakal menerima balasannya aibnya akan ikut terbongkar di dunia atau di akherat.
Sangsi bagi mereka yang melakukan hal tersebut yaitu mencari-cari aib orang lain, bahwa Allah akan memalukannya dan menampakkan bagi manusia lain aibnya yang dia tutup-tutupi.
Nyalinya jadi ciut".
"Lho akukan tidak membohonginya dengan hadist. Hahaha".
"Akhirnya dia ketakutan dan alih-alih bungkam. Dia malah memberikan kesaksian palsu. Hahaha. Misi berhasil. Aku bahkan tidak rugi sepeserpun. Hahaha"
"Dia bukan hanya menolongku tapi juga malah membuat satu dosa besar. Menjadi saksi palsu. Demi melindungi aibku. Hahahaha!".
Ruangan itupun ditutupi oleh tawa para durjana yang sedang berpesta merayakan kemenangannya.
Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi, sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan lentera di tangan maling.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).