Asal dan hakikat syukur ialah mengakui nikmat yang
memberinya dengan cara tunduk, patuh dan cinta kepadanya. Orang yang tidak
mengenal bahkan tidak mengetahui suatu nikmat ia jelas tidak bisa
mensyukurinya. Demikian juga dengan orang yang mengenal nikmat tetapi tidak
mengenal yang memberinya, ia tidak mensyukurinya. Orang yang mengenal nikmat
berikut yang memberikannya tetapi ia mengingkarinya berarti ia mengkufurinya.
Orang yang mengenal nikmat berikut yang memberikannya, mau mengakui dan juga
tidak mengingkarinya, tetapi ia tidak mau tunduk, mencintai dan meridhai,
berarti ia tidak mau mensyukurinya. Dan orang yang mengenal nikmat berikut yang
memberinya lalu ia mau tunduk, mencintai dan meridhai serta menggunakan nikmat
untuk melakukan keta’atan kepadanya, maka ia adalah orang yang mensyukurinya.
Dengan demikian jelas bahwa syukur itu harus
berdasarkan lima landasan, yakni kepatuhan orang yang bersyukur kepada yang
disyukuri, kecintaan orang yang bersyukur kepada yang disyukuri, pengakuan
orang yang bersyukur atas nikmat yang disyukuri, sanjungan orang yang bersyukur
kepada yang disyukuri atas nikmatnya dan tidak menggunakan nikmat itu untuk
hal-hal yang tidak disukai oleh yang disyukuri. Kelima hal itulah yang menjadi
asas dan landasan syukur. Satu saja di antaranya tidak ada maka salah satu
kaidah syukur menjadi rusak.
Sumber: Fiqih Do’a Dan Dzikir, Syaikh Abdurrazak
bin Abdul Muhsin al-Badr, Penerbit Darul Falah.
Disini TS ingin bercerita:
. Orang-orang
disekitarnya juga pasti mudah menilai, bahwa dia mempunyai sifat iri dan
pendengki yang teramat akut. Tidak puas akan kehidupannya. IQ yang rendah dan
sifat tidak bersyukurlah yang menjadikannya seperti itu.
Teringat sebuah iklan rokok tentang Kuda poni (Saya
bukan perokok dan anti rokok, namun saya menyukai iklan-iklan yang dibuatnya
karena menghibur dan mempunyai makna)
Di iklan tersebut diceritakan ada seorang jin Jawa yang
akan mengabulkan sebuah permintaan kepada orang yang ia temui(iklan pertamanya
2, namun sesudahnya cuma 1). Malangnya dia muncul di markas preman dan dikelilingi
para preman tersebut. Namun si jin tetap berkata; akan mengabulkan 1 permintaan.
Boss preman berkata "Kuda poni". Lantas Jin pun segera mengabulkan permintan boss preman. Tapi boss preman justru mengeluh "Kok pucet (alasannya masih bagus; sebenarnya bukan pucet tapi memang warnanya putih), kok cebol (Keledai Kuda poni-kan memang cebol), kok poni!" (Lho yang
minta barusan siapa!? ) . Dan dihajarlah si jin oleh para preman. Dan si jin
pun berkata "Iki salah iku salah, opo karepe?" (Artinya : Ini salah,
itu salah, apa maunya?
Dari kutipan percakapan iklan tersebut kita bisa ambil makna “rasa tidak bersyukur”. Boss preman tersebut tidak bersyukur dan terus mengeluh, padahal ia sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Iklan ini juga merupakan sindiran kepada orang-orang yang sudah mendapatkan karunia namun tidak bersyukur dan puas dengan yang telah didapatkannya.
Boss preman berkata "Kuda poni". Lantas Jin pun segera mengabulkan permintan boss preman. Tapi boss preman justru mengeluh "Kok pucet (alasannya masih bagus; sebenarnya bukan pucet tapi memang warnanya putih), kok cebol (
Dari kutipan percakapan iklan tersebut kita bisa ambil makna “rasa tidak bersyukur”. Boss preman tersebut tidak bersyukur dan terus mengeluh, padahal ia sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Iklan ini juga merupakan sindiran kepada orang-orang yang sudah mendapatkan karunia namun tidak bersyukur dan puas dengan yang telah didapatkannya.
Sudah mempunyai seorang istri namun tidak puas dan
bersyukur dengan pendampingnya sekarang(mungkin mau nambah!?). Padahal di luar
ada banyak orang yang belum menemukan jodohnya.
Punya harta. Padahal di luar ada banyak fakir miskin
yang kekurangan.
Pekerjaan(walaupun cuma Kacung Kampret, bukan pejabat ataupun pengusaha). Di luar
ada banyak pengangguran yang masih serabutan.
Sifat manusia itu memang tidak pernah puas. Oleh
karena itu kita patut bersyukur terhadap apa yang kita dapatkan, karena orang
lain belum tentu mendapatkannya. Mau intropeksi diri, bukannya menggangu orang
lain dengan ketidakpuasannya.
“Dan
(ingatlah juga) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”
(Q.S Ibrahim: 7)
Orang bodoh selalu tidak pernah bersyukur dengan apa yang dia punyai, dan selalu iri terhadap apapun yang dimiliki orang lain.
Orang bodoh selalu tidak pernah bersyukur dengan apa yang dia punyai, dan selalu iri terhadap apapun yang dimiliki orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).