In Progress
Keriting: As Batara Kala, Raja Rahwana, Ratu Mandodari, Jack Indrajit, 10 Kumbakarna, 9 Kala Marica, 8 Sarpakenaka, 7 Wibisana, 6 Prahasta ,5 Garulangit ,4 Wilkataksini ,3 Yuyurumpung ,2 Bilung
Waru: As Batara Kamajaya, Raja Puntadewa, Ratu Drupadi ,Jack Werkudara, 10 Janaka, 9 Nakula, 8 Sadewa, 7 Gatotkaca, 6 Abimanyu ,5 Antareja ,4 Antasena, 3 Wisanggeni ,2 Petruk
Hati: As Batari Kamaratih, Raja Ramawijaya, Ratu Sinta ,Jack Leksmana, 10 Barata, 9 Kekayi, 8 Sumitra , 7 Satrugna, 6 Kawakwa,5 Wasista,4 Sukasalya ,3 Dasarata ,2 Gareng
Wajik: As Betari Durga, Raja Duryudana, Ratu Banowati ,Jack Basukarna, 10 Sengkuni, 9 Durna, 8 Dursasana, 7 Bisma, 6 Aswatama, 5 Kartamarma, 4 Citraksi ,3 Durmagati, 2 Bagong
Joker Hitam: Semar
Joker Merah: Togog
Bagian belakang kartu berupa motif batik Kawung atau batik Parang. Prefer Batik Parang karena lebih unik, kartu berbentuk persegi panjang sedangkan motif lereng membentuk diagonal. Jadi sekalipun diputar 180*, motif masih presisi seolah tidak berubah, tentunya berbeda dengan motif Kawung yang keempat sisinya dari awal sudah presisi, sama sisi.
Untuk kartu seperti King dll. Agar sama sisi(bisa dilihat bolak-balik atas bawah gambar kartunya), prefer pembelahan gambar karakternya dibelah secara diagonal, bukan horizontal. Jangan lupa untuk memposekan bagian tangan, sehingga gambar bisa terasa lebih penuh. Ini bisa juga diterapkan pada semua kartu, bukan hanya kartu atas.
Kalau untuk Joker cukup gambar penuh satu sisi saja.
Temani aku main kartu remi ujar Darmawan.
Sambil membuka kemasan. Ini modif bertemakan Wayang kulit.
Ki Gede juga penasaran, tertarik untuk ikut memainkannya, mengingat tempo hari ia juga membeli catur bertema Wayang juga.
Mau main model apa?
Minuman.
Masa Angkara mainnya minuman!?. Malu dong. Setidaknya Poker gitu atau...(Ki Gede tidak ingat istilah-istilah mode permainan lainnya, karena ia memang tidak familiar).
Memangnya kamu bisa main Poker atau yang lainnya?
Kamu bisa kan?. Ajari sebentarlah.
Aku nggak bisa main mode selain minuman. Karena mode lain identik dengan judi. Aku bukan penjudi makanya nggak tahu.
Walah, kamu sendiri aja nggak bisa pakai berlagak sok keren pakai gengsi main minuman.
Lagipula ini cuma trial kok. Nganyari(mencoba memakai untuk pertama kalinya). Nggak pakai taruhan pula.
Hmm. Angkara main minuman(cangkulan)...
Minuman juga kalau cuma dua orang kurang seru, tapi apa boleh buat.
Darmawan mulai mengocok kartu lalu membagikannya kepada kedua belah sisi termasuk dirinya, masing-masing tujuh buah kartu.
Aku dulu ya yang mbuka. ujar Darmawan.
Ia melungsurkan kartu Bagong(dua Wajik) dalam keadaan terbuka ke tengah meja.
Punakawan disini menjadi kartu terlemah ya?. ujar Ki Gede sambil meletakkan kartu Durmagati(tiga Wajik) di atas kartu Bagong.
Karena kartu Ki Gede lebih tinggi nilainya, maka Ki Gede dianggap menang maka ia kali ini boleh melungsurkan kartu berikutnya terlebih dahulu.
Kali ini ia meluncurkan kartu Werkudara(Jack Waru). Kartu yang nilainya cukup tinggi. Darmawan membalasnya dengan kartu Wisanggeni(tiga Waru). Disini nilai kartu Wisanggeni jauh lebih rendah ketimbang kartu Werkudara. Otomatis kesempatan berikutnya masih Ki Gede yang memegang kontrol untuk meletakkan kartu berikutnya lebih dulu.
Nakula(sembilan Waru) dibalas Sadewa(Delapan Waru), Sengkuni(sepuluh Wajik) dibalas Dursasana(delapan Wajik). begitu seterusnya, Ki Gede masih unggul sampai ia mengeluarkan kartu Ratu Waru Drupadi yang dibalas Darmawan kartu Raja Waru Puntadewa. Kini giliran Darmawan yang memegang kontrol.
Ia mengeluarkan kartu Barata(sepuluh hati). Ternyata Ki Gede sama sekali tidak mempunyai kartu hati ditangannya. Maka langkah selanjutnya yang harus ia tempuh adalah "minum" dari deck kartu sisa. Mengambil kartu dari atas deck seterusnya sampai ia mendapatkan kartu hati lainnya. Akhirnya ia mendapatkan kartu sembilan Hati Kekayi. Namun sayang kartu tersebut nilainya lebih rendah ketimbang Barata. Darmawan lanjut mengeluarkan kartu Satrugna(sembilan Hati), kartu hati lainnya. Ki Gede terpaksa "minum" lagi sampai persediaan kartu ditangannya jauh lebih banyak ketimbang Darmawan. Ia mengeluarkan kartu Sumitra(delapan hati), kali ini Ki Gede yang menang. Begitu seterusnya saat mereka harus mengeluarkan jatah kartu hati mereka harus "minum" karena sama-sama tidak punya kartu motif tersebut ditangan.
Pertarungan semakin panas karena persediaan deck sisa sudah habis mereka "minum". Keduanya sama-sama memegang banyak kartu ditangan.
Kali ini giliran kartu Keriting yang sudah banyak terpakai menjadi kartu langka. Dan Ki Gede yang memegang kendali disini. Ia terus menerus mengeluarkan kartu keriting dengan nominal labih rendah dari yang ada ditangannya untuk "diminum" oleh Darmawan, hingga Darmawan hanya bisa menggunakan kartu lungsuran tersebut untuk melawan kartu keriting Ki Gede yang nilainya sedikit lebih tinggi. Seolah Ki Gede mempermainkannya.
Akhirnya Kartu-kartu kedua belah pihak semakin menipis. Permainan hampir mencapai puncaknya.
Ki Gede tak lagi menahan diri untuk mengeluarkan kartu dengan nilai terkuat hingga masih memiliki kesempatan memimpin.
Hingga akhirnya menyisakan dua kartu di tangan Darmawan. Begitu juga dengan dirinya, Ki Gede harus bisa menebak kartu apa saja yang tidak dimiliki oleh lawannya itu.
Ki Gede mempertaruhkan As Wajik Betari Durga. As adalah kartu terkuat. Sekalipun Darmawan mempunyai kartu Wajik lainnya juga tak akan mampu menang melawan As-nya itu.
"Tring" Seolah Darmawan melakukan gerakan spesial. Iapun menghempaskan dengan mantap kartu ditangannya ke meja, sehingga menimbulkan dentuman suara yang cukup keras diiringi hempasan angin ke sekelilingnya.
Semar Badranaya! kartu Joker hitam.
Tak ada kesempatan untuk Ki Gede membalik keadaan. Kartu As yang digadang-gadangnya untuk melancarkan kemenangan tetap tidak mampu menang melawan kartu Joker.
Joker bisa dibilang kartu spesial. The fool. Banyak orang yang meremehkannya karena mereka dianggap bukan siapa-siapa. Dalam tema ini Punakawan menempati nilai kartu paling rendah karena merupakan abdi, batur dianggap remeh dan dipandang rendah. Namun sebenarnya mereka juga menempati nilai paling tinggi karena istimewa, adalah pengasuh, pengayom tuan mereka layaknya guru. Seperti halnya rakyat, mereka seakan berkedudukan paling rendah, walaupun sejatinya kedudukan mereka berada pada bagian paling atas. Tapi paling enak ya jadi wakil rakyat.
Aku menang. Darmawan meletakkan pelan kartu terakhirnya Bilung(dua Keriting) kartu terlemah.
Kau harusnya bisa menebak setelah di tengah permainan kau menggunakan Joker Togog untuk membalik keadaan melawan As Wajik milikku, Betari Durga.
Satu set kartu mempunyai dua Joker. Bila kau tidak pernah memiliki sisanya, berarti kartu tersebut ada di tanganku. Darmawan tersenyum puas. Bukankah ini hal yang mudah. Jangan bilang kau tidak pernah mengingat kartu apa saja yang keluar?.
Ki Gede terkejut mendapati kenyataan bahwa dalam satu set kartu terdapat dua Joker.
Tinggal masukin dialog dibawah ke dalam adegan.
Omongan dia seperti layaknya penjudi.
"Aku akan ganti semua utangku beserta bunganya kalau perlu, kalau aku menang. Kalau aku menang."
Kalau nggak menang ya beda ceritanya.
Mabok dia.
Masalahnya kemungkinan penjudi menang dari bandar sangatlah kecil. Yang pasti bukan 50:50. Kalau kau bilang 50:50 juga itu takkan terjadi. Karena begitu kau menang secara beruntun, kau akan dipaksa terus bermain sampai kau kalah hingga minimal ke keadaan awal. Kecuali saat itu kau sedang dalam status super beruntung. Itupun satu banding seribu.
Tapi kasus Toying inikan bukan probabilitas.
Kok bisa-bisanya ngomong. Nanti boleh ngambil pahala amal jariyahnya yang menggunung dan terus beranak-pinak sampai hari akhir buat nebus sakitnya orang-orang yang dizaliminya. Pahala yang mana kalau semuanya tidak diterima oleh Tuhan?. Halu nya kebangetan.
Katakanlah harta dia cuma 50% yang haram. Itupun sudah dibantu cuci uang biar berubah jadi modal berkah katanya. Nyumbang satu miliar. Masuk Surga?.
Kita juga bisa dong. Harta kita kan 100% haram. Jadi cukup bayar dua kali lipat dari dong. Dia nyumbang satu miliar, kita nyumbangnya dua miliar!.
Masuk surga?.
Masuk Surga!. Toying aja bisa kok. Hahaha.
Toying logic
Logika kocak
Toying Logic
Togika cacat!.
Hahahaha! keduanya tertawa terbahak-bahak akan kegeniusan pemikiran Toying mengenai hal itu.
Benar-benar out of the box.
Lalu sungguh dia berpikir kalau amalannya cuma tertahan!?. Enak betul.
Nggak bisa bedain antara tertahan dengan tidak diterima ya?. Kalau hanya tertahan bukankah itu namanya tidak adil?. Apa dia bisa mengembalikan waktu orang-orang yang dizaliminya?.
Dipikirnya pengadilan Tuhan macam pengadilan manusia yang bisa dia disogok?. Itu baru dinamakan adil.
Tunggu-tunggu, biar aku meranin Toying. Aku tahu semua jawaban koplak yang bakal dilontarkannya.
"Memangnya mereka saja yang tambah tua!?. Aku juga nambah tua kok!. Enak aja." ujar Darmawan sambil berusaha membelalakkan mata. Tapi bagian monyong dibibirnya cukup untuk mendapatkan apresiasi. Totalitas banget meraninnya.
Ibarat dia nabrak kendaraan orang lain memakai kendaraannya. Lalu ngomong. Memangnya kendaraan situ aja yang rusak!?. Punyaku juga!. Enak aja."
Ya nggak usah bawa-bawa orang lain kalau ngerusak. Sendirian saja tabrakin tempat lain.
Kan goblok kan.. Lha napa ditempat pertama dia nggak mbiarin mereka hidup bahagia!?. Napa dia nyampurin, ngerusak!?. Goblok kan?.
Enak betul. Hukum Tuhan kok mau dikadalin.
"Saya dan orang yang memelihara anak yatim, akan seperti ini (sambil merenggangkan jari telunjuk dan jari tengah) di surga. Di Surga.
Lha kalau dia nggak pernah sampai surga?. Ucapan nabi dan Tuhan saja disepelekan.
Masukin neraka, dah biarin aja. Nggak usah dijagain toh dia nggak bakalan bisa keluar sendiri. Nggak usah dianggap, lupain. Diiringi tawa terbahak-bahak dari Ki Gede dan Darmawan.
Memangnya nabi Muhammad yang tahu segala kelakuan busuknya itu mau dekat-dekat sama makhluk busuk sepertinya!?.
Memangnya Toying beramal agar bisa dekat sama Tuhan dan rasulnya!?. Ingin jumpa sama rasul!?. Keduanya tertawa keras.
Enggak sama sekali!. Ia cuma berpikir agar gimana caranya bisa terus hidup enak dengan cara mudah. Tanpa capek dan lelah. Di dunia bisa berbuat semaunya, tapi tanpa mendapatkan timbal balik berupa hukuman. Enak betul.
Ia bahkan sudah berencana akan menghujat Tuhan, akan berteriak Tuhan tidak adil dan lain sebagainya kalau sampai dirinya disepelekan. Berlagak banget dia. Tapi yang direncanakannya itu takkan pernah terjadi. Karena pada saat itu, aku jamin takkan ada yang keluar dari mulutnya selain erangan kesakitan.
Mumpung masih didunia, ia sekarang bisa tertawa-tawa, bersenang-senang menikmati semuanya. Tapi lihat saja saat itu terjadi, ia takkan bisa berlaku seenaknya. Sekarang ia bisa berkata apa saja, menikmati selagi bisa, karena di masa depan yang bisa ia nikmati hanyalah rasa sakit. Dan pembalasan pasti lebih sakit. Dirinya adalah orang yang merugi. Berlagak kali dia.
Toying itu setan. Cuma ngaku tobat hanya karena sekarang dia bisa Sholat. Isi otaknya masih sama.
Nikmatin aja mumpung masih bisa bernafas.
Sungguh munafik, padahal dulu sesumbar punya cita-cita ingin masuk rumah sakit K.R.M.T Wongsonegoro, masuknya ruang VIP Gatotkaca. Dirinya akan malu kalau enggak masuk disitu.
Begitu ada yang mendukung keinginannya, mendekatkan terkabulnya keinginannya tersebut. Dengan turunnya pandemi Covid19. Eh, dianya kemana-mana malah pakai masker medis, handsanitizer dah habis berapa Galon itu?. Takut keramaian pula. Lagi-lagi menjilat ludahnya sendiri. Udah nggak heran sih, namanya juga mu-na-fik.
NB: Paviliun Gatotkaca adalah tempat perawatan untuk pasien gangguan pernafasan.
"Kata siapa aku munafik, ingkar janji, menjilat ludah sendiri!?. Buktinya kemarin aku janji besok mau makan Rendang, lalu hari ini janji itu sudah aku tepati. Makan Rendang". ujar Darmawan masih memerankan Toying dengan penuh totalitas, tak lupa disertai dengan mimik sinisnya yang menjijikkan.
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).