"Keluarkan Andika dari pikiranmu!. Buang jauh-jauh ia. Pokoknya bapak nggak akan pernah merestui kamu!."
"Sudah bertahun-tahun, sudah belasan tahun tapi masih saja mikirin dirinya!. Andika Andika Andika melulu!. Cari laki-laki lain!. Laki-laki itu banyak(walaupun jumlah perempuan lebih banyak), bukan cuma ia saja!."
"Masa suka karena ia ganteng!. Suka sama wajahnya, suka sama tatapan matanya!. Apa itu!. Yang realistis jadi perempuan!."
"Mana ada perempuan yang merengek-rengek minta dikawinin sama laki-laki!."
"Tapi Eliza maunya cuma sama Andika pak. Kulo tresnone(basa Jawa suka) kaliyan Andika pak." ucap Eliza dalam bahasa Krama.
"Cih. Apa itu pake bahasa Jawa!."
"Nanti bapak bawa kamu ke orang pintar!. Jangan-jangan kamu kena pelet!."
"Terserah bapak mau bawa Eliza kemana saja. Eliza yakin perasaan Eliza ini murni. Yang penting setelah itu bapak mau merestui Eliza."
"Biar nanti kamu bapak hipnotis buat ngelupain Andika itu!. Kamu sudah diracuni olehnya!."
Eliza terdiam. Eliza yakin hipnotis tetap tak akan mempan kepadanya, karena perasaan itu datang dari hati yang terdalam. Perasaan sejati yang tidak akan bisa dipengaruhi oleh sugesti.
Namun dia juga sudah mempunyai rencana B kalau sampai hal buruk semacam itu bisa terjadi. Teman dekatnya yang akan mengingatkannya tentang sosok pria pujaan hatinya nanti, menyadarkannya akan hal terindah yang pernah dia rasakan.
"Kecamkan sekali lagi!. Bapak tidak akan pernah merestui kamu dengan Andika!." Toying mengangkat jari telunjuk kanannya, mengkerutkan bibirnya sambil tak lupa untuk berusaha melotot, walaupun pada akhirnya seperti biasa, hasil ekspresi marahnya sangatlah tidak maksimal.
"Bapak mau nggak sama Diana?"
Toying terkejut. Kok bisa-bisanya Eliza melontarkan hal itu. Ia berpikir apa Eliza hendak bernegosiasi dengannya menggunakan Diana. Hal yang sungguh tak pernah diduga olehnya. Toying menelan ludah. Pikirannya berkecamuk, saling berbenturan antara tawaran akan Diana dengan merestui Andika.
"Bapak mau sama Diana?" Tanya Eliza sekali lagi.
"Ngomong apa kamu itu. Bapak sadar, bapak itu sudah tua. Diana itu seusia kamu, anak bapak sendiri. Bapak juga kenal sama bapaknya Diana. Nggak mungkin bapak berpikir seperti itu." Ucap Toying berbasa-basi, nadanya melemah tidak berapi-api lagi seperti tadi. Dirinya mulai berkeringat dingin.
"Eliza serius."
Toying menelan ludahnya. Takut-takut iapun menjawab dengan lemah.
"Mau."
"Eliza nggak dengar."
"Bapak Mau!". Ternyata Toying malu-malu kucing.
Eliza mendekatkan wajahnya ke bapaknya, mendekatkan bibirnya ke telinga bapaknya itu.
Mengucapkan sebuah kalimat.
"Diananya yang nggak mau sama bapak."
Setelah itu Elizapun segera berbalik, berlalu meninggalkan Toying yang mematung sendirian.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).