Saat ini aku fokus bekerja memperbaiki kerusakan printer didepanku. Disini adalah tempat doi bekerja. Mantan doi.
Bukan hanya ketertarikan terhadap fisik semata. Kami berdua sudah saling
mencari tahu data diri. Inner beauty masing-masing. Dia mulai dari
media sosial, apa-apa yang menjadi buah pikiranku sampai dari cara
berkomentar. Sedangkan bagiku sulit untuk mencari referensi karena
berbeda dari para perempuan muda umumnya.. dia bahkan tidak punya media
sosial -_- . Dan aku terlalu grogi untuk menanyakannya langsung kepada
teman sekantornya yang kesemuanya adalah perempuan. Aku hanya bisa
mendengarkan rumor apa-apa tentangnya menggunakan kepekaan panca
inderaku. Bagaimana caranya berinteraksi, cara menjawab dan bahan
pembicaraan. Walaupun hanya sedikit dan tidak pasti bisa dijadikan
patokan, tapi setidaknya kami bisa tahu informasi-informasi yang sedikit
tersebut. Dari awal feelingku menangatakan bahwa dia adalah perempuan
yang menjaga dirinya.
Ruangan ini seharusnya kedap suara karena pintunya juga dalam keadaan tertutup. Tempatku berada juga terpisah dengan ruangan lainnya dan aku sendirian. Namun karena kami masih berada dalam satu gedung yang sama dan karena aku mempunyai indera pendengaran yang saangat bagus. Aku masih bisa mendengarkan pembicaraan mereka itu. -_-
Lagi-lagi mereka membicarakan kebodohan kami berdua..
Mengatakan aku lelaki yang lambat untuk merespon, atau bahkan mungkin tidak mempunyai minat terhadap doi. Salah satunya berandai-andai kalau saja dia secantik doi, dia pasti berani memperlihatkan perasaannya kepadaku dengan lebih agresif.
Dan menyesalkan keputusan Doi yang terlalu cepat mengambil keputusan untuk menikah. Dia bahkan tidak pernah mengalami proses berpacaran.
Saat main kemana saja selalu ditemani oleh kakak laki-lakinya. Sampai ada anggapan orang lain yang tidak mengetahuinya pasti menganggap mereka sepasang kekasih. Asli sejak dulu, di bangku sekolah sudah mengenakan hijab, bukan karena tuntutan pekerjaan atau fashion. Mereka bahkan membicarakan bahwa kakaknya sampai kecewa adik yang ia sayangi mendapatkan lelaki yang dianggapnya tidak sepadan dengan adiknya itu.
Iya terimakasih, berkat kalian juga aku jadi tahu bahwa dia adalah sosok perempuan yang sempurna. Feelingku dari awal juga sudah mengatakan hal itu. Tapi apa gunanya kini!?.
Saat dia memutuskan untuk menikah dengan lelaki lain. Saat itulah semuanya telah berakhir. Mau apa lagi!?.
Membuatku merasa menyesal?. Aku sudah menyesal. Aku sudah sangat kecewa. Akupun juga sudah terluka. Apa perlu untuk memperpanjangnya lagi?.
Iya salah satunya adalah sistem rolling perusahaannya yang membuat kami jarang bertemu. Namun bukan tanpa sebab aku membiarkannya begitu saja.
Dia sudah punya Laki!, sudah punya anak!. Kami berdua juga
tidak punya kenangan. Akan sangat mudah bagi dia untuk segera melupakanku.
Bahkan mungkin dia melakukan hal itu agar bisa melupakanku. Sebaliknya berbeda denganku yang masih sendiri dan merindukan sosok sepertinya.
Aku masih mentolerir yang mereka bicarakan. Mungkin kebetulan saja mereka membicarakannya saat aku juga ada disini. Walaupun aku yakin tidak menutup kemungkinan mereka juga membicarakan hal ini dilain waktu. Namun alangkah baiknya membicarakan hal itu 30 menit setelah aku meninggalkan gedung. Mungkin ini adalah bentuk simpati yang bisa mereka sampaikan. Tanpa bisa mencampuri urusan doi.
Berbeda dengan lingkungan tempat tinggalku yang menjadi sumber permasalahannya.
Kebohongan yang diulangi secara terus-menerus membuat pikiran manusia menjadi mempercayainya. Kebohongan pun diterimanya sebagai kebenaran. Pengulangan ini adalah metode hypnosis. Apa yang diulangi secara terus-menerus itu akan terukir pada dirimu. Inilah yang membuatmu percaya bahwa itu akan terjadi. Hipnotis kepada diri sendiri. Akhirnya hal ini juga yang menjadi salah satu pertimbangan dalam membuat keputusan.
Mereka membuat opini dan pernyataan sendiri, lalu mengulang-ulang terus hal tersebut dalam setiap gosip yang mereka bicarakan. Menyebarluaskannya. Dan mengulangnya lagi, begitu seterusnya. Seolah tidak pernah bosan.
Mereka pasti sangat menikmati proses ghibah tersebut.
Apa mereka tidak sadar bahwa hal yang mereka perbuat itu sudah pernah menghancurkan hidup seseorang?. Dan kini mereka mengulanginya lagi.
Ada salah satu dari mereka yang mengatakan yang bersangkutan harus berterimakasih karena hal itu justru membuat suatu "keajaiban". Ya, tentu saja. Dan hal tersebut pula yang sudah membuat alur yang sebenarnya sudah ada, yang sebenarnya mungkin sudah direncanakan oleh Tuhan menjadi berubah.
Apalagi bila ada suatu kepentingan didalamnya. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh manusia busuk semacam Boby . Sudah ada contohnya bukan. Kenapa mengulanginya kembali?. Mungkin itu adalah kesempatan terakhirku. Membutuhkan waktu tujuh tahun sampai akhirnya aku bisa bertemu dengan perempuan sepertinya. Dan aku tidak mungkin lagi menunggu selama itu.
Dan apa ada pertanggungjawaban dari mereka setelah itu?. Tidak ada. Hanya diam dan menunggu babak selanjutnya untuk kembali mereka gunjingkan.
Pantas saja orang-orang waras yang tidak menyukai kelakuan Sugeharto juga memberikannya julukan "Cangkem Wedok" yang mempunyai arti mulut perempuan.
Dulu guru saya pernah berkata bahwa Adam dan Hawa mempunyai perbedaan. Beliau melafalkan pengucapan A-dam, "A" dengan mulut menganga dan "dam" dengan akhiran posisi mulut tertutup. Dilanjut kan dengan Ha-wa keduanya dengan posisi mulut menganga. Itulah analogi yang beliau buat untuk menjelaskan hal tersebut. Beliau mengingatkan terutama bagi yang perempuan agar bisa menjaga lisannya. Sebagian besar penghuni neraka adalah perempuan. Dan itu menjadi salah satu penyebabnya.
Dibalik sebuah nama
Diposting oleh
tutorial
11.13
"Jadi ini namanya pencemaran nama baik yang tidak bisa dilaporkan!?" tanya Sugeharto mengungkapkan kekesalannya.
Seperti biasa ia sibuk berkata-kata untuk membela dirinya. Yah boleh-boleh saja sih, lha wong namanya saja usaha untuk membela diri.
"Pasal ujaran kebencian tidak bisa juga?. Gimana kalau ini dilaporkan sebagai perbuatan tidak menyenangkan?" tanyanya kepada orang di depannya.
Ia masih berusaha mengkriminalisasi orang yang dibencinya. Bukan aku kan yang dimaksud?.
Orang didepannya adalah seorang pakar hukum, seorang advokat, pengacara, lawyer dan beberapa sebutan lainnya yang kurang lebih mempunyai arti yang sama.
Orang didepannya itu sebelumnya telah menjawab bahwa semua hal yang didasari demi kepentingan umum dan demi membela diri tidak bisa dikenakan pasal tersebut. Terdengar ia mengatakannya sambil menahan diri untuk tidak menghela nafas.
"UU I T E juga tidak bisa." ujar sang pakar saat Sugeharto membuka mulutnya namun belum sempat mengeluarkan suaranya.
'Buset dah. Sekaret-karetnya pasal yang sudah terkenal sebagai pasal karet ini.. masa mau dipake juga buat gituan?'.
"Siapa yang tidak jengkel?!. Apa dia buta!?. Apa dia tidak bisa melihat!?. Sekarang aku naiknya itu "Pajero". Pajero Sport!. bibirnya dimonyongkan sedemikian rupa untuk memberikan penekanan.
Itu harganya lebih mahal daripada BMW!."
'Beberapa BMW model lama memang harganya ada dibawah "Pajero" miliknya. Tapi masa dia tidak tahu bahwa ada banyak BMW lainnya yang harganya jauh lebih mahal daripada "Pajero" miliknya?. BMW i8 misalnya.'
'Sebenarnya aku yakin "Pajero" miliknya yang sekarang itu adalah mobil bekas. Bisa jadi itu adalah hibahan menantunya. Bahkan tidak menutup kemungkinan merupakan salah satu barang dagangannya yang tidak laku-laku. Bisa juga itu adalah barang dagangannya yang tidak laku-laku lalu akhirnya dibeli oleh menantunya. Tapi kenapa dia membahasnya sampai seserius ini sih?.'
"Ini namanya penistaan!" Ujar Sugeharto dengan mantap.
'Dia tahu kata itu juga paling karena lagi ngetrend' -_- .
Saat ini aku berada di kantor konsultan hukum. Aku sedang memperbaiki komputer di ruangan yang tepat bersebelahan dengan tempat Sugeharto sedang mengadukan keluh kesalnya. Aku memang sudah pernah ada niat, wacana untuk memakainya sebagai umpan para Angkara. Mengumpankan ikan kecil untuk menarik ikan besar. Suatu kebetulan. Aku tidak menyangka bisa terlaksana secepat ini. Apa ini yang dinamakan "berjodoh"?. Semoga di pusat kota seperti ini aku bisa mendapati beberapa Angkara yang mencium keberadaannya.
Sambil menunggu loading instalasi selesai. Sebuah proses yang memakan waktu agak lama. Mau tidak mau aku berdiam disitu sambil mau tidak mau menyimak pembicaraannya itu.
"Nih sekarang aku punya Pajero Sport!. Kenapa dia tidak mengubah pernyataannya!?".
'Dia tidak tahu bahwa mobil-mobil keluaran Eropa itu mempunyai bahan baja yang tebal. Tidak bisa dibandingkan dengan mobil kaleng yang umumnya bertebaran di negara kita. Jadi harganya memang kualitas bahannya, selain diambil dari sisi teknologinya.
Itulah mengapa di film-film kita selalu melihat para pemeran filmnya berlindung dibalik mobil, juga di balik pintu mobil saat adegan tembak-tembakan. Menggambarkan kekuatan baja yang digunakan. Entah apa yang akan terjadi bila berlindung dibalik mobil berbahan kaleng.'
Jadi ingat kejadian lalu. Ada koruptor nabrak tiang listrik. Mobilnya ringsek, dianya luka-luka, kedua tangannya berdarah-darah, kepalanya benjol segede Bakpao. Sementara tiang listrik yang ditabraknya tetap kokok berdiri seakan tak tergores.
'Jelas bisa dipastikan bahwa Pajero miliknya adalah barang bekas. Namun melihat kondisi mobilnya yang masih bagus. Berarti pemilik sebelumnya sengaja menjualnya dengan harga yang murah karena selain sudah memiliki pengetahuan "itu" mungkin ia juga merasa malu.
Nama adalah harapan. Ada yang menamakan produknya "Kijang" dengan harapan ia bisa selincah rusa. Lalu ada yang menamainya Ignis yang dalam bahasa latin yang artinya "terbakar" berharap mesin tersebut bisa melakukan pembakaran dengan maksimal.
Tapi aku tidak habis pikir bagaimana bisa seorang orangtua menamakan bayinya dengan nama yang sama(Pajero Sport). Sampai hal itu menjadi viral. Bagaimana reaksi teman-teman anak itu nantinya ya, bila mengetahui arti dari namanya itu. Apalagi saya yakin akses pengetahuan dimasa depan teknologinya lebih maju dan bisa didapatkan dengan mudah bila dibandingkan dengan saat ini.
Orang-orang mengatakan barang yang dimiliki seseorang itu mencerminkan pribadi orang tersebut.
Kenapa "Pajero" miliknya berwarna putih-silver-abu-abu?. Kenapa tidak warna lain?. Kalau semisal saya pribadi yang mau tidak mau harus memakainya, saya tentu akan memilih warna lain. Biru atau emas sekalian. Pasti kalau mendengarnya ia akan membalasnya dengan berkata. "Dikasih juga pasti mau!".
'Jelas mau lah. Lha wong Gratis .
Kan bisa dijual lagi. '
Pajero berasal dari bahasa Spanyol yang artinya onani.
Sport berasal dari bahasa Inggris yang artinya olahraga.
Pajero Sport?...
Seperti biasa ia sibuk berkata-kata untuk membela dirinya. Yah boleh-boleh saja sih, lha wong namanya saja usaha untuk membela diri.
"Pasal ujaran kebencian tidak bisa juga?. Gimana kalau ini dilaporkan sebagai perbuatan tidak menyenangkan?" tanyanya kepada orang di depannya.
Ia masih berusaha mengkriminalisasi orang yang dibencinya. Bukan aku kan yang dimaksud?.
Orang didepannya adalah seorang pakar hukum, seorang advokat, pengacara, lawyer dan beberapa sebutan lainnya yang kurang lebih mempunyai arti yang sama.
Orang didepannya itu sebelumnya telah menjawab bahwa semua hal yang didasari demi kepentingan umum dan demi membela diri tidak bisa dikenakan pasal tersebut. Terdengar ia mengatakannya sambil menahan diri untuk tidak menghela nafas.
"UU I T E juga tidak bisa." ujar sang pakar saat Sugeharto membuka mulutnya namun belum sempat mengeluarkan suaranya.
'Buset dah. Sekaret-karetnya pasal yang sudah terkenal sebagai pasal karet ini.. masa mau dipake juga buat gituan?'.
"Siapa yang tidak jengkel?!. Apa dia buta!?. Apa dia tidak bisa melihat!?. Sekarang aku naiknya itu "Pajero". Pajero Sport!. bibirnya dimonyongkan sedemikian rupa untuk memberikan penekanan.
Itu harganya lebih mahal daripada BMW!."
'Beberapa BMW model lama memang harganya ada dibawah "Pajero" miliknya. Tapi masa dia tidak tahu bahwa ada banyak BMW lainnya yang harganya jauh lebih mahal daripada "Pajero" miliknya?. BMW i8 misalnya.'
'Sebenarnya aku yakin "Pajero" miliknya yang sekarang itu adalah mobil bekas. Bisa jadi itu adalah hibahan menantunya. Bahkan tidak menutup kemungkinan merupakan salah satu barang dagangannya yang tidak laku-laku. Bisa juga itu adalah barang dagangannya yang tidak laku-laku lalu akhirnya dibeli oleh menantunya. Tapi kenapa dia membahasnya sampai seserius ini sih?.'
"Ini namanya penistaan!" Ujar Sugeharto dengan mantap.
'Dia tahu kata itu juga paling karena lagi ngetrend' -_- .
Saat ini aku berada di kantor konsultan hukum. Aku sedang memperbaiki komputer di ruangan yang tepat bersebelahan dengan tempat Sugeharto sedang mengadukan keluh kesalnya. Aku memang sudah pernah ada niat, wacana untuk memakainya sebagai umpan para Angkara. Mengumpankan ikan kecil untuk menarik ikan besar. Suatu kebetulan. Aku tidak menyangka bisa terlaksana secepat ini. Apa ini yang dinamakan "berjodoh"?. Semoga di pusat kota seperti ini aku bisa mendapati beberapa Angkara yang mencium keberadaannya.
Sambil menunggu loading instalasi selesai. Sebuah proses yang memakan waktu agak lama. Mau tidak mau aku berdiam disitu sambil mau tidak mau menyimak pembicaraannya itu.
"Nih sekarang aku punya Pajero Sport!. Kenapa dia tidak mengubah pernyataannya!?".
'Dia tidak tahu bahwa mobil-mobil keluaran Eropa itu mempunyai bahan baja yang tebal. Tidak bisa dibandingkan dengan mobil kaleng yang umumnya bertebaran di negara kita. Jadi harganya memang kualitas bahannya, selain diambil dari sisi teknologinya.
Itulah mengapa di film-film kita selalu melihat para pemeran filmnya berlindung dibalik mobil, juga di balik pintu mobil saat adegan tembak-tembakan. Menggambarkan kekuatan baja yang digunakan. Entah apa yang akan terjadi bila berlindung dibalik mobil berbahan kaleng.'
Jadi ingat kejadian lalu. Ada koruptor nabrak tiang listrik. Mobilnya ringsek, dianya luka-luka, kedua tangannya berdarah-darah, kepalanya benjol segede Bakpao. Sementara tiang listrik yang ditabraknya tetap kokok berdiri seakan tak tergores.
'Jelas bisa dipastikan bahwa Pajero miliknya adalah barang bekas. Namun melihat kondisi mobilnya yang masih bagus. Berarti pemilik sebelumnya sengaja menjualnya dengan harga yang murah karena selain sudah memiliki pengetahuan "itu" mungkin ia juga merasa malu.
Nama adalah harapan. Ada yang menamakan produknya "Kijang" dengan harapan ia bisa selincah rusa. Lalu ada yang menamainya Ignis yang dalam bahasa latin yang artinya "terbakar" berharap mesin tersebut bisa melakukan pembakaran dengan maksimal.
Tapi aku tidak habis pikir bagaimana bisa seorang orangtua menamakan bayinya dengan nama yang sama(Pajero Sport). Sampai hal itu menjadi viral. Bagaimana reaksi teman-teman anak itu nantinya ya, bila mengetahui arti dari namanya itu. Apalagi saya yakin akses pengetahuan dimasa depan teknologinya lebih maju dan bisa didapatkan dengan mudah bila dibandingkan dengan saat ini.
Orang-orang mengatakan barang yang dimiliki seseorang itu mencerminkan pribadi orang tersebut.
Kenapa "Pajero" miliknya berwarna putih-silver-abu-abu?. Kenapa tidak warna lain?. Kalau semisal saya pribadi yang mau tidak mau harus memakainya, saya tentu akan memilih warna lain. Biru atau emas sekalian. Pasti kalau mendengarnya ia akan membalasnya dengan berkata. "Dikasih juga pasti mau!".
'Jelas mau lah. Lha wong Gratis .
Kan bisa dijual lagi. '
Pajero berasal dari bahasa Spanyol yang artinya onani.
Sport berasal dari bahasa Inggris yang artinya olahraga.
Pajero Sport?...
Sebelum gerbang itu tertutup
Diposting oleh
tutorial
20.27
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un . Telah berpulang ke rahmatullah selepas maghrib salah seorang dari tetangga kami. Di penghujung tahun tepat sebelum pergantian hari ke tahun yang baru. Berita lelayu itu datang menghampiri.
Beliau adalah salah satu tetua di kampung ini. Kami memanggilnya dengan sebutan Pakde Tejo.
Tratak tenda sudah disiapkan beserta deretan kursi yang tertata rapi. Kebetulan rumah almarhum berdekatan dengan tempat tinggalku. Dari pengamatanku, di malam yang dingin itu masih ada tiga orang berumur yang tersisa ikut bergadang. Sampai akhirnya malam semakin larut dan meninggalkan hanya seorang kakek yang sendirian terduduk, sesekali berdiri dan berjalan-jalan disekitar rumah. Ternyata beliau adalah saudara laki-laki dari bude Tejo, istri Almarhum.
Aku sendiri bukan orang yang gemar berbaur dengan kerumunan. Sekalipun begitu dengan semua panca indera yang kumiliki, kamu bisa mengatakan bahwa aku adalah seorang pengamat.
Asal kau tahu.. duniaku ini.. lebih bising daripada duniamu.
Keadaan almarhum sendiri sebelum meninggal memang sudah cukup memprihatinkan. Beliau terkena stroke, tidak bisa apa-apa. Tubuh yang mulanya berisi itu sekarang menjadi kurus, tubuh bagian belakang almarhum sudah menjadi penyet akibat terlalu sering dalam posisi tidur.
Esok paginya orang-orang mulai berdatangan untuk berbelasungkawa. Dari para tetangga hingga kerabat yang berduka. Sugeharto masuk didalamnya. Ia memang benar-benar makhluk yang "unik". Setiap ada dalam kerumunan orang selalu saja ngomongin orang -_- . Selalu mengasah berbagai macam potensi demi mengeksplorasi semua “bakat” kemaksiatannya dimanapun ia berada. Bermacam inovasi ia cetuskan untuk memodifikasi ragam perbuatan dosa.
Kelakuannya itu membuatku murka. Aku masih ingat saat almarhum pertama kalinya "jatuh", keadaanya tergolong parah sehingga Bude Tejo panik meminta bantuan ke para tetangga bagaimana baiknya.
"Yang punya mobil nanti mbayar berapa nggak papa. Aku sewa buat ngantar ke rumah sakit." ucap Bude Tejo gemetaran.
Salah seorang tetangga berinisiatif menghubungi ambulan.
Sesaat setelah ambulan pergi membawa Pakde Tejo ke rumah sakit. Sugeharto berkata:
"Ayo taruhan, ini umurnya bertahan sampai berapa lama? 1 hari atau 2 hari?. Tapi ini antara kita saja lho". Ujarnya dalam kontek bercanda.
'Apa dia tidak pernah diajarkan bahwa tembok bisa mendengar?. Sekalipun sebagai candaan, rasanya itu hal yang tidak pantas untuk dilontarkan. Apalagi menjadikan orang sedang sekarat sebagai obyek.'
Memangnya dia sendiri bakalan hidup selamanya?. Makhluk abadi?. Yaa bisa saja sih kalau dia menjadi salah satu Angkara. Walaupun "abadi" bukan suatu kata yang tepat. Lebih tepatnya ditangguhkan kematiannya.
Akupun memutar ingatanku saat acara tasyukuran Tujuhbelasan(HUT RI) yang lalu.
Sugeharto membawakan acara sebagai salah satu panitia RT. Dalam susunan acara yang dibacakannya. Ia meminta Pakde Tejo yang notabene pensiunan tentara untuk sedikit bercerita mengenai perjuangannya dalam menggapai kemerdekaan Indonesia.
Pakde Tejo terkejut, beliau menolak dan mengatakan tidak, pose telapak tangannya juga melakukan hal yang sama.
"Saya tidak terlibat dengan perang" ucapnya lalu menundukkan wajah, beliau terlihat malu. Selang tak lama kemudian beliau meninggalkan acara tanpa pamit. Ya, beliau memang saat aktif tidak diberangkatkan ke wilayah konflik seperti Irian Jaya ataupun Timor Timur. Dan itu juga merupakan suatu berkah tersendiri bagi keluarganya.
Tahukah kamu bahwa lontaran semacam "Tidak pernah perang tapi pangkat naik terus. Apa yang bisa dibanggakan!". Itu adalah pernyataan orang yang jengkel, yang biasanya ditujukan kepada oknum tentara yang arogan kelakuannya. Yang secara langsung mempunyai masalah dengan warga sipil yang melontarkannya.
Suatu pernyataan yang cukup menyentil.
Bukankah dia juga melakukan hal yang sama tahun lalu? kepada Pakde Tejo. Untuk menyampaikan pidato tentang hal yang sama, pada acara yang sama. Dan waktu itu Pakde Tejo juga menjawab dengan jawaban yang sama. Kenapa diulangi lagi?.
Ada dua alasan yang kita bisa ambil.
Yang pertama; Ingatan Sugeharto buruk.
Yang kedua; Ia memang sengaja. Ingin membuat Pakde malu."Menghinanya" .
Untuk alasan pertama sepertinya tidak mungkin, karena kami tahu ia sering berghibah secara detail. Seolah mengingat apa saja yang mau dibicarakan, diluar kepala.
Sepertinya alasan yang nomer dua lebih masuk akal.
Aku mengetahui perangai Pakde yang bahkan tidak akan membicarakan hal itu kepada istrinya sendiri. Mungkin Sugeharto menyadari hal ini dan memanfaatkannya. Dan saat pakde sakit ia malah bertambah yakin dan lega hal itu tidak akan terkuak. Bukannya memperbaiki kesalahannya.
Dan seperti biasanya Sugeharto menjalani kembali kehidupannya bagai air yang mengalir. Seakan itu hal yang biasa saja baginya. Hal biasa yang sering ia lakukan juga terhadap orang lain.
Dosa terhadap sesama manusia terbagi menjadi dua.
Yang pertama terhadap hartanya.
Yang kedua, terhadap kehormatannya. Seperti memfitnahnya, memakinya, atau menghinanya.
Yang dilakukannya kepada Pakde termasuk ke dalam golongan yang nomer dua. Sedangkan sepengetahuanku yang bersangkutan tidak mempunyai salah terhadap Sugeharto ini.
Beberapa hari kemudian Pakde Tejo pulang kerumah. Tentunya dengan kondisi yang memprihatinkan. Beliau positif terkena Stroke yang lebih berat. Setidaknya nyawa beliau berhasil diselamatkan. Walaupun biaya rumah sakit yang dikeluarkan mencapai ratusan juta rupiah.
Waktu sebelum "jatuh" beliau masih bisa berdiri dan berjalan walaupun anggota tubuh yang dimilikinya kaku. Sekarang hanya bisa terbaring lemah.
Orang-orang disekitarnya masih diberi kesempatan untuk meminta maaf dan berinteraksi apabila ada hal yang perlu dibahas. Walaupun ingatan Pakde semakin menurun.
Sugeharto berpikir semua itu hanyalah suatu "dosa kecil".
Jadi bisa mengulanginya berkali-kali ya?. Dan bisa dilakukan kepada orang yang berbeda lagi?. Jadi nggak apa-apa ya?.
Kesombongan seseorang dapat diukur dari seberapa susahnya ia meminta maaf atas kesalahannya.
Untuk kasus Sugeharto ini. Ia hanya akan menunggu saat Idul Fitri tiba. Ia berpikir bahwa itu adalah satu-satunya cara meminta maaf yang "tidak akan melukai harga dirinya". Sedangkan semua orang juga tahu, acara kumpul-kumpul warga se-RT silahturahmi Idul Fitri sehabis liburan lebaran yang diadakan pada malam hari itu hanyalah suatu bentuk formalitas. Tidak benar-benar ada spirit untuk menjalankannya secara nyata. Hanya membentuk lingkaran, berkeliling tersenyum saling menempelkan tangan tanpa ada rasa apapun. Apa dia pikir hanya dengan menempelkan tangan kepada yang bersangkutan otomatis semua dosanya sudah termaafkan? Tanpa tuturan kata apapun apa yang menjadi permasalahannya?. Sungguh orang yang picik.
Kamu meminta maafpun. Orang yang bersangkutanlah yang akan memutuskan akan memberikan maafnya atau tidak. Apalagi melakukannya dengan cara.. yang tidak niat. "Apa yang kamu dapatkan adalah hasil dari apa yang kamu berikan". Ia sungguh tidak tahu posisi dirinya.
Menggampangkannya. Karena dia sendiri saja dengan bangganya mengatakan bahwa ia tidak mau mengemis maaf. Sedangkan kalau dari sudut pandangan aku pribadi sebagai salah satu korbannya sih.. bodo amat. Bukan aku yang butuh. Toh yang punya tanggungan dia.
Mungkin Sugeharto menyadari bahwa dibalik permintaan maaf ada janji untuk menjadi lebih baik dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Ia tidak siap bahkan mungkin tidak mau menjalani konsekuensi akan hal itu. Diusianya yang sudah mulai meredup, sepertinya ia masih menikmati cara hidupnya ini.
Kesombongan tidak akan menjadikan seseorang tinggi derajatnya. Justru dengan kesombongan itulah ia akan terperosok dalam kerendahan.
Sekarang Pakde Tejo sudah tiada. Sudah tertutup gerbang maafnya secara langsung.
Terlintas dalam pikiranku. Sugeharto ini pasti menjadi santapan favorit para Angkara. Suatu menu special yang kelezatannya membuat mereka meneteskan liur begitu melihatnya.
Bagaimanapun juga, jelas aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Selama ia masih berada dalam perimeter jangkauanku. Ia tetap berada dalam lindunganku.
Tidak pula menutup kemungkinan ia juga akan dijadikan salah satu Angkara. Bila melihat segala potensi yang dimilikinya. Mereka tidak melulu merekrut manusia yang cerdas atau yang mempunyai kekuasaan. Mereka tetap membutuhkan orang bodoh untuk dijadikan bidak. Sebagai pesuruh sekaligus perisai para Lv tinggi mereka.
Hmm.. gimana ya kalau dia aku jadikan umpan saja, untuk menarik keluar para Angkara.
Beliau adalah salah satu tetua di kampung ini. Kami memanggilnya dengan sebutan Pakde Tejo.
Tratak tenda sudah disiapkan beserta deretan kursi yang tertata rapi. Kebetulan rumah almarhum berdekatan dengan tempat tinggalku. Dari pengamatanku, di malam yang dingin itu masih ada tiga orang berumur yang tersisa ikut bergadang. Sampai akhirnya malam semakin larut dan meninggalkan hanya seorang kakek yang sendirian terduduk, sesekali berdiri dan berjalan-jalan disekitar rumah. Ternyata beliau adalah saudara laki-laki dari bude Tejo, istri Almarhum.
Aku sendiri bukan orang yang gemar berbaur dengan kerumunan. Sekalipun begitu dengan semua panca indera yang kumiliki, kamu bisa mengatakan bahwa aku adalah seorang pengamat.
Asal kau tahu.. duniaku ini.. lebih bising daripada duniamu.
Keadaan almarhum sendiri sebelum meninggal memang sudah cukup memprihatinkan. Beliau terkena stroke, tidak bisa apa-apa. Tubuh yang mulanya berisi itu sekarang menjadi kurus, tubuh bagian belakang almarhum sudah menjadi penyet akibat terlalu sering dalam posisi tidur.
Esok paginya orang-orang mulai berdatangan untuk berbelasungkawa. Dari para tetangga hingga kerabat yang berduka. Sugeharto masuk didalamnya. Ia memang benar-benar makhluk yang "unik". Setiap ada dalam kerumunan orang selalu saja ngomongin orang -_- . Selalu mengasah berbagai macam potensi demi mengeksplorasi semua “bakat” kemaksiatannya dimanapun ia berada. Bermacam inovasi ia cetuskan untuk memodifikasi ragam perbuatan dosa.
Kelakuannya itu membuatku murka. Aku masih ingat saat almarhum pertama kalinya "jatuh", keadaanya tergolong parah sehingga Bude Tejo panik meminta bantuan ke para tetangga bagaimana baiknya.
"Yang punya mobil nanti mbayar berapa nggak papa. Aku sewa buat ngantar ke rumah sakit." ucap Bude Tejo gemetaran.
Salah seorang tetangga berinisiatif menghubungi ambulan.
Sesaat setelah ambulan pergi membawa Pakde Tejo ke rumah sakit. Sugeharto berkata:
"Ayo taruhan, ini umurnya bertahan sampai berapa lama? 1 hari atau 2 hari?. Tapi ini antara kita saja lho". Ujarnya dalam kontek bercanda.
'Apa dia tidak pernah diajarkan bahwa tembok bisa mendengar?. Sekalipun sebagai candaan, rasanya itu hal yang tidak pantas untuk dilontarkan. Apalagi menjadikan orang sedang sekarat sebagai obyek.'
Memangnya dia sendiri bakalan hidup selamanya?. Makhluk abadi?. Yaa bisa saja sih kalau dia menjadi salah satu Angkara. Walaupun "abadi" bukan suatu kata yang tepat. Lebih tepatnya ditangguhkan kematiannya.
Akupun memutar ingatanku saat acara tasyukuran Tujuhbelasan(HUT RI) yang lalu.
Sugeharto membawakan acara sebagai salah satu panitia RT. Dalam susunan acara yang dibacakannya. Ia meminta Pakde Tejo yang notabene pensiunan tentara untuk sedikit bercerita mengenai perjuangannya dalam menggapai kemerdekaan Indonesia.
Pakde Tejo terkejut, beliau menolak dan mengatakan tidak, pose telapak tangannya juga melakukan hal yang sama.
"Saya tidak terlibat dengan perang" ucapnya lalu menundukkan wajah, beliau terlihat malu. Selang tak lama kemudian beliau meninggalkan acara tanpa pamit. Ya, beliau memang saat aktif tidak diberangkatkan ke wilayah konflik seperti Irian Jaya ataupun Timor Timur. Dan itu juga merupakan suatu berkah tersendiri bagi keluarganya.
Tahukah kamu bahwa lontaran semacam "Tidak pernah perang tapi pangkat naik terus. Apa yang bisa dibanggakan!". Itu adalah pernyataan orang yang jengkel, yang biasanya ditujukan kepada oknum tentara yang arogan kelakuannya. Yang secara langsung mempunyai masalah dengan warga sipil yang melontarkannya.
Suatu pernyataan yang cukup menyentil.
Bukankah dia juga melakukan hal yang sama tahun lalu? kepada Pakde Tejo. Untuk menyampaikan pidato tentang hal yang sama, pada acara yang sama. Dan waktu itu Pakde Tejo juga menjawab dengan jawaban yang sama. Kenapa diulangi lagi?.
Ada dua alasan yang kita bisa ambil.
Yang pertama; Ingatan Sugeharto buruk.
Yang kedua; Ia memang sengaja. Ingin membuat Pakde malu."Menghinanya" .
Untuk alasan pertama sepertinya tidak mungkin, karena kami tahu ia sering berghibah secara detail. Seolah mengingat apa saja yang mau dibicarakan, diluar kepala.
Sepertinya alasan yang nomer dua lebih masuk akal.
Aku mengetahui perangai Pakde yang bahkan tidak akan membicarakan hal itu kepada istrinya sendiri. Mungkin Sugeharto menyadari hal ini dan memanfaatkannya. Dan saat pakde sakit ia malah bertambah yakin dan lega hal itu tidak akan terkuak. Bukannya memperbaiki kesalahannya.
Dan seperti biasanya Sugeharto menjalani kembali kehidupannya bagai air yang mengalir. Seakan itu hal yang biasa saja baginya. Hal biasa yang sering ia lakukan juga terhadap orang lain.
Dosa terhadap sesama manusia terbagi menjadi dua.
Yang pertama terhadap hartanya.
Yang kedua, terhadap kehormatannya. Seperti memfitnahnya, memakinya, atau menghinanya.
Yang dilakukannya kepada Pakde termasuk ke dalam golongan yang nomer dua. Sedangkan sepengetahuanku yang bersangkutan tidak mempunyai salah terhadap Sugeharto ini.
Beberapa hari kemudian Pakde Tejo pulang kerumah. Tentunya dengan kondisi yang memprihatinkan. Beliau positif terkena Stroke yang lebih berat. Setidaknya nyawa beliau berhasil diselamatkan. Walaupun biaya rumah sakit yang dikeluarkan mencapai ratusan juta rupiah.
Waktu sebelum "jatuh" beliau masih bisa berdiri dan berjalan walaupun anggota tubuh yang dimilikinya kaku. Sekarang hanya bisa terbaring lemah.
Orang-orang disekitarnya masih diberi kesempatan untuk meminta maaf dan berinteraksi apabila ada hal yang perlu dibahas. Walaupun ingatan Pakde semakin menurun.
Sugeharto berpikir semua itu hanyalah suatu "dosa kecil".
Jadi bisa mengulanginya berkali-kali ya?. Dan bisa dilakukan kepada orang yang berbeda lagi?. Jadi nggak apa-apa ya?.
Kesombongan seseorang dapat diukur dari seberapa susahnya ia meminta maaf atas kesalahannya.
Untuk kasus Sugeharto ini. Ia hanya akan menunggu saat Idul Fitri tiba. Ia berpikir bahwa itu adalah satu-satunya cara meminta maaf yang "tidak akan melukai harga dirinya". Sedangkan semua orang juga tahu, acara kumpul-kumpul warga se-RT silahturahmi Idul Fitri sehabis liburan lebaran yang diadakan pada malam hari itu hanyalah suatu bentuk formalitas. Tidak benar-benar ada spirit untuk menjalankannya secara nyata. Hanya membentuk lingkaran, berkeliling tersenyum saling menempelkan tangan tanpa ada rasa apapun. Apa dia pikir hanya dengan menempelkan tangan kepada yang bersangkutan otomatis semua dosanya sudah termaafkan? Tanpa tuturan kata apapun apa yang menjadi permasalahannya?. Sungguh orang yang picik.
Kamu meminta maafpun. Orang yang bersangkutanlah yang akan memutuskan akan memberikan maafnya atau tidak. Apalagi melakukannya dengan cara.. yang tidak niat. "Apa yang kamu dapatkan adalah hasil dari apa yang kamu berikan". Ia sungguh tidak tahu posisi dirinya.
Menggampangkannya. Karena dia sendiri saja dengan bangganya mengatakan bahwa ia tidak mau mengemis maaf. Sedangkan kalau dari sudut pandangan aku pribadi sebagai salah satu korbannya sih.. bodo amat. Bukan aku yang butuh. Toh yang punya tanggungan dia.
Mungkin Sugeharto menyadari bahwa dibalik permintaan maaf ada janji untuk menjadi lebih baik dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Ia tidak siap bahkan mungkin tidak mau menjalani konsekuensi akan hal itu. Diusianya yang sudah mulai meredup, sepertinya ia masih menikmati cara hidupnya ini.
Kesombongan tidak akan menjadikan seseorang tinggi derajatnya. Justru dengan kesombongan itulah ia akan terperosok dalam kerendahan.
Sekarang Pakde Tejo sudah tiada. Sudah tertutup gerbang maafnya secara langsung.
Terlintas dalam pikiranku. Sugeharto ini pasti menjadi santapan favorit para Angkara. Suatu menu special yang kelezatannya membuat mereka meneteskan liur begitu melihatnya.
Bagaimanapun juga, jelas aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Selama ia masih berada dalam perimeter jangkauanku. Ia tetap berada dalam lindunganku.
Tidak pula menutup kemungkinan ia juga akan dijadikan salah satu Angkara. Bila melihat segala potensi yang dimilikinya. Mereka tidak melulu merekrut manusia yang cerdas atau yang mempunyai kekuasaan. Mereka tetap membutuhkan orang bodoh untuk dijadikan bidak. Sebagai pesuruh sekaligus perisai para Lv tinggi mereka.
Hmm.. gimana ya kalau dia aku jadikan umpan saja, untuk menarik keluar para Angkara.
Langganan:
Postingan (Atom)