Sugeharto berjalan mondar mandir menggerutu dalam mengeluarkan amarahnya. Dirinya meradang. Akhirnya kata-kata rumor itu sampai juga ke telinganya. Kebetulan sore itu Wan temannya singgah disana saat Sugeharto ingin mengeluarkan unek-uneknya.
"Siapa yang berani mengatakan hal itu! Aku ingin tahu orangnya!".
Wan diam tidak menjawab. 'Sebaiknya aku lekas pergi dari sini. Enaknya pakai alasan apa ya?'
"Mantuku suka sama anakku. Bukan karena mantera dan sejenisnya!. Itukan masalah selera".
'Selera yang "tidak biasa". Sebenarnya aku sudah lelah dengan segala kelakuannya. Hal seperti itu mana ada yang mau mengaku'.
Padahal dulu saat ada salah satu anak tetangga yang mengadakan ngantenan di kampung dengan perayaan yang bisa dibilang megah. Dirinya pernah mengatakan, mencibir yang punya gawe dengan mengejek mempelai perempuan yang dia sebut elek(bahasa Jawa) (dan beberapa kata mengejek penampilan fisik lainnya) saja nggaya pake diselenggarain gede-gedean. Mencibir kemampuan pengantin membayar pesta seperti itu. Hasil berhutang. Pernyataannya itu dikatakan keluar dari mulut lho, bukan disimpan dalam hati saja.
Sementara malam setelahnya di pertemuan RT dia malah menggoda mempelai laki-laki yang waktu itu datang menggantikan ayahnya yang saat itu sedang sakit(sekarang almarhum) dengan guyonan jorok dan mesum, suatu kata singkatan bikinannya yang kepanjangannya ya.. seperti itulah.
Bukannya dia sendiri yang bilang itu masalah "selera"?. Kenapa standart ganda?.
"Mereka pasti iri aku mempunyai menantu yang kaaya rayaaa!" dengan muka sinis sambil mengangkat dagu dan dadanya.
Selang beberapa lama kemudian menantunya datang berkunjung menjemput putranya yang masih balita disana.
Sugeharto menyampaikan hal tersebut dan meminta pendapatnya.
"Sudahlah pak. Tidak usah dipikirkan hal itu" ujar menantunya.
"Mir kamu bilang sendiri ke mereka apa kamu bapak pelet supaya mau sama anak bapak!. Kamu bilang ke mereka semua biar jelas!" dengan nafas terenggah-enggah dan mata melotot.
"Juga kamu bilang ke meraka memangnya cara menjadi perwira itu pasti dengan cara "membayar".
"Jaman sekarang pak.. Saya berbohong kalau saya mengatakan menempuh jalur murni".
"Hah! sesaaat Sugeharto terbengong.
"Ya.. tapi yang pentingkan dirimu kehidupannya kepeenak. Beda sama mereka".
'Harusnya dia bersyukur mempunyai menantu yang baik.
Mengakui mah cukup dalam hati saja. Sekalipun aku dan mereka mengakui hal itu, tetap saja tidak perlu mengaku kepadanya.
Buruk muka cermin dibelah. Bukannya dia gemar membuat fitnah dan berghibah? Korbannya juga diam saja, tidak mau menanggapi dengan cara berlebihan. Lantas kenapa saat ada rumor tentangnya seperti ini saja dirinya langsung kebakaran jenggot. Malah terlihat seperti seolah rumor itu benar adanya. Jangan-jangan memang benar.. .
"Apa mereka iri kepadaku karena aku punya mobil!?" Dasar orang nggak punya!" masih dengan mimik muka sinis.
'Sering aku malu sendiri melihat kelakuannya. Biasa aja kaleee. Mobil bekas bukan merk Ferari ataupun Lamborgini... Merknya juga aku tidak kenal. Markirin mobilnya aja dijalan, menempati setengah badan jalan. Punya mobil tapi nggak punya garasi.'
"Gimana kalo masalah ini diurus jalur hukum?. Pencemaran nama baik!. UU I T E."
'Ampun dah' -_-"
'Setidaknya dia tidak mengatakan tentang mahkamah internasional'.
"Sudahlah pak. Bapak sebaiknya menenangkan diri dulu".Tidak ada gunanya seperti ini".
'Jangan menasehati orang bodoh karena dia akan membencimu.
Sebagai teman aku sudah pernah melakukannya. Tapi lacur apa tanggapannya. Berbeda dengan menasehati orang yg berakal, karena dia akan mencintaimu'.
"Pasti ini ulahnya! ulah mereka!. Pasti ini cara membalasku! Kurangajar!".
'Dia masih melanjutkan kedengkiannya?.
Ketika kamu membenci seseorang, kamu justru sedang membuat hidupmu semakin rumit'.
Aku takut kebodohan yang menghinggapinya adalah kebodohan yang tidak ada obatnya karena berakar dari dengki. Ia meminum racun sambil berharap orang yang dibencinya mati'.
Sikap diam terhadap orang bodoh adalah suatu kemulia’an. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan.
Apakah kamu tidak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran ia
pendiam?
Sedangkan seekor anjing dibuat permainan karena ia suka
menggonggong?.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Teman-teman, komentar yang sopan ya (jangan bikin sampah). Mohon jangan memberi komentar beserta link. Terima kasih (^-^).